Minggu, 09 Desember 2012

STOP MENCIUMI LANTAI 5X SEHARI-KESAKSIAN MUSLIM MURTAD ( Pengakuan Dvorak)


Aku adalah eks-Muslim. Aku meninggalkan Islam di tahun 2000. Ini adalah tahun aku lulus jadi dokter. Aku menikah dan dikaruniai seorang putri berusia 4 tahun sekarang. Aku baru saja
bergabung dengan Forum (FFI) dan ini adalah posting-ku yang kedua.

Kadang2 aku merasa sangat kesepian jadi seorang murtad di negeri Islam. Aku tidak dapat mempercayai siapapun. Bahkan sahabat karibku pun tidak tahu. Aku harus terus berpura-pura bahwa aku masih seorang Muslim. Sungguh memuakkan.

Proses murtadku berlangsung di tahun aku menjalani akhir pendidikan dokterku. Suatu hari aku sedang sembahyang di WC sekolah (yang ada ruang untuk sembahyang), salah seorang profesorku masuk ke ruangan itu. Dia duduk di kursi dan melihatku sembahyang. Ketika aku selesai sembahyang, dia berkata sesuatu yang aku tidak akan pernah lupakan. Dia berkata, “Nak, sudahlah, jangan habiskan waktumu menciumi lantai. (Agama) ini adalah suatu ideologi kebencian buatan manusia. Qur’an tidak lebih daripada buku penuh kebohongan.” Aku kaget sekali. Aku tidak berkata apapun dan dengan perlahan meninggalkan ruangan.

Aku kemudian menyampaikan hal ini kepada kawan sekamarku. Dia berkata bahwa memang profesor itu terkenal sebagai seorang atheis. Aku sebenarnya suka sama profesor itu. Dia itu ramah sekali dan rendah hati. Dia bahkan bersedia memberi pelajaran ekstra bagi kami yang akan menempuh ujian. Dari semua profesor2, aku paling suka sama dia. Lalu teman kamarku berkata betapa bencinya dia akan profesor itu. Aku heran sekali bagaimana dia bisa begitu membenci profesor itu. Dia selalu minta bantuan profesor itu dalam belajar mata kuliah. Bagaimana mungkin kau bisa membenci orang yang selalu menolongmu? Lalu aku katakan pada diriku sendiri bahwa aku harus menyelamatkan profesor itu dari neraka. Jika aku tahu tentang Qur’an, aku akan bisa menjelaskan tentang Islam kepadanya. Dengan pikiran ini, aku belajar Qur’an terjemahan oleh Abudlla Yusuf Ali. Inilah saat titik balik dalam hidupku. Semakin aku membaca Qur’an, semakin aku yakin bahwa Qur’an bukanlah buku dari Tuhan. Ayat2 tentang perbudakanlah yang akhirnya membuatku sadar.

Sayangnya, sebelum aku dapat memberitahu profesor itu tentang kemerdekaanku, dia keburu meninggal karena serangan jantung. Aku satu2nya mahasiswa “Muslim” yang datang di upacara penguburannya. Tidak ada satu pun mahasiswa Muslim yang datang. Mereka bilang, buat apa, bukankah dia bakal masuk neraka.

Sekarang aku berterima kasih pada profesor itu yang membuatku bebas dari Islam. Aku berusaha memberitahu istriku tentang Islam. Kupikir sekarang pun dia dalam keadaan kebingungan. Kuharap suatu hari dia bisa bebas pula dari Islam.
 sumber asli

Cari artikel Blog Ini

copy right