Sabtu, 11 Mei 2013

buku MENGENAL MUHAMMAD part 3 (halaman 21-30)





ternyata jadi dasar kekuatan Islam. Tanpa hal ini, Muhammad tidak akan pernah punya
pengikut dan Islam akan cepat mati sama seperti aliran2 sesat lainnya.
Sekali lagi, hanya sedikit atau bahkan tidak ada bukti yang mendukung tuduhan2 Muhammad
bahwa masyarakat Mekah menindas kaum Muslim. Tuduhan ini diulang-ulang terus-menerus
oleh sejarawan2 Muslim maupun non-Muslim. Kemaharan dan sikap permusuhan terhadap
Muslim adalah akibat dari perbuatan Muhammad itu sendiri. Ini jelas tidak sama dengan apa
yang dilakukan Muslim saat ini atau semua
penindasan yang dilakukan Muslim terhadap
pengikut2 ajaran non-Islam. Muhammad sendiri, bukan orang2 Mekah, yang menyuruh
Muslim meninggalkan rumah mereka. Muhammad bahkan menjanjikan ini:
Q 16:41
Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan
memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. Dan sesungguhnya pahala di akhirat
adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui
Orang2 Mekah yang hijrah ke Medina tidak punya mata pencarian. Jadi bagaimana
Muhammad memenuhi janjinya untuk memberikan “tempat yang bagus” pada mereka yang
meninggalkan rumah mereka karena perintahnya? Mereka jadi miskin dan tergantung pada
belas kasihan orang2 Medina untuk bisa hidup. Muhammad nyaris kehilangan wibawanya.
Para pengikutnya mulai berbisik-bisik tidak puas. Beberapa malah meninggalkannya. Reaksi
Muhammad adalah ayat ancaman baru:
Q 4:89
Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu
menjadi sama (dengan mereka). Maka janganlah kamu jadikan di antara mereka penolongpenolong
(mu), hingga mereka berhijrah pada jalan Allah. Maka jika mereka berpaling, tawan
dan bunuhlah mereka di mana saja kamu menemuinya, dan janganlah kamu ambil seorang
pun di antara mereka pelindung, dan jangan (pula) menjadi penolong,
Apakah arti ayat di atas yang berisi larangan berteman dan ancaman bunuh yang menuduh
kaum Mekah mengusir Muhammad dan pengikutnya meninggalkan tempat tinggal mereka?
Dalam ayat ini, Muhammad mengatakan pada pengikutnya untuk membunuh Muslim2 lain
yang meninggalkannya dan berniat kembali ke Mekah. Hal ini persis seperti yang terjadi di
tempat jemaat Pendeta Jim Jones di Guyana, di mana Jim Jones memerintahkan orang2nya
untuk menembaki siapapun yang berusaha melarikan diri. Semua ini diciptakan untuk
mengasingkan jemaatnya sehingga dia bisa mengendalikan dan mencuci-otak mereka dengan
lebih mudah. Jika seseorang jauh dari keluarga dan teman2nya, dan bergabung dengan sebuah
aliran yang mengelabui pikirannya, maka orang itu akan sukar berpikir kritis dan sukar
mempertanyakan kekuasaan pemimpinnya. [31]
[31] Jalal al-Din al-Suyuti menulis: “sekelompok orang dari Mekah masuk Islam dan berima; sebagai akibatnya,
para sahabat di Mekah menulis surat kepada mereka dan meminta mereka untuk melakukan hijrah; karena jika
mereka tidak mau, maka mereka tidak dianggap sebagai Muslim. Mereka setuju dan meninggalkan Mekah tapi
kemudian segera disergap orang2 kafir (Quraish) sebelum mencapai tujuan; mereka dipaksa murtad, tapi tidak
mau.” [Jalal al-Din al-Suyuti "al-Durr al-Manthoor Fi al- Tafsir al-Ma-athoor," vol.2, p178;]
Suyuti menulis di salah satu Hadis Rasul Allâh berkata, “Tiada Hijra (dari Mekah ke Medina) setelah Mekah
ditaklukan, tapi Jihad dan tujuan baik tetap dilakukan; dan jika kau diperintahkan (oleh pemimpin Muslim)
untuk berperang, maka segeralah berperang.”
Ini menunjukkan bahwa sebelum Mekah ditaklukan, hijrah ke Mekah merupakan kewajiban bagi Muslim. Ini
merupakan bukti tambahan bahwa Muslim dipaksa Muhammad untuk meninggalkan rumah2 mereka, sedangkan
sanak keluarga mereka berusaha berbagai cara untuk mencegah orang2 yang mereka kasihi mengikuti
Muhammad.
Jalal al-Din al-Misri al-Suyuti al-Shafi`i al-Ash`ari, yang dikenal juga sebagai Ibn al-Asyuti (849-911) adalah
imam mujtahid imam dan pembahari Islam abad ke 10. Dia adalah ahli hadis, hukum Islam, Sufi, filologis, dan
sejarah. Karyanya terdapat di setiap ilmu pengetahuan Islam.
24
Pecah-Belah dan Jajah
Meskipun telah mengeluarkan ayat2 panik penuh ancaman bagi mereka yang berniat
meninggalkannya, Muhammad tetap saja harus menemukan jalan untuk menafkahi
pengikut2nya. Dia lalu memerintahkan mereka untuk merampok kafilah2 pedagang Mekah.
Dia meyakinkan mereka bahwa masyarakat Mekah telah mengusir mereka ke luar dari rumah
mereka, karena itu sudah jadi hak mereka untuk merampok orang2 Mekah tersebut.
Q.22:39-40
(39) Diizinkan berperang bagi orang-orang (Islam) yang diperangi (oleh golongan
penceroboh), kerana sesungguhnya mereka telah dianiaya dan sesungguhnya Allâh Amat
Berkuasa untuk menolong mereka (mencapai kemenangan). (40) Iaitu mereka yang diusir dari
kampung halamannya dengan tidak berdasarkan sebarang alasan yang benar, (mereka diusir)
semata-mata kerana mereka berkata: Tuhan kami ialah Allâh...
Dia juga mengeluarkan banyak ayat2 Qur’an yang membujuk pengikutnya memerangi non-
Muslim.
Q.8:65
Wahai Nabi, perangsangkanlah orang-orang yang beriman itu untuk berperang. Jika ada di
antara kamu dua puluh yang sabar, nescaya mereka dapat menewaskan dua ratus orang (dari
pihak musuh yang kafir itu) dan jika ada di antara kamu seratus orang, nescaya mereka dapat
menewaskan seribu orang dari golongan yang kafir, disebabkan mereka (yang kafir itu)
orang-orang yang tidak mengerti.
Muhammad menghalalkan serangan2 ini melalui cara yang kita kenal saat ini sebagai pihak
yang jadi korban, sama persis seperti yang dilakukan Muslim masa kini. Dia mengaku non-
Muslim telah menekan kaum Muslim dan melakukan perang terhadap mereka. Pada
kenyataannya, dia sendiri yang memulai permusuhan dengan merampoki kafilah2 Mekah.
Begitu dia mulai cukup tentara yang bersedia melakukan perintahnya, Muhammad pun
memerintahkan mereka membunuhi para pedagang Quraish pula. Kebohongan Muhammad
sudah jelast tampak. Di satu ayat, Muhammad memerintahkan para pengikutnya hijrah ke
Medina dan mengancam mereka yang tidak ingin ikut dengan pembunuhan dan neraka. Tapi
di ayat2 lain dia menuduh bahwa Muslimlah yang diusir tanpa sebab dan mereka jadi korban
“yang diperangi.”
Simak kata kiasan Arab berikut: Darabani, wa baka; Sabaqani, wa'shtaka “Dia
memukulku dan mulai menangis; lalu dia datang padaku dan menuduhku
memukulnya!” Kiasan ini dengan tepat menggambarkan modus operandi (siasat)
Muhammad. Para pengikutnya saat ini juga melakukan permainan kotor serupa. Siasat
Muhammad ini ternyata sukses sekali. Dia berhasil membuat anak2 laki berperang melawan
ayah2 mereka, mengadu domba saudara kandung lawan saudara kandung, dan
menghancurkan persatuan suku, mencerai-beraikan masyarakat. Dengan menggunakan siasat
ini, dia akhirnya dapat menguasai seluruh Arabia. Jangan mengira bahwa orang2 Arab itu
bodoh sehingga mereka mudah diakali. Bahkan sekarang pun, orang2 Barat yang beralih
memeluk Islam sebenarnya melakukan hal yang sama dengan yang orang2 Arab lakukan pada
sukunya sendiri 1.400 tahun yang lalu. John Walker Lindh memeluk Islam dan pergi ke
Afghanistan untuk berperang bagi Al-Qaida melawan Amerika. Joseph Cohen adalah Yahudi
ortodox yang lalu memeluk Islam dan sekarang dia berkata membunuh orang2 Israel,
termasuk anak2 sekalipun adalah perbuatan halal. Yvonne Ridley, wartawan BBC yang dulu
menyelundup masuk Afghanistan tahun 2001 dan ditangkap Taliban, masuk Islam setelah
dibebaskan. Sekarang dia benci sekali terhadap negaranya sendiri yang disebutnya “negara
ketiga yang paling dibenci di dunia” (tampaknya setelah Amerika dan Israel). Ridley
mendukung bom bunuh diri dengan menyebutnya “tindakan martir,” dan menjuluki Abu
25
Musab al-Zarqawi sebagai pahlawan, padahal sudah jelas Zarqawi membunuhi ribuan orang2
Irak dalam kampanye berdarah di Irak dan jadi otak pemboman di Yordania yang membunuh
60 orang dan mencederai 115 orang di sebuah pesta perkawinan. Ridley juga mengatakan
bahwa pemimpin teroris Chechnya bernama Shamil Basayev yang mendalangi penyanderaan
penonton bioskop Moskow dan pembantaian anak2 sekolah di Beslan sebagai “martir yang
pasti masuk surga.” Menumbuhkan rasa benci ternyata berhasil bagi orang2 Arab dan semua
yang sekarang menyebut diri sebagai Muslim.
Janji-Janji Hadiah Surgawi
Beberapa ayah Qur’an memerintahkan para Muslim menyerang orang2 tak berdosa dan
merampoki mereka, dengan hadiah di dunia baka dan fana.
Q. 48:20
Allah menjanjikan kepada kamu harta rampasan yang banyak yang kamu akan mengambilnya,
Untuk mematikan nurani pengikutnya dari rasa bersalah karena melakukan
perampokan, Muhammad membuat Allâh berkata: “Nikmatilah apa yang kamu ambil
dalam perang, sebagai benda yang halal lagi baik” [32]
[32] Qur’an, 8:69. Juga lihat Qur’an, 8:74: “Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada
jalan Allah (untuk membela Islam) dan orang-orang (Ansar) yang memberi tempat kediaman dan pertolongan
(kepada orang-orang Islam yang berhijrah itu), merekalah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya.
Mereka beroleh keampunan dan limpah kurnia yang mulia..” Orang yang tidak mengenal gaya tulis Muhammad
(sebenarnya, melafal, karena dia buta huruf) mungkin heran bagaimana perintah merampok orang lain bisa
selaras dengan perintah takut akan Allâh. Tapi mereka yang dapat membaca Qur’an dalam bahasa Arab bisa
menemukan irama suara yang serupa, dan Muhammad sering menambah kata2 atau kalimat2 yang tidak pada
tempatnya, seperti “takut akan Allâh,” “Allah maha pengampun,” “Dia yang maha tahu lagi bijaksana,” dll.,
hanya untuk membuat ayatnya terdengar berirama sama. Sikap takut akan kemarahan Tuhan tapi di waktu yang
sama melakukan perampokan dan pembunuhan atas orang2 tak berdosa merupakan dua hal yang bertentangan.
Dengan menyamakan Tuhan dengan tindakan perampokan, pembantaian, dan pemerkosaan,
Muhammad telah menurunkan standard moral pengikutnya yang menghalalkan perbuatan jahat.
Perampokan diubah jadi perampokan suci, pembunuhan diubah jadi pembunuhan suci, dan kejahatan
diperintahkan dan bahkan dimuliakan. Dia meyakinkan para pengikutnya bahwa mereka yang
berperang demi Islam akan dapat hadiah, tidak hanya hadiah jarahan perang tapi juga pengampunan
dosa2 mereka.
Banyak kejahatan2 yang dilakukan Muslim selama berabad-abad berasal dari ayat2 ini dan
yang serupa lainnya. Amir Tîmûr-i-lang, yang dikenal juga dengan nama Tamerlane (1336-
1405), adalah seorang kejam yang menjadi Kaisar melalui tindakan2 banditnya. Dalam
autobiografinya yang berjudul Sejarah Perangku melawan India (The History of My
Expedition against India), dia menulis:
Tujuan utamaku datang ke Hindustan (India) dan melampaui semua kesusahan adalah untuk
mencapai dua hal. Pertama adalah perang melawan kafir, musuh Islam; dan dengan
melakukan perang agama ini aku akan mendapatkan surga di alam baka. Yang kedua adalah
untuk barang2 duniawi; tentara Islam harus mendapatkan sesuatu dari menjarah kekayaan dan
harta kafir: menjarah dalam perang adalah sama halalnya dengan air susu ibu mereka bagi
Muslim yang berperang bagi agamanya, dan meminumnya adalah halal dan terhormat.[33]
[33] Malfuzat-i Timuri, atau Tuzak-i Timuri, oleh Amir Tîmûr-i-lang dalam The History of India as Told by its
own Historians. The Posthumous Papers of the Late Sir H. M. Elliot. John Dowson, ed. 1st ed. 1867. 2nd ed.,
Calcutta: Susil Gupta, 1956, vol. 2, pp. 8-98.
Bahkan kalaupun kita beranggapan bahwa ke delapan puluh Muslim yang hijrah memang
dipaksa ke luar oleh orang2 Mekah, bagaimana tindakan ini bisa mengesahkan perampokan
kafilah2 tersebut? Harta benda kafilah2 ini belum tentu milik orang2 yang dulu mengusir
Muslim. Apakah setiap orang yang berpikir dirinya ditindas di suatu kota lalu boleh2 saja
26
melakukan tindakan balas dendam terhadap siapa saja penduduk kota itu? Para Muslim juga
menggunakan logika yang sama ketika mereka membom dan membunuh orang2 tak berdosa.
Jika mereka mengira suatu negara tidak bersikap ramah terhadap mereka, lalu mereka pikir
boleh2 saja membalas dendam dengan cara membunuh siapa saja warga negara itu yang tak
berdosa. Semua yang dilakukan Muslim jaman sekarang yang mengherankan dunia adalah
sama dengan tindakan Muhammad.
Di bagian 22, ayat 23 dalam Qur’an, Allâh memberi ijin berperang. Ini adalah ayat yang sama
yang ditulis Osama Bin Laden di suratnya kepada Amerika. Apakah sekarang kita bisa
berkata bahwa Islam tidak ada hubungannya dengan terorisme?
Perintah Melakukan Kekerasan
Di Medina, pendatang Muslim dari Mekah hanya beberapa orang saja. Agar lebih berhasil
dalam usaha penyerangannya, Muhammad butuh bantuan dari Muslim baru asal Medina, yang
disebutnya sebagai ‘Ansar’ (pembantu).
Akan tetapi, orang2 Medina tidak memeluk Islam untuk merampok kafilah dan berperang.
Percaya pada Allâh adalah satu hal, sedangkan menyerang, menjarah, dan membunuh orang
merupakan hal yang lain sama sekali. Sebelum Muhammad datang, orang2 Arab tidak
mengenal agama perang. Bahkan saat jaman modern sekalipun, terdapat para Muslim yang
percaya pada Allâh tapi tidak mau berperang dan membunuh bagi agamanya. Untuk
membujuk pengikut seperti ini, Muhammad membuat Allâh mengeluarkan perintah ini:
Q. 2:216
Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci.
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu
menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak
mengetahui.
Tak lama kemudian, usaha sang Nabi mulai berbuah. Terdorong keserakahan ingin dapat
harta jarahan dan janji2 hadiah surgawi, maka Muslim Medina bergabung melakukan
perampokan dan penjarahan. Setelah tentara Muhammad bertambah banyak dan ambisinya
semakin membengkak, dia pun mendongkrak posisinya dengan tidak hanya memerintahkan
pengikutnya berperang baginya “di jalan Allâh” tapi juga harus bayar biaya perang sekalian.
Q. 2:195
Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu
sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang berbuat baik.
Perhatikan bagaimana Muhammad menghubungkan “perbuatan baik” dengan
menjarah, meneror, dan membunuh. Dengan memutarbalikkan moralitas seperti inilah
maka Muslim dapat mengesampingkan nurani mereka dan menganut etika terbalik
dalam memperlakukan non-Muslim, yang harus terus dimanfaatkan demi keuntungan
Muslim. Apapun keadaan yang menguntungkan Muslim dianggap baik. Muhammad
membuat pengikutnya percaya bahwa melakukan perang baginya dan melakukan
tindakan terorisme dalam Islam merupakan perbuatan yang menyenangkan Tuhan.
Saat ini, para Muslim yang tidak sanggup berperang, menggantinya dengan menyumbangkan
zakat. Zakat ini tidak untuk membangun rumah sakit, yayasan yatim piatu, sekolah atau
rumah jompo. Sebaliknya, zakat ini digunakan untuk mengembangkan Islam, untuk
membangun mesjid, madrasah, melatih teroris, dan membiayai jihad. Badan2 sosial Islam
membantu kaum miskin hanya demi tujuan politis semata. Contoh yang tepat bisa dilihat dari
27
banyaknya jumlah uang yang dibayar Pemerintah Iran kepada Hezbollah di Lebanon.
Sumbangan ini tentunya bukan untuk tujuan sosial. Kebanyakan masyarakat Iran saat ini
hidup dalam kemiskinan. Mereka yang beruntung bisa kerja, berusaha hidup dengan gaji tak
lebih dari $100 per bulan. Mereka sangat butuh sandang, pangan, papan. Kenapa Pemerintah
Iran malah memberi uang negara ke Lebanon dan bukannya menolong rakyat sendiri?
Tujuannya adalah untuk membuat Islam terasa manis di mulut orang2 Lebanon dan
membujuk mereka berperang melawan Israel. Jika orang2 tidak cukup menyumbang bagi
usaha militernya, Muhammad dengan marah akan menegur mereka:
Q.57:10
Dan mengapa kamu tidak menafkahkan (sebagian hartamu) pada jalan Allah, padahal Allahlah
yang memusakai (mempunyai) langit dan bumi? Tidak sama di antara kamu orang yang
menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan (Mekah). Mereka lebih tinggi
derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah itu.
Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik. Dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Dengan cerdik Muhammad menyamakan uang yang dikeluarkan Muslim bagi usaha
militernya sebagai “pinjaman” yang diberikan kepada Tuhan, dan menjanjikan mereka “bunga
illahi” bagi uang mereka:
Q.57:11
Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan
melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang
banyak,
Dengan cara ini, dia membuat pengikutnya percaya bahwa Allâh berhutang pada mereka
karena membantu Muhammad dalam perang2 penjajahannya. Dia bahkan lebih mempermanis
perjanjian utang piutang itu dan membuatnya lebih menggiurkan lagi dengan janji2 seksual
surgawi:
Q. 71:12
dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan
mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.
Meskipun Muhammad membuat Allâh mengatakan pada pengikutnya betapa besar upah
Muslim yang menyumbang usaha militernya, tapi dia tidak mau pengikutnya bangga terhadap
sumbangan dan pengorbanan mereka. Berkorban itu adalah keberuntungan. Pengikutnyalah
yang harus berterima kasih padanya karena diberi kesempatan melayaninya, dan
bukan sebaliknya:
Q. 2:262
Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi
apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak
menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak
ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Setelah membangkitkan semangat mereka untuk mengobarkan perang dan memerintahkan
mereka untuk menebas leher2 kafir, Muhammad meyakinkan pengikutnya bahwa “perbuatan2
baik” mereka tidak akan dilupakan.
Q. 47:4
Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir (di medan perang) maka pancunglah batang
leher mereka. Sehingga apabila kamu telah mengalahkan mereka maka tawanlah mereka dan
sesudah itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan sampai perang berhenti.
Demikianlah, apabila Allah menghendaki niscaya Allah akan membinasakan mereka tetapi
28
Allah hendak menguji sebahagian kamu dengan sebahagian yang lain. Dan orang-orang yang
gugur pada jalan Allah, Allah tidak akan menyia-nyiakan amal mereka.
Dengan kata lain, Allâh dapat membunuh kafir tanpa bantuan Muslim, tapi dia ingin Muslim
melakukannya untuk menguji iman mereka.
Dengan demikian, Muhammad menggambarkan Allâh sebagai gembong mafia, pemimpin
gerombolan rampok, yang ingin menguji kesetiaan orang2nya dengan menyuruh mereka
membunuh. Dalam Islam, iman Muslim akhirnya diuji dari niat membunuh mereka, kesiapan
mereka untuk membunuh demi Allâh. Maka katanya:
Q. 8:60
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari
kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan
musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya;
sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan
dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).
Muhammad memberi janji2 kosong bahwa mereka yang berperang (yang melakukan kegiatan
berperang atau yang menyumbang uang) melawan kafir dan menerima dia sebagai Rasul
Allâh akan menerima harta selangit banyaknya di alam baka. Sewaktu menjelaskan hadiah2
ini, dia membualkan kemulukan luar biasa.
Dia berjanji akan ada berbagai barang indah dan kepuasan seksual tak terbatas di surga, dan
memperingatkan bahaya hukuman bagi mereka yang pedit menyumbang usaha militernya:
[34]
Q. 61:10-11
(10) Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang
dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (11) (yaitu) kamu beriman kepada Allah
dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik
bagi kamu jika kamu mengetahuinya,
[34] Qur’an, Bagian 47, Ayat 38: “Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu)
pada jalan Allah. Maka di antara kamu ada orang yang kikir, dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah
kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang
membutuhkan (Nya); dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain, dan
mereka tidak akan seperti kamu (ini).
Q. 55:53-56
(54) (Di Surga) Mereka bertelekan di atas permadani yang sebelah dalamnya dari sutra. Dan
buah-buahan kedua surga itu dapat (dipetik) dari dekat. (55) Maka nikmat Tuhan kamu yang
manakah yang kamu dustakan? (56) Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan
menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghunipenghuni
surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin.
Q. 78:32-34
(32) (yaitu) kebun-kebun dan buah anggur, (33) dan gadis-gadis remaja yang sebaya, (34) dan
gelas-gelas yang penuh (berisi minuman).
Q. 57:7
Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang
Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu
dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar. [35]
[35] Lihat juga Qur’an bagian 63, ayat 10.
29
Ayat2 di atas dan yang serupa dalam Qur’an dengan mudah menjelaskan mengapa demikian
banyak badan Islam yang mengumpulkan zakat ternyata membiayai kegiatan terorisme. [36]
Orang awam akan mengira sumbangan sosial (zakat) dan kegiatan terorisme adalah dua hal
yang bertentangan, tapi Muslim tidak menganggapnya demikian. Zakat dilakukan untuk
menyebarkan Islam dan mendukung jihad. Bagi orang awam, ini adalah tindakan terorisme;
tapi bagi Muslim, ini adalah perang suci, suatu kewajiban dan tindakan tersuci dalam
pandangan Allâh.
[36] Dalam sebuah laporan yang diumumkan kepada umum oleh Pengadilan Pemerintah di Virginia pada
tanggal 19 Agustus, 2003, menyatakan bahwa badan zakat Muslim menyumbang $3,7 juta kepada BMI, Inc.,
yang adalah perusahaan investasi Islam swasta di New Jersey dan perusahaan ini diduga menyalurkan uang
kepada kelompok2 teroris. Uang itu adalah bagian dari sumbangan $10 juta dari berbagai donatur tanpa nama di
Jeddah, Arab Saudi. http://pewforum.org/news/display.php?NewsID=2563
Juga di tanggal 27 July, 2004, Departemen Pengadilan A.S. mengungkapkan pengumpulan zakat Muslim
terbesar dalam negeri dan tujuh dari tokoh2 utama dituduh menyalurkan uang sebesar $12,4 juta selama enam
tahun kepada orang2 dan kelompok2 yang berhubungan dengan Gerakan Perlawanan Islam atau Hamas, yang
adalah kelompok Palestina yang dianggap Pemerintah A.S. sebagai organisasi teroris.
http://www.washingtonpost.com/wp-dyn/articles/A18257-2004Jul27.html
Karena itu, berperang demi Allâh menjadi kewajiban dalam Islam yang mengikat semua
Muslim. Muhammad membuat Muslim Mekah yang hijrah ke Medina untuk melawan
masyarakat Mekah mereka sendiri, dan menyebut perbuatan ini sebagai balas dendam
terhadap mereka yang menindas Muslim.
Q. 8:40
Perangi sampai tiada fitnah (perlawanan) lagi dan agama adalah agama Allâh.
Ketika beberapa pengikutnya ragu2 untuk berperang, dia menegur mereka untuk taat padanya
sambil “mengeluarkan” ayat2 baru dari Allâh yang mengancam mereka yang tidak taat.
Q. 47:20
orang-orang yang beriman berkata: "Mengapa tiada diturunkan suatu surat?" Maka apabila
diturunkan suatu surat yang jelas maksudnya dan disebutkan di dalamnya (perintah) perang,
kamu lihat orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya memandang kepadamu seperti
pandangan orang yang pingsan karena takut mati, dan kecelakaanlah bagi mereka
Dari ayat2 ini bisa dilihat bahwa Islam itu adalah agama perang. Selama orang percaya pada
Islam dan mengira Qur’an adalah firman Tuhan, terorisme Islam akan selalu menang. Muslim
yang berusaha memperbaharui Islam, bersikap toleran, dan mengadakan “dialog antar
budaya” dengan mudah diberangus oleh otoritas Qur’an yang memuat begitu banyak ayat2
yang memerintahkan Muslim berperang melawan kafir.
Q. 4:84
Maka berperanglah kamu pada jalan Allah, tidaklah kamu dibebani melainkan dengan
kewajiban kamu sendiri. Kobarkanlah semangat para mukmin (untuk berperang). Mudahmudahan
Allah menolak serangan orang-orang yang kafir itu. Allah amat besar kekuatan dan
amat keras siksaan (Nya).
Ayat2 ini menjamin keberhasilan bagi Muslim:
Q. 4:141
… Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan
orang-orang yang beriman.
30
Dan janji2 hadiah illahi:
Q. 9:20
Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan
diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang
mendapat kemenangan. [37]
[37] Juga lihat Qur’an, Bagian 8, Ayat 72: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta
berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah … Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”
Juga Qur’an Bagian 8, Ayat 74: Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah,
dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin),
mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki (nikmat) yang
mulia.
Ilmuwan2 Muslim di mana2 pun menyuarakan dorongan untuk melakukan kekerasan. Tokoh
agama utama Arab Saudi, sang Mufti Agung, membela semangat jihad atau perang suci
sebagai hak yang diberikan Tuhan. “Penyebaran Islam terjadi dalam beberapa tahap, rahasia,
dan lalu umum, di Mekah dan Medina,” yang adalah kota2 tersuci dalam Islam, kata Sheikh
Abdel Aziz Al Sheikh dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh badan berita Pemerintah
SPA. “Tuhan memerintahkan Muslim untuk membela diri dan berperang terhadap siapapun
yang menentang mereka, dan ini merupakan hak yang dihalalkan oleh Tuhan. Ini merupakan
hal yang sangat masuk akal dan tidak dibenci Tuhan,” katanya. [38]
[38] http://metimes.com/articles/normal.php? ... 0403-1970r
Imam Arab Saudi paling senior menjelaskan bahwa perang bukanlah pilihan utama
Muhammad: “Dia memberi tiga pilihan: menerima Islam, atau menyerah dan bayar pajak
jizya dan mereka boleh tetap tinggal di tanah mereka dan melakukan ibadah mereka di bawah
perlindungan Muslim.” Pak Mufti Agung memang benar. Kekerasan terhadap non-Muslim
memang merupakan pilihan terakhir, jika non-Muslim tidak mau memeluk Islam atau
menyerah kepada tentara Islam. Ini bukan aturan asli ciptaan Muhammad. Perampok2
bersenjata lain juga tidak melakukan kekerasan jika korban mereka menyerah dan tak
melawan. Memang para kriminal biasanya menggunakan kekerasan hanya jika korbannya
melawan.
Aku melakukan perdebatan di internet melawan Pak Javed Ahmed Ghamidi, yang dipandang
sebagai ahli Islam Pakistan paling terkemuka. Melalui muridnya yang bernama Dr. Khalid
Zaheer, Pak Ghamidi menulis: “Pembunuhan yang dinyatakan di Qur’an ditujukan bagi
mereka yang bersalah melakukan pembunuhan, atau melakukan kekacauan di bumi,
atau mereka yang tidak layak hidup di dunia karena menolak pesan Tuhan yang sudah
jelas disampaikan dan dimengerti.” Pak Ghamidi adalah Muslim moderat. Akan tetapi, dia
tahu sekali agamanya dan yakin mereka yang menolak Islam “tidak layak hidup di dunia
lagi” dan harus dibunuh. [39]
[39] http://www.faithfreedom.org/debates/Ghamidip18.htm
Penyerangan
Orang Muslim biasanya bangga untuk membicarakan “peperangan” Muhammad. Kebanggaan
ini tiada dasarnya. Muhammad menghindari perang sebenarnya. Dia lebih memilih
penyergapan atau penyerangan mendadak sehingga dia bisa mengalahkan korban2nya yang
kaget dan membantainya sewaktu mereka tidak siap dan tidak bersenjata.
Di sepanjang sepuluh tahun hidupnya, setelah hijrah ke Medina dan merasa kuat di tengah2
pengikutnya, Muhammad melalukan 74 penyerangan. [40] Beberapa dari penyerangan ini
adalah pembunuhan2 atas perorangan saja, dan penyerangan lainnya melibatkan ribuan orang.
Dia ikut dalam 27 usaha penyerangan dan ini disebut ghazwa. Penyerangan2 yang
31
diperintahkannya tapi dia sendiri tidak ikut menyerang disebut sebagai sariyyah. Baik ghazwa
maupun sariyyah berarti serangan mendadak atau penyergapan.
[40] Tabaqat, Vol. 2, hal. 1-2.
Jikalau Muhammad ikut menyerang, dia selalu berada di bagian belakang tentaranya,
dilindungi tentara khususnya. Tiada keterangan manapun dalam biografi Muhammad yang
menuliskan dia sendiri bertarung melawan musuh.
Di salah satu perang yang dikenal sebagai Perang Fijar yang terjadi di Mekah, Muhammad
ikut perang diantara paman2nya. Saat itu Muhammad berusia dua puluh tahun, dan usahanya
adalah mengumpulkan panah2 musuh sewaktu gencatan senjata dan menyerahkannya kepada
paman2nya. Muir menulis: “Sikap berani dan mahir bersenjata adalah hal yang tidak dimiliki
Muhammad dalam sepanjang karirnya sebagai nabi.” [41]
[41] William Muir, Life of Muhammad Volume II, Chapter 2, Page 6.
Muhammad dan pengikutnya menyerang kota2 dan desa2 tanpa peringatan, melawan orang2
sipil tak bersenjata, dengan pengecut membacoki mereka sebanyak mungkin yang bisa
dilakukan, mengambil jarahan perang berupa hewan2 ternak, senjata2 dan semua harta benda
korban, termasuk istri2 dan anak2 mereka. Pihak penyerang Muslim kadangkala menyandera
para istri dan anak ini dengan tuntutan tebusan uang atau menyimpan/menjual mereka sebagai
budak. Berikut adalah contoh kejadian penyerang yang tercatat dalam sejarah Islam:
Sang Nabi tiba2 menyerang Bani Mustaliq tanpa peringatan ketika mereka sedang tidak siap
dan ternak mereka sedang minum di tempat2 pengambilan air. Orang2 yang melawan dibunuh
dan para wanita dan anak2 mereka ditawan; sang Nabi mendapatkan Juwairiya di hari itu.
Nafi berkata bahwa Ibn Omar memberitahukan kisah itu padanya dan Ibn ‘Omar adalah salah
satu dari tentara tersebut. [42]
[42] Sahih Bukhari, Vol. 3. Book 46, Number 717
Di perang ini, kata penyampai berita Muslim, “600 orang ditawan oleh tentara Muslim.
Diantara barang jarahan terdapat 2.000 unta dan 5.000 kambing.” [43]
[43] Ibid.
Dunia kaget ketika teroris2 Muslim membunuh anak2, lalu apologis Muslim dengan cepat
mengumumkan pembunuhan anak2 dilarang Islam. Tapi sebenarnya Muhammad
memperbolehkan pembunuhan anak2 di malam2 penyerangan.
Dilaporkan berdasarkan wewenang dari Sa’b b. Jaththama bahwa sang Rasul Allâh s.a.w.,
ketika ditanya tentang para wanita dan anak2 pagan yang dibunuh di malam penyerangan,
berkata: Mereka adalah salah satu dari mereka. [44]
[44] Sahih Muslim Book 019, Number 4321, 4322 and 4323:
Tujuan penyerangan Muhammad adalah untuk menjarah. Beberapa sumber yang diakui oleh
semua Muslim membenarkan agar bisa menang, sang Nabi menyerang secara tiba2:
Ibn ‘Aun melaporkan: Aku menulis pada Nafi’ untuk bertanya padanya apakah perlu
menawarkan kafir untuk masuk Islam sebelum diperangi. Dia menulis jawaban padaku hal ini
penting di masa awal Islam. Rasul Allâh s.a.w. menyerang Banu Mustaliq ketika mereka
sedang tidak siap dan memberi minum ternaknya di tempat pengambilan air. Dia membunuh
mereka yang melawan dan menawan lainnya. Di hari yang sama dia menangkap Juwairiya
bint al-Harith. Nafi’ berkata kisah ini disampaikan padanya oleh Abdullah b. Omar yang
termasuk diantara tentara yang menyerang. [45]
[45] Sahih Muslim Book 019, Number 4292:
32
Untuk mengesahkan serangan2 biadab terhadap orang2 sipil, sejarawan Muslim seringkali
menuduh pihak korban berencana melawan Islam. Akan tetapi, tiada alasan untuk
mempercayai adanya suku Arab yang mencoba menyerang Muslim yang pada saat itu adalah
gerombolan bandit yang kuat. Sebaliknya, banyak suku yang berdamai dengan Muslim
dengan menandatangani perjanjian damai dengan Muhammad agar tidak diserang. Perjanjian2
damai ini nantinya dilanggar sendiri oleh Muhammad ketika dia sudah merasa kuat secara
militer.
Jarahan tidak hanya memperkaya gerombolan rampoknya. Tapi jarahan juga termasuk
budak2 seks. Juwairiya adalah seorang wanita muda yang suaminya dibunuh, dan dia jatuh
ke tangan seorang Muslim. Aisha, istri Muhammad yang paling disayangi dan yang termuda
(yang menurut sumber Muslim berusia enam tahu ketika dikawini Muhammad yang saat itu
berusia lima puluh satu tahun dan disetubuhi ketika berusia sembilan tahun) menemani
Muhammad dalam penyerangan ini dan kemudian menyampaikan:
Ketika sang Nabi – semoga damai menyertainya – membagi-bagi tawanan Banu Al-Mustaliq,
dia (Juwairiya) jatuh ke tangan Thabit ibn Qyas. Juwairiya menikah dengan sepupunya, yang
dibunuh dalam perang. Dia bersedia memberi Thabit uang sembilan keping emas untuk
kemerdekaannya. Dia adalah wanita yang sangat cantik. Dia mempesona setiap pria yang
melihatnya. Dia datang meminta tolong kepada Nabi. Begitu aku melihatnya di pintu kamarku,
aku tidak suka padanya, karena aku tidak dia (Nabi) akan melihatnya sama seperti aku
melihatnya. Dia (Juwairiya) masuk dan berkata padanya tentang siapa dirinya, yakni anak dari
al-Harith ibn Dhirar, yang adalah kepala suku bangsanya. Dia berkata: “kau tahu masalahku.
Aku jatuh ke tangan Thabit, dan berjanji membayar tebusan, dan aku meminta tolong
padamu.” Dia berkata: “maukah kau yang lebih baik dari itu? Aku bebaskan utangmu, dan
menikahimu.” Dia berkata: “Ya” “Kalau begitu jadilah!” jawab Rasul Allâh. [46]
[46] http://66.34.76.88/alsalafiyat/juwairiyah.htm
Penjelasan ini menjawab semua sangkalan alasan Muhammad sebenarnya atas tindakannya
mengawini banyak wanita. Dia dan orang2nya membunuh suami Juwairiya dalam
penyerangan tiba2 tanpa sebab. Juwairiya adalah anak suku Bani Mustaliq dan seorang putri
bangsawan. Dari bangsawan lalu dijadikan budak dan dimiliki oleh salah seorang bandit
pengikut Muhammad. Akan tetapi, karena dia cantik, maka sang Nabi suci menawarkan
“kemerdekaan” baginya dengan syarat kawin dengan sang Nabi. Apakah ini kemerdekaan?
Punya pilihan apakah Juwairiya? Bahkan jika Muhammad benar2 memerdekakannya, hendak
pergi ke mana dia?
Apologis Muslim bersikeras bahwa kebanyakan istri2 Muhammad adalah kaum janda. Orang
awam bisa menyangka Muhammad mengawini mereka karena ingin menolong. Yang tidak
disampaikan Muslim adalah para wanita yang “janda” ini ternyata muda dan cantik, dan para
suami mereka dibunuh Muhammad. Juwairiya berusia 20 tahun dan Muhammad 58 tahun.
Sejarawan2 Islam mengaku bahwa Muhammad tidak mau menikahi wanita kecuali jika
mereka itu muda, cantik, dan tidak punya anak. Perkecualian adalah Sauda yang berusia
sekitar tiga puluh tahunan ketika Muhammad menikahinya agar dia bisa mengurus anak2
Muhammad. Berdasarkan sebuah hadis, Muhammad berhenti tidur dengannya ketika dia
memiliki istri2 yang lebih cantik dan muda [47], semua istri2nya berusia remaja atau awal dua
puluh tahunan dan dia sendiri berusia sekitar lima puluh dan enam puluh tahunan. Sejarawan
Tabari [48] mengisahkan bahwa Muhammad meminta Hind bint Abu Talib, sepupunya
sendiri, untuk menikah dengannya tapi ketika Hind mengatakan dia punya anak, Muhammad
tidak mau lagi. Muhammad juga meminta wanita lain bernama Zia’h bint Aamir untuk
menikah dengannya, tapi ketika Zia’h menyebut umurnya, Muhammad berubah pikiran. [49]
33
[47] Aisha mengisahkan bahwa Sauda melepaskan jatah gilirannya siang dan malam bagi Aisha untuk
bermesraan dengan Rasul Allâh [Bukhari Volume 3, Book 47, Number 766]
[48] Muhammad ibn Jarir al-Tabari (838–923) adalah salah satu sejarawan Persia yang paling terkemuka dan
terkenal dan penafsir Qur’an, karyanya yang paling terkenal adalah Tarikh al-Tabari dan Tafsir al-Tabari.
[49] Tabari dalam bahasa Persia, Vol. IV, hal. 1298.
Seorang Muslim bernama Jarir ibn Abdullah mengisahkan suatu kali Muhammad bertanya
padanya, “apakah kau telah menikah?” Dia mengiyakan. Muhammad lalu bertanya, “Perawan
atau janda?” Dia menjawab, “Aku menikahi seorang janda.” Lalu Muhammad berkata,
“Mengapa tidak menikah dengan perawan saja agar kau bisa bermain dengannya dan dia
denganmu?” [50]
[50] Bukhari Volume 3, Book 34, Number 310:
Bagi Muhammad, wanita tidak lebih daripada obyek seks belaka. Wanita tidak lebih
daripada barang kepunyaan. Fungsi wanita adalah untuk menyenangkan suami2
mereka dan melahirkan anak2nya.
Perkosaan
Muhammad mengijinkan tentaranya untuk memperkosa para wanita yang ditawan dalam
penyerangan2 yang dilakukan Muslim. Akan tetapi, setelah menangkap para wanita itu, para
Muslim menghadapi dilema. Mereka ingin berhubungan seks dengan mereka tapi lalu ingin
mendapat uang tebusan sandera dan tidak ingin membuat wanita2 itu hamil. Beberapa dari
wanita2 ini sudah menikah. Suami2 mereka ada yang berhasil menyelamatkan diri ketika
tiba2 diserang dan mereka masih hidup. Tentara Muslim berpikir untuk melakukan azl atau
coitus interruptus (mengeluarkan sperma di luar tubuh wanita). Karena tidak yakin apa yang

Cari artikel Blog Ini

copy right