Kamis, 08 Mei 2014

kontroversi pembangunan "Masjidil Aqsa"


Oleh: Ali Sina •
Muslim benar-benar percaya bahwa Allah memberikan Quran secara langsung kepada Muhammad melalui Jibril, dan tidak ada satupun kata atau koma didalam Quran telah diubah.
OK, mari kita uji pernyataan di atas. Ada Hadith yang
menceritakan bahwa Muhammad pada suatu malam, menaiki seekor kuda bersayap yang membawa dia ke Masjidil Haram (Kabah) kemudian ke Masjidil Aqsa (= masjid terjauh = di Yerusalem) dan kemudian ke langit tingkat 7, dimana kepadanya diperlihatkan surga dan neraka, dan kemudian dibawa kehadapan Allah. Cerita ini diterima Muslim dan disebut dengan peristiwa [Isra] Mi’raj, yang juga tercatat dalam Quran.
QS 17:1
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
Ok-lah, mari kita berbaik hati dengan menganggap kalau kuda-poni bersayap milik Muhammad bisa terbang dengan kecepatan cahaya (kecepatan yang tercepat di jagad raya ini). Maka menurut perhitungan ilmuwan dibutuhkan waktu 8 tahun untuk mencapai tata surya terdekat dan 30 juta tahun untuk mencapai batas alam semesta yang dikenal manusia saat ini. Padahal Muhammad hanya punya 1 malam, jadi menurut Quran, surga jaraknya tidak akan lebih dari 0.03% dari tata surya terdekat. Jadi lumayan dekat-kan jarak surga-bumi. Apalagi kalau kita tinjau lebih jauh, bahwa tidak mungkin kuda poni bisa terbang di luar atmosfir bumi, tentu jarak surga sebenarnya menurut Quran adalah lebih dekat lagi. Saya sangat heran, mengapa dengan teknologi yang sekarang kita punya tidak seorangpun yang menemukan dimana surga itu, walaupun jaraknya sangat dekat? Hal yang lain yang janggal adalah, mengapa Muhammad harus pergi dulu ke Yerusalem (Masijidil Aqsa) sebelum pergi ke surga, apakah pintu gerbang surga ada di Yerusalem?
Masjidil Aqsa (the Dome of the Rock)
Hal yang paling aneh dari cerita ini adalah, Masjidil Aqsa yang menjadi spot penting di cerita ini, sebenarnya dibangun sesudah Muhammad wafat.
Ketika Omar menaklukkan Yerusalem, ia sholat di suatu tempat yang dulunya adalah Bait Sulaiman, taja diraja kaum Yahudi. Bangsa Romawi menghancurkan kuil ini pada 70M. Sejak saat itu, tidak ada kuil, gereja, atau masjid di tempat itu. Tapi kemudian Kalif Abd-Malik ibn Marwan yang akhirnya membangun the Dome of the Rock (Batu Kubah) pada tahun 691M, atau 72 tahun sesudah hijrah. Dan Masjidil Aqsa dibangun di atas reruntuhan Temple Mount pada akhir abad 7. Hal ini dilaporkan oleh “The Concise Encyclopedia of Islam” karangan Harper & Row, 1989, halaman 46-102.
Muhammad menyatakan bahwa Mi’raj terjadi pada tahun 622M. Padahal pada saat itu Yerusalem ada di tangan orang Kristen. Tidak ada Muslim yang tinggal di sana dan jelas tidak ada masjid di Yerusalem. 53 tahun setelah Muhammad wafat, Muslim membangun “the Dome of the Rock” dan “Al Aqsa” di tempat yang dulunya Salomon membangun bait bagi Tuhannya..
Quran ternyata telah dimanipulasi dan diubah setelah beberapa tahun pengarang aslinya (Muhammad) meninggal dunia, dengan demikian ada beberapa kisah yang tidak original yang dimasukkan didalamnya. Jadi siapapun yang menjadi pengarang ayat 17:1 ini tidak tahu bahwa Masjidil Aqsa belum ada pada jamannya Muhammad dan tidak mungkin Muhammad mengadakan perjalanan ke tempat yang tidak ada. Jadi jelaslah ini tambahan yang ditambahkan pada Quran.
Tentunya ini adalah kesalahan besar dari oknum yang menciptakan Quran sedemikian sehingga kaum terpelajar Islam, seperti Yusuf Ali, terpaksa akhirnya mengatakan bahwa Masijidil Aqsa yang dimaksudkan di Quran adalah hanyalah tempat yang nantinya akan dibangun Masjidil Aqsa, bukan masjid yang sesungguhnya.
Tentunya pengumpamaan yang dibuat Yusuf Ali itu bisa saja benar … Tapi si Yusuf Ali lupa bahwa ada hadith yang jelas-jelas menulis bahwa Masjidil Aqsa yang dikunjungi Muhammad pada saat Mi’raj adalah bangunan yang sesungguhnya, bukan hanya tempatnya saja.
Sahih Bukhari, Volume 4, Buku 55, Hadith 636:
Dinarasikan oleh Abu Dhaar:

Aku berkata, “Ya Nabi Allah! Masjid manakah yang pertama kali dibangun?”. Jawabnya, “Al-Masjid-ul-Haram.” Lalu tanyaku lagi, “Masjid manakah yang dibangun sesudahnya?” Jawabnya, “Al-Masjid-Aqsa (yang dimaksud tentunya yang ada di Yerusalem).” Lanjutku, “Berapa tahun jarak pembangunan masjid-masjid itu?”, Jawabnya, “Empatpuluh (tahun).” Lalu tambahnya, “Kalau waktu sembahyang bagimu sudah tiba, maka sembahyanglah, seluruh tempat di dunia ini bisa menjadi tempat sembahyang kamu.”
OK-lah Muslim bisa saja mengemukakan alasan lebih lanjut bahwa masjid adalah tempat mana saja yang digunakan untuk sembahnya (sujud), tidak selalu harus mengacu pada bangunan. Jadi bait Salomon (yang kemudian diklaim Muslim sebagai Masjidil Aqsa) juga bisa dikatakan sebagai masjid, karena Muhammad menggunakan tempat itu untuk sembahyang. Jadi bila hal itu benar demikian, maka bisa saja kami mengatakan bahwa semua gereja, sinagog, dan kuil Zoroastrian juga adalah Masjid.
Tapi kalau memang begitu… Kalau memang pada jamannya Muhammad ada banyak sekali “masjid” (yang hanya berati tempat sembahyang bukan hanya untuk kaum Muslim) yang dibangun lebih jauh dari Yerusalem (bahkan lebih jauh dari Mekah atau Medinah), itu berarti bahwa Masjidil Aqsa bukan masjid yang terjauh.
Masalah akibat adanya Hadith ini adalah: Masjidil Haram (Kabah) terbukti dibangun oleh Ibrahim. Ibrahim hidup sekitar tahun 2000 sebelum masehi. Dan Bait Salomon (tempat yang sekarang ditempati Masjidil Aqsa) dibangun pada tahun 958-951 sebelum Masehi. Dengan demikian kira-kira ada selisih waktu sekitar 1040 tahun antara pembangunan 2 bangunan ini. Jadi Muhammad telah membuat kesalahan, karena perhitungannya meleset sekitar 1000 tahun. •
Faith Freedom Forum Indonesia

Cari artikel Blog Ini

copy right