Pages

Rabu, 22 Agustus 2012

Dibantai Layaknya Domba



Seperti Awuna, Monica Musa tahu konsekuensi menjadi pengikut Kristus di bagian utara Nigeria -- penderitaan. Ia memperoleh kekuatan dari membaca Alkitab, khususnya Matius 5:11-12. "Yesus berkata bahwa Dia dianiaya, oleh karena itu siapa pun yang mengikuti Dia pasti mengalami penganiayaan.... maka siapa pun yang memikul salib itu, suatu hari akan menghadapi penganiayaan. Saya telah
membawa ini -- Alkitab sebagai senjataku untuk bergantung dan berharap, karena firman Tuhanlah aku bisa tegar sampai hari ini," kata Monica.
Monica duduk, kedua tangannya memegang sebuah saputangan, ketika ia mengingat kembali kejadian tanggal 11 Mei 2004. Monica sampai sekarang terkadang masih terngiang suara suaminya. Hari itulah terakhir kalinya ia melihatnya hidup.
"Tidakkah kamu dengar?" kata suaminya saat itu. "Ada kerusuhan di Jos, dan orang-orang Kano ingin melakukan serangan. Kumpulkan semua barangmu dan cari anak-anak, bawa mereka pulang." Monica menyeka air matanya ketika ia mengingat apa yang terjadi hari itu di kota Kano, yang mayoritas "agama lain".
Ketika aku melangkah keluar, setiap orang berlarian menyelamatkan diri mereka dan orang-orang "agama lain" di belakang mereka dengan bersenjatakan belati dan tongkat kayu, memukul dan menikam mereka. Kelompok-kelompok "agama lain" membuntuti orang-orang Kristen. Karena itu, jika kamu tidak beruntung atau jika kamu tidak bisa lari, mereka akan menangkapmu, membantaimu, membakarmu," ingat Monica. Monica dan kedua anaknya bersembunyi sampai kerusuhan mereda.
Hampir lima tahun kemudian, kemarahan masih mencengkeram Monica ketika ia mengingat kembali bagaimana para tetangga "agama lain"nya menceritakan kepadanya mengenai kematian suaminya.
Mereka memutilasi tubuhnya dan meninggalkannya begitu saja di jalan. Ketika mereka melihat mayat suamiku seperti itu, mereka pergi ke rumah kami dan mengambil semua barang kami. Itu adalah hal yang wajar, yang mereka lakukan setelah membunuhmu; mereka pergi ke rumahmu, memilih barang-barang yang bagus dari rumahmu, lalu membakar rumahmu. Mereka meletakkan barang-barang milik kami di atas mayat suamiku, meletakkan salib juga di atasnya, dan membakar semuanya.
Hari-hari setelah kematian suaminya, Monica dengan sakit hati menceritakan kejadian itu kepada anak-anaknya, bahwa meskipun dalam kondisi demikian, Allah tetap melindungi mereka. Aku berkata pada mereka, walaupun ayah tidak bersama kita, tetapi masih ada Allah yang akan menjaga kita. Mereka akan bergantung pada Tuhan dan percaya kepada Dia.
Melalui rekan sekerja di Nigeria, kami menolong Monica memulai usaha kecil-kecilan -- menjual barang untuk menghidupi keluarganya. Anak-anaknya saat ini berada di tempat yang aman dan menerima pendidikan gratis di Stephen Center. "... pemberian modal usaha dan doa-doa Anda benar-benar telah menolongku," katanya.
Dan bagaimana dengan para pembunuh suaminya? "Setiap hari aku berdoa untuk mereka, agar Tuhan membuka mata mereka dan menjamah hati mereka, sehingga mereka bertobat atas dosa-dosa mereka. Itulah yang aku lakukan dan apa yang firman Tuhan katakan padaku," katanya.
Diambil dari:
Judul buletin : Kasih Dalam Perbuatan (KDP), Edisi September - Oktober 2009
Penulis : Tidak dicantumkan
Penerbit : Yayasan Kasih Dalam Perbuatan, Surabaya
Halaman : 4 -- 5