Pages

Rabu, 22 Agustus 2012

Doa Syafaat Sebagai Balok Pendobrak (1)


Di Belakang Layar
Alangkah istimewa hak seorang penginjil, bila ia memiliki banyak orang yang berdoa untuk mendukung penginjilannya! Merekalah pekerja mesiu yang menyediakan dinamit untuk pengeboman
Injil terhadap neraka. Para tokoh doa syafaat itu lebih daripada mitra doa. Mereka adalah manusia jenis Musa. Dalam beberapa hal, kita takkan pernah dapat menjadi seperti Musa. Ia seorang pangeran, pemberi hukum, pembina bangsa, dan jenius. Tetapi, ia bahkan lebih besar daripada itu dan dalam hal itu, kita dapat menjadi seperti dia. Ia seorang pendoa syafaat! Sebagai seorang pangeran Mesir, Musa dilatih dalam peperangan dan barangkali bahkan memerintah prajurit-prajurit. Tetapi ketika keberadaan Israel terancam, Musa berubah menjadi pendoa syafaat. Ia membela umatnya dengan memohon untuk mereka kepada Allah. Ia tak menaruh keyakinan kepada kekuatannya sendiri, tetapi pergi mencari wajah-Nya.
Empat puluh tahun sebelumnya, Musa telah mengurus segala sesuatunya sendiri, selagi mencoba melepaskan Israel. Ia memberikan pukulan pertama untuk kemerdekaan mereka, tetapi pukulan itu gagal. Musa harus melarikan diri. Pada akhir kariernya, ia memaksakan diri lagi dengan suatu cara yang disebut Alkitab sebagai tidak beriman. Ketidakpuasan orang banyak, mendorongnya untuk melakukan hal yang ekstrem. Ia berdiri dan dengan angkuh menuntut, "Dengarlah kepadaku, hai orang-orang durhaka, apakah kami harus mengeluarkan air bagimu dari bukit batu ini?" (Bilangan 20:10) Kemudian Allah menyingkirkannya. Ia telah melampaui wewenangnya dan meninggalkan rahasianya. Dunia memunyai teknik untuk memengaruhi massa. Kerumunan besar manusia berkumpul dalam kebaktian-kebaktian kami. Tetapi saya percaya bahwa cara-cara yang tak layak dari psikologi massa dan tipu daya kaum perusuh, sama sekali tak saya pedulikan. Kami memunyai cara lain yaitu rahasia Musa -- doa syafaat. Siapakah yang dapat menyamai keberhasilan Musa di dunia zaman dahulu atau pada masa kini? Musa melihat Allah dan sebagai manusia ia hidup dengan penglihatan itu. Pada masa kini, beberapa orang mungkin menganggapnya primitif. Tiga ribu tahun telah berlalu, tetapi siapakah yang telah melampaui pengaruhnya atas umat manusia? Dampaknya atas sejarah lebih besar daripada siapa pun kecuali Kristus. Hasil yang sedemikian limpahnya, menggerakkan saya untuk meninjau kembali dan mengamati pangeran dengan Allah ini.
Ambillah sebuah contoh, misalnya dari Keluaran 17:8-16, "Lalu datanglah orang Amalek dan berperang melawan orang Israel di Rafidim. Musa berkata kepada Yosua: 'Pilihlah orang-orang bagi kita, lalu keluarlah berperang melawan orang Amalek, besok aku akan berdiri di puncak bukit itu dengan memegang tongkat Allah di tanganku'. Lalu Yosua melakukan seperti yang dikatakan Musa kepadanya dan berperang melawan orang Amalek; tetapi Musa, Harun, dan Hur telah naik ke puncak bukit. Dan terjadilah, apabila Musa mengangkat tangannya, lebih kuatlah Israel, tetapi apabila ia menurunkan tangannya, lebih kuatlah Amalek. Maka penatlah tangan Musa, sebab itu mereka mengambil sebuah batu, diletakkanlah di bawahnya, supaya ia duduk di atasnya; Harun dan Hur menopang kedua tangannya, seorang di sisi yang satu, seorang di sisi yang lain, sehingga tangannya tidak bergerak sampai matahari terbenam. Demikianlah Yosua mengalahkan Amalek dan rakyatnya dengan mata pedang. Kemudian berfirmanlah Tuhan kepada Musa: 'Tuliskanlah semuanya ini dalam sebuah kitab sebagai tanda peringatan, dan ingatkanlah ke telinga Yosua, bahwa Aku akan menghapuskan sama sekali ingatan kepada Amalek dari kolong langit'. Lalu Musa mendirikan sebuah mezbah dan menamainya: 'Tuhanlah panji-panjiku!' Ia berkata: 'Tangan di atas panji-panji Tuhan! Tuhan berperang melawan Amalek turun-temurun'."
Beberapa orang tidak berdoa. Mereka menamakannya suatu misteri dan meniadakannya. Namun, mereka menggunakan cara lain yang tak dapat dipahaminya. Mengapa Amalek menang bila tangan Musa menjadi letih mungkin merupakan hal yang aneh. Doa bukanlah suatu urusan logika, melainkan urusan penyingkapan. Di sepanjang sejarah, orang-orang telah mendapati bahwa Allah menjawab doa. Tak ada gunanya untuk berbantah dengan kenyataan yang ada. Nikmati sajalah! Contoh ini (tentang Musa mengangkat tangannya di hadapan Allah) diperintah oleh Tuhan untuk ditulis dalam sebuah kitab, dan dari Alkitab kita dapat memperoleh petunjuk-petunjuk.
Mencapai Hati Allah
Pertama, doa syafaat dikerjakan di hati Musa. Malah sebenarnya, tak ada kata-kata Musa yang dicatat dalam peristiwa ini. Doanya bukan merupakan suatu rangkaian permohonan yang resmi dan benar, atau suatu rumus doa yang diucapkan kata demi kata. Musa tidak mengucapkan sepatah kata, tetapi rohnya bergumul dengan Allah dan ia mengungkapkannya dengan mengangkat kedua tangannya. Harun dan Hur berbagi dalam kemenangan ini dengan menopang lengannya. Hati Allah dicapai oleh hati kita, bukan hanya sekadar oleh bunyi dari bibir kita. Tetapi bagaimanapun juga kita harus mengungkapkan diri kita, dan Musa sungguh-sungguh menempatkan dirinya dalam permohonannya secara jasmani. Rasul Paulus menulis, "Oleh karena itu aku ingin, supaya di mana-mana orang laki-laki berdoa dengan menadahkan tangan yang suci." (1 Timotius 2:8) Kesungguhan hati Musa barangkali melampaui ucapan kata-kata belaka. Pada pasal itu juga Paulus menulis, "Pertama-tama aku nasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang." (1 Timotius 2:1)
Sebagai Balok Pendobrak
Kedua, seorang manusia mengangkat tangannya, tetapi dua orang lain menopangnya. Banyak yang disebutkan tentang "seorang yang berdiri di celah" tetapi tahun-tahun berlalu dan siapakah yang dapat menunjuk kepada orang semacam itu? Jika seseorang mengaku dirinya bahwa dialah orangnya, dia tentunya akan dianggap unik. Orang-orang lain tentunya harus turut dalam tindakan itu. Sebenarnya, kisah ini menunjukkan bahwa MEREKA SEHARUSNYA TURUT BERTINDAK. Kita tak dapat membiarkan doa dilakukan oleh seorang pria atau wanita atau kepada beberapa orang pejuang doa. Jangan berujar, "Itu hanya sekadar sebuah kebaktian doa." Biarlah jutaan orang berkumpul untuk menyerbu kubu dosa! Dalam kebaktian penginjilan CfaN (Christ for all Nations -- Kristus untuk Segala Bangsa), kami menganut asas ini. Suzette Hattingh ialah seorang anggota penting yang merupakan kunci dari regu CfaN. Dialah yang patut untuk mendapat pujian bagi banyak wawasan yang terdapat pada pasal ini. Pelayanannya yang khusus, bukanlah semata-mata mencatat para mitra doa, melainkan benar-benar menghimpun ribuan orang, memberi petunjuk, dan menuntun mereka dalam doa syafaat sejati.
Doa syafaat bukanlah suatu kasus menyanyikan serangkaian kidung rohani dan berdoa untuk datangnya berkat, melainkan untuk meruntuhkan benteng-benteng setan. Para pelaku doa syafaat merupakan balok pendobrak yang perkasa. Kita tak usah merepotkan diri dengan kata-kata yang indah, melainkan dengan ungkapan hati. Orang-orang boleh berlutut, duduk, berdiri, berbaring di hadapan Tuhan, atau berjalan berkeliling, walaupun semuanya dilakukan di bawah pimpinan umum. Tak perlu ada yang menunggu selagi gembala memohon, "Diharap seseorang memimpin dalam doa." Sebaliknya, setiap orang berdoa bersama-sama, tepat seperti di dalam Kisah Para Rasul. Ada kebebasan tetapi tidak liar; kemerdekaan tetapi tidak ada pemborosan. Setiap pertemuan harus memunyai peraturan tata tertib dan harus ditaati. Tetapi kita tidak takut akan orang-orang yang memanggil dan berseru kepada Tuhan, bahkan dengan air mata.
Titik Sentuh Kuasa Surgawi di Bumi
Ketiga, Amalek merasa suatu permusuhan yang diilhami iblis terhadap Israel, dan permusuhan itu dihadapi dengan kuasa rohani dari doa. Amalek agaknya tak memunyai alasan untuk penyerangan itu. Serangan itu diilhami iblis dan sama sekali tak masuk akal. Hanya suatu kuasa rohani dapat melawannya. Kita memunyai situasi yang tepat sama pada hari ini. Para seteru Injil berjalan "menaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka" (Efesus 2:2). Inilah roh zaman ini. Kita harus mencoba mengatasi hal ini secara rohani, agar kuasa itu dihancurkan. Khotbah atau pembahasan yang baik saja, takkan pernah dapat menyelesaikan tugas itu. Kejahatan berbaring di tempat yang dalam. Usirlah dia keluar dari liangnya dengan senjata doa dan permohonan yang selalu menang! Masuklah ke dalam kemenangan Golgota! "Dengan Roh-Ku", firman Tuhan. Doa syafaat bagaikan suatu penghantar kilat, titik sentuh kuasa surgawi di bumi.
Hubungan antara Doa dan Peristiwa
Keempat, peperangan dimenangkan oleh Musa, Harun, dan Hur di puncak gunung, bersama dengan Yosua dan prajuritnya di bawah. Arus pasang pertempuran tiada surut dan pasang menurut strategi Yosua, melainkan menurut doa syafaat orang-orang ini. Dari catatan, tampaknya Musa terkadang menurunkan lengannya dengan akibat Amalek menang sampai ia mengangkatnya kembali. Mereka yang berjuang di puncak bukit dan mereka yang berjuang di lembah itu satu adanya. Hubungan antara doa dan peristiwa jelas sekali diperagakan.
Di Telapak Tangannya
Kelima, Musa mengangkat tangannya. Saya menerangkan bahwa Musa tidak mengantara seorang diri. Tetapi ada sesuatu hal lagi, sesuatu yang berkaitan dengan kelima jari Musa. Suzette Hattingh mengatakan bahwa pada suatu hari, ia tiba-tiba menyadari bahwa lima jabatan yang disebut di Efesus 4 adalah bagaikan kelima jari di tangan. Setiap jari memunyai tugasnya sendiri, tetapi bila dihubungkan dengan telapak tangan, telapak tangan itu melambangkan Tubuh Kristus. Doa syafaat ialah suatu fungsi tubuh, suatu tugas untuk semua orang percaya, bukan semata-mata tugas jari-jari tangan, atau orang-orang khusus yang diberikan Yesus kepada Gereja. Semua anggota Tubuh Kristus harus mengantara -- inilah asas yang kami gunakan dalam kebaktian penginjilan kami.
Cara Pelaksanaannya
Selama enam sampai delapan minggu sebelum berlangsungnya suatu kebaktian penginjilan, Suzette melibatkan sebanyak-banyaknya anggota Tubuh Kristus dalam doa syafaat yang sungguh-sungguh. Tak ada juara tunggal yang berdoa sendiri, melainkan sebaliknya seluruh Gereja memikul beban di balik serangan gencar itu. Gerbang-gerbang neraka diserbu dan kami mengetuk pintu surga dengan permohonan. Kami melakukan hal ini secara langsung untuk keselamatan jiwa-jiwa dan gerakan Roh Allah. Kuatnya doa syafaat semacam itu, tidaklah mencapai klimaks dan berakhir ketika kebaktian penginjilan itu dimulai. Doa syafaat berlangsung terus sampai panggilan jiwa-jiwa untuk menerima keselamatan. Ratusan, bahkan terkadang ribuan orang berdoa dan terlibat dalam peperangan rohani selama kebaktian penginjilan berlangsung. Tepat pada saat penginjil sedang bekerja, berkhotbah, dan melayani, mereka yang ada di belakang layar sedang berurusan dengan kekuatan rohani untuk turut merebut kemenangan penginjil itu. Hal itu tepat seperti Musa berdoa untuk Yosua, selagi Yosua ada dalam pertempuran sengit. Jika doa syafaat tak diperlukan pada saat itu, ketika serangan gencar iblis sedang hebat-hebatnya, maka bilakah itu diperlukan?
Dalam Keluaran 17, dua kelompok yaitu tentara Israel dan para sahabat Musa, ada di tempat yang terpisah, namun bersama-sama mereka memperjuangkan peperangan yang sama pada saat yang bersamaan pula. Dalam kebaktian penginjilan kami, para pendoa syafaat juga mungkin berada di tempat yang jauh dari kebaktian, berdoa di sebuah lapangan yang jauh dari tempat utama atau di gedung yang lain. Tetapi para pejuang doa ini adalah bagian yang aktif dari kebaktian penginjilan itu sendiri, menopang sang penginjil, dan bergabung dengan tentara surga untuk memukul mundur kuasa kegelapan. Keberhasilan siasat ini tentu saja telah terbukti. Dengan dukungan doa syafaat ini, musuh harus menarik diri, meninggalkan orang-orang yang belum bertobat dalam keadaan terbuka untuk kuasa firman Allah. Ada suatu panen besar jiwa-jiwa, suatu pengukuhan Tubuh Kristus, dan penggenapan firman Allah. Kita semua dengan demikian menjadi mitra dengan Kristus dan pemegang saham bersama dalam penuaian-Nya. Para pendoa syafaat kami menahan tentara iblis sampai jiwa-jiwa aman di dalam Kerajaan Allah. Siasat ini berasal dari Allah dan karena itu diberkati oleh-Nya. Siasat ini memengaruhi orang Kristen pribadi, gereja-gereja, kota, negara, dan di atas semuanya, orang yang tak beriman. Doa syafaat membina suatu jalan raya menuju penginjilan yang memenangkan dunia.
Diambil dari:
Judul asli buku : Evangelism by Fire
Judul buku terjemahan : Penginjilan dengan Api
Judul asli artikel : Doa Perantara sebagai Balok Pendobrak
Penulis : Reinhard Bonke
Penerjemah : A.J. Syauta
Penerbit : Yayasan Pekabaran Injil "IMANUEL", Jakarta
Halaman : 303 -- 311