Di Belakang Layar
Alangkah istimewa hak seorang penginjil, bila ia
memiliki banyak orang yang berdoa untuk mendukung penginjilannya!
Merekalah pekerja mesiu yang menyediakan dinamit untuk pengeboman
Injil terhadap neraka. Para tokoh doa syafaat itu lebih daripada mitra doa. Mereka adalah manusia jenis Musa. Dalam beberapa hal, kita takkan pernah dapat menjadi seperti Musa. Ia seorang pangeran, pemberi hukum, pembina bangsa, dan jenius. Tetapi, ia bahkan lebih besar daripada itu dan dalam hal itu, kita dapat menjadi seperti dia. Ia seorang pendoa syafaat! Sebagai seorang pangeran Mesir, Musa dilatih dalam peperangan dan barangkali bahkan memerintah prajurit-prajurit. Tetapi ketika keberadaan Israel terancam, Musa berubah menjadi pendoa syafaat. Ia membela umatnya dengan memohon untuk mereka kepada Allah. Ia tak menaruh keyakinan kepada kekuatannya sendiri, tetapi pergi mencari wajah-Nya.
Injil terhadap neraka. Para tokoh doa syafaat itu lebih daripada mitra doa. Mereka adalah manusia jenis Musa. Dalam beberapa hal, kita takkan pernah dapat menjadi seperti Musa. Ia seorang pangeran, pemberi hukum, pembina bangsa, dan jenius. Tetapi, ia bahkan lebih besar daripada itu dan dalam hal itu, kita dapat menjadi seperti dia. Ia seorang pendoa syafaat! Sebagai seorang pangeran Mesir, Musa dilatih dalam peperangan dan barangkali bahkan memerintah prajurit-prajurit. Tetapi ketika keberadaan Israel terancam, Musa berubah menjadi pendoa syafaat. Ia membela umatnya dengan memohon untuk mereka kepada Allah. Ia tak menaruh keyakinan kepada kekuatannya sendiri, tetapi pergi mencari wajah-Nya.
Empat puluh tahun sebelumnya, Musa telah mengurus
segala sesuatunya sendiri, selagi mencoba melepaskan Israel. Ia
memberikan pukulan pertama untuk kemerdekaan mereka, tetapi pukulan itu
gagal. Musa harus melarikan diri. Pada akhir kariernya, ia memaksakan
diri lagi dengan suatu cara yang disebut Alkitab sebagai tidak beriman.
Ketidakpuasan orang banyak, mendorongnya untuk melakukan hal yang
ekstrem. Ia berdiri dan dengan angkuh menuntut, "Dengarlah kepadaku, hai
orang-orang durhaka, apakah kami harus mengeluarkan air bagimu dari
bukit batu ini?" (Bilangan 20:10) Kemudian Allah menyingkirkannya. Ia
telah melampaui wewenangnya dan meninggalkan rahasianya. Dunia memunyai
teknik untuk memengaruhi massa. Kerumunan besar manusia berkumpul dalam
kebaktian-kebaktian kami. Tetapi saya percaya bahwa cara-cara yang tak
layak dari psikologi massa dan tipu daya kaum perusuh, sama sekali tak
saya pedulikan. Kami memunyai cara lain yaitu rahasia Musa -- doa
syafaat. Siapakah yang dapat menyamai keberhasilan Musa di dunia zaman
dahulu atau pada masa kini? Musa melihat Allah dan sebagai manusia ia
hidup dengan penglihatan itu. Pada masa kini, beberapa orang mungkin
menganggapnya primitif. Tiga ribu tahun telah berlalu, tetapi siapakah
yang telah melampaui pengaruhnya atas umat manusia? Dampaknya atas
sejarah lebih besar daripada siapa pun kecuali Kristus. Hasil yang
sedemikian limpahnya, menggerakkan saya untuk meninjau kembali dan
mengamati pangeran dengan Allah ini.
Ambillah sebuah contoh, misalnya dari Keluaran
17:8-16, "Lalu datanglah orang Amalek dan berperang melawan orang Israel
di Rafidim. Musa berkata kepada Yosua: 'Pilihlah orang-orang bagi kita,
lalu keluarlah berperang melawan orang Amalek, besok aku akan berdiri
di puncak bukit itu dengan memegang tongkat Allah di tanganku'. Lalu
Yosua melakukan seperti yang dikatakan Musa kepadanya dan berperang
melawan orang Amalek; tetapi Musa, Harun, dan Hur telah naik ke puncak
bukit. Dan terjadilah, apabila Musa mengangkat tangannya, lebih kuatlah
Israel, tetapi apabila ia menurunkan tangannya, lebih kuatlah Amalek.
Maka penatlah tangan Musa, sebab itu mereka mengambil sebuah batu,
diletakkanlah di bawahnya, supaya ia duduk di atasnya; Harun dan Hur
menopang kedua tangannya, seorang di sisi yang satu, seorang di sisi
yang lain, sehingga tangannya tidak bergerak sampai matahari terbenam.
Demikianlah Yosua mengalahkan Amalek dan rakyatnya dengan mata pedang.
Kemudian berfirmanlah Tuhan kepada Musa: 'Tuliskanlah semuanya ini dalam
sebuah kitab sebagai tanda peringatan, dan ingatkanlah ke telinga
Yosua, bahwa Aku akan menghapuskan sama sekali ingatan kepada Amalek
dari kolong langit'. Lalu Musa mendirikan sebuah mezbah dan menamainya:
'Tuhanlah panji-panjiku!' Ia berkata: 'Tangan di atas panji-panji Tuhan!
Tuhan berperang melawan Amalek turun-temurun'."
Beberapa orang tidak berdoa. Mereka menamakannya
suatu misteri dan meniadakannya. Namun, mereka menggunakan cara lain
yang tak dapat dipahaminya. Mengapa Amalek menang bila tangan Musa
menjadi letih mungkin merupakan hal yang aneh. Doa bukanlah suatu urusan
logika, melainkan urusan penyingkapan. Di sepanjang sejarah,
orang-orang telah mendapati bahwa Allah menjawab doa. Tak ada gunanya
untuk berbantah dengan kenyataan yang ada. Nikmati sajalah! Contoh ini
(tentang Musa mengangkat tangannya di hadapan Allah) diperintah oleh
Tuhan untuk ditulis dalam sebuah kitab, dan dari Alkitab kita dapat
memperoleh petunjuk-petunjuk.
Mencapai Hati Allah
Pertama, doa syafaat dikerjakan di hati Musa. Malah
sebenarnya, tak ada kata-kata Musa yang dicatat dalam peristiwa ini.
Doanya bukan merupakan suatu rangkaian permohonan yang resmi dan benar,
atau suatu rumus doa yang diucapkan kata demi kata. Musa tidak
mengucapkan sepatah kata, tetapi rohnya bergumul dengan Allah dan ia
mengungkapkannya dengan mengangkat kedua tangannya. Harun dan Hur
berbagi dalam kemenangan ini dengan menopang lengannya. Hati Allah
dicapai oleh hati kita, bukan hanya sekadar oleh bunyi dari bibir kita.
Tetapi bagaimanapun juga kita harus mengungkapkan diri kita, dan Musa
sungguh-sungguh menempatkan dirinya dalam permohonannya secara jasmani.
Rasul Paulus menulis, "Oleh karena itu aku ingin, supaya di mana-mana
orang laki-laki berdoa dengan menadahkan tangan yang suci." (1 Timotius
2:8) Kesungguhan hati Musa barangkali melampaui ucapan kata-kata belaka.
Pada pasal itu juga Paulus menulis, "Pertama-tama aku nasihatkan:
Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang."
(1 Timotius 2:1)
Sebagai Balok Pendobrak
Kedua, seorang manusia mengangkat tangannya, tetapi
dua orang lain menopangnya. Banyak yang disebutkan tentang "seorang yang
berdiri di celah" tetapi tahun-tahun berlalu dan siapakah yang dapat
menunjuk kepada orang semacam itu? Jika seseorang mengaku dirinya bahwa
dialah orangnya, dia tentunya akan dianggap unik. Orang-orang lain
tentunya harus turut dalam tindakan itu. Sebenarnya, kisah ini
menunjukkan bahwa MEREKA SEHARUSNYA TURUT BERTINDAK. Kita tak dapat
membiarkan doa dilakukan oleh seorang pria atau wanita atau kepada
beberapa orang pejuang doa. Jangan berujar, "Itu hanya sekadar sebuah
kebaktian doa." Biarlah jutaan orang berkumpul untuk menyerbu kubu dosa!
Dalam kebaktian penginjilan CfaN (Christ for all Nations -- Kristus
untuk Segala Bangsa), kami menganut asas ini. Suzette Hattingh ialah
seorang anggota penting yang merupakan kunci dari regu CfaN. Dialah yang
patut untuk mendapat pujian bagi banyak wawasan yang terdapat pada
pasal ini. Pelayanannya yang khusus, bukanlah semata-mata mencatat para
mitra doa, melainkan benar-benar menghimpun ribuan orang, memberi
petunjuk, dan menuntun mereka dalam doa syafaat sejati.
Doa syafaat bukanlah suatu kasus menyanyikan
serangkaian kidung rohani dan berdoa untuk datangnya berkat, melainkan
untuk meruntuhkan benteng-benteng setan. Para pelaku doa syafaat
merupakan balok pendobrak yang perkasa. Kita tak usah merepotkan diri
dengan kata-kata yang indah, melainkan dengan ungkapan hati. Orang-orang
boleh berlutut, duduk, berdiri, berbaring di hadapan Tuhan, atau
berjalan berkeliling, walaupun semuanya dilakukan di bawah pimpinan
umum. Tak perlu ada yang menunggu selagi gembala memohon, "Diharap
seseorang memimpin dalam doa." Sebaliknya, setiap orang berdoa
bersama-sama, tepat seperti di dalam Kisah Para Rasul. Ada kebebasan
tetapi tidak liar; kemerdekaan tetapi tidak ada pemborosan. Setiap
pertemuan harus memunyai peraturan tata tertib dan harus ditaati. Tetapi
kita tidak takut akan orang-orang yang memanggil dan berseru kepada
Tuhan, bahkan dengan air mata.
Titik Sentuh Kuasa Surgawi di Bumi
Ketiga, Amalek merasa suatu permusuhan yang diilhami
iblis terhadap Israel, dan permusuhan itu dihadapi dengan kuasa rohani
dari doa. Amalek agaknya tak memunyai alasan untuk penyerangan itu.
Serangan itu diilhami iblis dan sama sekali tak masuk akal. Hanya suatu
kuasa rohani dapat melawannya. Kita memunyai situasi yang tepat sama
pada hari ini. Para seteru Injil berjalan "menaati penguasa kerajaan
angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang
durhaka" (Efesus 2:2). Inilah roh zaman ini. Kita harus mencoba
mengatasi hal ini secara rohani, agar kuasa itu dihancurkan. Khotbah
atau pembahasan yang baik saja, takkan pernah dapat menyelesaikan tugas
itu. Kejahatan berbaring di tempat yang dalam. Usirlah dia keluar dari
liangnya dengan senjata doa dan permohonan yang selalu menang! Masuklah
ke dalam kemenangan Golgota! "Dengan Roh-Ku", firman Tuhan. Doa syafaat
bagaikan suatu penghantar kilat, titik sentuh kuasa surgawi di bumi.
Hubungan antara Doa dan Peristiwa
Keempat, peperangan dimenangkan oleh Musa, Harun, dan
Hur di puncak gunung, bersama dengan Yosua dan prajuritnya di bawah.
Arus pasang pertempuran tiada surut dan pasang menurut strategi Yosua,
melainkan menurut doa syafaat orang-orang ini. Dari catatan, tampaknya
Musa terkadang menurunkan lengannya dengan akibat Amalek menang sampai
ia mengangkatnya kembali. Mereka yang berjuang di puncak bukit dan
mereka yang berjuang di lembah itu satu adanya. Hubungan antara doa dan
peristiwa jelas sekali diperagakan.
Di Telapak Tangannya
Kelima, Musa mengangkat tangannya. Saya menerangkan
bahwa Musa tidak mengantara seorang diri. Tetapi ada sesuatu hal lagi,
sesuatu yang berkaitan dengan kelima jari Musa. Suzette Hattingh
mengatakan bahwa pada suatu hari, ia tiba-tiba menyadari bahwa lima
jabatan yang disebut di Efesus 4 adalah bagaikan kelima jari di tangan.
Setiap jari memunyai tugasnya sendiri, tetapi bila dihubungkan dengan
telapak tangan, telapak tangan itu melambangkan Tubuh Kristus. Doa
syafaat ialah suatu fungsi tubuh, suatu tugas untuk semua orang percaya,
bukan semata-mata tugas jari-jari tangan, atau orang-orang khusus yang
diberikan Yesus kepada Gereja. Semua anggota Tubuh Kristus harus
mengantara -- inilah asas yang kami gunakan dalam kebaktian penginjilan
kami.
Cara Pelaksanaannya
Selama enam sampai delapan minggu sebelum
berlangsungnya suatu kebaktian penginjilan, Suzette melibatkan
sebanyak-banyaknya anggota Tubuh Kristus dalam doa syafaat yang
sungguh-sungguh. Tak ada juara tunggal yang berdoa sendiri, melainkan
sebaliknya seluruh Gereja memikul beban di balik serangan gencar itu.
Gerbang-gerbang neraka diserbu dan kami mengetuk pintu surga dengan
permohonan. Kami melakukan hal ini secara langsung untuk keselamatan
jiwa-jiwa dan gerakan Roh Allah. Kuatnya doa syafaat semacam itu,
tidaklah mencapai klimaks dan berakhir ketika kebaktian penginjilan itu
dimulai. Doa syafaat berlangsung terus sampai panggilan jiwa-jiwa untuk
menerima keselamatan. Ratusan, bahkan terkadang ribuan orang berdoa dan
terlibat dalam peperangan rohani selama kebaktian penginjilan
berlangsung. Tepat pada saat penginjil sedang bekerja, berkhotbah, dan
melayani, mereka yang ada di belakang layar sedang berurusan dengan
kekuatan rohani untuk turut merebut kemenangan penginjil itu. Hal itu
tepat seperti Musa berdoa untuk Yosua, selagi Yosua ada dalam
pertempuran sengit. Jika doa syafaat tak diperlukan pada saat itu,
ketika serangan gencar iblis sedang hebat-hebatnya, maka bilakah itu
diperlukan?
Dalam Keluaran 17, dua kelompok yaitu tentara Israel
dan para sahabat Musa, ada di tempat yang terpisah, namun bersama-sama
mereka memperjuangkan peperangan yang sama pada saat yang bersamaan
pula. Dalam kebaktian penginjilan kami, para pendoa syafaat juga mungkin
berada di tempat yang jauh dari kebaktian, berdoa di sebuah lapangan
yang jauh dari tempat utama atau di gedung yang lain. Tetapi para
pejuang doa ini adalah bagian yang aktif dari kebaktian penginjilan itu
sendiri, menopang sang penginjil, dan bergabung dengan tentara surga
untuk memukul mundur kuasa kegelapan. Keberhasilan siasat ini tentu saja
telah terbukti. Dengan dukungan doa syafaat ini, musuh harus menarik
diri, meninggalkan orang-orang yang belum bertobat dalam keadaan terbuka
untuk kuasa firman Allah. Ada suatu panen besar jiwa-jiwa, suatu
pengukuhan Tubuh Kristus, dan penggenapan firman Allah. Kita semua
dengan demikian menjadi mitra dengan Kristus dan pemegang saham bersama
dalam penuaian-Nya. Para pendoa syafaat kami menahan tentara iblis
sampai jiwa-jiwa aman di dalam Kerajaan Allah. Siasat ini berasal dari
Allah dan karena itu diberkati oleh-Nya. Siasat ini memengaruhi orang
Kristen pribadi, gereja-gereja, kota, negara, dan di atas semuanya,
orang yang tak beriman. Doa syafaat membina suatu jalan raya menuju
penginjilan yang memenangkan dunia.
Diambil dari:
Judul asli buku | : | Evangelism by Fire |
Judul buku terjemahan | : | Penginjilan dengan Api |
Judul asli artikel | : | Doa Perantara sebagai Balok Pendobrak |
Penulis | : | Reinhard Bonke |
Penerjemah | : | A.J. Syauta |
Penerbit | : | Yayasan Pekabaran Injil "IMANUEL", Jakarta |
Halaman | : | 303 -- 311 |