Pages

Rabu, 22 Agustus 2012

I Hate You!!!!!

Hate_Me_Wallpaper_ybw8e

Kenapa kita punya perasaan benci ? Bahkan terkadang kita juga tidak mengerti kenapa kita bisa dibenci oleh seseorang ? Kita memusuhi orang ataupun dimusuhi oleh orang lain, pada umumnya karena adanya rasa benci.

Jadi benci itu secara tidak langsung ada kaitannya dengan perasaan tidak bersahabat. Maka tidaklah heran untuk kata musuh dalam bahasa Belanda = Vijand sedang dalam bahasa Jerman = Feinde ini diserap dari bhs Jerman Kuno “fiant” atau “vindt” yang berarti benci. Sedangkan dalam bahasa Inggris musuh = enemy yang diserap dari bahasa Latin “inimicus” in = tidak, amicus = sahabat.
Perasaan benci itu berakar dan timbul dari pikiran kita. Menurut pendapat filsuf psikoanalis asal Jerman Erich Fromm, perasaan benci itu dapat timbul dari akibat reaksi kita terhadap seseorang, misalnya karena dikecewakan/ disakiti atau juga karena sudah sifat pembawaan sejak orok misalnya benci terhadap kaum perempuan (misogynie) atau terhadap pria (misandrie) atau bisa juga terhadap sesama manusia (misanthropie) . Benci dalam bahasa Yunani = “misein”.
Jutaan orang telah terbunuh akibat rasa benci misalnya Hitler; ia merasa benci terhadap orang Yahudi sehingga terjadinya kasus Holocaust dimana lebih dari 6 juta orang Yahudi dibunuh atau di Afrika dimana hampir satu juta suku Tutsis dibunuh oleh suku Hutus. Orang bisa merasa benci terhadap agama, bangsa maupun etnis.
Benci itu adalah lawan kata dari cinta. Tidak bisa dipungkiri banyak percintaan yang diawali dengan rasa cinta yang mengebu-ngebu sering kali diakhiri oleh rasa benci, karena mereka merasa dikecewakan/ disakiti. Rasa benci timbul bukan hanya terhadap musuh saja, tetapi bisa juga terjadi terhadap orang tua, anak maupun pasangan hidup kita, bahkan sudah banyak sekali orang yang membenci Tuhan, karena merasa dikecewakan.
Aneh tapi nyata, di dalam kehidupan kita sehari-hari, hanya disebabkan oleh soal yang sangat kecil saja ataupun oleh sepatah atau dua patah kata saja; ternyata bisa mengakibatkan putusnya tali persahabatan, kekeluargaan bahkan sampai terjadinya perceraian. Bahkan tidak jarang pula rasa benci itu timbul, karena adanya rasa iri misalnya kenapa yang dinikahi oleh dia itu si Anu bukannya saya ?
Kadang-kadang kita sendiri tidak mengerti, kenapa dan apa penyebabnya sehingga ia jadi benci terhadap saya ? Pada umumnya orang lebih mudah dan lebih cepat mengambil keputusan untuk membenci seseorang, daripada untuk mengerti pendapat maupun prilaku dari orang lain.
Jawablah sendiri berapa kali terjadi di dalam kehidupan kita ini, dimana prilaku seseorang mendadak berubah berbalik 180 derajat, dari sifat yang bersabahat menjadi sifat yang bermusuhan. Ini semuanya berasal dari rasa benci. Memutuskan tali persahabatan maupun kekeluargaan itu jauh lebih mudah daripada memeliharanya.
Rasa benci itu seringkali timbul dengan adanya rasa dendam, dimana ingin balik menyakiti ataupun membalasnya. Bagaimana caranya tidak jadi masalah yang penting musuh kita harus merasakan sakit dan penderitaan yang sama seperti juga yang ia lakukan terhadap diri saya.
Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita: “Kalian tahu bahwa ada juga ajaran seperti ini: cintailah kawan-kawanmu dan bencilah musuh-musuhmu. Tetapi sekarang Aku berkata kepadamu: cintailah musuh-musuhmu, dan doakanlah orang-orang yang menganiaya kalian, supaya kalian menjadi anak-anak Bapamu yang di surga (Matius 5:43-45)
Apabila kita sedang dirudung oleh rasa benci, maka boro-boro untuk bisa mengasihi seseorang untuk memaafkan saja sudah sulit. Menurut Sigmund Freud satu hal yang nonsen maupun ilusi kosong, dimana seseorang bisa berbalik mengasihi musuhnya daripada membencinya.
Rasa benci tidak akan hilang dengan sendirinya ini harus diawali dan dimulai dari diri kita sendiri. Awal untuk menghilangkan rasa benci ialah bersedia untuk memaafkan. Kita tidak perlu langsung untuk bisa mengasihi orang yang kita benci, tetapi minimum berusaha untuk mengerti dan menerima apa adanya dengan segala kelebihan maupun kekurangannya. Hapuslah rasa benci tersebut dengan kata maaf yang keluar dari hati nurani kita.
Sebelum kita membenci seseorang belajarlah untuk tidak jadi Banci (pengecut) dimana sebelumnya kita memvonis seseorang dengan rasa benci, sebaiknya diberikan perjelasan terlebih dahulu, kenapa kita merasa tidak senang kepadanya. Mungkin saja terjadi salah paham/pengertian ataupun hal-hal dimana ia sendiri tidak menyadarinya.
Kebalikannya apabila kita merasa dibenci oleh seseorang tanpa kita ketahui kenapa dan apa sebabnya, maafkanlah orang yang membenci tersebut. Boro-boro kita manusia yang penuh dosa dan membuat banyak sekali kesalahan, Tuhan yang tidak pernah bersalah dan berdosa sekalipun seringkali dibenci oleh umat-Nya !