Pages

Jumat, 24 Agustus 2012

KESAKSIAN DRS A. PURNOMO W (MANTAN MUSLIM)


Assalamu’alaikum Wrbkth.

Sebenarnya hanya sedikit sekali ayat-ayat Al Qur’an yang saya pahami sebelum bulan Mei 1993 walaupun saya telah menunaikan rukun Islam yang kelima, menunaikan ibadah Haji yang saya lakukan pada tahun 1983. Ayat-ayat Al Qur’an yang saya hafal bacaannya diluar kepala walaupun tidak paham mengenai artinya ialah ayat-ayat Al Qur’an yang selalu diucapkan pada waktu sembahyang lima waktu yaitu surat 1 Al- Faatihah yang merupakan surat hafalan wajib dan
surat-surat lainnya diantaranya surat 112 Al Ikhlaash, surat 113 Al Falaq, surat 114 An Naas dan surat 108 Al Kautsar.
Keinginan saya untuk mengetahui dan memahami lebih dalam lagi tentang isi buku Al Qur’an itu barulah timbul setelah Tuhan Yesus/Sayidina Rabboni Isa Al-Masih menjamah saya secara ajaib pada tanggal 6 Mei 1993 di Kupang. Karena saya tidak menguasai bahasa Arab seperti halnya sebagian besar umat Islam di Indonesia, maka saya mempelajari buku Al Qur’an yang ada terjemahan bahasa Indonesianya yaitu buku Al Qur’an Terjemahan Indonesia P.T. Sari Agung.
Keinginan saya yang sangat mendesak untuk mempelajari isi buku Al Qur’an ini disebabkan karena saya harus mencari jawaban terhadap peristiwa yang saya baru alami di Kupang dimana saya telah dijamah Tuhan Yesus(yakni Sayidna Rabboni Isa Al-Masih) secara ajaib dan saya ingin menyakinnya bahawa memang Yesus/Sayidina Isa dan bukan setan atau thogut yang telah menjamah saya secara ajaib itu.
Setelah tiga minggu saya meneliti dan mempelajari buku Al Qur/an tersebut barulah saya memperoleh pengertian yang sebenarnya tentang siapa yang dimaksudkan dalam buku Al Qur’an sebagai Allah dan siapa saja yang akan menerima pahala dan yang akan diselamatkan yang akan masuk sorga. Untuk selanjutnya perkenankanlah saya memberikan kesaksian saya bagaimana Sayidina Isa Al-Masih/Yesus telah menjamah saya.

JAMAHAN SAYIDINA ISA/YESUS YANG AJAIB.

Pada suatu hari saya harus mengantarkan seorang mitra usaha saya yang berkebangsaan Amerika, ke Kupang untuk bertemu dengan seorang yang di sekitar tahun 1973 pernah mati dan hidup kembali pada hari ke enam. Orang Amerika tersebut bernama Loduvicus Alexander suami dari kemenakan istri saya yang baru bertobat dan masuk sekolah Teologia Fuller di California, USA. Dia mendapat tugas dari sekolahnya untuk membuat dokumentasi dari orang yang pernah mati dan hidup kembali tersebut dan saya bertindak sebagai penerjemahnya. Pada tanggal 5 Mei 1993 kami berdua tiba di Kupang melalui Darwin, Australia.
Di Bandara, kami dijemput oleh Urias Bait, dosen Universitas Nusa Cendana Kupang dan seorang ibu bernama M.T. Nalle Octavianus seorang pengusaha kontraktor di Kupang yang selanjutnya mengantarkan kami ke Hotel Wisma Cendana Kupang.
Kami memberitahukan maksud kedatangan kami kepada mereka. Untuk maksud ini maka M.T. Nalle berusaha mencari informasi mengenai hal ihwal orang yang pernah mati dan hidup kembali tersebut. Setelah memperoleh informasi seperlunya, maka pada petang harinya M.T. Nalle disertai beberapa orang lainnya mengantarkan kami ke So’e untuk bertemu dengan salah seorang pendeta yang tertua di pulau Timor bagian barat (NTT) yang bernama pendeta Manuian yang diharapkan mengetahui hal ihwal orang yang pernah mati dan hidup kembali tersebut. Oleh pendeta Manuian disarankan agar kami kembali ke Kupang karena orang yang pernah mati tersebut adalah seorang perempuan yang bernama Silva Obed dan suaminya bernama Lazarus tinggal di kampung Amfoang yang hanya bisa dihubungi melalui jalan laut yaitu naik motor boat atau perahu layar dari Kupang. Jika naik motor boat minimal 2 jam lamanya diperjalanan. Maka pada malam hari itu kami kembali ke Kupang.
Mengingat L. Alexander tidak sanggup melakukan perjalanan melalui laut dengan motor boat atau perahu layar karena sering mabuk laut dan muntah-muntah maka kami merencanakan untuk mencari seorang yang mengetahui alamat Silva Obed agar menjemput Silva Obed dari kampung Amfoang dengan motor boat yang akan kami charter atau sewa. Esok harinya tanggal 6 Mei 1993, kami mendapatkan informasi dari G.J. Koamesah-Rondo, sahabat dari Urias Bait bahawa Silva Obed beserta suaminya sering singgah dirumah adiknya yang bernama Richard Rondo, yaitu pada waktu-waktu Silva Obed melakukan perjalanan melayani Tuhan di Kupang. Oleh sebab itu pada petang harinya rombongan kami datang mengunjungi rumah Richard Rondo di Bakunase yang terletak di pinggir kota Kupang dan kami diterima diruang depan yang telah dilapisi oleh tikar disamping adanya beberapa kursi. Kepada Richard Rondo kami jelaskan maksud kedatangan kami dan memohon bantuannya agar dia dapat menjemput Silva Obed beserta suaminya dengan motor boat sewaan yang biaya perjalanannya kami sediakan sejumlah Rp. 1,000,000 – (satu juta rupiah).
Richard Rondo merasa perlu untuk menceritakan peristiwa mujizat yang dialami oleh Silva Obed dan suaminya Lazarus pada sekitar tahun 1973. Keluarga Lazarus adalah petani miskin yang hanya hidup dari bercocok tanam. Pada suatu hari setelah mereka berdua selesai bekerja diladang dan hendak berangkat pulang ke rumahnya Silva Obed mendengar suara Tuhan yang berpesan bahwa ia akan mati pada keesokan harinya tetapi akan dipakai Tuhan untuk melayani orang-orang disekitarnya untuk memberitakan khabar keselamatan dan agar orang-orang tersebut bertobat karena sebagian besar dari mereka belum mengenal Tuhan. Oleh sebab itu jika Silva Obed mati maka ia tidak boleh dikuburkan dan merupakan tugas suaminya untuk hanya membaringkannya di bale-bale dan dijaga selama lima hari dengan berdoa terus-menerus. Ternyata Silva Obed benar-benar meninggal dunia pada keesokan harinya dan Lazarus segera melaporkan ke RT/RW mengenai suara yang hanya didengar oleh isterinya dan yang berpesan kepadanya untuk tidak dikuburkan bila ia mati karena ia akan dibangkitkan kembali pada hari ke enam.
Tentu saja peristiwa ini menggemparkan masyarakat Amfoang terlebih lagi setelah tiga hari dibaringkan di bale-bale dan suaminya terus-menerus berdoa disampingnya, tubuh Silva Obed mengeluarkan cairan yang sangat busuk baunya sehingga lurah memerintahkan kepada Lazarus untuk segera menguburkan Silva Obed istrinya itu agar tidak terjadi kehebohan di kampung Amfoang.
Walaupun lurah dan camat mendesak agar Silva Obed segera dikuburkan tetapi suaminya Lazarus tetap tidak mau melaksanakannya karena dia sudah berjanji kepada isterinya untuk melaksanakan pesan Tuhan sampai Silva Obed dibangkitkan pada hari ke enam. Akhirnya lurah dan camat dapat memahami sikap Lazarus, tetapi tetap memperingatkannya, kalau pada hari ke enam Silva Obed tidak hidup kembali harus dikuburkan. Ternyata pada hari ke empat cairan yang keluar dari tubuhnya mulai berhenti dan bau busuknya mulai berkurang dan pada hari ke lima keadaan tubuhnya sudah tidak basah lagi dan tidak lagi mengeluarkan bau busuk. Pada hari ke enam di pagi sekitar jam 04.00 waktu setempat terjadilah keajaiban dan mujizat yang menakjubkan Silva Obed bangkit dan hidup kembali sedangkan suaminya masih tertidur disamping bale-bale, yang menunggu dengan setia.
Akhirnya masyarakat turut kagum dan mengucap syukur atas peristiwa yang sungguh ajaib itu.
Sejak itu Silva Obed, walaupun buta huruf dapat memberitakan firman Tuhan sesuai Alkitab dalam bahasa asli daerah Timor dan melayani Tuhan, disertai suaminya menyiarkan berita keselamatan bagi penduduk sekitarnya sampai ke Kupang.
Kemudian lima tahun yang lalu, sekitar tahun 1988 Silva Obed beserta suaminya untuk pertama kalinya singgah di rumah Richard Rondo dan pada saat itulah putri dari Richard Rondo yang bernama Gloria Pricila menerima anugerah berupa karunia penglihatan, karunia pendengaran dan bahkan dapat memahami keseluruhan isi AlKitab walaupun anak perempuan tersebut baru berusia 11 tahun. Demikianlah cerita singkat yang disampaikan oleh Richard Rondo kepada kami tentang Silva Obed dan suaminya Lazarus dan anugerah karunia yang diterima putrinya Gloria Pricila.
Setelah itu Richard Rondo beserta seluruh keluarganya termasuk Gloria Pricila memohon diri kepada kami untuk melakukan doa di ruang dalam. Suara nyanyian pujian terdengar dari ruang dalam sampai ruang depan dimana kami berada. Dan untuk pertama kalinya saya baru mengetahui bahwa sebelum orang Kristen berdoa, mereka mengangkat lagu pujian terlebih dahulu. Setelah selesai berdoa Richard Rondo keluar dari ruang dalam diikuti seluruh keluarganya sambil berseru bahwa Roh Kudus akan mengarahkan Silva Obed dan suaminya berangkat dari Amfoang ke Kupang keesokan harinya. Tentu saja berita ini merupakan berita yang aneh bagi saya, lalu segera saya tanyakan kepada Richard Rondo apa yang dimaksudkannya dengan Roh Kudus yang akan mengarahkan mereka dari Amfoang ke Kupang dan siapa Roh Kudus itu? Kemudian Richard Rondo sekali lagi menjelaskan kepada saya bahwa melalui berita Tuhan yang diterima Gloria Pricila maka Roh Allah akan menggerakkan mereka untuk datang ke Kupang dan dijelaskan juga bahwa Roh Kudus adalah Roh Allah sendiri.
Setelah dengar terheran-heran saya mendengarkan penjelasan Richard Rondo maka saya terjemahkan berita itu kepada L. Alexander dan diapun tertawa sambil berkata bahwa hal ini adalah peristiwa yang luar biasa karena walaupun tidak ada hubungan telepon tetapi berita yang begitu cepat telah dapat disampaikan melalui Roh Kudus.
Kemudian Richard Rondo memohon lagi untuk berdoa mengucap syukur karena Roh Kudus telah campur tangan menuntun Silva Obed dan suaminya untuk datang ke Kupang. Tetapi kali ini acara doa tidak dilakukan diruang dalam melainkan tetap dilakukan diruang depan, dimana kami semua berada. Karena mereka semua akan berdoa, sedangkan saya bukan orang Kristen maka saya bersiap-siap untuk keluar ruangan dan pandangan mata saya menuju ke luar yang ternyata hari sudah malam dan gelap. Pada waktu saya ragu-ragu untuk keluar karena di luar sangat gelap maka Richard Rondo menawarkan kepada saya untuk tinggal saja di ruangan itu dan duduk di ujung ruangan yang ada kursinya. Sayapun langsung duduk di kursi yang ada di sudut dan mengamati dengan tenang apa yang akan mereka lakukan dalam doa tersebut. Setelah itu Richard Rondo memulai memimpin doa syukur dengan terlebih dahulu mengangkat lagu-lagu pujian dan penyembahan. Baru saja Richard Rondo memulai dengan doanya maka sekonyong-konyong Gloria Pricila yang mempunyai karunia penglihatan dan pendengaran mengucapkan dengan lantang sambil memejamkan matanya dengan kepala tertunduk kebawah banyak malaikat turun ke ruangan itu bahkan ruangan itu hampir penuh dengan malaikat. Dengan adanya berita mengenai turunnya malaikat maka seluruh hadirin yang ada di situ menundukkan kepalanya dan satu orangpun tidak ada yang berbicara kecuali Gloria Pricila yang terus menyebutkan tentang kehadiran para malaikat.
Selanjutnya Gloria Pricila memberitahukan bahwa Yesus/Sayidina Isa telah datang dan berada di tengah-tengah mereka, kemudian seluruh hadiran secara serempak sujud dengan mukanya dirapatkan ke lantai tikar. Saya yang sejak tadi mengamati dan ikut mendengar semua ucapan Gloria Pricila sebenarnya takjub melihat semua yang terjadi dan saya terus melihat ke atas dan ke sekeliling ruangan dengan harapan saya dapat melihat Yesus dan para malaikatNya, tetapi saya tidak melihat apa-apa kecuali yang saya lihat hanyalah seluruh hadirin sujud dengan muka merapat ke lantai dan Gloria Pricila yang duduk dengan menundukkan kepalanya dan terus mengucapkan tentang kehadiran Yesus. Sementara itu Yesus menghampiri L. Alexander dan memberkatinya karena dia akan membuat dan menyusun dokumentasi mengenai kuasa Tuhan yang hidup yang dinyatakan melalui peristiwa ajaib yang dialami oleh Silva Obed agar orang-orang di Amerika tahu bahwa Tuhan menyatakan kuasaNya sampai sekarang.
Setelah Yesus/Isa A.M. memberkati L. Alexander maka Yesus berjalan ke tengah-tengah ruangan kemudian melihat saya yang sedang duduk di sudut ruangan. Saya terkejut ketika Gloria Pricila menyebut nama saya, maka saya terus mengamati Glori Pricila yang tetap menundukkan kepalanya ke bawah dengan mengucapkan apa yang dilakukan oleh Yesus/Sayidina Isa a.s. Sambil memandang saya Yesus/Isa datang menghampiri saya dan berdiri di hadapan saya sedangkan saya tetap mengamati Gloria Pricila sambil sekali-sekali melihat ke sekeliling saya dengan harapan saya dapat melihat Baginda. Tetapi ternyata saya tetap tidak melihat apa-apa. Setelah Yesus/Sayidina Isa berdiri di hadapan saya maka Yesus/Sayidina Isa membuka telapak tangan kanan yang menunjukkan angka sepuluh, kemudian membuka telapak tangan kiri yang menunjukkan huruf tanda tanya yang besar. Sejenak Yesus/Isa A.M. memperhatikan telapak tangan kiri tersebut, kemudian Yesus menutup kembali telapak tangan kanan yang di susul dengan menutup telapak tangan kiri. Segera setelah telapak tangan kiri ditutup maka terasa ada benda yang jatuh di atas kepala saya sehingga saya berusaha menoleh ke atas untuk mengetahui apa gerangan yang terjatuh di atas kepala saya, tetapi ternyata saya tidak bisa menggerakkan kepala saya bahkan tangan saya yang ingin meraba kepala saya pun seolah-olah terikat tidak bisa bergerak. Kemudian benda yang terjatuh di atas kepala saya tersebut lambat laun terasa merupakan pegangan tangan yang mencengkeram kepala saya yang pegangannya makin lama makin keras sehingga mulai terasa sakit dan seolah-olah kuku jarinya di tekankan di kepala saya. Di saat itu saya mulai takut karena saya telah merasakan ada sentuhan dan pegangan yang dengan kuatnya mencengkeram kepala saya tetapi wujud tubuhnya sama sekali tidak kelihatan. Sementara itu Gloria Pricila tetap menyebutkan bahwa Yesus berdiri di hadapan saya. Saya mulai berfikir apa gerangan kehendak Yesus/Isa untuk menyakiti kepala saya. Kemudian terlintas di pikiran saya yaitu jika yang mencengkeram kepala saya hingga terasa sakit sekali ialah Yesus maka saya akan berserah diri kepada Yesus. Oleh sebab itu saya berbisik di dalam hati saya demikian: “Jika memang Engkau Yesus atau Sayidina Isa yang berdiri di hadapanku dan mencengkeram kepalaku hingga terasa sakit sekali ini maka aku akan menyerahkan diriku kepadaMu.” Segera setelah bisikan saya selesai saya ucapkan, maka saya merasakan bahwa cengkeraman tangan Yesus/Isa Al-Masih dilepaskan dan beban sakit pun hilang hingga perasaan lega pun timbul. Tetapi ternyata Yesus masih berdiri di hadapan saya dan sekali lagi membuka telapak tangan kanan yang menunjukkan angka sepuluh dan menyusul membuka lagi telapak tangan kiri yang tadinya menunjukkan huruf tanda tanya besar tetapi sekarang juga menunjukkan angka sepuluh, kemudian Yesus menumpangkan tanganNya ke atas kepala saya dan saya diberkati. Setelah itu, Yesus pergi dari ruangan itu di ikuti oleh seluruh malaikat.
Sementara itu saya menjadi gelisah karena memikirkan pernyataan saya yang berserah diri pada Yesus. Mengapa harus saya nyatakan demikian, padahal saya bukan orang Kristen, selain itu sayapun merasa telah mengkhianati agama saya sehingga keadaan saya pada saat itu disamping merasa lega karena dibebaskan dari cengkeraman tangan yang menyakitkan sekaligus berada dalam pikiran yang kacau balau.
Setelah seluruh malaikat meninggalkan ruangan itu maka para hadirin tidak lagi sujud tetapi kembali duduk seperti semula dan semua pandangan mata mereka tertuju pada saya, sedangkan Richard Rondo langsung bertanya kepada saya mengapa huruf tanda tanya yang besar di telapak tangan kiri berubah menjadi angka sepuluh. Pada saat itu saya sebenarnya berada dalam keadaan yang tertekan karena mempunyai perasaan bersalah sebagai telah mengkhianati agama saya(Islam). Saya pun langsung menanyakan kepada Richard Rondo tentang arti angka sepuluh yang dijawabnya bahwa angka sepuluh adalah angka yang tertinggi bagi orang Kristen. Kemudian saya pun menceritakan apa yang terjadi terhadap diri saya pada waktu Gloria Pricila menyebutkan bahwa Yesus/Isa A.M. menutupkan telapak tangan kiri. Dia tetap berdiri di hadapan saya, dan pada waktu itu terasa ada yang mencengkeram kepala saya sampai terasa sakit sekali yang baru dilepaskan dari cengkeraman tangan tersebut setelah saya mengucapkan dalam hati saya bahwa saya menyerahkan diri saya pada Yesus/Sayidina Isa. Dan dengan keterangan saya tersebut Richard Rondo berseru: “HALELUYA, Pak Purnama telah menerima Yesus.”
Langsung saya menjawab bahwa saya tidak menerima Yesus karena saya sendiri tidak begitu menyadari mengapa keluar dari hati sanubari saya ucapan bahwa saya berserah diri kepada Yesus/Isa A.M. dan ternyata pernyataan tersebut telah membebaskan saya dari cengkeramanNya yang dahsyat. Dalam keadaan perasaan yang gelisah saya minta agar kami segera pulang ke hotel karena saya merasa letih dan perlu istirahat.
Keesokan harinya sekitar jam empat pagi waktu setempat saya telah bangun dan bermaksud melakukan sembahyang subuh. Tetapi pada saat itu terlintas dalam ingatan saya peristiwa yang terjadi terhadap diri saya kemarin malam tentang bagaimana dahsyatnya tangan Yesus/Isa mencengkeram kepala saya dan masih terngiang-ngiang ucapan Richard Rondo bahwa saya telah menerima Yesus. Oleh sebab itu timbul perasaan takut kalau-kalau Yesus/Isa datang lagi sedangkan saya hanya seorang diri berada di kamar hotel. Setelah berfikir sejenak maka saya tetap berniat untuk melakukan sembahyang subuh dan langsung mencari sajadah saya (Tikar sembahyang dari bahan permadani) yang seingat saya, saya letakkan di atas kursi hotel. Tetapi sajadah tersebut setelah saya cari di kursi, kemudian dalam kopor dan dalam lemari pakaian ternyata tidak saya ketemukan. Menurut hemat saya tidak mungkin sajadah itu hilang begitu saja, tentunya ada orang yang menyembunyikannya. Pikiran saya segera tertuju kepada L. Alexander bahwa dialah yang menyembunyikan sajadah saya tersebut karena dia pernah mengatakan mengapa saya harus mencari arah kiblat terlebih dahulu sebelum melakukan sembahyang. Hal ini dikatakan pada waktu di Darwin ketika dia masuk ke kamar saya di hotel sewaktu saya sedang mencari arah kiblat dengan mempergunakan kompas. Dia juga mengatakan bahwa jika orang Kristen melakukan sembahyang atau berdoa mereka bebas menghadap kemana saja tidak terikat oleh suatu arah, oleh sebab itu dia merasa sedih melihat saya karena harus bersusah payah menentukan arah kiblat terlebih dahulu sebelum melakukan sembahyang. Perkataan L. Alexander tersebut sangat menyinggung perasaan saya dan langsung saya katakan kepadanya agar jangan sekali-kali menyinggung agama saya dan jika dia sekali lagi mengatakan hal yang demikian maka saya akan pulang ke Jakarta dan dia saya persilahkan mencari penerjemah lainnya.
Karena pengalaman itu saya telah mencurigai L. Alexander, maka saya segera keluar dari kamar saya dan menuju kamar L. Alexander yang letaknya tidak jauh dari kamar saya dan langsung mengetuk-ngetuk pintunya. Sambil terkejut dia terbangun dan bertanya “Mengapa membangunkan saya sepagi itu?” Kemudian saya bertanya apakah dia yang menyembunyikan sajadah saya dan dia menjawab bahwa sejak saya pernah marah karena pembicaraan arah kiblat, maka sejak itu dia tidak pernah lagi masuk ke kamar saya maupun mengambil sesuatu termasuk sajadah saya.
Oleh sebab itu sayapun segera melaporkan kepada reseptionist hotel dan mengajukan keluhan bahwa barang saya dikamar ada yang hilang. Kemudian reseptionist menanyakan kepada saya “..barang apakah yang hilang dari kamar anda?” Saya jawab bahwa sajadah saya hilang dari kamar. Lalu sambil menertawakan saya, reseptionist itu berkata bahwa dihotel ini tidak pernah terjadi peristiwa kehilangan uang ataupun barang lainnya dari kamar tamu apalagi sajadah yang tidak ada nilainya. Mendengar bahwa sajadah saya tidak ada nilainya, maka saya pun tersinggung lalu marah dan membentak reseptionist tersebut sambil berkata bahwa sajadah tersebut sangat tinggi nilainya karena dipergunakan untuk sembahyang. Melihat keadaan saya yang marah itu maka reseptionist tersebut segera meminta maaf dan berjanji akan mencarinya dengan jalan menanyakan seluruh karyawan yang bekerja di hotel tersebut. Dan ternyata setelah staf hotel mencarinya maka tidak seorangpun yang mengambil dan melihat sajadah saya.
Kemudian pada siang harinya kami datang kerumah Richard Rondo untuk menanyakan berita selanjutnya mengenai Silva Obed dan suaminya. Richard Rondo mengatakan bahwa telah diterima berita melalui Gloria Pricila bahwa pagi sewaktu Silva Obed dan suaminya bersiap-siap untuk berangkat dari kampung Amfoang ke Kupang mereka telah di tahan oleh keluarga yang anaknya sedang menderita sakit jiwa dan meminta agar Silva Obed menyembuhkan anaknya yang sedang sakit jiwa tersebut supaya dapat kembali waras. Oleh sebab itu kedatangan Silva Obed ke Kupang mengalami penundaan dan baru diharapkan sampai ke Kupang setelah beberapa hari kemudian.
Ketika saya memberitahukan kepada Richard Rondo bahwa saya telah kehilangan sajadah pada pagi ini, dia pun memberi komentar bahwa karena saya sudah menerima Yesus/Isa A.M. maka saya tidak perlu lagi sembahyang di atas sajadah tersebut oleh sebab itu saya pun tidak perlu memiliki sajadah. Justru komentar itu yang membuat saya gelisah dan keinginan yang begitu mendesak untuk mengetahui siapa Yesus/Sayidina Isa A.M.itu sebenarnya yang telah mencengkeram kepala saya dengan dahsyat.
Karena tertundanya kedatangan Silva Obed beserta suaminya ke Kupang, maka saya putuskan untuk segera pulang ke Jakarta dan memberitahukan L. Alexander agar tinggal saja di Kupang menunggu sampai tibanya Silva Obed dan suaminya sedangkan penerjemah sebagai ganti saya dapat dilakukan oleh Urias Bait Dosen dari Universitas Nusa Cendana Kupang yang telah bersedia bertindak sebagai penerjemah. Tetapi karena perasaan solider terhadap saya maka kami sama-sama pulang ke Jakarta, tetapi kemudian L. Alexander pergi lagi ke Kupang setelah Silva Obed dan suaminya tiba di Kupang.
Segera setelah saya berada kembali di Jakarta, saya mulai mencari informasi untuk mengungkapkan siapa sebenarnya Yesus/Isa Al-Masih itu. Kepada teman-teman saya, saya ceritakan peristiwa terhadap diri saya di Kupang dan pada umumnya mereka mengatakan bahwa saya telah dijamah oleh setan-iblis bahkan ada yang menertawakan saya karena menurut kata mereka Yesus/Sayidina Isa A.M. adalah nabi Isa AS yang sudah lama meninggalkan Dunia.
Akhirnya saya memutuskan untuk menelitinya dari buku Al Quran dengan pemikiran bahwa jika di dalam buku Al Quran tidak dapat diungkapkan siapa sebenarnya Isa Al-Masih/Yesus itu maka yang menjamah saya memang setan-iblis tetapi, jika dari kitab Al Quran dapat diungkapkan siapakah Yesus/Sayidina Isa A.M. itu maka saya percaya dan yakin bahwa yang menjamah saya di Kupang pada waktu itu adalah benar-benar Yesus/Isa Al-Masih dan saya akan konsekwen berserah diri kepadaNya.

AYAT-AYAT AL QUR’AN YANG MENYELAMATKAN

Mulai dari tanggal 12 Mei 1993 saya mulai dengan intensif mempelajari buku Al Qur’an terjemahan Indonesia, terbitan PT. Sari Agung, tertanggal 2 Oktober 1991. Saya mempelajari Al Qur’an dengan ada terjemahan bahasa Indonesianya karena saya sendiri tidak menguasai bahasa Arab. Setelah lebih seminggu saya pelajari dengan intensif amak saya menemukan ayat Al Qur’an yang menyatakan bahwa Isa Putra Maryam diberkati dengan pelbagai mujizat. Oleh sebab itu, Dia dapat menyembuhkan orang buta, orang sakit lepra dan menghidupkan orang yang sudah mati.
Pada saat itu pula saya merasa sakit kepala dimana rasa sakitnya hampir menyamai rasa sakit pada waktu kepala saya dicengkeram oleh tangan Yesus/Sayidina Isa Al-Masih di Kupang. Maka saya segera berdoa dan memohon kepada Isa a.s. agar Dia menyembuhkan sakit kepala saya karena menurut saya Al Qur’an Dia dapat menyembuhkan penyakit yang lebih berat lagi yaitu lepra. Tetapi doa saya tidak terkabul karena rasa sakitnya masih tetap saja. Kemudian untuk kedua-kalinya saya berdoa dan rasa sakitnya tetap saja bahkan sakitnya lebih parah. Akhirnya saya berpikir mungkin cara berdoa saya yang salah dan terlintas dalam ingatan saya bahwa pada waktu di Kupang orang-orang Kristen berdoa dengan menyebut nama Yesus yaitu nama Sayidina Rabboni Isa Almasih. Oleh sebab itu untuk ketigakalinya saya berdoa tetapi sekarang dengan menyebut nama Yesus Kristus dan memohon kepadaNya untuk kesembuhan sakit kepala saya. Segera setelah ucapan doa saya selesai, maka sakit kepala saya terasa diangkat perlahan-lahan sehingga sakitnya pun hilang sama sekali dan terasa seluruh tubuh dipulihkan kembali sehingga menjadi segar bugar. Air mata saya berlinang karena saat itulah saya yakin bahwa nama Yesus itu adalah nama Dia yang hidup, yang telah mendengarkan doa saya.
Kemudian saya terus mempelajari ayat-ayat- Al Qur’an sampai saya menemukan ayat-ayat- Al Qur’an yang sangat menentukan bagi saya untuk menerima Yesus dan penelitian saya berakhir pada tanggal 28 Mei 1993 dengan diketemukannya ayat-ayat penting yang perlu saya ketahui antara lain ayat-ayat yang menyatakan:
- Al Qur’an adalah bagian dari Alkitab (Az Zukruf ayat 4)
- Al Qur’an membenarkan berlakunya Taurat dan Injil (surat-surat Al Baqarah, Ali Imraan, An Nisaa, dll)
- Al Qur’an ditujukan untuk bangsa Arab yang berbahasa Arab (Fushshilat ayat 3)
- Muhammad bukan penolong dan penyelamat melainkan seorang yang memberi peringatan (Az Zumar ayat 19. Al Baqaroh ayat 119)
- Atas perintah/firman Allah, Isa Almasih putra Maryam adalah orang yang paling atas kedudukannya di dunia dan akhirat. (Ali Imraan ayat 45)
- Umat Nasrani/Ahli Kitab yang beriman masuk syurga (Al Maidah ayat 65)
Kemudian setelah ditemukan ayat yang sangat menentukan bagi saya yaitu:
- Isa Almasih adalah petanda bagi kiamat, oleh sebab itu ikutlah dan taatlah kepada Isa Al-Masih karena inilah jalan yang lurus. (Az Zukhruf ayat 61 dan ayat 63),
Maka saya ambil keputusan bahwa yang menjamah saya di Kupang dengan dahsyat adalah Yesus/Sayidina Isa Al-Masih Oleh sebab itu saya konsekwen menerima Yesus dengan sukacita dan akhirnya telah dibaptis pada tanggal 30 Mei 1993. Adapun mengenai pengungkapan yang lebih terperinci mengenai Al Qur’an, Allah, Muhammad, Isa Almasih dan para pengikutnya (Umat Nasrani) dapat dilihat daripada rencana-rencana dan makalah-makalah yang ditampil di dalam Laman Web ini.

Wassalammu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 30 Mei 1993