“Saat Saya Menerima Tuhan Yesus Secara Pribadi”
Nama saya Ni Luh Ketut Sri Agustini, saya lahir di Denpasar
dan
dibesarkan dilingkungan keluarga Hindu, dengan adat-istiadat kental
bernuasa Bali. Satu lingkungan keluarga besar beragama Hindu tidak ada
satupun yang Kristen. Sungguh luar biasa saat Tuhan menjamah hati dan
kehidupan saya, ini berawal saat saya bekerja di salah satu perusahaan
swasta tepatnya di PT.Trimegah cabang Bali dimana ada beberapa teman
saya yang beragama Kristen, di lingkungan kerja saya seperti kebiasaan
saya di rumah, saya sangat rajin memanten (menghaturkan sesaji) disetiap
sudut ruangan dan di depan komputer. Saat teman saya yang beragama
Kristen menanyakan manfaat menghaturkan sesaji, terjadi Tanya jawab yang
seru saya dengan bangga menjelaskan kelebihan kita sebagai umat Hindu,
dimana Tanya jawab yang awalnya santai tapi pada akhirnya berakhir
dengan perdebatan, saling membanggakan agama masing-masing.
Tapi setelah terjadi perdebatan itu saya semakin rajin memperdalam agama
saya, saya mulai membeli kitab Weda, saya baca, saya bermaksud agar
bisa berdebat lagi, tapi semakin saya pelajari semakin saya tidak
menemukan Tuhan, sampai suatu saat saya berpikir, katanya Tuhan itu
satu, Tuhan Yang Maha Esa, tapi kenapa ada Tuhan orang Hindu, Tuhan
orang Islam, Kristen, Budha dll. Satu saat saya bertanya dengan teman
teman yang berbeda agama yang akhirnya pada kesimpulannya “sudahlah
jangan diperdebatkan masalah agama yang pasti Tuhan itu satu Tuhan Yang
Maha Esa, hanya cara kita aja yang berbeda-beda menyembahNya” titik.
Saya tidak puas dengan jawaban itu saya terus memcari siapa sebenarnya
Tuhan itu, Tuhan yang mana yang benar?
Didalam masa pencarian siapa Tuhan, saya memdapat suatu keajaiban, saat
saya mau berangkat kerja, saya masuk ke dalam mobil tapi tiba-tiba saya
merasa sangat aneh, saya merasa ada seseorang disamping saya, padahal
saya hanya seorang diri, saya penasaran saya periksa ke jok belakang
saya pikir jangan-jangan ada pencuri semalam yang menyelinap di mobil
saya, tapi tetap saya tidak menemukan siapapun. Sampai saya di kantor,
perasaan ada seseorang duduk di jok samping saya menyetir semakin terasa
sampai akhirnya saya menoleh lagi ke samping dimana saya kaget, kok,
dibawah jok mobil saya ada sesuatu yang bersinar apakah itu? Tanya saya
dalam hati, saya mendekatkan kepala saya ke arah sinar itu dan ternyata
sebuah foto berukuran 3x4, saya ambil foto itu dan saya perhatikan foto
itu, dimana gambar yang ada di foto itu matanya begitu teduh langsung
menusuk ke dalam hati saya, saya bertanya , Foto siapa kah ini, mataNya
begitu Teduh saya merasakan kedamaian ada pada-Nya. Dan saya sama sekali
tidak tahu kalo foto itu adalah foto Tuhan Yesus karena dari kecil
sampai saya bekerja saya tidak pernah melihat foto Tuhan Yesus. Kemudian
foto itu saya bawa masuk ke kantor saya langsung bertanya kepada
teman-teman, eh saya menemukan foto ini di jok mobil, trus teman saya
langsung menjawab eh itu kan foto Tuhan Yesus, sri, oooooo ini foto
Tuhan Yesus ya ….saya balik menjawab, Dan temen saya yang saya ajak
berdebat itu langsung menyahut, ‘eh sri kalo Tuhan sudah memanggil dan
memilih kamu, kamu tidak akan bisa lari’ dengan marah saya menjawab
“Enak aja emangnya gue gak punya tuhan?? Aku juga punya tuhan tahu” saya
menjawab dengan ketus dan mengeraskan hati saya. Tapi foto Tuhan Yesus
tetap saya simpan setiap kali saya memandangnya saya merasa damai.
Saya semakin binggung dan lelah belajar dan mencari-cari Tuhan yang
sebenarnya, sampai suatu malam saya menonton sebuah acara rohani di TV
“Solusi”, dari situ akhirnya saya meniru cara berdoanya, entah kenapa
untuk pertama kalinya saya berdoa dalam nama Yesus, doa saya begini,
“Tuhan Yesus, jika saya ini layak menjadi pengikutmu,tunjukan saya
kebenaran,,tapi jika saya tidak layak jadi pengikutmu kembalikan saya
dengan tuhan saya yang dulu agar saya tidak bermasalah dengan keluarga
saya, saya lelah Tuhan’’……..Selesai mengucapkan doa itu tiba-tiba ada
suatu yang mengalir dalam jiwa saya, saya merasakan suatu suka cita dan
damai sekali, yang belum pernah saya rasakan, Saya merasa Tuhan Yesus
hadir memenuhi jiwa saya, saya langsung menanggis tersungkur di tempat
tidur saya , saya bilang terima kasih Tuhan, Engkau telah membuka hati
saya sehingga saya bisa merasakan kehadiranMu, saya tiba-tiba mengerti
apa yang telah saya dengar dan perdebatkan dengan teman saya di kantor,
Tuhan telah memberikan kepada saya kebenaran, menyatakan diri-Nya siapa
Tuhan sesungguhnya. Saat malam itu juga secara pribadi saya menerima
Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan juru selamat saya secara pribadi, hanya
saya dan Tuhan yang tahu malam itu menjadi sangat indah dalam hidup
saya.
Kini saya mulai mempelajari Alkitab, singkat cerita saya memberanikan
mengatakan kepada teman-teman saya ingin lebih mengenal Tuhan Yesus, dan
mereka sangat mendukung saya, ada yang memberi saya Alkitab, renungan
harian dan cara membaca Alkitab dan renungan harian, dan Mereka bilang
sebelum membaca firman Tuhan berdoalah dulu biar Roh Kudus yang memimpin
kita dalam memahami firmanNya, dan saya mulai rajin membaca firman
Tuhan dan setiap pagi saya selalu saat teduh bersama Tuhan, tapi saya
melakukan semua itu secara sembunyi-sembunyi takut kalau oranga tua saya
tahu, Alkitab saya selalu taruh di dalam tas saya, tapi pada akhirnya
orang tua saya mengetahuinya mereka sangat marah sekali, bapak saya
bilang begini, “kalo kamu ingin memperdalami agamamu jangan bertanya
kepada orang yang beragama lain jelas mereka ga ngerti,kalo kamu mau
belajar agama Hindu, kalo kamu mau ke India silakan bapak biayai kamu ke
sana’’ dan ibu saya saat itu juga sangat marah…Ibu saya bilang gini
“sri kalo sampai kamu pindah agama, lebih baik ibu sama bapak mati aja,
ibu malu dengan keluarga besar, bapak sama ibu gagal mendidik kamu, ibu
mau mati saja” mendengar itu hati saya sangat sedih sekali, dimana saya
baru memulai untuk belajar lebih dekat dengan Tuhan sudah ada cobaan
seperti ini, akhirnya saya bersepakat dengan orang tua saya, saya tidak
akan belajar agama Kristen lagi, untuk menenangkan hati mereka. Semakin
di kekang semakin diawasi, saya semakin tidak bisa berpaling dari Tuhan
Yesus. Walau dengan sembunyi-sembunyi, Alkitab dan renungan saya taruh
di kantor dan saya membacanya di kantor, saya juga banyak belajar dari
internet, membuka situs-situs rohani, dari kaset-kaset, saya merasa
Tuhan sangat membimbing saya dalam proses belajar saya, apa yang ingin
saya pelajari Tuhan selalu menyediakan, apa yang ingin saya tahu dan
mengerti Tuhan menjawabnya, tetap dengan sembunyi-sembunyi. Saya masih
tetap ke Pura, saya masih tetap mebanten saat melakukan semua itu saya
selalu minta ampun sama Tuhan, Tuhan Yesus saya melakukan semua ini
hanya untuk menunjukan di depan orang tua dan keluarga saya aja, bukan
berarti saya menyembah iblis atau menduakan Tuhan, kadang sesaji itu
saya taruh seenaknya saja kadang jika tidak ada keluarga yang melihat
saya buang sesaji itu ke tong sampah, saya terus memohon kepada agar
Tuhan memberikan saya kekuatan dan keberanian untuk berterus terang
kepada orang tua dan keluarga saya. Ke Gereja pun saya
sembunyi-sembunyi, alasan saya olah raga pagi, saya pakai pakaian olah
raga dan sepatu olah raga, tapi dekat Gereja saya ganti sepatu dengan
sandal, saya masih ingat saat ganti sepatu di jalan dekat gereja saya
digonggong anjing (saya tidak ganti di gereja karena saat itu saya tidak
kenal siapa-siapa di Gereja) dan saya ke Gereja memakai pakaian olah
raga, saat itu saya sendiri tidak ada teman yang saya kenal di Gereja,
saya berpikir, saya ke Gereja untuk mencari Tuhan dan bukan untuk
memamerkan pakaian. Saya tidak peduli dengan pakaian yang saya pakai
saya begitu rindu dan sungguh-sungguh ingin mengenal Tuhan, saya masuk
ke gereja GKPB (Gereja Kriten Protestan di Bali) karena menurut teman
kantor saya kalo GKPB banyak orang Bali nya, pendetanya aja orang Bali,
banyak yang pergumulannya seperti saya. Hingga pada akhirnya saya
memberanikan diri bertemu dengan pendeta di gereja itu Bpk pendeta Putu
Widiarsana, hingga akhirnya kami banyak sering dan akhirnya saya ikut
katekisasi. Pak pendeta memberikan saya buku katekisasi yang berjudul
Jalan Keselamatan dimana buku itu persis seperti buku yang saya
mimpikan, dimana saya mencari kemana-mana tidak ketemu eh akhirnya buku
itu diberikan kepada saya.
Saat pelajaran dirasa cukup sama Tuhan, kini tiba saatnya Tuhan memberi
saya ayat-ayat yang keras, dimana saya selalu dituntun untuk membaca
ayat-ayat yang intinya, jika sesorang mau mengikuti Tuhan tapi masih
menoleh ke belakang melihat orang tuanya dia tidak layak bagi Ku. Ayat
itu selalu tergiang di telinga saya, kemana pun saya pergi, apapun saya
lakukan Tuhan selalu mengingatkan saya, “Sri…kamu lebih memilih Aku,
Tuhan mu apa orang tua mu?” suara itu selalu terngiang di telinga saya,
terlebih saat saya mebanten atau pergi ke Pura bersama keluarga saya.
Hati saya semakin bergolak, menjerit, Tuhan berikan saya keberanian,
berikan saya kekuatan, luaskan Roh Mu bekerja dalam hati saya, akhir nya
saya semakin dikuatkan, saya harus mengambil sikap, saya harus
mengambil keputusan apapun yang terjadi saya akan tetap memilih Tuhan
Yesus, saya percaya Tuhan tidak akan membiarkan saya berjuang sendiri.
Pada suatu hari saya bilang kepada ibu saya,”Bu saya tidak mau mebanten
lagi, saya tidak mau ke pura lagi karena saya tidak bisa berpaling dari
Tuhan Yesus, saya ingin menjadi pengikutNya, saya merasa damai saat
mengenal Tuhan Yesus”. Mendengar semua itu ibu saya langsung menangis,
dia langsung memberitahu kakak-kakak saya dan beberapa keluarga, mereka
sangat kaget sekali. Dan tanpa sepengetahuan saya, mereka pergi ke dukun
untuk memutuskan ikatan saya dengan Tuhan saya, katanya dukun itu biasa
menangani masalah seperti ini dan sering berhasil mengembalikan
kepercayaan mereka ke Hindu lagi.
Dan menurut kakak saya, dukun itu bilang begini,’’ dukun itu melihat
sinar terang di kepala saya, Yesus memang memanggil saya, tapi dukun itu
bilang dia bisa memutuskan ikatan itu, dan saya disuruh ke sana minta
ampun dan membawa roti dan anggur” saya kaget sekali karena saya harus
pergi ke dukun itu bersama kakak,ibu dan beberapa kerabat dekat. Saya
bilang kepada keluarga saya, kalo saya tidak boleh pergi ke tempat
seperti itu, dalam ajaran agama Kristen kita tidak boleh pergi ke dukun,
saya bilang begitu, tapi mereka bilang begini, jika dengan pergi ke
dukun tapi kamu tetap tidak terpengaruh, dalam artian kami tidak bisa
mempengaruhi kamu untuk kembali ke agama yang dulu, maka kamu boleh ke
Gereja, mereka sangat yakin bisa mengembalikan saya ke agama saya yang
dulu. Ok kalo persyaratannya begitu saya menyetujui, karena saya yakin
Tuhan Yesus tidak akan membiarkan saya berjuang sendirian, karena
sebelumnya saya bermimpin, saya dipaksa oleh keluarga saya untuk berdoa
secara Hindu kami menaiki tangga putih dan saya bertanya kepada Tuhan,
Tuhan apa yang saya harus lakukan dan Tuhan menjawab dengan Tegas, “DOA
DALAM NAMU KU!!!!” dan persis seperti mimpi saya, di tempat dukun itu
kami menaiki tangga yang berwarna putih ke tempat pemujaan mereka dan
saya selalu ingat yang dikatakan Tuhan, Doa dalam Nama Tuhan Yesus,
dalam hati saya , saya terus berdoa, Tuhan Tolong saya, Tuhan berikan
kekuatan pada saya,….dan ternyata dukun itu tidak sendiri, dia bersama
istrinya mengucapkan mantra-mantra, di tempat pemujaan mereka yang
banyak patung-patung nya. Kami duduk berhadap-hadapan, dukun yang
satunya sibuk membacakan mantra-mantra dan dukun yang satunya terus
berusaha mempengaruhi saya, mereka bilang jika saya berpaling dari agama
saya yang dulu saya akan celaka, keluarga saya akan hancur, saya yang
akan menanggu akibatnya, mendengar itu keluarga saya yang ikut mengantar
saya menangis semua, mereka ketakutan sekali, Tapi dengan jelas dan
tegas saya bilang ke mereka dan ke dukun itu “ saya tetap yakin pada
Tuhan yang saya sembah, Tuhan Yesus, dan jika saat ini sekali pun otak
saya di operasi saya tidak akan berubah” dukun itu sangat kaget
mendengarnya, dan dukun itu menjadi geram dan dia menantang saya dia
bilang begini “eh sri kamu begitu yakin dengan Tuhan kamu Yesus, kalo
kamu begitu yakin hadirkan Dia di sini, karena saya, kata dukun itu,
saya bisa menghadirkan apa yang saya sembah, saya bisa menghadirkannya
di sini kata dukun itu” mendapat tantangan dari dukun itu saya hanya
menjawab, pak saya tidak perlu menguji Tuhan Yesus seperti itu, dia
cukup hadir di dalam hati saya, dan saya juga ingin Tuhan Yesus menjamah
hati pak dukun juga.
Singkat cerita dukun itu tidak mampu mempengaruhi saya, kami di sana
sampai jam 11 malam dan akhirnya kami pulang kerumah, dan saya berpikir
saatnya saya boleh ke Gereja karena saya tidak terpengaruh seperti janji
kakak saya. Tapi apa yang terjadi, ibu saya tiba-tiba menangis di kamar
saya, ibu saya sampai muntah-muntah. Ibu mau mati saja kalo begini
jadinya kalo kamu tetap pindah agama ibu mati saja, saya sangat sedih
sekali, saya diam-diam sms ke bapak pendenta agar saya dikuatkan, ibu
saya terus menangis sampai pagi, semalaman kami tidak tidur dan keesokan
harinya saya pagi-pagi didatangi oleh om saya, yang ingin mengingatkan
saya, saya dan om terlibat perdebatan. Dengan tubuh dan pikiran yang
sangat lelah hari itu saya pergi juga kekantor, dikantor saya hanya bisa
menangis dan berbagi cerita dengan teman-teman seiman di kantor saya.
Pada saat yang melelahkan itu saya mendapat suatu artikel dan membaca
buku yang sangat menguatkan saya, yang intinya, Aku Tuhanmu akan
membaptis kamu dengan api untuk memurnikan imanmu, dan saat saya telpon
bapak pendeta saya beliau juga memberikan saya semangat , ingat sri,
masa ini masa pra paskah penderitaan Tuhan Yesus tidak sebanding dengan
penderitaan kita, penderitaan kita tidak sampai mencucurkan darah,
seperti Tuhan,. Setelah diingatkan itu saya berpikir, oh iya
ya…penderitaan saya tidak seberapa dibanding penderitaan Tuhan Yesus.
Saya yakin Tuhan sedang membentuk saya, memurnikan iman saya.
Saat kembali kerumah, ibu saya masih saja sedih, dia selalu saja
berkeluh kesah, ibu malu sekali dengan keluarga besar, ibu tidak
berhasil mendidik kamu, terus saya bilang begini ke ibu saya, bu ibu
telah berhasil mendidik saya, sampai sekarang saya telah bekerja, tapi
masalah kepercayaan itu sangat pribadi sekali tidak bisa dipaksakan,
kalo ibu malu dengan keluarga besar, kalo saya Kristen, sebaiknya saya
pergi saja dari Bali, bilang ke keluarga besar kalo saya dipindah tugas
kan ke luar Bali, supaya ibu tidak malu, percaya sama saya bu saya bisa
mengurus diri saya sendiri dan saya percaya Tuhan akan memelihara saya.
Saat saya mengambil keputusan untuk pergi dari Bali, saya bilang dalam
hati, Tuhan saya siap untuk pergi, saya siap kehilangan keluarga, saya
siap kehilangan pekerjaan, saya siap kehilangan semuanya asalkan saja
saya bisa menjadi pengikutMu, Tekat saya begitu bulat, mantap, walaupun
di sana saya menjadi pembantu rumah tangga sekalipun saya hanya makan
nasi putih saja tidak jadi masalah asalkan saya tidak sembunyi-sembunyi
seperti ini, saya ingin dibaptis, saya ingin ke gereja, saya ingin
menjadi saksi kemuliaan Mu tanpa harus sembunyi-sembunyi seperti ini,
saya benar-benar siap.
Dan Tuhan jauh melihat ke dalam hati kita. Tuhan melihat ketulusan hati
dan kesungguhan saya. Saat akan berpamitan ke pendeta saya, beliau
menyarankan saya agar tidak pergi dari Bali, alangkah bagusnya kalo saya
bisa bertahan dalam situasi apapun, ibaratnya bunga mawar yang tumbuh
dilumpur sekalipun namun tetap harum Kemudian pak pendetanya memberikan
solusi, sri kamu doa minta jodoh saja sama Tuhan, tapi saya bilang ke
pak pendeta, dari pada doa minta jodoh lebih baik saya doa agar orang
tua saya bertobat dan menerima Tuhan Yesus. Saya tidak mau mencari
gampangnya menikah dengan orang Kristen untuk menjadi Kristen tapi saya
memang ingin benar-benar bertobat secara pribadi bukan karena
pernikahan. Pak pendetanya menjawab, “saat ini apapun yang kamu lakukan
pasti dianggap salah, kecuali saat kamu sudah nikah,kamu bisa bersaksi
lewat kehidupan rumah tangga kamu, “ saya pikir-pikir bener juga kata
pak pendeta, dan akan saya pertimbangkan.
Setelah menyelesaikan katekisasi, saya semakin mantap dengan keyakinan
saya dan pada tanggal 8 Juni 2003 saya memberi diri saya di Baptis
dihadapan Tuhan dan jemaat kristus kasih gereja GKPB, namun keluarga
saya tidak ada yang tahu kalo saya sudah di Baptis. Lambat laun hubungan
saya dengan ibu semakin membaik, karena ibu saya takut kalo saya pergi
dari Bali. Bahkan ibu tidak pernah menyuruh saya sembahyang menurut
Hindu lagi, ibu saya berkata, seandainya saya mendapatkan jodoh orang
yang beragama Kristen, beban ibu akan berkurang, ibu bisa bilang ke
keluarga besar kalo saya ikut suami. Dan saya bilang ke ibu saya, kita
berdoa saja Bu, Tuhan Yesus pasti akan memberikan yang terbaik buat
saya, indah pada waktunya.
Akhirnya saya mulai berdoa pada Tuhan untuk meminta jodoh, “Tuhan,
persiapkan hambamu ini, persiapkan calon suami yang akan Tuhan pilihkan
buat saya, dimanapun dia berada dan kalo kami sudah sama-sama siap
pertemukanlah kami Tuhan, tapi kalo kami sama-sama belum siap kiranya
jangan pertemukan kami dulu tapi bimbinglah dan ajari kami dulu untuk
mempersiapkan diri kami masing-masing agar kami bisa membentuk rumah
tangga yang Takut akan Engkau, amin”. Dan Tuhan menjawab begitu cepat,
melalui bapak pendeta, kami di pertemukan di gereja, dan ternyata itu
teman kuliah saya dulu, dan memang kami masing-masing lagi bergumul
dengan pasangan kami masing-masing. Begitu cepatnya perkenalan ini, dan
keluarga kami masing-masing sudah bisa menerima kami, bahkan dari pihak
keluarga yang menyuruh agar kami cepat-cepat menikah. Dan pada bulan
Agustus 2003 kami sepakat mengikuti konseling pra nikah selama 3 bulan
dan akhirnya atas kehendak Tuhan kami menikah pada tanggal 6 Desember
2003 (6 bulan dari saat di Baptis) Dan kasih Tuhan semakin kami rasakan
Tuhan memberikan berkat-berkatnya yang melimpah, pada tgl 16 Juni 2005
Tuhan memberikan kami seorang Putra yang kami beri nama Alment Karunia
Ardestya (Alment = Allah menyertai) dan pada tgl 10 Juli 2005 Tuhan juga
memberikan kami sebuah rumah yang indah bagi kami, rumah doa bagi kami,
dan persekutuan doa kami. Iman kami selalu diperbaharui oleh Tuhan dan
setiap hari jumat kami selalu perkumpul dengan teman-teman di
persekutuan doa kami, memuji dan memuliakan Tuhan dan mendengar firman
Tuhan. Kami belajar bersama-sama, dan kami di pimpin oleh seorang hampa
Tuhan, pak Max, melalui beliau kami banyak belajar tentang buah-buah doa
dan rahasia-rahasia kemulian Tuhan.
Dan kini telah hampir setahun pula Tuhan telah mempercayakan saya
sebagai branch manager di perusahaan tempat saya bekerja, ini pun
melalui doa dan pergumulan, dimana sebelumnya tugas ini saya hindari,
saya tidak mau berdoa meminta jabatan ini, karena secara manusia tugas
ini terlalu berat bagi saya, mana buah hati kami Alment masih kecil yang
saat itu baru lahir. Dan saya di ingatkan kembali oleh Tuhan, bahwa
setiap orang punya tugasnya masing-masing, ada yang sebagai hamba Tuhan,
sebagai pendoa dan ada yang sebagai pekerja, dan Tuhan memberika tugas
dan tanggung jawab saya ini untuk kemuliaan Tuhan juga, Seberat apapun
Tuhan dan tanggung jawab kita asalkan kita berserah kepada Tuhan, semua
beban itu akan Tuhan angkat. dan saya juga diingatkan melalui pekerjaan
ini agar saya juga menjadi berkat bagi orang lain, saya terus diingatkan
saya bekerja bukan untuk diri saya sendiri, tapi saya bekerja mengeban
tugas dan tanggung jawab dari Tuhan, Tuhan memberkati saya agar saya
juga menjadi berkat bagi orang lain.
—amin—
Terima kasih Tuhan Yesus.
“Tuhan jauh mengetahui ke dalam hati kita, Tuhan memberkati orang-orang
yang hatinya tulus untuk Tuhan, hanya kita dan Tuhan yang
mengetahuinya.”
GBU
Saya berharap agar kesaksian saya ini menjadi berkat bagi orang lain,
amin.
Kesaksian ini saya tulis setahun yang lalu dan saat ini saya baru berani
untuk mengirimkannya kepada saudara terkasih dalam Tuhan.