Kisah
ini terjadi di Indonesia tahun 2001
Mila Wenno adalah seorang perawat
Kristen yang berusia 43 tahun. Ia dan suaminya, Stefanus, berada dalam
perjalanan ke Gereja dengan sepeda motor mereka melalui jalan yang sama,
yang telah mereka lalui selama 20 tahun tanpa insiden apapun. Namun,
pada tanggal 21 Januari, sekelompok radikal, yang terdiri dari 20 orang
yang marah, menghalang-halangi jalan.
...
Gerombolan itu dibawa ke pulau tempat
Wenno tinggal dari pulau lainnya sehingga mereka tidak mudah dikenali.
Setiap anggota gerombolan itu dipersenjatai dengan senapan atau samurai.
Melihat ada gerombolan radikal di depan, Stefanus percaya jalan
satu-satunya untuk menghindari masalah adalah meneruskan perjalanan
melalui mereka tanpa berhenti.
Namun, tidak ada gunanya. Satu
di antara orang itu mengayunkan ujung senapannya seperti pentung
baseball dan menghantam Mila di kepalanya dan hampir membuatnya terjatuh
dari sepeda motornya dan memaksanya untuk memegang suaminya supaya
tidak jatuh. Sementara Stefanus berusaha tetap memegang kendali sepeda
motornya untuk menyingkir dari orang yang sekarang berteriak-teriak dan
menyanyi, orang lainnya mengayunkan samurainya ke Mila, dan memotong
otot dan tulang tangan kanannya tepat di atas siku, dan membuat
tangannya tergantung pada bahunya dengan daging beberapa cm.
Meskipun tangan Mila selamat, ia tidak merasakan apa-apa lagi di tangan
dan lengan bawahnya karena sarafnya putus dan tangannya tidak berguna
lagi.
Ajaibnya, sikap Mila tidak menunjukkan kesedihan atau
kepahitan karena penganiayaan itu, tetapi sebaliknya sukacita. Ketika
ditanya tentang insiden itu, Mila tersenyum penuh sukacita dan berkata,
"pada mulanya saya merasa ngeri dan sedih, tetapi ini adalah kehendak
Allah. Hal itu membuat saya lebih dekat kepada-Nya, dan saya tahu Dia
akan memberkati saya dan keluarga saya."
Mila dan suaminya
Stefanus adalah satu di antara dari 876 keluarga Kristen yang kehilangan
rumah mereka setelah gerombolan radikal membakar sebagian besar desa
mereka. Banyak penduduk desa - 3493 orang - mengungsi di hutan terdekat;
dan di tempat itu mereka telah membuat rumah dan tempat perlindungan
sementara, serta akan tinggal sampai mereka merasa aman untuk kembali ke
rumah mereka yang permanen. Kapan hari itu tiba, atau apakah hari itu
akan tiba, mereka tidak tahu. Namun, mereka terus berdoa dan berpegang
teguh dalam iman mereka kepada Kristus
Kisah ini terjadi di Indonesia tahun 2001
Mila Wenno adalah seorang perawat Kristen yang berusia 43 tahun. Ia dan suaminya, Stefanus, berada dalam perjalanan ke Gereja dengan sepeda motor mereka melalui jalan yang sama, yang telah mereka lalui selama 20 tahun tanpa insiden apapun. Namun, pada tanggal 21 Januari, sekelompok radikal, yang terdiri dari 20 orang yang marah, menghalang-halangi jalan.
...
Gerombolan itu dibawa ke pulau tempat Wenno tinggal dari pulau lainnya sehingga mereka tidak mudah dikenali. Setiap anggota gerombolan itu dipersenjatai dengan senapan atau samurai. Melihat ada gerombolan radikal di depan, Stefanus percaya jalan satu-satunya untuk menghindari masalah adalah meneruskan perjalanan melalui mereka tanpa berhenti.
Namun, tidak ada gunanya. Satu di antara orang itu mengayunkan ujung senapannya seperti pentung baseball dan menghantam Mila di kepalanya dan hampir membuatnya terjatuh dari sepeda motornya dan memaksanya untuk memegang suaminya supaya tidak jatuh. Sementara Stefanus berusaha tetap memegang kendali sepeda motornya untuk menyingkir dari orang yang sekarang berteriak-teriak dan menyanyi, orang lainnya mengayunkan samurainya ke Mila, dan memotong otot dan tulang tangan kanannya tepat di atas siku, dan membuat tangannya tergantung pada bahunya dengan daging beberapa cm.
Meskipun tangan Mila selamat, ia tidak merasakan apa-apa lagi di tangan dan lengan bawahnya karena sarafnya putus dan tangannya tidak berguna lagi.
Ajaibnya, sikap Mila tidak menunjukkan kesedihan atau kepahitan karena penganiayaan itu, tetapi sebaliknya sukacita. Ketika ditanya tentang insiden itu, Mila tersenyum penuh sukacita dan berkata, "pada mulanya saya merasa ngeri dan sedih, tetapi ini adalah kehendak Allah. Hal itu membuat saya lebih dekat kepada-Nya, dan saya tahu Dia akan memberkati saya dan keluarga saya."
Mila dan suaminya Stefanus adalah satu di antara dari 876 keluarga Kristen yang kehilangan rumah mereka setelah gerombolan radikal membakar sebagian besar desa mereka. Banyak penduduk desa - 3493 orang - mengungsi di hutan terdekat; dan di tempat itu mereka telah membuat rumah dan tempat perlindungan sementara, serta akan tinggal sampai mereka merasa aman untuk kembali ke rumah mereka yang permanen. Kapan hari itu tiba, atau apakah hari itu akan tiba, mereka tidak tahu. Namun, mereka terus berdoa dan berpegang teguh dalam iman mereka kepada Kristus