Kamis, 16 Agustus 2012

Salib 2: APAKAH KRISTUS DISALIBKAN?


SALIB 2
APAKAH KRISTUS DISALIBKAN?

TANTANGAN: Orang-orang Muslim radikal menolak penyaliban
Kristus. Orang-orang Kristen, sesuai dengan ajaran Injil, bersaksi bahwa Kristus mengalami penolakan yang sangat kuat dari seteru-seteru Yahudi-Nya, dan bahkan karena dengki, mereka menyerahkan Yesus kepada penguasa Romawi di Yerusalem, serta meminta agar Ia dihukum mati. Tentara Romawi kemudian menyiksa Dia, dan selanjutnya menyalibkan Dia di kayu salib. Di sana Ia mati dalam kesengsaraan yang sangat dahsyat, bersama-sama dengan dua orang hukuman. Orang-orang Romawi membunuh Dia.

Di dalam Injil Kristus kita bisa menemukan penjelasan yang lebih terperinci mengenai peristiwa itu, yang memuncak dalam sebuah pernyataan, “Akhirnya Pilatus menyerahkan Yesus kepada mereka untuk disalibkan. Mereka menerima Yesus. Sambil memikul salib-Nya Ia pergi ke luar ke tempat yang bernama Tempat Tengkorak, dalam bahasa Ibrani: Golgota. Dan di situ Ia disalibkan mereka dan bersama-sama dengan Dia disalibkan juga dua orang lain, sebelah-menyebelah, Yesus di tengah-tengah. . . . Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia --supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci --: "Aku haus!" Di situ ada suatu bekas penuh anggur asam. Maka mereka mencucukkan bunga karang, yang telah dicelupkan dalam anggur asam, pada sebatang hisop lalu mengunjukkannya ke mulut Yesus. Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: "Sudah selesai." Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.” (Yohanes 19:16-18 dan 28-30). Dari kesaksian Rasul Yohanes ini sangat jelas terbukti bahwa memang Yesus disalibkan, dan bahwa Ia mati dalam kesengsaraan di kayu salib. Ia memang sungguh-sungguh dibunuh. Peristiwa itu juga disaksikan oleh empat saksi Kristus yang berbeda.

Namun, orang-orang Muslim mengatakan: Tidak! Kristus tidak dibunuh dan tidak disalibkan. Hanya nampaknya saja bahwa Kristus sudah disalibkan. Tetapi sebenarnya, ada kesalahan yang terjadi di dalam pengadilan. Seseorang yang mirip dengan Kristus yang telah salah disalibkan. Kristus yang sebenarnya diselamatkan oleh Allah dari tangan musuh-musuh-Nya, diangkat hidup-hidup ke surga, dimana Ia masih hidup sampai hari kedatangan-Nya kembali ke dunia ini.

Orang-orang Muslim mempertahankan keyakinan ini atas dasar sebuah ayat di dalam Al-Quran, yang mengatakan demikian tentang orang-orang Yahudi, “dan karena ucapan mereka : "Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, 'Isa putra Maryam, Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan 'Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) 'Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti perdangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah ‘Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat 'Isa kepada-Nya379. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Surat an-Nisa' 4:157-158) Injil Kristus, yang menyaksikan dengan jelas empat kali bahwa Kristus dibunuh dan disalibkan, ditolak oleh orang-orang Muslim sebagai kepalsuan dari orang Kristen atas teks asli di dalam Injil.

Apakah tuduhan dari Al-Quran ini cukup untuk membantah empat kesaksian yang ada di dalam Injil? Apakah semua orang Muslim harus percaya kepada Al-Quran bahwa Kristus tidaklah dibunuh atau disalibkan?

JAWABAN : Bertolak belakang dengan bagian di dalam Al-Quran (Surat 4:157), yang menyangkali pembunuhan dan penyaliban Kristus, ada tiga bagian lain di dalam Al-Quran yang secara terbuka memberikan kesaksian tentang kematian Kristus:
1. Segera setelah kelahiran-Nya Kristus menurut Al-Quran mengatakan, “Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal (yauma amuta) dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali!” (Surat Maryam 19:33). Ayat ini berbicara dengan sangat jelas mengenai kelahiran, kematian, dan kebangkitan Kristus dalam sebuah kesatuan yang tidak terpisahkan.

2. Berbicara mengenai rencana orang-orang Yahudi untuk membunuh Kristus, Al-Quran mengatakan, “Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya. (Ingatlah), ketika Allah berfirman: "Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu (inniy mutawaffika) dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. ... (Surat Al 'Imran 3:54-55). Ayat-ayat ini dengan jelas menunjukkan bahwa Allah membiarkan Kristus menemui ajal, yaitu, Ia membiarkan Yesus mati. Tipu daya yang dibuat oleh Allah terhadap orang-orang Yahudi adalah dengan tidak memasukkan Kristus ke dalam neraka, seperti yang mereka yakini sekarang, tetapi bahwa Ia akan membangkitkan Yesus sendiri ke dalam surga.

3. Setelah Kristus dibangkitkan dan diangkat ke surga oleh Allah, Al-Quran menjelaskan adanya percakapan antara Kristus dengan Allah. Di dalam percakapan itu Kristus berkata kepada Allah di surga, “Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya yaitu: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu", dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku (falamma tawaffaytaniy), Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu.” (Sura al-Ma'ida 5:117). Ayat ini dengan jelas mengatakan bahwa Kristus wafat sebelum Ia naik ke surga. Kalau tidak begitu, di surga, Kristus tidak akan bisa berbicara mengenai wafat-Nya sebagai sesuatu yang telah terjadi.

Sangat jelas sekali bahwa ketiga bagian di dalam Al-Quran itu sangat bertentangan dengan apa yang tertulis di dalam Surat ke-4 (Surat An-nisa’). Tiga bagian di atas menegaskan tentang kematian Kristus, sementara bagian di dalam Surat ke-4 itu menyangkal kematian Kristus. Banyak penafsir Muslim yang berusaha mengatasi pertentangan itu dengan memunculkan tiga upaya penafsiran. Namun, semua tafsiran itu, tetaplah gelap dan sulit dipahami.

Ketidakmasuk-akalan yang pertama : Perkembangan Kronologisnya. Untuk bisa menyambungkan antara Surat 4:157 dengan Surat 19:33, para penafsir memasukkan, tanpa ada dasarnya di dalam Al-Quran, suatu rentang waktu yang sangat panjang antara kelahiran Kristus dengan kebangkitan-Nya. Mereka mengatakan bahwa Kristus dilahirkan dan diangkat ke surga. Dari sana Ia akan datang kembali di akhir jaman, dan hanya setelah itu Ia akan mati dan dibangkitkan kembali bersama semua manusia. Tafsiran ini, sayangnya, justru bertentangan dengan Surat 5:117, diman Kristus mengatakan kepada Allah bahwa Ia wafat sebelum diangkat ke surga.

Ketidakmasuk-akalan yang kedua: Korban Pengganti. Dalam usaha untuk menjelaskan, sesuai dengan isi Surat 4:157, bahwa Kristus tidak dibunuh, para penafsir Muslim mengatakan bahwa orang yang disalibkan itu bukanlah Kristus, tetapi seseorang yang diserupakan dengan Dia yang disalibkan. Kristus sendiri sebenarnya diangkat ke surga tanpa mengalami kematian. Para penafsir, kemudian berselisih paham di antara mereka sendiri, tentang siapa yang sebenarnya disalibkan menggantikan Kristus: Apakah ia seorang Yahudi bernama Titus, atau seseorang yang memang adalah pengawal Kristus, atau salah satu murid Kristus yang secara sukarela mengorbankan dirinya, atau bahkan apakah ia adalah murid yang mengkhianati Kristus? Dalam penjelasannya, para penafsir Muslim itu yakin bahwa Allah secara ajaib meletakkan seseorang yang diserupakan dengan Kristus untuk menjadi korban pengganti, sehingga orang-orang Yahudi salah mengira kalau dia adalah Kristus. Para penafsir yang lebih serius (misalnya Zamakhshari dan Razi) menolak penjelasan ini.

Ketidakmasuk-akalan yang ketiga: Menjelaskan ulang kata “mati.” Untuk membuat penafsiran ini lebih bisa diterima, makna salah satu kata di dalam Al-Quran diubah. Kata “wafat” (mati), yang dituliskan di dalam Surat 3:55 memakai bentuk kata “inniy mutawaffika” (aku membiarkanmu mati) dan di dalam Surat 5:117 “falamma tawaffaytaniy” (tetapi ketika Engkau membiarkan Aku mati). Beberapa penafsir mengatakan bahwa kata “wafat” (mati) berarti tidur (hanya dituliskan dua kali di dalam Al-Quran: Surat 6:60 dan 39:42b) dan bukan kematian yang sebenarnya (sebagaimana yang dengan jelas dituliskan dalam 25 bagian lain di dalam Al-Quran, sebagai contoh, Surat 32:11; 4:15; 39:42a or 8:50). Penjelasan ini dipersoalkan di antara banyak penafsir yang ada, yang kemudian menjadi alasan mengapa tradisi Islam yang menafsirkan kata “wafat” di dalam ayat mengenai Kristus sesuai dengan keterangan sebagian besar ayat lain di dalam Al-Quran kemudian diterjemahkan sebagai mati, dan bukan sebagai tidur.

KABAR BURUK : Usaha-usaha Islam itu tidak bisa memecahkan masalah pertentangan antara Surat 4:157 dengan bagian-bagian lain di dalam Al-Quran, dimana kematian dan penyaliban Kristus secara eksplisit dijelaskan.

KABAR BAIK: Dengan memulai dari Al-Quran, sangat mungkin bagi semua orang Muslim untuk percaya bahwa Kristus memang disalibkan, dan bahwa tidak ada orang yang secara salah mati dibunuh menggantikan-Nya. Lalu jelas juga bahwa Surat 4:157 tidak mengatakan bahwa Kristus tidak disalibkan, namun, seperti Surat 8:17 (Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar) maka, “bukan orang-orang Yahudi yang menyalibkan Dia, ketika mereka menyalibkan-Nya, Allah-lah yang mnyalibkan-Nya.”

KESAKSIAN:
Nama saya Hakim dan saya berasal dari Yordania. Saya dulunya adalah seorang Muslim yang taat dan belajar di sekolah-sekolah Islam yang terbaik. Kemudian, saya belajar agama Islam di Universitas al-Azhar di Kairo. Sebagai disertasi terakhir saya, saya meneliti pokok mengenai bagaimana anak Abraham, setelah ia dibunuh oleh ayahnya, kemudian ditebus oleh Allah melalui korban yang besar (Surat as-Saffat 37:99-111). Saya mempelajari semua penafsiran Islam mengenai bagian Al-Quran ini. Saya tidak menemukan satupun penjelsan yang memuaskan mengenai pertanyaan tentang penebusan (fida’). Hanya setelah saya membandingkannya dengan Torah dan tafsirannya oleh orang-orang Yahudi dan Kristen, saya bisa mulai memahami tentang penebusan melalui kematian korban penebus dosa di dalam Taurat dan kematian Kristus di kayu salib di dalam Injil. Saya memahami bahwa tanpa pencurahan darah tidak mungkin ada penebusan dosa, dan dengan itu tidak akan ada pengampunan. Saya mencantumkan penemuan yang sangat menarik itu di dalam disertasi saya. Ketika saya mempertahankannya di depan para mahasiswa Muslim dan para profesordalam sebuah ujian akhir, mereka yang mendengarkan menjadi begitu marahsampai menyerang saya dan memukuli saya sampai hampir mati. Tetapi saya tidak mati. Orang-orang Kristen menemukan saya dalam keadaan luka parah dan mengobati saya sampai sembuh. Hari ini saya percaya bahwa kematian Kristus bagi dosa-dosa saya, itulah yang membawa pengampunan bagi saya. Penjelasan di atas sudah menolong saya memahami apa yang sebenarnya dikatakan di dalam Al-Quran. Saya mau mengatakan kepada anda, sahabat, bahwa kalau anda tidak percaya kepada penebusan melalui Kristus, anda tersesat!

DOA: Ya Allah yang penuh rahmat, saya bersyukur bahwa tidak ada sesuatupun yang terjadi tanpa pengetahuan dan arahan-Mu. Engkau mengijinkan Kristus untuk disalibkan oleh tentara Romawi dan mati. Tolonglah saya memahami rahasia mengapa Engkau melakukan hal itu. Siapkanlah saya untuk menerima keselamatan yang dari-Mu.

PERTANYAAN : Menurut Al-Quran, apakah Kristus mati? Bagaimana para penafsir Muslim berusaha meluruskan pertentangan di dalam Al-Quran mengenai kematian Kristus? Apakah kesaksian Injil mengenai kematian Kristus?

UNTUK DIHAFALKAN:
“Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku! Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku.” (Mazmur 51:4-5 – Perkataan Nabi Daud)

Cari artikel Blog Ini

copy right