Pages

Jumat, 24 Agustus 2012

SIAPAKAH, APA, DAN DIMANA PALESTINA ??

SIAPAKAH ORANG PALESTINA ?
APA & DI MANA PALESTINA?Pertanyaan-pertanyaan di atas akan terjawab setelah anda membaca artikel di bawah ini. Bagaimanapun, fakta-fakta sejarah harus ditegakkan sekarang. Tidak pernah ada sebuah peradaban atau sebuah bangsa yang merujuk pada “Palestina” dan dugaan sebuah “negara Arab Palestina” yang memiliki bukti-bukti kuno merujuk ke
Tanah Suci dari zaman dahulu sekali adalah salah satu cerita bohong terbesar yang pernah dibuat di dunia ini! Tidak ada, atau tidak pernah ada, sebuah kebudayaan atau bahasa “Palestina” yang jelas. Lebih lanjut, tidak pernah ada sebuah negeri Palestina yang dipimpin oleh seorang Palestina Arab dalam sejarah, atau tidak ada sebuah gerakan nasional Palestina-Arab yang serius sebelum tahun 1964… tiga tahun SEBELUM orang-orang Arab dari “Palestina” kehilangan Tepi Barat [Yudea dan Samaria] dan Jalur Gaza sebagai hasil dari Perang Enam-Hari tahun 1967 (yang dimulai oleh bangsa-bangsa Arab). Bahkan apa yang disebut sebagai bekas pemimpin bangsa “Palestina”, alm. Yasser Arafat, adalah seorang MESIR! Singkatnya, apa yang disebut sebagai “Palestina” Arab adalah bangsa buatan… sebuah bangsa tanpa sejarah dan tanpa otentisitas (keaslian)… yang tujuan keberadaannya semata-mata adalah untuk menghancurkan Negara Yahudi!
Israel pertama kali menjadi sebuah negara pada tahun 1312 Sebelum Masehi (SM), 2000 tahun sebelum munculnya Islam! 726 tahun kemudian pada tahun 586 SM orang-orang Yahudi kuno ini di Tanah Israel [Yudea] diserbu dan Bait Suci Yahudi PERTAMA milik Israel (di Gunung Bait Kota Tua Yerusalem) dihancurkan oleh Nebukadnezar, raja Babylonia kuno. Banyak dari orang-orang Yahudi dibunuh atau dibuang; walaupun demikian banyak juga yang diperbolehkan untuk tetap tinggal di sana. Orang-orang Yahudi inilah bersama dengan anak-cucu mereka dan orang-orang Yahudi lain yang datang kembali untuk tinggal 500 tahun kemudian, membangun kembali Negara Israel dan juga Bait Suci Kedua di Yerusalem di atas Gunung Bait. Dengan demikian klaim bahwa bangsa Yahudi tiba-tiba muncul 50 tahun yang lalu persis setelah peristiwa Holocaust (pembantaian etnis Yahudi selama Perang Dunia II) kemudian ramai-ramai datang ke Palestina dan mengusir bangsa Arab adalah gila, sama sekali tidak masuk akal!
Kemudian pada tahun 70 Masehi (M) (hampir 2000 tahun yang lalu), giliran Kekaisaran Romawi yang memasuki Israel kuno dan menghancurkan Bait Suci Yahudi KEDUA, membantai atau mengusir banyak dari populasi bangsa Yahudi. Banyak orang-orang Yahudi meninggalkan harta bendanya sebab tidak tahan akan kondisi kehidupan di sana dalam berbagai hal… walaupun demikian ribuan orang Yahudi tetap tinggal di sana dan memberontak selama berabad-abad dengan tujuan untuk membangun kembali sebuah Negara Yahudi di Tanah Suci ini.
Selama 3250 tahun, berbagai macam Bangsa, Agama dan Kekaisaran menduduki Yerusalem, ibukota kuno milik Israel. Wilayah itu berturut-turut dikuasai oleh bangsa Ibrani [Yahudi], Assyria, Babylonia, Persia, Yunani (Makedonia), Makkabe [Yahudi], Romawi, Byzantium, Arab, Mesir, Eropa prajurit Perang Salib, Mameluk, Turki (yang menguasainya tapi kurang perhatian, membuatnya menjadi terbelakang, mengabaikan daerah itu dari abad ke-16 sampai Inggris mengusir mereka selama Perang Dunia I) dan kemudian sekali lagi oleh bangsa Yahudi pada tahun 1948. Tidak satupun dari mereka yang berupaya keras, atau setidaknya memiliki sedikit niat, untuk membangun sebuah Negara milik mereka sendiri… KECUALI bangsa Yahudi!
Haruslah dicatat bahwa pada tahun 636 M, ketika orang-orang Arab perampok datang ke tanah itu dan beranak-pinak bahkan melebihi orang-orang Yahudi, mereka tidak membentuk satupun negara Arab di sana… dan tentu saja tidak sebuah negara “Palestina”. Mereka hanyalah “orang-orang Arab” yang, seperti dilakukan juga oleh bangsa-bangsa lain sebelum mereka, berpindah ke sebuah area geo-politik bernama “Palestina!” Dan ingatlah satu fakta ini… orang-orang Yahudi tidak”merebut” (kata kesukaan dari orang-orang Arab pelaku propaganda) tanah tersebut dari orang-orang Arab. Jika mau jujur, orang-orang Arab-lah pada tahun 636 M yang menyerbu dan mencurinya dari orang-orang Yahudi!
Kesimpulan:
Tidak ada negara, selain negara kuno Israel dan kemudian lagi pada tahun 1948 dengan kelahiran kembali Negara ke-2 Israel, pernah memimpin sebagai sebuah entitas nasional berdaulat di atas tanah ini. Kekaisaran Yahudi yang perkasa menguasai dalam jangka waktu panjang seluruh area ini bahkan sebelum bangsa-bangsa Arab – dan Islam mereka – pernah dilahirkan! Bangsa Yahudi memiliki salah satu Akte Kelahiran paling sah daripada bangsa-bangsa apapun di dunia. Setiap dilakukan penggalian arkeologi di Israel, hanyalah mendukung fakta bahwa Bangsa Yahudi telah berada di sana selama 3.000 tahun. Koin mata uang nasional, barang-barang pecah belah, kota-kota, tulisan-tulisan Ibrani kuno… semuanya mendukung klaim ini. Ya, bangsa-bangsa lain juga telah mendiaminya, tetapi tidak ada fakta yang keliru bahwa bangsa Yahudi berada di tanah itu secara terus-menerus selama lebih dari 3.000 tahun. Hal ini mendahului dan tentunya mengecilkan klaim-klaim yang dimiliki bangsa-bangsa lain di wilayah itu. Bangsa Filistin kuno sudah punah. Banyak bangsa-bangsa kuno lainnya sudah punah. Mereka tidak memiliki garis tanpa putus sampai saat ini seperti yang dimiliki orang-orang Yahudi. Dan jika anda ingin membicarakan agama, baik. TUHAN MEMBERI Tanah Israel kepada Bangsa Yahudi. Dan TUHAN melakukannya bukan kebetulan!
“PALESTINA?”

Istilah “Palestina” datang dari nama yang diberikan oleh penjajah Kekaisaran Romawi kepada Tanah Israel kuno dalam usahanya untuk menghapus dan menghilangkan keabsahan keberadaan Yahudi di Tanah Suci. Nama “Palestina” ditemukan pada tahun 135 SM. Sebelumnya dikenal sebagai Yudea, yang merupakan kerajaan selatan dari Israel kuno. Penguasa Romawi yang bertanggungjawab atas daerah Yudea-Israel begitu marah terhadap orang-orang Yahudi dengan pemberontakan mereka sehingga ia memanggil para ahli sejarahnya dan bertanya kepada mereka siapa musuh bebuyutan dari bangsa Yahudi di dalam sejarah masa lalu mereka. Para ahli tulisan berkata, “bangsa Filistin.” Maka, Penguasa mendeklarasikan bahwa Tanah Israel selanjutnya akan disebut ”Filistia” [selanjutnya diharam-zadahkan menjadi "Palaistina"] untuk mempermalukan bangsa Yahudi dan menghapuskan sejarah mereka.
Karena itu namanya ”Palestina.”
Satu hal lagi. Sangatlah sering seseorang mendengar para pelaku revisi dan propaganda menemukan hubungan sejarah kuno antara “Filistin” (”Penyerbu” dalam bahasa Ibrani) dan Arab “Palestina.” Tidak ada kebenaran terhadap klaim ini!
Bangsa Filistin adalah salah satu dari sejumlah Bangsa Pelaut yang mencapai wilayah Mediterranea timur kira-kira pada tahun 1250-1100 SM. Mereka sebenarnya merupakan sebuah campuran dari beberapa kelompok etnis, terutama dari laut Aegea dan asal usul Eropa tenggara [Yunani, Kreta dan Turki Barat] dan mereka meninggal lebih dari 2.500 tahun yang lalu! Para Filistin tersebut bukanlah Arab… dan begitu juga Delilah dan Goliat! Melainkan orang Eropa. Para Arab “Palestina” hanyalah… Arab! Dan jika para Arab “Palestina” ini memiliki akar sejarah dengan bangsa Filistin kuno itu sama saja seperti menghubungkan Yasser Arafat dengan bangsa Eskimo!
Para penduduk kuno dari Palestina sudah lama punah dari bumi. Bangsa Kanaan, Fenisia (Libanon kuno) dan Filistin, semuanya dikalahkan oleh bangsa Israel sebelum tahun 1060 SM. Kebanyakan dari identitas-identitas budaya ini lenyap pada era neo-Babylonia, atau, abad ke-6 SM. Bangsa-bangsa Arab bahkan tidak berada di Palestina sampai pertengahan abad ke-7 M, setelah seribu tahun kemudian, setelah sejarah Yahudi 1.300 tahun di Palestina. Bangsa-bangsa Arab yang kemudian tinggal di Palestina tidak pernah membangun diri mereka sendiri atau tanah tersebut, melainkan tetap sebagai pengembara dan pura-pura primitif.
Bahkan kata “Palestina” tidak punya arti dalam bahasa Arab – setiap kata dalam bahasa Arab memiliki arti yang berasal dari Al Qur’an, tetapi kata “Palestina” tidak. Jika mau jujur, nama “Palestina” selalu di-asosiasikan dengan orang-orang Yahudi. Dalam tahun-tahun yang menuju kepada kelahiran kembali Israel pada tahun 1948, mereka yang berbicara mengenai “Palestina” hampir selalu merujuk kepada penduduk Yahudi di wilayah itu. Sebagai contoh, surat kabar “Palestine Post” [menjadi ”Jerusalem Post” yang sekarang] dan “the Palestine Symphony Orchestra” semua anggotanya orang Yahudi. “Resimen Brigade Palestina” secara eksklusif terdiri dari para sukarelawan Yahudi di Angkatan Darat Inggris untuk Perang Dunia II. Dalam kenyataannya, para pemimpin Arab menolak gagasan identitas unik “Arab Palestina”, malahan bersikeras bahwa Palestina hanyalah bagian dari “Suriah Raya.”

KEMBALI KE ZION (SION)
Kembali melalui baik ruang dan waktu ke tanah leluhur mereka. Zion adalah gunung/bukit tempat kota Yerusalem.

Tanah Israel tidak pernah tanpa orang Yahudi sama sekali, walaupun pada beberapa waktu jumlahnya hanya puluhan ribu. Ini disebabkan tanah itu sebenarnya tak dapat dihuni ketika orang-orang Yahudi sekali lagi memulai hak pemberian TUHAN dan kewajiban untuk kembali secara besar-besaran ke tanah dari nenek moyang mereka (Gerakan Zionis) dalam tahun 1880-an.
Retorik lucu tentang keberadaan Arab dalam jumlah besar yang diserbu oleh “orang-orang Yahudi yang menginvansi ” dengan cepat terhapuskan oleh Mark Twain, yang mengunjungi daerah itu pada tahun 1867. Dari bukunya, “The Innocents Abroad”…
“Sebuah Negara terpencil yang tanahnya cukup kaya, namun seluruhnya cocok untuk berkabung… sebuah permukaan luas untuk berdukacita yang sunyi…. sebuah ketandusan…. kami tidak pernah melihat seorang manusiapun di seluruh rute perjalanan…. nyaris tidak ada pohon atau semak belukar di manapun. Bahkan pohon zaitun dan kaktus, tanaman-tanaman pendamping puasa dari sebuah tanah yang tak berharga, nyaris meninggalkan negeri itu.”
Orang-orang Yahudi tidak menggantikan siapapun, sebab sangat sedikit orang-orang yang benar-benar memiliki tanah itu. Kebanyakan merupakan para pemilik yang tidak berada di tempat itu, yang tinggal di tempat lain. Fakta yang lain yang hampir tidak diperlihatkan oleh “para ahli sejarah baru” adalah bahwa orang-orang Yahudi yang tiba di sana tidak pernah mengusir seseorang dari tanah itu. Semua tanah dibeli secara legal dari para pemilik semula… apakah mereka dari “Palestina” itu sendiri ataupun dari tempat lain. Lagi pula, jumlah dolar yang banyak dibayarkan untuk tanah itu yang, dalam banyak kasus, tidak berpenghuni dan hampir tidak lebih dari tanah rawa-rawa dan daerah berbatu-batu. Hanya sekitar 120.000 orang Arab tinggal di sebuah daerah yang sekarang membentuk Negara Israel, Yordania dan yang disebut sebagai “Tepi Barat” [Yudea dan Samaria] di antaranya. Pada tahun 1890, jumlah orang Yahudi yang telah menetap di Palestina mencapai 50.000 jiwa, pada tahun 1907, berjumlah 100.000 jiwa. Di Yerusalem sendiri orang-orang Yahudi berjumlah lebih dari 25.000 jiwa, dari total populasi di kota tersebut yang hanya berjumlah 40.000 jiwa orang Yahudi, Kristen dan Arab. Orang-orang Arab, bagaimanapun, memang adalah penduduk mayoritas di pinggiran negeri yang jarang penduduknya, yang berbatasan dengan Yerusalem.
Dari tahun 1888 sampai tahun 1915 terdapat sekitar enam kali wabah belalang yang membuat tanah itu hampir tidak dapat dihuni. Pada tahun 1915 sebuah wabah belalang menyebabkan sekitar 40.000 orang meninggal dan sejumlah besar orang-orang Yahudi dan Arab meninggalkan tanah itu. Mereka-mereka yang kembali tidak melakukannya sampai sekitar tahun 1922 ketika uang para Zionis untuk mengklaim kembali tanah itu mulai datang dan sebuah jalur pipa dipasang. Kemudian mulailah berdatangan baik orang-orang Arab dan Yahudi dalam jumlah besar.
Para Zionis Yahudi di Palestina mula-mula adalah para pelopor idealistis yang tiba di pra-negara Israel itu dengan itikad untuk tinggal dengan damai bersama tetangga Arab mereka dan meningkatkan kualitas hidup bagi semua penduduk tanah itu. Para Zionis pra-Israel (dan kemudian menjadi Israel) telah mencoba untuk membangun secara damai bagi manfaat bersama Yahudi dan Arab di tanah itu. Tetapi kepemimpinan Arab selalu, dimulai di masa-masa awal, mengambil jalan hina dengan bersikeras bahwa solusi satu-satunya adalah orang-orang Yahudi harus keluar dari tanah itu, bahkan jika itu berarti melanjutkan kemiskinan dan stagnasi. Jika permintaan Arab tidak dipenuhi, mereka selalu mengambil jalan dengan kekerasan.
Mayoritas jumlah besar dari orang-orang Arab datang ke daerah itu setelah para pelopor Zionis pertama-tama ini mulai mengeringkan rawa-rawa yang terinfeksi malaria dan membajak tanah itu! Dalam melakukannya, orang-orang Yahudi ini menciptakan peluang-peluang ekonomi dan ketersediaan medis yang menarik orang-orang Arab baik dari teritori di sekeliling dan daratan-daratan yang jauh! Dalam kenyataannya, 90% dari orang-orang Arab bermigrasi ke sana dalam 100 tahun terakhir. Kebanyakan dari orang-orang Arab di “Palestina” merupakan para penyelundup dan penduduk liar yang berasal dari Suriah, Yordania, Mesir, Irak dan daratan-daratan lain yang hanya mengambil kepemilikan bagian-bagian tanah. Hal ini begitu melemahkan klaim mereka bahwa mereka telah berada di sana sejak “zaman dahulu kala!” Orang-orang Arab ini datang dari kumpulan suku-suku yang tak teratur dengan tradisi saling menteror terus-menerus dan mencoba untuk merampas tanah dari tetangga mereka. Kebanyakan dari mereka merupakan orang-orang buangan sosial dan para pelaku kriminal yang tidak dapat menemukan pekerjaan di negara-negara mereka sendiri maka mereka mencari keberuntungan mereka di tempat lain. Sayangnya, para imigran Arab ini memasukkan ke dalam Tanah Suci kebudayaan tua mereka menteror tetangga untuk merampas tanah. Dalam kenyataannya, bangsa “Palestina” Arab yang sekarang, yang dipimpin oleh Ismail Haniyah dan Hamas-nya (Hamas… tidaklah lebih dari Sebuah Jaringan Para Pembunuh Menyamar Sebagai Pemerintah!) tetap tidaklah lebih dari para penjahat kejam jalanan, penggertak dan ‘Saddam Kecil’ yang dibangun di suatu tempat di seluruh kebanyakan dari dunia Arab. Sementara itu PLO (Palestine Liberation Organization / Organisasi Pembebasan Palestina) sekarang sudah tidak pernah kedengaran lagi sepak terjangnya.
Namun sementara para Yahudi yang kembali sangat termotivasi untuk memperbaiki tanah itu, para Arab dibakar oleh rasa iri hati dan kebencian karena ketiadaan mereka dalam hal kepemimpinan untuk menginspirasi dan memotivasi mereka akan keberadaan mereka di sana, dalam kenyataannya, mereka adalah orang asing secara sejarah terhadap tanah itu! Tidak seperti para Yahudi, orang-orang Arab itu yang berimigrasi ke sana tidak memiliki bukti-bukti kuno yang mengarah ke tanah itu atau kenangan-kenangan sejarah tanah kampung halaman … Tanah kuno orang Yahudi ini!
Masalah nyata yang dihadapi para Arab itu saat ini adalah ketiadaan sebuah tanah kampung halaman. Sebab-akibat sejarah dari masalah mereka dan rasa frustrasi adalah fakta bahwa negara-negara tempat mereka berasal tidak bersedia menerima mereka kembali. Inilah sebabnya mengapa begitu banyak dari mereka tinggal, sampai saat ini, di dalam kamp-kamp pengungsi, di negara-negara Arab tetangga, tanpa hak-hak sipil yang fundamental. Dalam rasa frustrasi, mereka merasa bahwa satu-satunya harapan dan pilihan yang dimiliki mereka adalah mencoba dan mencuri negara orang lain!
Kesimpulan:
Tidak ada sejarah orang “Palestina Arab” sebelum orang-orang Arab membuatnya dengan singkat setelah tahun 1948, dan kemudian khususnya setelah bulan Juni 1967 Perang Arab-Israel! Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Belanda “Trau” (31 Maret 1977), anggota komite eksekutif PLO Zahir Muhsein berkata, “Bangsa Palestina itu tidak ada. Penciptaan sebuah negara Palestina hanyalah cara untuk melanjutkan perjuangan kami menentang negara Israel bagi persatuan Arab. Dalam kenyataan sekarang tidak ada perbedaan antara orang Yordania, Palestina, Suriah dan Libanon. Hanya untuk alasan politis dan taktis kami sekarang berbicara tentang eksistensi dari sebuah bangsa Palestina, semenjak kepentingan nasional Arab mengharuskan kami menerima eksistensi dari sebuah ‘bangsa Palestina’ yang jelas untuk menentang Zionisme. Telah ada juga sebuah perang “konsep” untuk kepemilikan istilah “Palestina” yang telah dipindahkan kepada Arab di mana, sebelum tahun 1967, “Palestina” selalu sinonim dengan negara Eretz Israel dan Tanah Israel.

Situs-situs Arkeologi sampai hari ini terus berlanjut untuk menghasilkan artifak-artifak dengan tulisan Ibrani (bahasa Yahudi), bukan teks fiksi “Palestina” atau huruf Arab!
Apa yang disebut sebagai bangsa Arab “Palestina” hanyalah, sebagaimana mereka sekarang, adalah bangsa Arab yang tidak berbeda secara budaya, sejarah ataupun etnis dari bangsa Arab lain yang tinggal di mana saja dari ke-24 negara-negara Arab tempat asal mereka beremigrasi. Gagasan bahwa bangsa “Palestina” adalah semacam sub-kelompok dari bangsa-bangsa Arab dengan identitas unik mereka sendiri adalah fiksi murni! Propaganda hebat… namun tetaplah fiksi murni! Dan jika para Arab TIDAK melanjutkan pencucian otak generasi demi generasinya untuk percaya OMONG KOSONG SEJARAH ini tentang kaitan “Palestina Arab” kuno dengan Tanah Suci, kebanyakan dari mereka mungkin telah mendapati diri mereka sendiri adanya sebuah kehidupan nyata yang sekarang dengan sedikit pertumpahan darah dan keprihatinan penderitaan bagi setiap orang!
Ingat: Ketika kami menggunakan bahasa mereka (contoh: “Tepi Barat” bukannya Yudea-Samaria, “wilayah yang dijajah ” bukannya tanah-tanah Yahudi yang dibebaskan, “perkampungan-perkampungan” bukannya komunitas Yahudi, “Palestina” bukannya Arab, “Haram esh Sharif” bukannya Gunung Bait, dll.), kami mengizinkannya dipakai untuk mendefinisikan isu-isu, menciptakan atau mengubah sejarah dan mengendalikan debat.
KESERAKAHAN, KESOMBONGAN, IRI HATI!
Bangsa-bangsa Arab dan/atau Muslim saat ini mengendalikan 22 negara… 99 persen dari KESELURUHAN tanah besar Timur Tengah sementara Israel menduduki hanya 1/2 dari 1 persen bintik noda di atas peta yang sama ini. Tetapi bagian itu tetaplah terlalu banyak bagi orang-orang Arab untuk dibagikan. Mereka menginginkan semuanya. Seberapa sering kita mendengar tangisan terkenal mereka, “Kami akan berjuang sampai titik darah terakhir untuk setiap butir tanah terakhir!” Dan itulah yang pada akhirnya dipersoalkan di semua peperangan sekarang ini. Dan seberapapun banyaknya konsesi-konsesi tanah yang mungkin dibuat oleh orang-orang Israel bagi “perdamaian,” itu tidaklah pernah cukup! Perjanjian damai apapun antara Israel dan dunia Arab pada akhirnya tidak berarti. Perjanjian yang baru-baru ini diadakan, yaitu “Persetujuan Damai Oslo” tahun 1993 tidak membawa hasil apapun kecuali para pembom pembunuh ke dalam Israel. Bahkan perjanjian-perjanjian damai Israel-Mesir dan Israel-Yordania dibuat dengan sebuah berkas tunggal dan, jika anda membaca surat-surat kabar mereka, yang dikendalikan oleh pemerintah, anda akan berpikir mereka masih berperang dengan Israel!

PERDAMAIAN ITU TIDAK MUNGKIN!
Tidak Ada Lagi “Moderat” di Timur Tengah
Sejak Bangsa Yahudi membangun kembali kedaulatan di tanah kuno kampung halaman mereka, mereka mencari perdamaian sejati dengan para tetangga mereka. Sayangnya, para tetangga mereka tidak berkeinginan untuk berbagi eksistensi secara damai bersama mereka. Mereka, seperti Bin Laden saat ini, merasa bahwa mereka memiliki kewajiban agama untuk menghancurkan Negara Yahudi non-Arab/Muslim (dan, untuk hal itu, SEMUA pemerintahan non-Arab/Muslim di dunia). Kampanye Arab melawan Israel tidaklah berakar di dalam segala keluhan-keluhan yang bisa dinegosiasikan, melainkan di dalam sebuah perlawanan dasar terhadap eksistensi kedaulatan Yahudi di dalam wilayah yang mereka rasa sebagai Timur Tengah MEREKA! Tujuan akhir para Arab adalah menghapus sejarah Yahudi dari “Palestina”… dan kemudian menghapus Israel dari permukaan Bumi.
Ketika PLO dibentuk pada tahun 1964, tujuan utamanya adalah menghancurkan Israel. Setelah Perang Arab-Israel 1967, tujuan mereka menjadi dua-jalur: Selain (1) menghancurkan Israel sekaligus (sama dengan tujuan sebelum tahun 1967) juga (2) membentuk negara Palestina-Arab untuk digunakan sebagai tempat landasan untuk menghancurkan negara Israel. Strategi-strategi yang berbeda, namun tujuan akhir sama… sebuah negara TANPA BERDAMPINGAN dengan ISRAEL, tetapi DI TEMPAT ISRAEL. Itu saja… sangat sederhana!
YERUSALEM DAN GUNUNG BAIT

Selama 3.300 tahun sejarah, Yerusalem merupakan ibukota hanya untuk Bangsa Yahudi. Bangsa Yahudi selalu tinggal di Yerusalem, kecuali ketika mereka dibantai atau diusir. Terdapat, bagaimanapun, keberadaan Yahudi yang nyaris tak putus-putus di Yerusalem untuk masa 1.600 tahun terakhir. Dan sejak permulaan tahun 1800an, populasi Yerusalem telah didominasi oleh orang-orang Yahudi. Bahkan ketika orang-orang Yordania merebut dan menduduki Yerusalem dari tahun 1948-1967, mereka (orang-orang Yordania) tidak pernah berupaya untuk mengubahnya menjadi ibukota mereka (menggantikan Amman) ataupun menjadikannya ibukota dari semua bangsa “Palestina”-Arab. Bahkan selama 19 tahun Yordania “menduduki” sebagian besar Yerusalem, para pemimpin Arab dari negara-negara Arab yang lain nyaris tidak pernah berupaya untuk mengunjungi kota ini! Hanya kepada bangsa Yahudi-lah Yerusalem memiliki arti khusus yang mendalam!
Kenyataannya adalah bahwa Yerusalem tidak pernah menjadi sebuah ibukota Arab dan ia tidak pernah menjadi, jika orang-orang Yahudi memperbaikinya, sebuah kota propinsi yang berdebu yang sukar memainkan peranan ekonomi, sosial ataupun politik.
Ada mitos yang lain sehubungan dengan isu Yerusalem dan Gunung Bait-nya. Mitos itu adalah bahwa Yerusalem adalah benar-benar sebuah kota Arab dan maka ia adalah fokus pusat Islam. Sesungguhnya adalah bahwa bangsa-bangsa Arab memperlihatkan sedikit ketertarikan (interest) terhadap Yerusalem sebelum tahun 1967 setelah Perang Enam-Hari. Lagi pula, Mekkah dan Medinah (keduanya di Arab Saudi) adalah kota paling suci Islam!
Kitab Suci Al Qur’an Islam menyebut Mekkah 2 atau 3 kali (secara tidak langsung, namun tidak benar-benar tertulis). Ia menyebut Medinah 5 kali. Ia tidak pernah menyebut nama Yerusalem. Tidak ada bukti sejarah yang mendukung gagasan Muhammad pernah mengunjungi Yerusalem! Dan jika ia benar-benar mengunjungi Yerusalem, tidaklah mungkin sampai 6 tahun setelah kematiannya. Oleh karena itu, dugaan bahwa Muhammad naik ke Surga (Isra Miraj) dari sebuah bukit batu di Yerusalem (Dome of the Rock yang sekarang) adalah sangat menggelikan!
Satu hal lagi tentang Yerusalem secara umum dan Gunung Bait-nya secara khusus. Yerusalem muncul di dalam Alkitab Yahudi 669 kali dan Zion (yang biasanya berarti Yerusalem, kadang-kadang Tanah Israel) 154 kali, atau 823 kali seluruhnya. Alkitab Kristen menyebut Yerusalem 154 kali dan Zion 7 kali. Semuanya diberitahukan, di Perjanjian Lama (Alkitab Ibrani) dan Perjanjian Baru, istilah “Yehuda” atau “Yudea” muncul 877 kali, dan “Samaria” digunakan di 123 kejadian.
Ini makin lebih baik lagi. Lihatlah lebih dekat Al Qur’an Suci mereka, kami telah mengungkap sesuatu yang sangat menakjubkan. Para Muslim ini mungkin sebenarnya lebih bersifat Yahudi dari pada Muslim! Al Qur’an menyebut “Israel” 47 kali, “Yahudi” 26 kali! Bahkan “Kristen” memperoleh 15 penyebutan!

OK, jadi mungkin Muhammad hanya lupa untuk menyebut “Yerusalem”. Mungkin ia juga lupa menyebut Haram-esh-Sharif, nama versi mereka untuk Gunung Bait Yudaisme. Mungkin ini adalah sebuah kelalaian yang jujur. Panasnya padang gurun pasir bisa melakukan hal-hal aneh terhadap otak seseorang. Tetapi seharusnya “Palestina” disebut-sebut di seluruh Al Qur’an. Lagi pula, bangsa “Palestina” kuno kembali pulang, benar? SALAH. “Palestina” dan “bangsa Palestina” tidak dapat ditemukan di manapun. Mungkin inilah sebabnya dengan apa yang disebut “Palestina” Arab ini yang katanya memiliki akar sejarah kuno SEMUA KEMBALI PULANG pada bulan Juni 1967!
Begitu banyak hubungan kuno agama dan fisik bagi orang-orang Arab, Muslim atau “Palestina” kepada satu ons lempengan tanah di tempat yang disebut wilayah “yang diduduki”!
Dari tahun 1948 sampai 1967, ketika Yerusalem Timur dan Gunung Bait “diduduki” oleh Pasukan Yordania menyusul Perang Arab-Israel 1948-9, Yerusalem sendiri diabaikan oleh dunia Arab. Tidak ada pemimpin Arab pernah berkunjung, bahkan tidak berdoa di Mesjid al-Aqsa atau Dome of the Rock (keduanya berlokasi di Gunung Bait YAHUDI). Juga perlu dicatat selama periode 19 tahun pendudukan Yordania ini, tidak seorangpun Yahudi diizinkan di sana… tidak ada yang bisa dilihat bagi mereka karena orang-orang Arab menghancurkan 58 buah sinagog-sinagog Yahudi di Yerusalem! Bahkan para Arab dari “Palestina” menempatkan prioritas yang begitu rendah terhadap Yerusalem di mana piagam pendirian PLO, Perjanjian Nasional Palestina tahun 1964, tidak membuat keterangan apapun tentang Yerusalem. Hanya ketika kaum Yahudi merebutnya kembali setelah “Perang Enam Hari” 1967 (yang dimulai oleh bangsa-bangsa Arab) dunia Arab TIBA-TIBA menjadi bergairah dengan Yerusalem!
Dapatkah siapa saja satu orang Muslim di dunia ini menghasilkan bukti yang dapat dipercaya mengenai hubungan mereka dengan tempat suci ini, selain mimpi Muhammad? Percaya atau tidak, ada satu dan hanya satu-satunya sumber bagi klaim Muslim terhadap Yerusalem dan tempat Gunung Suci ini, adalah penyebutan di Al Qur’an mengenai mimpi Muhammad akan “tempat jauh” yang tidak diketahui. Mungkin “tempat jauh” ini adalah Gedung Putih di Washington DC atau “peternakan ayam” di Nevada?
Sesungguhnya, Dome of the Rock dan mesjid Al-Aqsa hanyalah dua dari ratusan ribu mesjid-mesjid Muslim di seluruh dunia. Kecuali untuk dua mesjid kecil, Yerusalem sendiri tidak punya arti penting bagi Islam. Dalam kenyataannya, terdapat lebih banyak tempat-tempat suci umat Kristen di Yerusalem dari pada milik Muslim!