Nama saya Marta. Saya dibesarkan dalam budaya
Timur Tengah di Amerika. Saya percaya Allah sebagai satu-satunya Allah
yang benar, dan Muhammad sebagai utusan-Nya. Saya tidak boleh bertanya
tentang Allah, Al-Quran, ataupun iman Islam.
Saya mulai membaca dan mempelajari Al-Quran. Walau sudah sungguh-sungguh mencari siapakah sebenarnya Allah itu, namun belum menemukannya. Hingga akhirnya saya menunda pencarian saya.
kembali muncul kerinduan untuk mencari Allah. Suatu hari, saya berbincang-bincang dengan dua teman kuliah saya. Tiba-tiba saya berkata “Saya tidak yakin Islam dapat memberi jawaban atas pertanyaan saya tentang Allah. Dan saya tahu masalahnya tidak pada saya.” Saat itu saya tidak tahu bahwa mereka adalah pengikut Isa Al-Masih. Ternyata mereka telah mendoakan saya secara khusus sebelum pertemuan tersebut. Pertemuan itu ibarat sebuah pintu yang terbuka bagi mereka untuk menceritakan tentang Isa Al-Masih kepada saya.
Sejak kecil saya diajar bahwa agama Kristen adalah agama palsu. Seseorang yang mempercayainya pasti langsung masuk neraka. Jadi saya tidak mau mendengar kesaksian mereka. Tetapi mereka menganjurkan saya untuk berbincang-bincang dengan Allah. “Tidak! kalian belum mengerti,” kata saya. “Manusia tidak dapat berbincang-bincang dengan Allah begitu saja. Seseorang harus terlebih dahulu membersihkan diri, dan hanya dapat melantunkan ayat-ayat Al-Quran yang telah disediakan. Tidak ada 'jendela' dimana kita dapat berkomunikasi dengan Allah. Allah amat jauh dari kita.”
Teman saya, Mary, berkata bahwa Allah alam semesta adalah Allah yang penuh kasih. Dia rindu akan persekutuan dan hubungan dengan umat-Nya. Mempunyai hubungan dengan Allah, adalah hal yang sangat saya rindukan. Tapi pernyataan bahwa kasih Allah dapat ditemukan melalui kepercayaan dalam Isa-Al-Masih membuat saya merasa takut.
Satu minggu telah berlalu sejak berbicara kepada Allah. Ketika menuju kantor pos di kampus kami, saya melihat Mary. Tanpa sadar saya bertanya apakah boleh saya ikut dengannya ke gereja. Menyadari apa yang saya ucapkan, saya terkejut dan langsung menutup mulut dengan tangan dalam keheranan. Mary dengan senang hati menyetujuinya dan mengajak saya pergi bersamanya ke gereja.
Itulah kali pertama saya ke gereja. Saya tidak ingat khotbah hari itu. Yang saya ingat dengan jelas adalah kumpulan orang-orang yang ramah dan sangat senang berbicara dengan saya. Walau mereka tahu saya belum percaya apa yang mereka percayai.
Saya berpikir bagaimana cara meminta ijin kepada orang tua. Mary dan timnya terus mendoakan saya. Ketika saya meminta ijin, ayah saya berkata, “Iya boleh, bersenang-senanglah! Tapi harus minta ijin juga dengan ibu.” Saya sangat senang mendapat ijin dari ayah. Dan ketika meminta ijin kepada ibu, beliau juga mengijinkannya.
Dan yang terutama, saya mulai mengerti mengenai maksud dan tujuan Isa Al-Masih datang ke dunia. Saya menyadari bahwa kematian dan kebangkitan-Nya itulah yang menjembatani jurang besar antara Allah dan manusia. Juga saya belajar mengenai fakta bahwa Isa Al-Masih mencari manusia. Sungguh, setiap orang sangat berharga bagi Isa Al-Masih.
Akhirnya saya mengetahui bahwa apa yang telah saya cari sejak kecil, sudah saya temukan. Dengan penuh syukur, saya menyerahkan diri sepenuhnya kepada Isa Al-Masih di konferensi itu.
Sore itu saya berdoa kepada Isa Al-Masih. Meminta agar Dia memperlihatkan pada saya bahwa keputusan mengikuti Dia adalah jalan yang benar. Kemudian saya keluar dengan teman untuk makan sore bersama. Ada seorang pria tunawisma di tempat itu, dan teman saya mulai berbincang-bincang dengannya.
Selang beberapa lama mereka berbincang, teman saya pergi ke kamar kecil. Tinggal saya berdua dengan pria tunawisma itu. Saya melihatnya, dan dia tersenyum ramah. Dia menunjuk ke hati saya dan berkata, “Saya tahu bahwa Isa Al-Masih mendiami hati anda.”
Hati kecil saya berkata, pasti inilah jawaban dari Allah tentang doa saya. Hati saya dipenuhi dengan keberanian. Ada keyakinan dari pengalaman itu, seorang yang tidak saya kenal, adalah pemberian Allah untuk meyakinkan dan menguatkan iman saya.
Hari demi hari saya dilindungi oleh Bapa Surgawi. Saya juga berbincang-bincang dengan Isa Al-Masih secara terus-menerus. Isa Al-Masih sungguh hidup dalam hati saya dan selalu beserta saya.
Kini saya telah menemukan apa yang saya cari. Yaitu hubungan pribadi dengan Allah melalui Isa Al-Masih. Sekarang, dengan iman saya meminta kepada Isa Al-Masih, agar mata rohani dan hati orang tua serta ketiga adik saya dibukakan. Mereka sungguh-sungguh saya doakan, agar suatu hari mereka juga dapat mempunyai hubungan dengan Allah dalam Isa Al-Masih, seperti hubungan yang sudah saya alami.
Rindu Akan Allah
Namun sejak kecil saya sudah bertanya mengenai Allah. Menurut Al-Quran, Allah Maha Tinggi dan jauh dari ciptaan-Nya. Tidak ada jembatan antara manusia dan Allah. Menurut saya, jika Allah tahu saya sangat mengasihi Dia, pasti Dia juga akan mengasihi dan menjadi teman saya.Saya mulai membaca dan mempelajari Al-Quran. Walau sudah sungguh-sungguh mencari siapakah sebenarnya Allah itu, namun belum menemukannya. Hingga akhirnya saya menunda pencarian saya.
Tantangan Dari Teman
Setelah saya duduk di perguruan tinggi,kembali muncul kerinduan untuk mencari Allah. Suatu hari, saya berbincang-bincang dengan dua teman kuliah saya. Tiba-tiba saya berkata “Saya tidak yakin Islam dapat memberi jawaban atas pertanyaan saya tentang Allah. Dan saya tahu masalahnya tidak pada saya.” Saat itu saya tidak tahu bahwa mereka adalah pengikut Isa Al-Masih. Ternyata mereka telah mendoakan saya secara khusus sebelum pertemuan tersebut. Pertemuan itu ibarat sebuah pintu yang terbuka bagi mereka untuk menceritakan tentang Isa Al-Masih kepada saya.
Sejak kecil saya diajar bahwa agama Kristen adalah agama palsu. Seseorang yang mempercayainya pasti langsung masuk neraka. Jadi saya tidak mau mendengar kesaksian mereka. Tetapi mereka menganjurkan saya untuk berbincang-bincang dengan Allah. “Tidak! kalian belum mengerti,” kata saya. “Manusia tidak dapat berbincang-bincang dengan Allah begitu saja. Seseorang harus terlebih dahulu membersihkan diri, dan hanya dapat melantunkan ayat-ayat Al-Quran yang telah disediakan. Tidak ada 'jendela' dimana kita dapat berkomunikasi dengan Allah. Allah amat jauh dari kita.”
Teman saya, Mary, berkata bahwa Allah alam semesta adalah Allah yang penuh kasih. Dia rindu akan persekutuan dan hubungan dengan umat-Nya. Mempunyai hubungan dengan Allah, adalah hal yang sangat saya rindukan. Tapi pernyataan bahwa kasih Allah dapat ditemukan melalui kepercayaan dalam Isa-Al-Masih membuat saya merasa takut.
Ke Gereja dan Berdoa Kepada Allah
Dengan perasaan bingung, saya memutuskan untuk berbicara kepada Allah. Adakah Allah mencari saya seperti saya mencari Dia? Saya berkata, “Baiklah Allah, saya di sini! Dengan langsung aku berbicara kepada-Mu. Dalam bahasa Inggris, bukan bahasa Arab. Silakan Allah menjelaskan, siapakah Engkau sebenarnya. Aku sungguh ingin mengetahui.” Malam itu, tidak terjadi sesuatu hal apapun hingga saya tertidur.Satu minggu telah berlalu sejak berbicara kepada Allah. Ketika menuju kantor pos di kampus kami, saya melihat Mary. Tanpa sadar saya bertanya apakah boleh saya ikut dengannya ke gereja. Menyadari apa yang saya ucapkan, saya terkejut dan langsung menutup mulut dengan tangan dalam keheranan. Mary dengan senang hati menyetujuinya dan mengajak saya pergi bersamanya ke gereja.
Itulah kali pertama saya ke gereja. Saya tidak ingat khotbah hari itu. Yang saya ingat dengan jelas adalah kumpulan orang-orang yang ramah dan sangat senang berbicara dengan saya. Walau mereka tahu saya belum percaya apa yang mereka percayai.
Diundang ke Konferensi Pemuda Kristen
Saat liburan musim dingin, saya pulang ke rumah orang tua. Mary menelepon dan mengundang saya mengikuti Konferensi Pemuda Kristen yang dilaksanakan pada Tahun Baru.Saya berpikir bagaimana cara meminta ijin kepada orang tua. Mary dan timnya terus mendoakan saya. Ketika saya meminta ijin, ayah saya berkata, “Iya boleh, bersenang-senanglah! Tapi harus minta ijin juga dengan ibu.” Saya sangat senang mendapat ijin dari ayah. Dan ketika meminta ijin kepada ibu, beliau juga mengijinkannya.
Pengertian Baru Tentang Isa Al-Masih
Di konferensi itu, saya melihat banyak orang yang mendapatkan kepuasan rohani dan kasih Allah. Saya juga menjadi mengerti tentang dosa, dan mengapa dosa itu menjauhkan kita dari Allah.Dan yang terutama, saya mulai mengerti mengenai maksud dan tujuan Isa Al-Masih datang ke dunia. Saya menyadari bahwa kematian dan kebangkitan-Nya itulah yang menjembatani jurang besar antara Allah dan manusia. Juga saya belajar mengenai fakta bahwa Isa Al-Masih mencari manusia. Sungguh, setiap orang sangat berharga bagi Isa Al-Masih.
Akhirnya saya mengetahui bahwa apa yang telah saya cari sejak kecil, sudah saya temukan. Dengan penuh syukur, saya menyerahkan diri sepenuhnya kepada Isa Al-Masih di konferensi itu.
Kenyataan Tiba
Saya menyadari akibat yang akan saya terima atas keputusan saya menerima Isa Al-Masih sebagai Juruselamat saya. Kemungkinan saya tidak lagi diakui oleh keluarga. Hal itu sangat sulit karena sebagai kakak tertua dari empat bersaudara. Ketakutan dan kekhawatiran itu hampir membuat saya meninggalkan kepercayaan yang baru saya imani. Saya khawatir masa depan adik-adik saya, bila saya dibuang dari keluarga. Tetapi pikiran itu saya tepiskan, saya terus berjalan dengan iman saya kepada Isa Al-Masih.Sore itu saya berdoa kepada Isa Al-Masih. Meminta agar Dia memperlihatkan pada saya bahwa keputusan mengikuti Dia adalah jalan yang benar. Kemudian saya keluar dengan teman untuk makan sore bersama. Ada seorang pria tunawisma di tempat itu, dan teman saya mulai berbincang-bincang dengannya.
Selang beberapa lama mereka berbincang, teman saya pergi ke kamar kecil. Tinggal saya berdua dengan pria tunawisma itu. Saya melihatnya, dan dia tersenyum ramah. Dia menunjuk ke hati saya dan berkata, “Saya tahu bahwa Isa Al-Masih mendiami hati anda.”
Hati kecil saya berkata, pasti inilah jawaban dari Allah tentang doa saya. Hati saya dipenuhi dengan keberanian. Ada keyakinan dari pengalaman itu, seorang yang tidak saya kenal, adalah pemberian Allah untuk meyakinkan dan menguatkan iman saya.
Keluarga Baru Dalam Isa Al-Masih
Saya memberanikan diri untuk mengakui iman baru saya pada keluarga. Seperti yang telah saya pikirkan sebelumnya, keluarga mengusir dan tidak mengakui saya sebagai keluarga lagi. Walau saya sangat sedih, namun Tuhan telah memberi saya keluarga baru. Keluarga baru saya dalam Isa Al-Masih.Hari demi hari saya dilindungi oleh Bapa Surgawi. Saya juga berbincang-bincang dengan Isa Al-Masih secara terus-menerus. Isa Al-Masih sungguh hidup dalam hati saya dan selalu beserta saya.
Kini saya telah menemukan apa yang saya cari. Yaitu hubungan pribadi dengan Allah melalui Isa Al-Masih. Sekarang, dengan iman saya meminta kepada Isa Al-Masih, agar mata rohani dan hati orang tua serta ketiga adik saya dibukakan. Mereka sungguh-sungguh saya doakan, agar suatu hari mereka juga dapat mempunyai hubungan dengan Allah dalam Isa Al-Masih, seperti hubungan yang sudah saya alami.