Selasa, 20 November 2012

Jutaan Muslim Tertipu DAN DIBOHONGI Dalam Idul Qurban DAN SUDAH PASTI SURGA NYA "NERAKA"


Akhirnya, siapakah Muslim yang siap menjadi begitu idiot sehingga akan meniru “sunnah Ibrahim” untuk membunuh seseorang jikalau ia bermimpi demikian? Tidak Muslim, tidak Muhammad, bukan? Kalau begitu kenapa Muslim mau membiarkan dirinya percaya akan dongeng gila yang paling tidak bertanggung jawab itu? Jawabnya hanya satu: Setan telah mem-brain-washed semua akal sehat Muslim. 
Delapan ayat dari Surat Ash Shafaat dibawah ini menyihir jutaan Muslim yang
bersedekah dalam Idul Qurban. Yang memberi mendapatkan kemuliaan sesaat, yang diberi mendapatkan “perut kenyang sesaat”. Namun tak ada yang betul-betul sadar betapa semua ini hanyalah khalayan Muhammad yang paling tidak masuk akal demi melahirkan sebuah ritual rekayasa namun yang diperlukan untuk mengasyikkan para Muslim dalam “ibadah yang nyata”. Ternyata “wahyu” yang diriwayatkan ulang oleh Muhammad (dari aslinya Kitab Taurat) ini sesungguhnya tidak bisa dipahami oleh akal sehat siapapun juga! Delapan ayat yang dijadikan dasar untuk berkorban adalah sbb.
100. Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.
101. Maka Kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar.
102. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.”
103. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya),
104. Dan Kami (Allah) panggillah dia: “Hai Ibrahim,
105. sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
106. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.
107. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.
Bila ayat-ayat ini dijadikan contoh model bagi setiap Muslim untuk bertaqwa, maka ini adalah taqwa yang paling bodoh dan gila. Kenapa? Ya, banyak orang bertanya-tanya: bilamana Muhammad-lah yang bermimpi demikian terhadap anak gadisnya Fatimah, maka apakah Muhammad akan menyembelih Fatimah juga? Bukankah ia akan mencari-cari alasan, bahkan kalau perlu dengan mengatasnamakan wahyu agar beban ini bisa dilemparkan kepada musuh-musuhnya?
Keterlaluan! Nabi Ibrahim ini telah digambarkan oleh Muhammad sebagai sosok yang keterlaluan bodoh begitu sehingga KONTAN membenarkan mimpinya untuk menyembelih anaknya! Seolah itu benar datang dari Allah, tanpa berdoa dan mencari konfirmasi Allah kalau-kalau mimpi tersebut justru bisa datang dari setan. Bukankah nabi-nabi juga dicobai dan diganggu oleh syaitan? (22:52, 20:120). Tidakkah Ibrahim yang sangat dekat dengan Allah itu akan selalu menerima Firman dan Perintah langsung dari Allah sendiri ketimbang tercampur dengan BUNGA-BUNGA MIMPI HOROR yang tidak menentu? Tidakah ia bisa bertawar sedikit dengan Allah-nya, sambil mencari tahu apa maksud dari mimpi horror tersebut? Kalau mimpi datang dari Allah sendiri, maka apa maksudNya, dan menyembelih itu dengan ritual bagaimana dan kepada siapa? Allah tidak pernah sembarangan! Bahkan bolehkah Allah membenarkan memberi mimpi kepada seorang nabiNya Ibrahim untuk membunuh seseorang (ayat 105), apalagi anaknya sendiri? Semuanya diluar akal hingga menjadi kegilaan luar biasa bagi Allah yang memberi mimpi horror dan bagi Ibrahim yang super tolol.
Dan siapakah sang anak yang juga sama tololnya, yang mempersilahkan dirinya untuk disembelih ayahnya berdasarkan sebuah mimpi yang ngawur? Enam kali sebutan “anak” terdapat dalam 8 ayat ini, namun Muhammad tak berani sekalipun menyebutkan nama anak tersebut sebagai Ismail, karena ia pasti akan kena olok-olok para Ahli Kitab yang lebih mengetahui akan hal itu. Padahal tugas kenabiannya adalah “mengkoreksi” kepercayaan yang salah, dan justru pada saat itulah ia mendapat kesempatan emas untuk “menelanjangi” Ahli Kitab dengan menampilkan nama Ismail sebagai anak-kurban, bila memang itu benar Ismail adanya. Nyatanya Muhammad menghindar dan mengosongkan nama sang anak sambil membiarkan pengikutnya bertafsir ria dan tertipu.
Akhirnya, siapakah Muslim yang siap menjadi begitu idiot sehingga akan meniru “sunnah Ibrahim” untuk membunuh seseorang jikalau ia bermimpi demikian? Tidak Muslim, tidak Muhammad, bukan? Kalau begitu kenapa Muslim mau membiarkan dirinya percaya akan dongeng gila yang paling tidak bertanggung jawab itu? Jawabnya hanya satu: Setan telah mem-brain-washed semua akal sehat Muslim.
Muslim tidak melihat kebenaran yang terang benderang dari Alkitab, yang jelas jelas telah dijiplak, diselewengkan dan dikorupsikan oleh seorang Muhammad. Baca Kitab Keluaran pasal 22.
Disini Abraham bukan mimpi, melainkan mendapat PERINTAH TUHAN secara langsung. 
Tuhan berfirman kepadanya: “Abraham,” lalu sahutnya: “Ya, Tuhan.” Firman-Nya: “Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria danpersembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu.”
Disini Muslim bisa menyaksikan betapa Tuhan ingin Abraham mempersembahkan anaknya Ishak sebagai korban-bakaran kepada Tuhan. Tata ritual persembahan korban-bakaran sudah diketahui Abraham.
Ishak, sebagai “anak tunggal” yang dimaksudkan Tuhan sudah dipahami, karena dihadapan mata Tuhan, hanya Ishak lah yang Tuhan janjikan bagi Abraham (disebut Anak Perjanjian, lahir dibawah kuasa mukjizat ilahi dari rahim Sarah yang sudah mandul). Sementara Ismail, kelahirannya tidak datang dari janji Tuhan, melainkan datang dari rekayasa Sarah (terhadap Hagar) yang kurang beriman untuk sabar menunggu kelahiran Ishak. (Kunjungi http://bacabacaquran.com/2011/10/syariat-qurban-di-hari-raya-haji-kini-patut-dipertanyakan-muslim-bagian-1/ ).
Akhirnya, kita melihat betapa Muhammad tidak mampu memberi makna yang benar tentang Idul Qurban, yang kini dirayakan dengan penyembelihan demi “mempersembahkan daging kurban” kepada para miskin, padahal Korban Bakaran sejak Adam, Habil dan Qabil dan Nuh dan seterusnya selalu ditujukan bagi Tuhan sendiri sebagai lambang penebusan dosa lewat darah kurban. Abraham berkata (ayat 8): “Tuhan yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya.”
Demikianlah kisah kurban ini bukan kisah tersendiri, melainkan merupakan nubuatan Tuhan tentang suatu Penebusan Ilahi: yaitu akan datangnya Satu Sosok Kurban Besar yang Tuhan jadikan Penebus atas kematian anak-anak Abraham kelak“Dan Kami tebus anak itudengan sembelihan (kurban) yang besar (Wa fa dainaahu bi dzibhin ’azhiim”), ayat Qs.37:107.

Tetapi kembali Muslim tertipu ketika para Ulama nekad menafsirkan ayat ini sebagai “pemotongan seekor binatang yang tambun”. Padahal 
itu adalah satu sosok kurbandengan segala kebesaran, keagungan, kemuliaan, keperkasaan ‘azhiim’ yang amat dahsyat yang ditamzilkan Allah sebagai Penebus kematian semua anak-anak Ibrahim kelak yang diharuskan dan ditetapkan mati masuk neraka (Qs.19:71). Sedemikian besar sosok kurban itu sehingga Quran ternyata memakai kata asli yang sama dengan salah satu diantara 99 nama/asma Allah, yaitu Al-Azhim (Yang Maha-Agung). Itulah Sang Penebus dosa, Yesus Mesias, seperti yang lantang diserukan oleh Nabi Yahya: 

“Lihatlah Anak domba Elohim, yang menghapus dosa dunia” (Yohanes 1:29).
Visit: http://bacabacaquran.com/2011/10/syariat-qurban-di-hari-raya-haji-kini-patut-dipertanyakan-muslim-bagian-2/
AXIOMA: Tidak ada satu orangpun akan mengenal Nama Pribadi dan Jati-diri Tuhan, bilamana bukan DIA sendiri yang mengatakannya dari mulutNya. Nama dan jati-diriNya telah Dia katakan dalam Alkitab, LANGSUNG kepada para nabiNya. Dia berbicara langsung dengan Adam, Nuh, Abraham, Musa dll hingga kepada Yesus, tanpa usah lewat perantara malaikat.
Tetapi adakah Dia sendiri pernah mengatakannya kepada Muhammad? Muslim buru-buru akan menjawab: PASTI SUDAH! Tetapi Muslim kurang awas. Yang mengatakannya bukan TUHAN SANG PENCIPTA, dari mulutNya, melainkan dari mulut Muhammad saja (mahkluk), yang mengatas-namakan Jibril  (juga mahkluk saja). Dan tidak diketahui lagi apakah Jibril ini benar-benar diutus oleh Tuhan Sejati dengan bukti-bukti? Bahkan apakah benar ada exist seorang ALLAH yang diatas-namakan oleh Muhammad dan Jibril? Soalnya baik Allah, Jibril maupun Muhammad, KETIGA OKNUM ini tidak berkuasa mukjizat adikodrati apapun yang bisa ditunjukkan kepada umat Arab diabad ke-7.
Berlainan dengan para Nabi lain sebelum abad ke-2 dan malaikat Gabriel (bukan Jibril) dan Tuhan Yahweh yang selalu berkuasa bernubuat dan bermukjizat. Sebagai ilustrasi saja, Gabriel berkata kepada Zakaria dan Maria berturut-turut bahwa Elisabet (istri Zakaria) dan Maria akan hamil walau mustahil sekalipun (yang satu sudah tua mati rahim, yang lain masih gadis perawan), dan tetaplah kemustahilan itu terjadi. Dan Zakaria yang tidak mempercayainya langsung dikenakan “hukuman” bermukjizat dengan menjadi bisu! Ini semua terjadi di dunia Israel, BUKAN DI ARAB, di mana Jibril dan Muhammad selama 23 tahun kenabiannya tidak menampilkan kuasa adikodrati apapun dari tangannya.
Dan kenapa dulu-dulu Tuhan Sejati perlu berbicara langsung dengan SEMUA nabi-nabiNya, dan justru “merasa tidak perlu” untuk berbicara langsung dengan “Nabi TerakhirNya” yang terbesar? AWAS, Ini bukan pertanyaan cecere. Ini adalah totalitas masalah kredibilitas, otentisitas dan otoritas Ilahi yang rupa-rupanya tidak diberikan oleh Tuhan Yahweh kepada ketiga Oknum diatas (Allah swt, Jibril, Muhammad). Ini adalah tantangan teologis Islamik yang paling menghunjam keabsahan Islam sebagai agama dari Allah yang mutlak ada dan benar?!
  1. Kami para mantan Muslim telah beralih iman karena tidak menemukan keabsahan MUHAMMAD itu Nabi: “Tak ada Otoritas Ilahi yang mengangkatnya sebagai Nabi, dan tak ada yang tahu kapan ia tiba-tiba dinabikan”.
  2. Kami para mantan Muslim telah beralih iman karena tidak menemukan keabsahan JIBRIL menjadi Utusan Allah: “Dia tidak diuji oleh Muhammad –taken for granted sebagai malaikat — padahal tidak memperkenalkan jati-dirinya dan tidak membuktikan dirinya dengan kuasa adikodrati selama 23 tahun penampilannya mendampingi Muhammad! Dia kasak kusuk dengan Muhammad dengan mengatas-namakan “Allah”, tetapi bukankah setan juga bisa melakukan hal yang serupa? (2 Korintus 11:14).
  3. Kami para mantan Muslim telah beralih iman karena tidak menyaksikan keberadaan ALLAH sebagai Sosok yang terasa exist, bahkan namaNya saja tidak bisa dipertanggung-jawabkan oleh diriNya.   AXIOMA mengatakan, “Tidak ada satu orangpun akan mengenal Nama Pribadi dan Jati-diri Tuhan, bilamana bukan DIA sendiri yang mengatakannya dari mulutNya”. Jadi bagaimana Islam bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan paling mendasar berikut ini?

8 PERTANYAAN TENTANG DIRI ALLAH YANG MENJADIKAN KAMI MURTAD:
1.  Dari mana Muhammad tahu nama-pribadi Tuhannya adalah ALLAH? Dari pagan Arab atau dari mulut Allah sendiri? Buktinya dimana?
2. Apa makna Nama-Pribadi tsb menurut Yang Empunya nama itu sendiri? (bukan menurut mulut para mahkluk ciptaan, sekalipun Jibril)
3. Kapan Nama Surga itu mulai diperkenalkan Allah kepada Muhammad? Bukankah pada awalnya Muhammad hanya kenal nama “Rabb” untuk Tuhannya, dan tidak pernah menyebutkan nama “Allah”? (misalnya dalam wahyu awal: 5 ayat awal Surat Al-Alaq dan Al-Muddatstsir, Surat 54, 55, 56, 68, 75, 78, 83, 89, 92, 93, 94, 99, 100, 105, 106, 108, 113, 114 dst.)
4. Mana ayat Quran yang paling awal dimana Allah pertama kalinya menyebut diriNya sendiri sebagai “ALLAH” kepada Muhammad? Al Fatihah? Al-Alaq? Atau Allah sajalah yang tahu?
5. Kapan Allah pernah berwahyu kepada Muhammad untuk disampaikan kepada umat Arab (bukan umat Israel): “Aku ini Tuhan, nama-Ku ALLAH”? Tak ada! Yang Tuhan sampaikan kepada Musa adalah: “Akulah YAHWEH, Elohimmu” (Keluaran 20:2, 3:15). Musa dll nabi tak pernah kenal nama “Allah”, melainkan sebutan “Elohim” atau nama “Yahweh” yang disebut hampir 4000 kali dalam Alkitab. Kenapa Muhammad berani mengubahnya dengan mengatasnamakan mulut Musa, menjadi: “Sesungguhnya Aku ini adalah ALLAH” (20:14).
6. Kenapa nama Tuhan Islam ini sama dengan nama Tuhannya orang-orang pagan pra-Islam, dan bukannya sama dengan nama nama Tuhannya kaum Israel, karena hanya “kedua Tuhan” itulah yang diklaim oleh Muhammad sebagai sama dan satu? (29:46)
7. (INGAT: ilah-ilah dari ayah-ibunya Muhammad adalah pagan, termasuk al-Alat, al-Uzza, Manat, dll, sehingga nasib mereka tidak selamat, dan ini ditangisi oleh Muhammad dikuburan ibunya) Sahih Muslim 4:2130 dan 1:398
8. Kenapa Nama “Allah” ini terkesan sangat pasaran (al-Ilah, the god), dipakai oleh para pagan dalam keberhalaan, tidak bisa eksklusif dan berotoritas seperti nama YAHWEH (I am that I am). Bukankah sosok dan setiap sifatNya adalah transendental tak terjangkau dan tiada yang setara denganNya? (QS.112).

Cari artikel Blog Ini

copy right