“Dan tidak ada seorangpun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu.
Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan”(Qs.19:71)
Pada tahun 630, Muhammad mempersiapkan
ekspedisi perangnya untuk melawan tentara Byzantium. Pejuang-pejuang Muslim menjadi ragu-ragu, tidak percaya diri, dan bahkan ada yang menolak untuk berperang karena muncul kabar (yang dibesar-besarkan) bahwa jumlah musuh yang akan dihadapi meliputi 100 ribu tentara Yunani, ditambah dengan 100 ribu lainnya pasukan Badui dari pelbagai daerah, dan ini terlalu besar bagi 3.000 pejuang Muslim yang berhasil dikerahkan oleh Muhammad. Karena terkikisnya semangat pejuang, maka Muhammadpun kehilangan kesabarannya, lalu mengingatkan ancaman penghukuman neraka bagi mereka.
Salah seorang pemimpin pejuang, Abdallah b.Rawaha pernah menangis ketika ia mendengar ancaman neraka Jahanam dan berkata: “Saya tahu saya akan masuk keneraka, namun taktahu apakah saya bisa keluar ketika saya ada di sana!” Ia memohon kepada Allah untuk mengijinkannya mati sebagai seorang martir, karena, berdasarkan Muhammad, inilah satu-satunya cara yang memastikan seseorang untuk memasuki Firdaus (Sura Al ‘Imran 3:142. 157-159. 169. 170; al-Tauba 9:19.88.89.111; Muhammad 47:4-6; al-Fath 48:17; al-Saff 61:10-12). Kita tahu Abdallah akhirnya tewas dalam pertempuran, demikian juga Zaid b.Haritha, anak angkat Muhammad, dan Ja’far putra Abu Talib. (Ibn. Hisham, The Life of Muhammad, Book II p. 262-267). Kesurgakah mereka?
Para komentator Qur’an mengalami kesulitan besar untuk menjelaskan ayat yang menggelisahkan ini, agar bisa diterima oleh hati dan perasaan Muslim. Karena itu mereka bergelut mencoba untuk merasionalisasikan ayat ini, betapapun tak memuaskan. Dekrit Allah yang berkepastian mutlak ini agaknya tak bisa diutak-atik lagi. Namun salah satu lubang jarum-lolos yang mungkin bisa dimainkan adalah mengusahakan agar penyiksaan neraka bisa dikortingkan dengan beberapa arah tafsiran yang meringankan.
Maka beberapa komentator dan penterjemah mencoba menghaluskan tafsirnya, antara lain dengan menggeser makna “masuk keneraka” menjadi “mendatangi neraka”, seperti terjemahan yang dikutib diatas. Tetapi apa artinya pemastian “mendatangi” neraka kalau tidak masuk? Bahkan ada teman-teman Muslim di forum internet yang ngotot mendebatkan ayat tersebut sebagai ayat yang ditujukan Allah hanya kepada para orang kafir, dan mustahil dimaksudkan kepada Muhammad dan kawan-kawannya. Dengan lain kata, mereka ingin mengatakan bahwa,
“tidak ada seorangpun dari padamu (kalian Muslim)…’ itu harus dibaca
“tidak ada seorangpun dari padamu (kalian Kafir).
Ini tentu menggelikan, karena bila begitu Quran sekaligus akan jadi non-quran, karena Allah kok berbicara LANGSUNG kepada kafirun dan bukan Muhammad, dan keseluruhan ayat tersebut akan harus dibaca:
“Dan tidak ada seorangpun dari padamu (pada kalian kafir), melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu(Tuhan kalian kafir) adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan”.
Al-Tabari telah mengatakan dalam komentari-nya berkenaan dengan ayat ini: “Tidak ada seorangpun dari padamu yang dikecualikan dari masuk kedalam Jahanam; itu adalah dekrit penghukuman oleh Tuhan-mu, Muhammad, untuk memasukkan mereka kedalam neraka. Dia telah mengucapkan ini dan menetapkannya dalam Induk Alkitab”.
Dengan demikian semua Muslim tidak hanya akan mendatangi ke tepian Neraka, tetapi mereka harus masuk ke dalamnya! Semua pihak telah ditetapkan untuk masuk ke dalamapi yang menyala-nyala, atau setidaknya, harus melewatinya.
Al-Tabari berkata lagi: “Abu Kuraib menceritakan bahwa Ibn Yaman berkata atas otoritas Ibn Maghul dan Ibn Ishaq:”Abu Maisara biasa berkata sementara bersandar untuk tidurnya: “O, seandainya ibuku tidak melahirkan aku! … Ia (Muhammad) telah berkata bahwa kita akan masuk keneraka, namun tidak mengatakan apakah kita akan keluar dari situ”.
Tetapi lewat perjalanan waktu, lihatlah betapa makin kreatifnya kiat terjemahan yang dikenakan untuk ayat ini sebagai pelipur lara. Sampai-sampai Dr. Quraish Shihab harus taktis menterjemah-kannya dengan super hati-hati – dengan memainkan dua kaki — agar setidaknya kandungan terjemahannya jangan sampai dituduh menghilangkan maksud asli Allah yang paling serius ini:
- Not one of you but will pass over it… (Yusuf Ali)
- There is not one of you who shall not pass through it… (N.J. Dawood)
- No one is there of you who shall not go down unto it… (J.M.Rodwell)
- Not one of you there is, but he shall go down to it… (A.J.Arberry)
- Dan tidak ada seorangpun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu… (Depag RI)
- Dan tidak ada (seorangpun) dari kamu, melainkan akanmendatanginya (atau memasuki neraka itu)… (Quraish Shihab)
Pendapat-pendapat lain semuanya mencoba menentramkan hati Muslim semampu ijtihad dan plintirannya. Ada yang mensinyalirkan fatalisme bahwa seluruh dunia toh akan menjadi api pada hari kebangkitan dan oleh karenanya bagaimanapun semua manusia akan terpanggang di dalam api neraka. Sejumlah pihak lain berspekulasi bahwa demam tinggi akan terjadi pada sejumlah Muslim yang taat, dan itu adalah malah anugerah Allah, sebab orang-orang demikian adalah orang beruntung yang bisa dibebaskan dari siksaan api.
Bukhari dalam shahihnya menyodorkan periwayatan tentang jembatan di atas kawah neraka (Siratal Mustaqim), yang mana dikatakan bahwa Muhammad telah mengatakan, setiap jiwa akan masuk kedalamnya! Jembatan perlintasan ini tajam seperti sisi mata pedang. Roh-roh jahat akan berusaha, dengan menggunakan kaitan dan balok, untuk menarik mereka yang sedang melintas agar masuk ke neraka. Namun setiap orang, akan hangus oleh jilatan api. Hanya Muslim terbaik yang akan dipercepat melintasi jembatan pengujian itu!
Spekulasi terus berjalan sampai memasuki abad ke-13 (dan juga sekarang diantara sesama Muslim yang gelisah). Fakhr al-Din al-Razi (wafat tahun 1209) penafsir Qur’an yang kesohor mencoba menegaskan sekaligus memperluas argumentasi al-Tabari. Ia menambahkan bahwa orang-orang Muslim akan masuk neraka, namun mereka akan merasa dingin seperti sedang berada di lemari pendingin, sebuah tempat yang penuh rasa damai dan sukacita. Di sana mereka akan menggigil dan gigi mereka bergemeretak. Ini mirip dengan apa yang dialami oleh nabi Ibrahim (!)
dalam dapur api yang ada di Eufrat (Sura al-Anbiya 21:68-69).
PERTANYAAN SERIUS:
Muhammad telah meninggal dengan mewariskan ayat tentang “pemastian masuk keneraka” yang sangat merisaukan umatnya. Tentu saja Muslim berusaha untuk meringankan beban dekrit yang menggetirkan ini. Tetapi makin mereka berenang mencari pendalilannya, makin jauh mereka dibawa masuk dalam samudra tanpa tepian. Pertanyaan inti adalah: Dimana Muhammad sekarang? Sebab pada akhirnya, setiap pengikutnya pasti mendasarkan posisi keberadaan Nabi junjungannya itu untuk diproyeksikan balik kepada dirinya, bukan?
Muhammad telah meninggal dengan mewariskan ayat tentang “pemastian masuk keneraka” yang sangat merisaukan umatnya. Tentu saja Muslim berusaha untuk meringankan beban dekrit yang menggetirkan ini. Tetapi makin mereka berenang mencari pendalilannya, makin jauh mereka dibawa masuk dalam samudra tanpa tepian. Pertanyaan inti adalah: Dimana Muhammad sekarang? Sebab pada akhirnya, setiap pengikutnya pasti mendasarkan posisi keberadaan Nabi junjungannya itu untuk diproyeksikan balik kepada dirinya, bukan?
Baik. Hadis Shahih Bukhari Volume 1, Buku 8, No.345 telah menceritakan betapa Muhammad walau masih didunia ini namun telah pernah diangkat naik kesurga bersama Jibril, lalu bersilaturahmi dengan para Nabi-nabi Alkitab seperti Adam, Idris, Musa, Yesus dan Abraham, yang telah ada dilangit pertama hingga langit ke-enam khusus tempat Ibrahim ditempatkan!
(dan ini berselisih tajam dengan periwayatan Shahih Muslim yang sama-sama shahih: ada tambahan Buraq, tambahan nabi-nabi Yahya, Yusuf, Harun, dan tambahanlangit ke-7 untuk tempat Ibrahim, bukan langit ke-6!).
Nah, jikalau Muhammad telah menyaksikan Firdaus sementara ia hidup didunia, maka kenapakah ia sekarang harus menunggu-nunggu sampai kiamat untuk masuk kesurga SETELAH kematiannya ditahun 632? Kenapa ia tak ada disurga saat ini bersama dengan para nabi yang lebih “kecil-derajatnya” dari dia? Bukankah Muhammad telah terlanjur sesumbar berkata:
“Akulah manusia yang paling banyak pengikut-nya pada hari kiamat. Dan akulah orang pertama yang mengetuk pintu surga.”
“Aku mendatangi pintu surga pada hari kiamat untuk membukanya. Maka penjaga pintu bertanya, ‘Siapakah kamu?’ Aku menjawab, ‘Muhammad’. Ia megatakan, ‘Kepadamu aku diperintahkan agar aku tidak membukanya untuk seorangpun sebelummu” [HR.Muslim (3/73-Syarah An-Nawawi)].
Jadi, kontradiksi lagi, siapakah yang pertama-tama masuk ke surga? Para nabi seperti yang dinarasikan dalam Hadis Bukhari DAN al-Quran (surat 4:158), ataukah Muhammad dalam klaimnya yang tak juntrung kejelasan dan otoritasnya?
Lebih dari itu, kenapa ia harus sendirian menunggu ditanah antah berantah, dipisahkan dari sesama nabi-nabi lain yang ada disurga didekat Tuhan?
Tak ada Ulama dan Muslim yang mampu menjawabnya.
Namun kita sependapat bahwa hal-akhirat semacam itu adalah murni dan MURNI karena masalah dosa semata. Muhammad menyadari keberdosaannya, dan mengakuinya secara impilsit maupun eksplisit.
“Tak ada bayi keturunan Adam yang dilahirkan yang tidak disentuh setan… kecuali Maryam dan anaknya (Yesus).” (Bukhari 4:55:641). Muhammad tersentuh setan.
“Demi Allah! Saya minta pengampunan Allah dan balik bertobat kepada-Nya lebih dari 70 kali sehari” (Bukhari 8: 75: 319).
Muhammad insyaf akan inferioritasnya ketimbang Isa Al Masih, walau rada-rada tersendad. Itu sebabnya, pada saat-saat kritis jelang menghembuskan nafasnya yang terakhir, Muhammad dalam kesadarannya yang paling dalam, merasa harus melakukan dua hal terakhir dan yang terutama:
1.Minta ampun dan belas kasihan kepada TUHAN (awas, bukan ALLAH swt).
2.DAN BUTUH minta dihubungkan baginya satu sosok yang paling misterius:
“ Wahai Tuhan! Ampunilah saya” Kasihanilah saya dan hubungkan saya dengan Teman yang Mahatinggi” (Shahih Bukhari no.1573).
Siapakah sosok paling berkuasa itu dihari kiamat? Muhammad pasti sangat tahu otoritas tersebut, namun nama sosok ini agaknya tak boleh keceplosan keluar dari mulut Muhammad. Namanya tetap harus terselubung, demi harga diri Muhammad sebagai Nabi Penutup segala nabi. Namun kita bisa menduga bahwa sosok misterius itu pasti sosok yangditandai paling berotoritas didunia dan dialam akhirat (3:45, 4:159, 43:61), yangterlanjur dihujatnya (9:30, 4:171 dll) dengan melaknati hakekat-ilahi dari “keanakan” Sosok tersebut (Lord’s Sonship). Ya, Jibril tak kuasa menolong, ia bukan Yang Mahatinggi diakhirat, dan Allah bukan Temannya seorang mahluk Muhammad. Malahan Allah tidak menampakkan tanda kehadirannya sekalipun dipanggil-panggil Muhammad dalam lirihnya.Jibril yang “maha-setia” itu justru tak menjemputnya sebagaimana yang ia pernah dijemput penuh kehormatan dengan Buraq masuk ke Sidratul Muntaha. Finished, tak ada yang butuh lagi sosok tua sekarat ini, tak ada yang hadir memberinya syafaat, karena mulutnya terkunci penuh dengan guilty-feeling sehingga tak punya nyali untuk memanggil satu-satunya nama Juru Syafaat: “I.s.a. Al.M.a.s.i.h”! Ia ditinggal sendirian ditempat Limbo (kosong ruang), diluar wilayah para nabi-nabi dan Tuhan yang diatas-namakannya sesukanya selama ini…
KESIMPULAN
Banyak Ulama dan Muslim ragu-ragu, was-was, dan mencari-cari jawaban yang lurus, tanpa plintiran atau pemanis pelipur lara dengan istilah-istilah yang sesat. Pertanyaan polos itu adalah:
Banyak Ulama dan Muslim ragu-ragu, was-was, dan mencari-cari jawaban yang lurus, tanpa plintiran atau pemanis pelipur lara dengan istilah-istilah yang sesat. Pertanyaan polos itu adalah:
“Apa semua Muslim akan masuk neraka? Dan dimana Muhammad sekarang ini?” Jawabnya yang polos dan selurusnya adalah: Jikalau Allah yang mendekritkan maka tentu IA memastikan bahwa tak ada satu Muslim yang diluputkan dari neraka. Dan tentang tempat kediaman Muhammad saat ini, Muslim boleh saja sesukanya memberi nama tempat yang muluk. Namun beliau sendiri berada diruang Limbo saat ini, bukan dilangit, tidak disurga atau Firdaus, terpisah dari semua para Nabi dan orang-orang kudusNya. Dan Musa-lah yang pertama-tama telah menjawabnya dalam bahasa Taurat yang lurus:
NABI ITU HARUS MATI (Kitab Ulangan 18:20).
Ya, Surat 19:71 yang paling menggetirkan ini memang sulit untuk tidak dibaca sebagai ayat kematian. Setiap pemanis tidak berguna. Salah-salah malah kena tulah karena mendustai ayat-Nya!
(7 June 2011, posted by Duarte).