Tanyakan apa yang akan dilakukan oleh Muhammad, dan lakukanlah hal yang sebaliknya. Jika engkau melakukannya, maka engkau tidak akan pernah berjalan di jalan yang salah.
Diposkan oleh Ali Sina pada tanggal 22 November 2011
Ali yang terhormat,
Barangkali engkau merasa
lelah meladeniku, tetapi sekarang apa yang dapat aku lakukan, barangkali hanya padamu saja aku bisa menyampaikan isi hatiku. Hari-hari belakangan ini aku merasa sangat kesepian, bahkan saat aku sedang bersama-sama dengan keluarga dan teman-temanku. Aku merasa seperti orang asing yang terpisah dengan mereka. Aku tidak merasa bahwa aku adalah bagian dari mereka yang sedemikian anti dengan apa yang bukan Muslim. Bukan karena aku pernah menjadi salah satu dari mereka, tetapi karena sekarang aku merasa bahwa jika mereka tahu identitasku yang sebenarnya, bahwa aku ini bukan lagi seorang Muslim, pastilah mereka akan membenciku dan barangkali akan mengusirku atau bisa jadi membunuhku.
Kupikir aku tidak akan pernah menjadi seorang yang murtad secara terbuka, dan aku harus berpura-pura untuk tetap menjadi seorang Muslim di sepanjang hidupku ke depan, setidaknya selama orangtuaku masih hidup. Beberapa hari yang lalu ibuku mengatakan padaku mengapa aku tidak pergi naik haji tahun depan dengan saudaraku laki-laki dan isterinya, karena mereka sudah merencanakan untuk naik haji tahun depan. Ibu dan ayahku sudah naik haji beberapa tahun yang lalu. Aku katakan, aku tidak akan pergi dengan mereka karena aku selalu mengatakan bahwa aku akan pergi naik haji dengan suamiku.
Memikirkan hal itu, aku tahu bahwa ini hanyalah alasan yang kucari-cari, sebab jauh di lubuk hatiku aku tidak pernah bisa memahami logika yang ada di belakang ritual itu. Kini saudaraku laki-laki dan isterinya merencanakan untuk pergi haji tahun depan, dan mereka katakan padaku, karena aku belum menikah, inilah waktu terbaik untuk sesegera mungkin melaksanakan kewajiban religius. Sekarang, mohon beritahukan padaku bagaimana caranya aku bisa keluar dari situasi ini? Bahkan orangtuaku pun memaksaku untuk pergi naik haji tahun depan. Aku tak ingin melakukannya, mengapa aku harus menghabiskan uang yang kuperoleh dengan susah payah untuk sesuatu yang tidak lagi aku percayai?
Beberapa minggu terakhir aku merasakan beban emosional yang sangat besar. Aku mengunjungi situsmu pertama kali sebulan yang lalu, kemudian menuliskan email padamu tanggal 23 bulan lalu, dan aku masih ingat bahwa aku berhenti sholat di akhir bulan lalu. Namun sejak itu, emosiku campur aduk, terkadang aku merasa senang dan bebas, tetapi kemudian merasa takut membayangkan bagaimana jika ini hanyalah sebuah ujian dari Tuhan, dan bahwa aku telah tersesat untuk sejangka waktu lamanya dan barangkali nantinya aku akan kembali menjadi seorang Muslim lagi.
Bagaimana jika semua ini adalah sebuah fase? Namun kemudian aku kembali mengunjungi situsmu dan tulisanmu kembali memotivasiku untuk tetap teguh pada jalan yang telah aku pilih. Beberapa hari belakangan ini aku banyak sekali menangis, ketika sedang sendirian, aku hanya ingin duduk dan merenung. Aku tengah berada pada masa-masa yang sangat sulit yang membuatku merasa gelisah. Haruskah aku menemui seorang psikolog atau psikiater untuk konsultasi? Apakah aku membutuhkan terapi? Namun aku harus memastikan bahwa psikolog atau psikiater yang akan kutemui secara sembunyi-sembunyi, haruslah seorang non-Muslim. Engkau pernah menulis pada seorang wanita mantan Muslim supaya tidak mempercayai para dokter Muslim ini, karena fundamentalisme Islam mereka jauh lebih penting bagi mereka daripada sumpah dokter yang penuh dengan kemunafikan, bukankah demikian?
Aku ingin menulis, maksudku aku ingin memiliki sendiri website milikku sendiri, dan kemudian menuliskan apa yang tengah aku rasakan dan hal apa yang telah merubahku. Bagaimana aku bisa menjadi seorang Muslim yang buruk tetapi menjadi seorang manusia yang baik…Tetapi dengan hidup di negara seperti ini, aku tidak bisa melakukannya karena cepat atau lambat, mereka akan menutup situsku dan aku tidak akan bisa lagi mengakses website-ku sendiri.
Aku tunggu jawabanmu.
Dengan hormat
Shakila
Shakila yang terhormat,
Maaf saya terlambat menjawab emailmu yang terakhir. Apa yang tengah engkau alami sepenuhnya normal. Saya sudah menyinggung tentang ini di salah satu artikel dimana saya menjelaskan mengenai pengalaman saya ketika meninggalkan Islam. Perasaan bersalah yang palsu, depresi, kecemasan, takut, bingung dan perasaan marah…adalah hal-hal yang umumnya dirasakan oleh semua orang yang sedang meninggalkan sebuah bidat.
Benar, orangtuamu adalah bagian dari sebuah bidat. Demikian juga dulunya engkau dan saya. Hal ini tidak merubah fakta bahwa mereka adalah orangtuamu dan sebagai anak, engkau berhutang loyalitas dan kasih pada mereka.
Ada sebuah aturan emas yang kusarankan untuk engkau ikuti, kapan pun engkau merasa ragu mengenai apa yang sebaiknya engkau lakukan dalam segala situasi. Tanyakan apa yang akan dilakukan oleh Muhammad, dan lakukanlah yang sebaliknya. Jika engkau melakukannya, maka engkau tidak akan pernah berjalan di jalan yang salah. Apa nasehat Muhammad dalam hubungan dengan saudara sedarah dan orang tua yang bukan orang beriman (non Muslim)? Ia katakan supaya engkau tidak berteman dengan mereka; memutuskan ikatan dengan mereka, tidak bergaul dengan mereka (Quran Sura 3:28).
Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali (mu).
Nasehatku, lakukan yang sebaliknya. Bersikaplah loyal dan tetap mengasihi orangtua dan saudara-saudaramu. Dalam segala situasi lakukan yang berlawanan dengan yang dikatakan oleh Muhammad, dan engkau dapat meyakini bahwa engkau sedang melakukan yang benar.
Engkau katakan, kadang-kadang engkau berpikir bahwa semua ini hanyalah sebuah ujian, dan bahwa suatu saat nanti engkau akan kembali kepada Islam. Itu tidak akan pernah terjadi! Saya pun telah mencobanya selama dua tahun. Semua hal sudah saya lakukan untuk memulihkan kembali imanku pada Islam. Saya sembahyang, kemudian saya menyembunyikan Quran dibalik buku-buku yang lain, karena itulah buku yang mengguncangkan imanku, dan setiap kali aku melihatnya, semua keraguanku pun kembali diperbaharui. Namun tak ada yang berhasil. Semakin kuat saya berusaha, semakin saya mengalami kegagalan. Itulah sebabnya kemudian saya membuat sebuah analogi tentang keluar dari rahim kebodohan. Sekali keluar maka saya tidak akan bisa lagi kembali. Jangan mempercayaiku! Coba saja. Lakukan sebisamu untuk memulihkan kembali imanmu. Engkau akan melihat bahwa itu adalah hal yang mustahil. Engkau hanya perlu bersabar maka semua keragu-raguanmu akan lenyap, dan engkau akan berdamai dengan pencerahan yang engkau alami.
Dalam emailmu sebelumnya engkau mengatakan bahwa engkau akan mencoba untuk membaca Alkitab. Itu ide yang bagus. Memang Alkitab dilarang di negaramu, tetapi engkau bisa mendapatkannya secara online. Saya pun melakukan hal yang sama dan bahkan selama dua tahun saya menghadiri kebaktian di gereja. Saya melakukannya hanya untuk bersosialisasi. Saya sangat menghormati Yesus, tetapi saya belum bisa mempercayai Tuhan. Bagiku Tuhan itu tidak masuk akal. Semakin saya merenungkannya maka seluruh konsep pun semakin menggelikan bagi saya. Namun demikian, saya memahami bahwa tidak setiap orang bisa hidup tanpa mempercayai Tuhan. Dan saya pun tidak percaya bahwa atheisme itu superior terhadap theisme. Bagi saya itu hanyalah sebuah pilihan filosofis. Menurut saya, atheis fanatik sama buruknya dengan theis fanatik. Apa yang engkau percayai tidaklah relevan, yang utama adalah bagaimana engkau menjalani hidupmu.
Jika engkau tidak jatuh ke dalam ekstrimisme, kupikir Kekristenan adalah sebuah pilihan yang baik. Yang penting adalah tetaplah bersikap rasional. Yesus bukanlah seorang fanatik. Belajarlah Kekristenan dari Dia dan bukan dari orang-orang Kristen yang fanatik.
Jagalah pendapat-pendapatmu untukmu sendiri. Tidak ada gunanya membuat pengumuman publik mengenai kemurtadanmu. Ada jutaan orang murtad yang hidup seperti itu. Tidak ada yang salah dengan hal itu. Akan tiba waktunya mayoritas orang Muslim tidak akan percaya lagi dan kebohongan ini akan jatuh dengan sendirinya. Ia akan rubuh seperti Menara Kembar WTC. Saya telah mengatakannya sepuluh tahun yang lalu. Dan saya akan melihat hal itu terjadi. Walaupun engkau berpikir bahwa hal itu tidak mungkin terjadi, namun engkau akan melihatnya dengan mata kepalamu sendiri. Penipuan ini sudah berakhir. Dunia ini sedang terbangun dan orang-orang Muslim juga. Kita membutuhkan suatu cara untuk menyampaikan pesan kita kepada banyak orang – kepada jutaan orang. Pasti ada cara. Proyek ini sedang berlangsung. Sesuatu sedang terjadi dan engkau akan mendengarnya segera. Semua orang akan mendengarnya. Ini akan menjadi akhir dari Islam.
Mengenai pergi naik Haji, teruslah mengatakan hal yang sama yang telah engkau katakan pada orang-tuamu. Katakan bahwa engkau telah bersumpah bahwa engkau akan pergi naik haji sebagai wanita yang sudah menikah dan engkau akan menepati perkataanmu itu. Jangan buang uangmu di negara itu, uang yang telah engkau peroleh dengan susah payah. Semakin banyak uang yang diperoleh orang-orang Saudi, semakin besar dana yang mereka gunakan untuk mendukung jihad, membangun mesjid-mesjid dan menyebarkan Islam.
Ada psikolog-psikolog yang ahli dalam merehabilitasi bidat. Engkau dapat menemukannya secara online. Hindarilah menemui psikiater Muslim. Ia tidak akan memahamimu karena ia sendiri adalah seorang bidat. Faktanya, ia akan memberimu lebih banyak masalah. engkau tidak menderita depresi, engkau menderita dis-ilusi. Hal itu akan berlalu saat engkau belajar lebih banyak lagi. Lihatlah situs-situs berikut ini.
Untuk tautan (links) yang lebih banyak, silahkan melihat “cult rehabilitation” (rehabilitasi bidat).
Salam
Ali