Mohon maaf jika Artikel saya panjang dan membosankan,
mungkin
beberapa netter FFI Indonesia ada yang tau saya,
karena saya dulu
pernah membuat beberapa postingan
untuk membela Islam disini. Dan
sekarang saya telah murtad
dan ingin sharing sedikit disini......
Berawal dari keinginan membela Islam dan
berakhir keluar dari Islam....
Begini ceritanya :D
Dilahirkan sebagai muslim
Saya
dilahirkan di keluarga Islam, semua seluruh keluarga besar saya
beragama Islam.
Seperti umat Islam yang lain sejak kecil saya sudah
menerima pendidikan Islam, mulai
dari syahadat, rukun iman, rukun
Islam, mengaji, dosa-dosa dan siksaan, dan lain sebagainya.
Saya
ingat sekali sewaktu kecil (pra SD atau baru SD) saya sering bertanya
pada mama saya
tentang pertanyaan-pertanyaan lugu tentang Islam,
seingat saya saya sering bertanya tentang
topik; jumlah istri nabi
Muhammad, umur istri nabi Muhammand Aisya, tentang kenapa manusia
disiksa
dengan siksaan keji (saya masih kecil dan merasa ngeri mendengarnya
dulu), dan
bagaimana akhir dari semua kehidupan ini, baik akhir di
akhirat nanti, dan masih banyak lagi
pertanyaan yang mungkin sangat
aneh di didengar. Singkat cerita saya tidak puas dengan jawaban
jawabannya
(saya tidak menjelaskan detil karena akan terlalu panjang).
Karena
merasa tidak mendapatkan jawaban-jawaban dan saya dulu masih kecil,
yang hanya
ingin memikirkan bermain dan tidak mau memikirkan yang
berat-berat, saya memutuskan
untuk menelan mentah-mentah jawaban mama
saya.
Setelah bertambah usia saya semakin memahami kemampuan
orang tua saya dalam memahami
Islam, saya semakin tahu bahwa keluarga
saya adalah orang-orang yang tahu banyak tentang
Islam di bagian
ritual nya saja, tapi tidak di sejarah dan latar bekalang islam. Dan
saya menjadi
tahu mengapa mereka tidak pernah bisa menjawab
pertanyaan-pertanyaan saya. Tapi saya
tidak ambil pusing, karena
waktu itu saya masih SMP dan belum terlalu serius untuk mendalami
pengetahuan
agama.
Seperti yang saya ceritakan sebelumnya orang tua saya
ahli dalam ritual agama Islam, dan itu
memberi saya banyak pengaruh
dan menurun kepada saya. Saya rajin sholat 5 waktu, puasa,
mengerti
(dalam bahasa Indonesia) ayat-ayat Al-Quran yang saya baca saat sholat
ataupun
mengaji (setiap mengaji saya selalu membaca artinya, saya
tidak mau membaca Al-Quran yang
tidak ada tafsirnya), sholat Tahajud,
Duha, Hajat, dan lain sebagainya.
Semakin nyaman beragama Islam
Beranjak SMA saya
semakin mahir dalam ritual-ritual Islam, dan mulai banyak
keinginan-keinginan
duniawi yang muncul di kepala saya, dan akhir nya
saya mulai banyak melakukan doa untuk
meminta. Banyak doa-doa yang
saya kuasai, saya mempunyai buku tentang doa-doa khusus
untuk
permintaan khusus agar cepat terkabul, saya juga menguasai manfaat dari
manfaat
Asmaul Husna tentang jumlah bacaan dan fungsinya.
Saat
itu saya merasa sangat tenang dan damai, dan banyak doa-doa saya yang
terkabul baik
yang permintaan besar atau permintaan kecil dan waktu
terkabul ada hitungan hari atau minggu
atau bulan. Yang jelas
sebagian besar permintaan saya (doa) terkabul dan terjawab. Pertanyaan
pertanyaan
aneh saya yang saya bawa sedari kecil pun lenyap, dan saya memutuskan
untuk
menutup semua pertanyaan aneh di kepala saya, saya
memutuskannya dengan jawaban
"Hanya Allah yang tau". Karna itulah
jawaban yang sering saya dengar dari orangtua atau pun
kerabat dan
teman saya.
Perjalanan Awal
memulai sebuah keberanian
Beranjak ke kuliah,
pertanyaan-pertanyaan aneh muncul lagi di kepala saya, dan saya tidak
dapat
menutupi bahwa jawaban "Hanya Allah yang tau" memuaskan
keingintahuan saya tentang Islam.
Saya akan menulis beberapa
perntanyaan aneh kala itu (mungkin terlihat membosankan dan silahkan
di
"skip" saja kalo tidak berkenan):
Kembali ke terkabulnya doa
saya, muncul pertanyaan mengapa umat Agama lain pun juga terkabul
akan
doa-doa dan keinginannya? Jawabannya begini (umat Islam pasti tau);
Allah maha pengasih
setiap orang yang berusaha (dunia) akan
mendapatkan apa yang dia usahakan (di dunia),
kalau tidak salah di
Al-Quran juga ada. Logis menurut saya, lalu pertanyaannya mengapa jika
yang
di usahakan itu sebuah kebaikan tetapi tidak diterima amal
kebaikannya? Jawabannya begini : Karena
dia bertindak / berusaha
tidak atas nama Allah (mulai tidak logis, karena tidak ada yang tahu
apa
agama orang tua seseorang ketika dilahirkan, keluarga, lingkungan,
dsb). Lalu mengapa
menciptakan Agama dan manusia yang padahal sebelum
menciptakan dia sudah tau akan ada banyak
yang akan di masukan di
Neraka? Mengapa siksaan di neraka sangat keji dan kejam (bayangkan
film
"The Saw" dimana korban di siksa karena perbuatannya, diluar
pemahamannya berhak atau
tidaknya si pelaku), apakah Tuhan seperti
itu? dan lain sebagainya (banyak sekali).
Dari semua itu mulai
tumbuh dua kepribadian dalam diri saya, satu saya adalah pembangkang
karena
pertanyaan-pertanyaan saya, dua saya merasa nyaman karena
Islam adalah agama mayoritas di
negeri ini, dan agama yang direstui
kedua orangtua saya. Dalam perjalanan itu saya menjadi sangat
tertarik
mempelajari sejarah Islam baik melalui hadist, Al-Quran, buku-buku dan
lain sebagainya. Karena
berkeinginan untuk membela Islam dari
pernyataan-pernyataan buruk tentang Islam dan pada
waktu itu ilmu ke
Islam-an saya terutama sejarah dan latarbelakang masih minim, dan saya
ingin
membela Islam dengan bisa menjawab apapun pernyataan buruk dari
luar Islam.
Selain Islam saya pun tertarik mempelajari sejarah dan
ajaran-ajaran agama lain, Kristen, Katolik,
Budha, Hindu, Konghucu.
Saya tertarik menjadi Teolog pada saat itu (tentu saja masih dalam frame
Islam).
Sampai saya sudah bekerja dan menikah saya menemukan
situs FFI ini dan banyak hal yang saya
tidak suka disitus ini pada
saat-saat awal (sampai sekarang sih, terutama cacian dan makian, sorry
no offence).
Pada saat itu saya berkeyakinan yang buruk tentang Islam
tidak harus diyakini, dan meyakini yang
baik-baik saja. Maka dari
itu pada awal bergabung saya banyak menentang tentang kejanggalan-
kejanggalan
yang di lontarkan disini. Sampai pada akhirnya saya memutuskan untuk
meninggalkan
situs ini (FFI Indonesia).
Saya Murtad!
Perjalanan saya
belajar masih berlanjut, sampai pada suatu ketika saya bertanya pada
diri saya sendiri:
Jika Islam adalah agama yang benar, mengapa ada
banyak kejanggalan, dan saya selalu mengabaikan
dan tidak mau
jauh-jauh memikirkan ke arah sana. Lalu saya berfikir, sebenarnya
bannyak pertanyaan-pertanyaan
yang ada dalam diri saya ini sudah
terjawab, bahkan sebenarnya saya sudah tau jawabannya sewaktu saya
bertanya
waktu kecil, tapi saya selalu menolak karena "Ancaman dan Siksaan".
Siksaan itu begitu keji dan kejam
sehingga saya tidak mau memikirkan
terlalu panjang apa yang saya ragukan, sungguh ancaman itu
sangat-sangat
besar pengaruhnya bagi saya (dan saya yakin bagi banyak
umat Islam lainnya).
Yah, saya tau tembok besar yang menghalangi
saya adalah "Ancaman & Siksaan", dan pada saat itu akhirnya
saya
memutuskan untuk keluar dari Islam. Lalu timbul pertanyaan, nanti
jikalau benar Islam itu benar apa yang
harus saya lakukan di hadapan
Tuhan? Saya menjawab "Lakukanlah apa
yang ingin engkau lakukan kepadaku,
karena bukankah engkau yang menciptakan kejadian ini sedari awal sewaktu saya belum ada, dan lalu mengapa
engkau menanyakannya?"
karena bukankah engkau yang menciptakan kejadian ini sedari awal sewaktu saya belum ada, dan lalu mengapa
engkau menanyakannya?"
Diwaktu awal keluar dari
Islam terus terang saya merasa bingung, dan seperti tidak ada arah dan
tujuan.
Persis seperti yang dikatakan umat Islam bahwa tidak beragama
seperti tidak punya arah dan tujuan.
Saya sedih dan putus asa (galau
kalau bahasa sekarang), saya banyak melamun dan seperti ingin kembali
ke
Islam, karena ketika saya bingung saya berdoa, ketika saya ingin
sesuatu saya berdoa, ketika saya sedih saya berdoa,
ketika saya
senang saya berdoa, lalu sekarang saya harus apa? tidak ada tempat
spiritual saya untuk mengungkapkan
sesuatu (diluar pengungkapan
dengan seseorang, pengungkapan dengan sesuatu di dalam hati pada sang
pencipta
terasa lebih melegakan dan puas). Karena kegalauan itu saya
seperti mendengar bisikan-bisikan untuk pulang
ke Islam
"Kembalilah-kembalilah....tenanglah bersamaku". Memang bisikan itu
sangat mempengaruhi mental saya,
dan sempat berfikir untuk kembali ke
Islam. Tetapi setelah berfikir panjang, kembali ke Islam mungkin akan
menenangkan
saya dalam hal spiritual tetapi saya yakin dengan berdiri sebagai
Atheis-pun saya akan mendapatkan
sebuah ketenangan, karena diluar
Islam pun saya masih bisa mengakui Tuhan. Tuhan yang dahulu selalu
mengabulkan
doa-doa saya adalah Tuhan yang sama yang saya akui sebagai Atheis
sekarang (Atheis ada dua bro,
mengakui Tuhan dan tidak), yah dengan
mempunyai prinsip seperti itu saya masih bisa merasakan ketenangan
spiritual
dengan Tuhan sampai sekarang (dengan cara yang berbeda tentunya).
Mungkin
ada yang bertanya bagaimana caranya? Jadi begini, selama Anda pernah
merasakan keberadaan Tuhan
dalam diri spiritual Anda, Anda akan tetap
merasakannya Tuhan yang sama sewaktu Anda pertama kali mengenal
Tuhan
dalam diri Anda walaupun dalam seumur hidup Anda sudah 5 kali berpindah
Agama, Tuhan yang Anda rasakan
adalah Tuhan yang sama. Lalu
bagaimana caranya untuk tetap berhubungan dengan Tuhan saat menjadi
Atheis?
Banyak caranya dan hasil nya adalah sama, pakai cara Islam,
Kristen, dan Yahudi adalah dengan berdoa, pakai
cara Hindu, Budha
dengan meditasi. Dan hasilnya adalah sama!. Dan lalu bagaimana tentang
kehidupan setelah mati?
Dari semua agama ada cerita kehidupan setelah
mati, dan banyak macamnya, lalu bagaimana dengan Atheis?
Bagi saya,
saya sama sekali tidak mengetahui kehidupan setelah mati, tapi mengutip
dari sebuah tulisan sebuah buku
bahwa "Anda mungkin tau dan bisa
merasakan membayangkan ketika Anda mati, tapi Anda tidak bisa merasakan
dan
membayangkan bahwa Anda tidak Ada". Yah..., saya yakin tidak ada
yang akan bisa merasakan dan membayangkan
bahwa dirinya tidak ada
(bukan mati), kosong dan sama sekali tidak ada. Saya memang akan mati
(dan kalian semua)
tapi saya akan tetap Ada.
Saya banyak
belajar pengetahuan agama, baik Islam, Kristen, Katolik, Budha, Hindu,
dan Konghucu. Dan
saya banyak belajar tentang psikologi dan motivasi
dari tokoh-tokoh terkenal dalam dan luar negeri. Dan
itu banyak
membantu saya dalam menemukan pola kehidupan. Jadi sekarang saya amat
terbiasa menjadi
Atheis (saya Atheis ber-Tuhan), dan lebih merasakan
kebebasan MENERIMA berbagai macam ilmu tanpa
di block oleh frame
suatu Agama. Hidup ini lebih indah dan seru!.
Sory OOT dikit..
(bisa di hapus oleh pak Admin jika tidak berkenan)
Banyak yang
berfikiran negatif tentang Atheis, jikalau teman-teman mau mengatahui
Atheis lebih dalam
(terutama yang melihat secara negatif) Atheis ada
bermacam-macam; 1) Yang kecewa dengan Agama-nya,
biasanya akan
menjelek-jelekan mantan agamanya itu. 2) Yang sadar akan pengetahuan
yang dia tahu
tentang agama (biasanya akan menghormati semua agama),
dan lain sebagainya.
Mengapa saya memilih Atheis dan tidak
memilih salah satu agama yang ada di dunia? Karena menurut saya
semua
agama punya kelemahan dan kelebihannya masing-masing (menurut saya loh,
no offence).
Di seluruh dunia semua agama itu sangat sensitif,
jikalau semua mau terbuka dan berdiskusi tentang agama-nya
masing-masing
dari semua lapisan, maka akan lebih menarik dan terlihat ada sebuah
MENTAL BLOCK yang di
bangun oleh sebuah agama. Sekali lagi tidak ada
maksud menyinggung, hanya pendapat pribadi.
Terima kasih sudah
membaca...... Salam......