Dua orang ulama ternama di Mesir, membuat kontroversi baru lewat fatwanya yang membenarkan pembunuhan terhadap tokoh oposisi dan penerapan kekerasan seksual. Pernyataan ulama itu langsung dikecam oleh kantor Presiden Mesir.
KAIRO - Salah seorang ulama garis keras Mesir
berceramah di stasiun televisi lokal dan mengutarakan justifikasi atas
kekerasan seksual terhadap perempuan. Aparat keamanan Mesir langsung
meningkatkan kewaspadaannya.
Dua orang ulama ternama di Mesir, membuat
kontroversi baru lewat fatwanya yang membenarkan pembunuhan terhadap
tokoh oposisi dan penerapan kekerasan seksual. Pernyataan ulama itu
langsung dikecam oleh kantor Presiden Mesir.
Perdana Menteri Hisham Qandil juga menyebut
fatwa itu sebagai hasutan dan gangguan. Ucapan-ucapan itu juga dianggap
sangat tidak Islami.
Aparat keamanan Mesir langsung meningkatkan
kewaspadaannya usai fatwa kontroversial itu muncul. Mereka mulai
mengawasi rumah-rumah pejabat fraksi oposisi seperti halnya, Mohammed
Elbaredei, karena Pemerintah Mesir khawatir akan terjadi pembunuhan
terhadap politisi itu. Demikian, seperti diberitakan Associated Press,
Jumat (8/2/2013).
Sejauh ini, Mesir cukup berpengalaman dengan
adanya pembunuhan terhadap para pejabat dan penulis-penulis, usai
beberapa ulama mengeluarkan fatwanya. Selain Baredei, beberapa pimpinan
oposisi Hamdeen Sabahi juga diawasi polisi.
Oposisi Mesir sudah lama dituduh mencoba
menggulingkan Presiden Mohamed Morsi yang tak lain adalah presiden
pertama Mesir yang terpilih secara demokratis. Protes menentang Morsi
telah berubah menjadi bentrokan berdarah di sejumlah wilayah Mesir.
Pada saat yang sama, kaki tangan Husni Mubarak
dibebaskan dari penjara. Penyelidikan atas kasus korupsinya juga
ditunda. Pria itu adalah mantan Ketua Parlemen Mesir Safwat el-Sharif.