Pages

Sabtu, 23 Maret 2013

sungguh "MENGEJUTKAN" TERNYATA "Ketertundukan Muhammad Terhadap Kuasa Syaitan"


Mari kita Baca-Baca Surah 113 dan 114, masing-masing terdiri dari 5 dan 6 ayat:

1. Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan (yang menguasai) subuh,

2. dari kejahatan makhluk-Nya,

3. dan dari

kejahatan malam apabila telah gelap gulita,

4. dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul (ikatan/ simpul).

5. dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki.”

1. Katakanlah: “Aku berlidung kepada Tuhan manusia.

2. Raja manusia.

3. Sembahan manusia.

4. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi,

5. yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia,

6. dari jin dan manusia.

CATATAN KAKI resmi dalam Terjemah Al-Quran (Digital) untuk Surat 113:1 adalah sbb:

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Rasulullah saw. pernah sakit yang agak parah, sehingga datanglah kepadanya dua malaikat, yang satu duduk di sebelah kepalanya dan yang satu lagi duduk di sebelah kakinya.

Berkatalah malaikat yang berada di sebelah kakinya kepada malaikat yang berada di sebelah kepalanya:
“Apa yang engkau lihat?”

Ia berkata: “Dia kena guna-guna.”

“Apa guna-guna itu?”

“Guna-guna itu sihir.”

“Siapa yang membuat sihirnya?”

Ia menjawab: “Labid bin al-A’syam Alyahudi yang sihirnya berupa gulungan yang disimpan di sumur keluarga Si Anu di bawah sebuah batu besar.

Datanglah ke sumur itu, timbalah airnya dan angkat batunya kemudian ambillah gulungannya dan bakarlah.”

Pada pagi hari Rasulullah saw. mengutus Ammar bin Yasir dengan kawan- kawannya. Setibanya di sumur itu tampaklah airnya yang merah seperti pacar.

Air itu ditimbanya dan diangkat batunya serta dikeluarkan gulungan itu ada tali yang terdiri atas sebelas simpul.

Kedua surat ini (S.113 dan 114) turun berkenaan dengan peristiwa itu.

Setiap kali Rasulullah saw. mengucapkan satu ayat terbukalah simpulnya.

(Diriwayatkan oleh al-Baihaqi di dalam kitab Halaílun Nubuwah dari al-Kalbi dari Abi Shalih yang bersumber dari Ibnu Abbas.)

* Sayang keterangan dalam Catatan Kaki diatas itu lemah, dan tidak cukup menerangkan apa-apa yang paling esensi, sepertinya ada sesuatu yang disembunyikan.

Al-Baidawi berkata, istilah “dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul (ikatan/ simpul)” menunjuk pada para dukun yang mengikatkan simpul-simpul pada tali tali, lalu meniupnya.

Kata kerja nafatha berarti “meniup dengan air liur”. Ini secara khusus diungkapkan karena ada seorang Yahudi yang mengirim mantera kepada sang Nabi dengan sebelas simpul ikatan, yang diikat pada seutas tali dan menyembunyikannya didalam sumur. Maka Nabi pun jatuh sakit, sehingga kemudian Surah Al Falaq 113 dan An Naas 114 diturunkan.”

Dalam Al-Sira al-nabawiya al-malkiya (hlm. 200) terbaca:

Diceritakan bahwa Labid Ibnu al-A’sam, seorang Yahudi menyihir/ memanterai Nabi. Sehingga Nabi seolah merasa telah melakukan sesuatu hal, padahal dia tidak melakukannya. Semua ini diluar hubungannya dengan wahyu, atau hal makan, minum atau berhubungan seks dengan perempuan.

Nabi (yang tersihir mantera itu) berada dalam kondisi seperti itu selama setahun atau setengah tahun, hingga Jibril datang dan menceritakan padanya tentang mantera tersebut serta mengungkapkan tempat dimana mantera itu disembunyikan. Oleh karenanya Nabi mengutus seseorang yang membawa mantera tersebut dan melepaskan simpulnya. Maka kuasa gaib yg meliputi Muhammad itupun hancurlah.

Kemudian Jibril melemparkan mantera demi untuk melindunginya dari hal gaib. (Kisah yang sama diceritakan dalam al-‘Iqd al-Farid dan Bukhari.)

TANGGAPAN KITA: Bagaimana Muhammad dapat menjadi nabi namun tunduk terhadap kuasa setan?

Pada suatu masa dia kehilangan akal sehat & kemudian dia menerima ayat setan, seperti yang terdapat dalam Surah Al Najm 53!

Karenanya musuh2nya menuduhnya sudah gila.

Dia mencoba menolak tuduhan ini dalam banyak ayat, seperti misalnya:

“Nuun; Demi pena dan apa-apa yang mereka tulis, tiadalah engkau (Muhammad) menjadi gila dengan rahmat Tuhanmu…Dan sesungguhnya orang-orang kafir itu hampir menggelincirkanmu dengan pandangan mereka, tatkala mereka mendengarkan pengajaran (Al Qur’an) dan mereka berkata, ‘Sesungguhnya dia (Muhammad) adalah seorang gila’”
(Surah Al Qalam 68:1, 2, 51).

Betapa berbedanya dia dengan Nabi Musa yang berhasil mengalahkan semua dukun di Mesir!

Betapa berbeda jauhnya dia dgn Kristus yang mengusir iblis dan membangkitkan orang mati. Bahkan hanya dgn sepatah kata:

“…banyak orang yang kerasukan setan dan dengan sepatah kata Yesus mengusir roh-roh itu dan menyembuhkan orang-orang yang menderita sakit”
(Matius 8:16).

Jika benar Jibril dapat menetralkan ilmu gaib dan menyembuhkannya, mengapa dia sengaja membiarkan Muhammad selama lebih dari enam bulan dalam keadaan “setengah gila”?

Bagaimana mungkin seorang manusia seperti itu dipercayai sebagai mediator wahyu?

Bukankah itu alasannya mengapa tuhannya berkata, “Kami akan membacakan kepadamu (Al Qur’an) maka engkau tidak akan lupa”
(Surah Al A’laa 87:6)?

CATATAN KITA:

Kedua Surah terakhir dari Quran ini memberitahukan dimana kelemahan Muhammad yang tidak seharusnya. Setiap nabi mengalahkan syaitan, tidak takut dengan syaitan, apalagi kemasukan kuasa syaitan!

Itulah bukti terbesar tentang keshahihan seorang nabi yang tak bisa disembunyikan. Muhammad tidak berdaya dan hanya dapat melakukan dua hal terhadap setan, yang mana juga dapat dilakukan oleh setiap orang manapun lainnya. Menghadapi roh jahat dan setan.

Muhammad minta perlindungan Allah, namun tak mampu mengusirnya. Dia malahan kecolongan dengan ayat-ayat setan (Surah 53:19-22).

Dan ini di-konfirmasikan dalam Hadis Sahih Bukhari 6:60:385, dalam periwayatan Ibn.Abbas.

Juga Sirat Ibn Ishak p.165-167; juga Al Tabari VI:107ff, yang diakhiri oleh penegasan Quran sendiri bahwa memang Nabi sempat kecolongan
(Sura 22:52-53).

Celakanya, Muhammad tidak menyadarinya sehingga ditegur oleh Allah.

Dan sebagai tindakan pelipur lara akan ketidak-berdayaannya, maka Muhammad malahan mengadopsi aksi lempar jumrah (lempar batu) meniru paganisme-nya orang-orang Arab pra-Islam, yaitu melempari setan-setan tersebut disetiap upacara Haji.

Yang mana malahan sering berbalik menjadi ajang kematian bagi sekelompok pelemparnya…