berperang bagi Hitler. Mereka melakukannya karena alasan yang
dijejali Hitler pada mereka.
Dr. Sam Vaknin menulis: “Orang narsisis memakai apa saja yang bisa
mereka ambil dalam
usaha mendapatkan suplai narsisistik mereka. Jika Tuhan,
kepercayaan, gereja, iman, dan
agama yang resmi dapat memberi mereka suplai narsisis ini, mereka
akan menjadi taat.
Mereka akan meninggalkan
agama jika hal itu tidak memberi mereka
suplai ini.” [9]
[9]
healthyplace.com/Communities/Personality_Disorders/Site/Transcripts/narcissism.htm
Islam adalah sebuah alat utk mendominasi. Setelah Muhammad, orang2
lain memakai cult
(aliran kepercayaan sesat)-nya utk tujuan yang persis sama. Para
muslim menjadi boneka
ditangan para pemimpin mereka yang menyebut2 nama islam.
Mirza Malkam Khan, (1831-1908) pria Armenia yang masuk islam dan
bersama dengan
Jamaleddin Afghani meluncurkan ide sebuah “Islamic Renaissance”
(An-Nahda/Kebangunan
kembali islam), punya sebuah slogan sinis yang tak ada
tandingannya: “Katakan pada para
muslim apa saja yang berasal dari Quran, dan mereka akan bersedia
mati bagimu.”
Orang Narsisis Ingin Meninggalkan Warisan
diterjemahkan oleh: pod-rock
Menjelang matinya, Muhammad meminta para pengikutnya agar jangan
diam saja, dan
memaksa mereka terus mendesak dan meneruskan jihad utk menaklukan.
Genghis Khan
memberikan perintah yang sama pada anaknya ketika menjelang
kematian. Dia bilang dia
ingin menaklukan dunia, tapi karena dia tidak bisa melakukannya
lagi, merekalah yang harus
memenuhi mimpinya. Orang mongol saat itu, seperti para muslim,
adalah para penteror. Bagi
orang narsisis, yang penting adalah menang. Mereka tidak punya
hati nurani. Bagi mereka,
nyawa manusia itu murah.
Ditahun 1940, Hitler diumur 51 th, menyadari adanya tremor
ditangan kirinya. Dia biasa
menyembunyikannya dengan memasukan tangan kiri kesaku bajunya,
dengan memegang
benda, atau dengan mengepalkan tangan kiri ketangan kanannya.
Ketika penyakit itu
bertambah parah, dia menjauh dari khalayak ramai. Dia sadar
kematiannya sudah dekat. Dia
menjadi makin tegas, melancarkan serangan2nya dengan pengertian
baru yang seakan diburu
waktu, tahu bahwa dia berpacu dengan waktu. Orang narsisis selalu
ingin meninggalkan
warisan.
56
Salah sekali jika berpikir islam sebagai sebuah
agama. Aspek spiritual atau
religius dari
Islam diciptakan belakangan oleh filsuf2 muslim dan mistik2 yang
memberi tafsir esoterik
pada perkataan2 yg dangkal dari Muhammad. Para pengikutnya
membentuk agama sesuai
dengan keinginan mereka, dan seiring berlalunya waktu, tafsir2 itu
mewarisi segel antik dan
dg demikian juga kredibilitas.
Jika islam adalah sebuah agama, maka begitu juga
dengan nazisme, komunisme,
satanisme, Heaven’s Gate, People’s Temple,
Branch Davidian, dll. Jika
kita memikirkan
agama sebagai sebuah filosofi kehidupan utk mengajarkan, utk
mengeluarkan potensi manusia,
utk mengangkat jiwa, utk merangsang secara spiritual, utk menyatukan
hati dan mencerahkan
umat manusia, maka islam pastinya gagal uji2 tsb sepenuhnya, dan
dengan demikian Islam
adalah, memakai ukuran ini, tidak seharusnya, tidak bisa dianggap
sebagai sebuah agama.
Orang Narsisis ingin jadi Tuhan
diterjemahkan oleh: pod-rock
Bagi orang narsisis, yang paling penting adalah kekuasaan. Dia ingin dihormati, dikenal, dan
tidak diabaikan. Orang narsisis adalah orang yang kesepian, tidak
merasa aman dan merasa
malu. Hasrat terbesar mereka adalah utk memuaskan kebutuhan mereka
akan rasa hormat dan
perhatian yang mereka terima sebagai penyampai dari pesan2 yang
mulia. Pesannya itu
sendiri tidaklah penting. Pesan itu hanya alasan saja. Orang
narsisis menciptakan tuhan2
khayalan dan pesan2 palsu yang menempatkan diri mereka sendiri
sebagai wakil resmi dari
pesan2 tsb. Semakin mereka mengagungkan tuhan palsu mereka,
semakin besar kekuasaan
yang mereka dapatkan bagi mereka.
Allah bagi Muhammad adalah sebuah alat yang nyaman utk
memanipulasi orang. Melalui dia,
dia bisa mendapat wewenang tak terbatas terhadap para pengikutnya.
Dia menjadi tuan atas
nyawa mereka. Hanya ada satu tuhan, maha kuasa, ditakuti, juga
murah hati dan pengampun,
dan dia, Muhammad, adalah satu-satunya yang menjadi penghubung
antara Dia dan manusia.
Ini membuat Muhammad menjadi wakil Allah. Meski kepatuhan
seharusnya untuk Allah
turun kepada dia, dalam kenyataannya, selalu Muhammad dan setiap
tingkahnyalah yang
berharap utk dipuaskan oleh para pengikutnya. Dr. Vaknin
menjelaskan:
Menjadi Tuhan adalah yang paling diinginkan oleh seorang Narsisis:
maha kuasa, maha tahu,
ada dimana-mana, dipuja, dibicarakan, dan membangkitkan rasa
hormat. Menjadi Tuhan
adalah mimpi basahnya orang narsisis, khayalan terhebatnya. Tapi
Tuhan berguna dalam
banyak hal juga.
Narsisis berubah2, mengidealkan dan meremehkan figur otoritas.
Dalam fase idealisasi, dia berusaha menyamai mereka, dia mengagumi
mereka, meniru
mereka (sering secara menggelikan), dan membela mereka. Mereka
tidak bisa salah atau
boleh salah. Orang narsisis menganggap mereka lebih besar dari
hidup itu sendiri, sempurna,
lengkap dan brilian. Tapi ketika harapan2 sang narsisis yang tidak
realistis dan kempes
menghadapi kegagalan, dia mulai meremehkan bekas idolanya itu.
Sekarang mereka menjadi “manusia” (bagi sang narsisis ini adalah
sebuah hal yang hina).
Mereka makhluk kecil, rapuh, mudah salah, penakut, kejam, bodoh
dan biasa-biasa saja. Sang
narsisis menjalani siklus yang sama dalam hubungannya dengan
Tuhan, figur otoritas
tauladannya.
57
Tapi seirng, bahkan ketika kekecewaan dan keputus asaan tentang
penyembahan muncul, -
sang narsisis terus berpura-pura cinta pada Tuhan dan masih
mentaatiNya. Sang narsisis
mempertahankan penipuan ini karena posisinya sebagai wakil tuhan
membuat dia punya
wewenang. Para pendeta, pemimpin jemaah, pengkhotbah, penginjil,
aliran pemuja, politisi,
kaum intelektual, semua memperoleh wewenang dari yang katanya
‘hubungan khusus mereka
dengan Tuhan’.
Otoritas religius membuat sang narsisis menuruti keinginan
sadisnya dan utk menjalankan
misogyny (kebenciannya terhadap wanita) secara terbuka dan bebas…
Sang Narsisis, yang
sumber berwenangnya adalah religius, mencari para budak yang patuh
dan tidak banyak tanya
yg mana kemudian dia jalankan keahlian tipu dan keinginannya itu
pada mereka. Sang
narsisis bahkan bisa mengubah sentimen religius murni dan tidak
berbahaya menjadi sebuah
ritual pemujaan dan hirarki yang berbahaya. Dia memangsa orang2
yang mudah dibujuk. Para
pengikutnya sekaligus jadi sanderanya.
Otoritas religius juga mengamankan ‘Suplai narsisistik’ sang
narsisis. Para pengikutnya,
anggota jemaahnya, para pemilihnya, para pendengarnya – semua
diubah menjadi Sumber
Suplai Narsisistik yang setia dan stabil. Mereka mematuhi
perintah2nya, memperhatikan
tegurannya, mengikuti syahadatnya, mengagumi pribadinya, memuji
sifat2nya, memuaskan
kebutuhannya (kadang bahkan kebutuhan seksualnya), memuja dan
mengidolakannya.
Selain itu, menjadi bagian dari “Hal yang Lebih Besar” sangat
memberi kepuasan secara
narsisistikal. Menjadi partikel tuhan, menjadi satu dengan
keagungannnya, mengalami sendiri
kekuasaan dan berkatnya langsung, hidup bersama dia – semuanya
adalah Sumber Suplai
Narsisistik yang tak ada habisnya. Sang narsisis menjadi Tuhan
dengan memperhatikan
perintah2Nya, mengikuti Instruksi2Nya, mencintaiNya, mematuhiNya,
mengalah padaNya,
menyatu denganNya, berkomunikasi padaNya – atau bahkaan dengan
menantangNya
(semakin besar musuh sang narsisis – semakin merasa lebih
pentinglah sang narsisis).
Seperti juga hal lain dalam kehidupan sang narsisis, dia mengubah
tuhan menjadi semacam
kebalikan dari si narsisis. Tuhan menjadi sumber suplainya yang
dominan. Dia bentuk
hubungan pribadi dengan entitas lebih kuasa dan lebih melimpah ini
– utk melimpahi dan
menguasai yang lain. Dia menjadi tuhan itu sendiri, dengan menjadi
wakilNya. Dia
mengidealkan tuhan lalu meremahkan Dia, kemudian menganiayaNya.
Ini adalah sebuah pola
narsisistik yg klasik dan bahkan tuhan sendiri tidak akan bisa
lolos dari hal ini. [10]
[10] http://samvak.tripod.com/journal45.html
Orang narsisis tidak secara langsung mempromosikan diri mereka
sendiri. Mereka
bersembunyi dibelakang lapisan kesederhanaan, sementara mereka
mengangkat tuhan mereka,
ideologi, pesan atau agama, yang dalam kenyataannya adalah alter
ego dia sendiri. Mereka
mungkin menyebut mereka sendiri sebagai ‘Cuma utusan’, sederhana,
rendah hari, tanpa
penonjolan diri, dari tuhan yang maha kuasa, atau pesan yang
sangat berpengaruh, tapi
mereka bikin sangat jelas bahwa mereka sajalah yang tahu pesan2nya
dan sangat tidak toleran
dan tanpa maaf bagi orang yang ingkar dan melawan.
Orang narsisis sangat kejam, tapi tidak bodoh. Mereka sangat sadar
akan rasa sakit yang
mereka sebabkan. Mereka menikmasi sensasi kuasa yang mereka
dapatkan dengan menyakiti
orang lain. Mereka menikmati jadi tuhan – menentukan siapa yang
diberi hadiah dan siapa
yang dihukum – siapa yang hidup siapa yang mati. Narsisisme
Patologis menjelaskan segala
hal yang ada dalam diri Muhammad – kekejamannya, pengakuan maha
hebatnya, kelakuan
murah hatinya yang dilakukan utk membuat terkesan mereka yang
takluk padanya dan dengan
58
demikian membangun superioritas dia, keyakinan dirinya, juga
pribadi karismatik dan
keranjingannya.
Apa Penyebab Narsisisme?
diterjemahkan: pod-rock
Pertanda dari seorang narsisis adalah berkembangnya penyakit
superioritas sebagai respon
akan perasaan rendah diri. Hal ini melibatkan pembesar-besaran
prestasi seseorang dan
merendahkan orang lain yang dianggap ancaman bagi sang narsisis.
Kesalahan asuh orang tua menjadi penyebab terbesar adanya penyakit
narsisistik ini dalam
seorang anak. Contohnya, orang tua yang serba membolehkan yang
memberi pujian berlebihlebihan
pada sang anak, terlalu menurutkan dan memanjakan sang anak, gagal
menerapkan
disiplin, dan mengidealisasi si anak menjadi faktor2nya. Hasilnya,
sang narsisis secara umum
merasa tidak siap utk masa dewasa, setelah dibesarkan dalam
pandangan hidup yang tidak
realistik. Sebaliknya, seorang anak yang tidak menerima dukungan
dan dorongan yang cukup
bisa juga mengidap penyakit narsisistik.
Kita tahu bahwa Muhammad ketika bayi diberikan dan dibesarkan oleh
orang lain. Apakah
ibunya tidak tertarik padanya? Kenapa dia tidak pernah berdoa
dikubur ibunya sampai dia
sudah berumur 60 tahun lebih juga? Apakah dia masih benci pada
ibunya?
Halima tidak mau mengurus bayi Muhammad karena dia adalah anak
yatim dari seorang
janda miskin dan penghasilan dia kecil. Apa ini mempengaruhi cara
dia atau keluarga
memperlakukan Muhammad? Anak2 bisa sangat kejam. Menjadi anak
yatim dijaman itu
adalah sebuah aib, seperti juga sekarang masih menjadi aib
dinegara2 islam. Kondisi masa
kecil Muhammad tidak kondusif utk membentuk rasa menghargai diri
sendiri yang sehat.
Jon Mardi Horowitz, penulis dari Stress Response Syndromes,menjelaskan:
“Ketika kepuasan
narsisistik yg jadi kebiasaan karena seringnya dipuji, diberikan
perlakuan khusus dan
mengagumi diri sendiri terancam, hasilnya mungkin adalah
depresi, sedih tanpa alasan,
gelisah, malu, merusak diri sendiri atau kemarahan yang
diarahkan pada orang yang bisa jadi
sasaran kesalahan atas situasi tsb. Anak2 bisa belajar utk
menghindari kondisi emosi
menyakitkan ini dengan belajar memproses informasi narsisistik
ini.” [11]
[11] Jon Mardi Horowitz – “Stress Response Syndromes: PTSD, Grief,
and Adjustment Disorders”, Third
Edition
Muhammad, tentunya, punya masa kecil yang sulit. Dalam surat 93
atau 3-8, (dikutip pada
awal bab satu buku ini) dia dengan halus mengingat masa yatimnya
yang penuh kesepian dan
meyakinkan dirinya bahwa Allah akan baik padanya dan tidak akan meninggalkan
dia. Ini
menunjukkan betapa ingatan akan masa kecil yang banyak itu
menyakitkannya. Fakta bahwa
Muhammad menciptakan dunia khayalan utk lepas dari kenyataan,
begitu hidup khayalan itu
hingga menakuti orang tua angkatnya, adalah petunjuk lain bahwa
masa kecilnya tidaklah
menyenangkan sama sekali. Muhammad mungkin tidak ingat rincian apa
yang terjadi pada
tahun pertama kehidupannya, tapi jelas dia mendapat luka
psikologis sepanjang hidupnya.
Bagi dia, dunia khayalan yang dia ciptakan itu nyata. Menjadi
pengungsian yang aman
baginya, sebuah tempat menyenangkan utk mengundurkan diri dan
lepas dari kenyataan.
Dalam dunia khayalannya, dia bisa dicintai, dihormati, dikagumi,
berkuasa, penting dan
bahkan ditakuti. Dia bisa menjadi apapun yang dia inginkan dan
mengimbangi kekurang
perhatian yang dia dapatkan dari dunia diluarnya.
59
Menurut Vaknin, “penyebab
yang sebenarnya dari Narsisisme tidak sepenuhnya dimengerti
tapi jelas dimulai dari awal masa kecil (sebelum umur 5 tahun).
Hal itu dipercaya disebabkan
oleh kegagalan yang berulang-ulang dan serius pada pihak Objek
Primer sang anak (orang tua
atau pengasuh). Orang Narsisis dewasa sering berasal dari rumah
tangga dimana salah
seorang atau kedua orang tuanya mengabaikan dia atau menganiaya
sang anak… SEMUA
anak (sehat atau tidak) ketika mereka tidak diijinkan utk
melakukan sesuatu oleh orang tuanya
kadang akan memasuki kondisi narsisistik dimana mereka melihat
diri mereka sendiri dan
bertindak seakan mereka begitu berkuasa/sangat kuat. Ini alamiah
dan sehat karena hal ini
membuat kepercayaan diri pada sang anak utk berkaca dari
penolakan orang tua." [12]
[12] www.faqfarm.com/Q/Can_you_be_responsibl
... narcissism
Anak2 yang diabaikan menyerap sebuah perasaan kekurangan. Mereka
jadi percaya bahwa
mereka itu tidak pantas diperhatikan dan dicintai. Sebagai reaksi
terhadap hal itu, mereka
cenderung membela ego mereka dengan membanggakan diri secara
berlebihan. Mereka
melihat kelemahan diri mereka dan merasa bahwa jika orang lain
melihat hal itu, mereka tidak
akan dicintai, dikagumi dan dihormati. Jadi mereka berbohong dan
menciptakan kisah2
fantastik, menyombongkan diri mereka sendiri, betapa penting diri
mereka. Kekuatan khayal
mereka sering berasal dari sumber diluar diri mereka. Bisa ayah
mereka atau teman yang kuat.
Narsisisme jenis ini pada anak2 adalah dormal, tapi jika mereka
mempertahankan pemikiran
ini hingga mereka dewasa, hal itu akan berkembang menjadi penyakit
narsisistic personality.
Pada Muhammad, sumber kekuatan luarnya tidak lain adalah Allah,
yang paling kuat, paling
ditakuti dan maha kuasa. Dengan menghubungkan dirinya dengan Allah
dan menyajikan
dirinya sebagai perantara tunggal, dia mendapatkan kuasa Allah itu
sendiri.
Setelah kematian ibunya, ketika Muhammad berumur enam tahun, dia
ada dibawah didikan
dari kakeknya yang sudah tua, yang memanjakan dia. Dalam beberapa
hadits ditunjukkan,
Abdul Muttalib terlalu penurut dan selalu membolehkan cucu
yatimnya itu. Muhammad kecil
akan duduk pada tikar sebelah sang kakek sementara paman2nya
mengelilingi mereka.
Pengakuannya bahwa Abdul Muttalib bilang pada pamannya Abu Talib,
“Biarkan dia karena
dia punya nasib yang besar, dan akan menjadi pewaris sebuah
kerajaan,” atau bilang pada
perawatnya, “Berhati-hatilah jangan sampai dia jatuh ketangan
orang yahudi atau kristen,
karena mereka mencari-cari dia dan bermaksud melukainya!”,
jelas-jelas hanya isapan
jempolnya belaka. Itu semua adalah kebohongan yang dia karang dan
mungkin juga jadi
dipercayainya. Ini adalah ciri khas khayalan seorang narsisis,
yang berpikir bahwa diri mereka
begitu pentingnya hingga mereka percaya orang lain memburu utk
melukainya karena
cemburu. Meskipun demikian, jelas bahwa Abdul Muttalib membuat
Muhammad merasa
spesial. Dia manjakan dan cintai cucu yatimnya itu. Sang kakek
memanjakannya karena
kasihan. Tapi, Muhammad menafsirkan perhatian ekstra ini sebagai
konfirmasi dari anganangan
maha hebatnya. Bayangan yang dia ciptakan mengenai dirinya sendiri
dalam sebuah
dunia fantasi dimasa kecil dengan demikian diperparah oleh
pemanjaan berlebihan dari
kakeknya. Dia seakan lebih dipastikan lagi sebagai orang spesial,
unik dan luar biasa.
Setelah kematian Abdul Muttalib, pamannya yang baik hati yakni Abu
Talib, juga
memperlakukannya berbeda dari yang lain. Statusnya sebagai yatim,
tanpa orang tua atau
saudara, mengundang rasa simpati. Baik kakek maupun pamannya
terlalu memanjakan dan
menurut pada dia. Mereka gagal menerapkan disiplin yang cukup
padanya. Semua keluar
biasaan ini menyumbang pada perkembangan pribadi narsisistiknya.
Pakar psikologi J. D.
Levine dan Rona H. Weiss menulis:
Seperti kita ketahui, dari sudut pandang fisiologi, bahwa
seorang anak perlu diberi makanan
secukupnya, yang dia perlukan utk melindungi dari temperatur yg
ekstreme, dan bahwa
60
atmosfir yang dia hirup harus berisi oksigen yang cukup, jika
tubuhnya mau menjadi kuat dan
ulet, jadi kita juga tahu, dari sudut pandang psikologi yang
lebih dalam, bahwa dia
memerlukan suasana yang empatik, khususnya, sebuah suasana yg
menjawab (a) kebutuhan
agar keberadaannya diakui dalam semangat kesenangan orang tuanya
dan (b) kebutuhan utk
bersatu kedalam ketenangan yang meyakinkan dari orang dewasa yg
lebih kuat, jika dia
dirinya mau menjadi teguh dan ulet. [13]
[13] J. D. Levine and Rona H. Weiss. The Dynamics and Treatment of
Alcoholism. Jason Aronson, 1994
Muhammad mendapat pengalaman diabaikan dan disia-siakan pada enam
tahun pertama
kehidupannya, dan pemanjaan yang berlebihan setelah itu. Keadaan
dia ini dg demikian
membuatnya matang dan kondusif utk menjadi seorang narsisis.
Muhammad tidak pernah membicarakan ibunya. Jika dia pernah
membicarakannya, pastilah
ada tercatat dalam hadits. Dia kunjungi makam ibunya setelah
menaklukan Mekah, tapi dia
menolak utk berdoa baginya. Apa tujuan dari kunjungannya itu?
Mungkin ini adalah usaha
utk memulihkan nama baiknya, sebuah cara utk membuktikan pada
ibunya bahwa meski dia
disia-siakan, dia telah berhasil. Dilain pihak dia ingat kakeknya,
yang menghujaninya dengan
cinta dan memberinya kelimpahan pujian bagi jiwa narsisisnya,
dengan penuh sayang.
Para psikologis mengatakan pada kita bahwa lima tahun pertama
kehidupan seorang anaklah
yang membentuknya atau merusaknya. Kebutuhan emosional Muhammad
dimasa lima tahun
pertama kehidupannya tidak dipenuhi. Dia membawa kenangan
menyakitkan akan tahun2
kesepian karena diabaikan dan disia-siakan kedalam masa dewasa dan
masa tua. Dia tumbuh
dengan kegelisahan dan punya rasa pengertian terhadap dirinya
sendiri yang berfluktuasi,
sebuah kelemahan yang dia coba sembunyikan dengan melebih2kan
kesombongan lewat
pertumbuhan rasa punya hak, keagungan, kekurangan empati dan ilusi
superioritas.
Muhammad memilih tuhan sebagai pasangannya. Sekutu khayalannya ini
maha kuasa dan
maha kuat. Ini membuat dirinya kuat tanpa batas. Dia satu-satunya
yg punya akses langsung
ke Allah dan dialah satu-satunya penguasa dibumi. Agar yakin tak
seorangpun merampas
posisinya, dia juga mengklaim sebagai nabi terakhir. Kekuasaannya,
dg demikian, menjadi
mutlak dan kekal.
Pengaruh Khadijah terhadap Muhammad
diterjemahkan oleh: pod-rock
Peran Khadijah dalam islam belum sepenuhnya dihargai. Pengaruhnya
pada Muhammad tidak
dapat ditekankan secara berlebihan. Khadijah harusnya dianggap
sebagai partnernya
Muhammad dalam kelahiran Islam. Tanpa dia, mungkin, Islam tidak
akan pernah ada.
Kita tahu bahwa Khadijah memuja suami mudanya. Tidak ada laporan
bahwa Muhammad
pernah bekerja setelah menikahi Khadijah. Setelah pernikahan,
bisnis Khadijah kelihatannya
menurun tajam. Ketika dia meninggal, keluarganya menjadi melarat.
Muhammad tidak mengurus anak-anaknya juga. Ditolak oleh dunia
nyata, dia habiskan
waktunya sendiri dalam gua2, mengundurkan diri kedunia khayalan
dan renungan. Kadang
dia membawa makanan utk berhari-hari, kembali hanya ketika makanan
sudah habis. Lalu dia
akan menuju kekota, mengambil bekal lagi dan kembali.
61
Khadijah tinggal dirumah mengurus kesepuluh anak dia sendirian.
Tapi dia tidak mengeluh.
Dia tidak saja mengurus anak2nya dan rumah tapi juga suami
mudanya, yang bertingkah laku
seperti anak kecil yang tidak bertanggung jawab. Tapi Khadijah
senang berkorban. Kenapa?
Ini adalah pertanyaan yang penting. Jawabannya adalah bahwa
Khadijah sendiri punya
kelainan pribadi. Dia punya penyakit yang jaman kita sekarang
disebut co-dependent
(ketergantungan). Pengetahuan ini akan menolong kita utk mengerti
kenapa dia berdiri
disamping suaminya dan mendorong dia melanjutkan karir
kenabiannya.
The National Mental Health Association (NMHA) mendefinisikan
co-dependency sebagai:
“Kelakuan yang dipelajari yang bisa diturunkan dari satu generasi
ke generasi lain. Hal ini
adalah sebuah kondisi perangai dan emosi yang mempengaruhi
kemampuan seorang individu
utk mendapat hubungan yang memuaskan kedua belah pihak dan
sehat. Juga dikenal sebagai
“relationship addiction” (ketagihan hubungan) karena orang
dengan co-dependency sering
membentuk atau mempertahankan hubungan yang satu pihak saja,
yang secara emosional
merusak dan/atau menghina. Penyakit ini pertama diidentifikasi
sekitar 10 tahun lalu dari
hasil bertahun2 mempelajari hubungan2 antar manusia dalam
keluarga alkoholik. Kelakuan
Co-dependent dipelajari dengan mengamati dan meniru anggota
keluarga lain yang
menunjukkan kelakuan tipe ini.” [14]
[14] http://www.nmha.org/infoctr/factsheets/43.cfm
Khadijah adalah seorang wanita yang menarik. Dia anak perempuan
favorit dari ayahnya
Khuwaylid. Malah Khuwaylid bergantung padanya, melebihi
ketergantungan terhadap anak
laki-lakinya. Khadijah adalah “anak sang ayah.” Dia telah menolak
tawaran orang2 kuat di
Mekah. Tapi ketika dia melihat anak muda ini yang tak dimiliki
siapapun, Muhammad yang
butuh uang, dia jatuh cinta padanya dan mengirim pembantu utk
memintanya melamar dia.
Pada permukaan kelihatannya bahwa Muhammad punya pribadi yang
memikat yang
membuat wanita berkuasa terpukau. Ini, betapapun, adalah sebuah
pengertian yang dangkal
mengenai dinamika kompleks.
Tabari menulis: “Khadijah
mengirim pesan pada Muhammad, mengundangnya utk
mengambil dia. Dia memanggil ayah utk datang kerumahnya,
memberinya arak hingga
mabuk, memberi parfum, memakaikan pakaian pesta padanya dan lalu
memotong seekor sapi.
Lalu dia undang Muhammad dan pamannya. Ketika mereka datang,
ayahnya menikahkan
Muhammad dengannya. Ketika dia sadar dari mabuknya, dia berkata
“daging apa ini, parfum
ini dan pakaian ini?” Dia menjawab, “kau telah menikahkanku pada
Muhammad bin
Abdullah”. “Aku tidak melakukan itu,” katanya. “Akankah
kulakukan ini ketika orang2
terhebat di Mekah memintamu dan aku tidak setuju, kenapa aku
berikan kau pada seorang
gelandangan?” [15]
[15] Persian Tabari v. 3 p.832
Pihak Muhammad menjawab dengan marah bahwa persekutuan ini telah
diatur oleh anak
perempuannya sendiri. Orang tua itu marah dan menarik pedang dan
kerabat Muhammad juga
menarik pedang mereka. Darah akan mengalir jika saja Khadijah
tidak menyatakan cintanya
pada Muhammad agar diketahui banyak orang dan mengaku telah
mengatur semua ini.
Khuwaylid lalu menenangkan diri, sampai akhirnya dia menyerah
telah di fait accompli dan
rekonsiliasipun terjadi.
Khadijah adalah seorang wanita berhasil yang pesolek. Dia telah
menolak lamaran dari
banyak orang Quraish yg terkenal. Bagaimana orang menjelaskan
seorang wanita yang
kelihatan sukses dan berpikiran sehat mendadak jatuh cinta pada
anak muda miskin yang 15
tahun lebih muda? Kelakuan aneh ini mengungkapkan adanya kelainan
pribadi dalam diri
Khadijah.
62
Bukti2 menandakan bahwa ayahnya Khadijah adalah seorang pemabuk.
Khadijah mestinya
tahu kelemahan ayahnya ini hingga dia merancang rencana yang
begitu berani. Orang2 yang
ketagihan alkohol cenderung lepas kontrol dan mabuk. Orang2 non
alkohol minum dengan
cukupan dan tahu kapan utk berhenti. Ketika Khuwaylid mabuk,
pestanya belum lagi mulai
dan para tamu belum lagi datang. Hal ini memberitahukan kita bahwa
dia bukanlah peminum
musiman saja tapi benar2 peminum berat. Sekarang, kenapa hal ini
jadi masalah? Karena ini
adalah petunjuk lain utk mendukung spekulasi bahwa Khadijah
seorang yang mempunyai
kecenderungan co-dependent. Anak2 seorang alkoholik sering
mengembangkan codependency.
Ayahnya Khadijah terlalu melindungi anak perempuannya dan punya
harapan2 yang tinggi
baginya. Dari reaksinya akan pernikahan anaknya yang berumur 40
tahun pada seorang yang
biasa2 saja dan dari perkataannya “orang2 terhebat di Mekah
memintamu dan aku tidak
setuju,” jelas bahwa Khadijah adalah mutiara dimatanya. Khuwaylid
punya anak2 yang lain
juga, termasuk beberapa anak lelaki, tapi terlihat jelas bahwa
anak perempuannya inilah yang
menjadi kebanggaan dan kebahagiaannya. Anak ini satu-satunya yang
berhasil.
Anak2 yang dipuji dan ditempatkan ditempat tinggi oleh orang tua
yang memujinya tumbuh
dalam bayang2 mereka. Mereka sering mengembangkan ‘codependency
personality disorder’.
Mereka menjadi terobsesi oleh ayah mereka (atau ibu mereka) dan
melihat fungsi mereka utk
membuat orang tua mereka terlihat hebat dimata orang lain. Mereka
diharapkan jadi semacam
‘wunderkind’ (orang sukses).
Dibawah tuntutan yang terus menerus meminta kemampuan lebih baik,
sang anak menjadi
tidak mampu mengembangkan pribadi mandirinya. Dia mencari
pemenuhan utk memuaskan
kebutuhannya dari orang tua narsisis dan perfeksionis. Dia tidak
merasa dicintai APA
ADANYA, tapi dicintai karena dilihat BAGAIMANA prestasinya. Orang
tua yang alkoholik
mengeluarkan semua muatan emosinya pada sang anak, khususnya yang
punya potensi. Dia
mengharap anak itu utk cemerlang dalam segala hal dan menggantikan
kekurangan dan
kegagalan dia sendiri.
Co-dependent tidak dapat menemukan kepuasan dan kebahagiaan dari
hubungan emosional
yang normal dan sehat yang biasa terjadi diantara orang2 sederajat.
Hanya dalam kapasitas
pemberi kesenangan dan menjadi penyenanglah orang
codependent menemukan
kebahagiaan mereka. Pasangan yang “cocok dan tepat” bagi orang
co-dependent adalah
seorang Narsisis yang sangat butuh pemuasan.
Khadijah menolak para pelamarnya yang lebih dewasa dan sukses,
jatuh cinta pada anak
muda miskin yang sangat butuh baik uang maupun emosional.
Codependent keliru
mengartikan rasa cinta dan rasa kasihan. Mereka punya
kecenderungan utk ‘mencintai’ orang
yang seharusnya mereka kasihani dan bisa mereka selamatkan.
Vaknin memakai istilah “self effacing” (tidak menonjolkan diri
sendiri) atau “inverted
narcissism” (narsisisme terbalik), untuk istilah co-dependency.
Inilah apa yang dia katakan
tentang hubungan codependent-narsisis: “Orang narsisis invert dikondisikan dan
diprogram
dari awal utk menjadi teman sempurna bagi sang narsisis – utk
memberi makan Ego mereka,
utk secara murni menjadi kepanjangan tangan mereka, utk mencari
pujian dan pengelu-eluan
dan jika hal itu menghasilkan pujian dan pemujaan yang lebih
besar kepada sang narsisist.”
[16]
[16] http://samvak.tripod.com/faq66.html
63
Hal diatas menjelaskan kenapa seorang wanita sukses dan cantik
seperti Khadijah tertarik
pada seorang narsisis dan butuh uang seperti Muhammad. Meski orang
‘narsisis invert’
cenderung sukses dalam bisnisnya, hubungan mereka sering tidak
sehat. Vaknin lebih lanjut
menjelaskan: “dalam
sebuah hubungan, narsisis invert berusaha utk menciptakan kembali
hubungan orangtua-anak. Sang narsisis invert berkembang dengan meniru/bercermin
pada
‘kehebatan khayal’ sang narsisis dan ketika melakukannya sang
narsisis invert itu sendiri
mendapatkan suplai bagi ego narsisistiknya SENDIRI
(ketergantungan sang narsisis pada
sang invert akan suplai narsisistik sekundernya). Sang invert
mesti punya bentuk hubungan
sedemikian dengan sang narsisis demi merasa lengkap dan
terpenuhi. Sang invert akan sudi
bertindak sejauh yang dibutuhkan utk meyakinkan bahwa sang
narsisis itu merasa bahagia,
merasa disayangi, merasa dipuja dengan cukup, karena dia pikir
hal itu sudah menjadi hak
sang narsisis. Sang invert memuliakan sang narsisis,
menempatkannya ditempat tinggi,
memikul semua pengorbanan bagi sang narsisis dengan ketenangan
hati dan tahan penghinaan
sang narsisis." [17]
[17] http://www.toddlertime.com/sam/66.htm
Perkawinan Muhammad dan Khadijah kelihatannya cocok sekali.
Muhammad adalah seorang
narsisis yang haus utk dipuji terus menerus, diperhatikan dan
dikagumi. Dia seorang miskin,
yatim dan secara emosional membutuhkan banyak hal. Dia seorang
dewasa tapi jiwanya
masih seperti anak2 yang butuh perhatian. Dia membutuhkan
seseorang yang merawatnya dan
menafkahinya, seseorang utk diperalat dan dimanfaatkan, seperti
bagaimana anak kecil
memperalat dan memanfaatkan ibunya.
Kedewasaan emosional seorang narsisis berhenti pada masa
anak-anak. Kebutuhan anak2nya
tidak pernah terpuaskan. Dia terus menerus mencoba memuaskan
kebutuhan anak2nya tsb.
Semua bayi adalah narsisis dan itu diperlukan bagi tahap
pertumbuhan mereka. Tapi jika
kebutuhan narsisis mereka tidak dipuaskan ketika masa anak-anak,
kedewasaan emosi mereka
akan berhenti pada tahap ini. Mereka mencari perhatian yang mereka
tidak dapatkan ketika
kecil dalam hubungan dengan pasangan dan dengan yang lainnya,
termasuk dengan anak2
mereka.
Hasrat Muhammad akan cinta diungkapkan olehnya dalam banyak
kejadian. Ibn Sa’d
mengutip perkataanya bahwa keluarga2 Quraish semuanya punya
hubungan padaku dan
meski jika mereka tidak mencintaiku karena pesan yang aku bawa
pada mereka, mereka
seharusnya mencintaiku karena kekerabatanku dengan mereka. [18]
Dalam Quran
Muhammad berkata: “Aku
tidak meminta kepadamu sesuatu upah pun atas seruanku kecuali
cinta dari keluarga terdekat.” [19] Perkataan ini jelas merupakan jeritan putus asa dari
seseorang yang butuh cinta dan perhatian.
[18] “Aku tidak meminta pada kamu hadiah apapun utk itu kecuali
cinta dari kerabat terdekatku” Tabaqat vol.1
page.3
[19] Qur’an Sura 42: ayat 23
Khadijah, dilain pihak, adalah seorang narsisis invert yang
memerlukan objek utk
diperhatikan, seseorang utk membuat khayalan2nya sendiri sebagai
seorang pemberi
kesenangan. Orang co-dependent bukan saja rela diperalat, malah dia
menikmati hal itu.
Vaknin menulis: “Narsisis
invert hidup dan menggantungkan diri dari narsisis utama dan
inilah suplai narsisistiknya. Jadi dua buah tipe narsisis ini
dapat, pada pokoknya, menjadi
saling mendukung, sistem yang simbiosis. Namun dalam
kenyataannya, baik sang narsisis
maupun sang invert perlu sadar akan dinamika hubungan mereka
jika ingin hubungan mereka
sukses dan awet.” [20]
[20] http://samvak.tripod.com/faq66.html
64
Pakar psikologi Dr. Florence W. Kaslow, menjelaskan simbiosis ini
bilang bahwa kedua
pihak masing2 punya kelainan kepribadian (Personality Disorder/PD)
– tapi keduanya berada
pada kedua ujung berlawanan dari spektrum ini hingga bisa saling
mengisi. “Mereka nampak
memiliki ‘ketertarikan maut’ (fatal attraction) satu sama lain
dimana pola kepribadian mereka
saling bertentangan tapi saling mengisi – itu sebabnya, jika
mereka sampai bercerai, mereka
akan tertarik pada pasangan yang mirip mantan pasangan mereka.” [21]
[21] Dikutip dari Mixing oil and water karya Bridget Murray hal 52
www.apa.org/monitor/mar04/mixing.html
Hubungan simbiosis antara Sang Narsisis Muhammad dan Sang Narsisis
Invert Khadijah
memang bekerja sempurna. Muhammad tidak lagi harus bekerja setelah
menikahi Khadijah
yang kaya raya. Dia habiskan waktunya menggelandang digua-gua dan
tempat sepi sambil
menikmati fantasinya yg subur, dunia yang menyenangkan dan baik padanya,
dimana dia
menjadi seorang yang paling disayang, paling dipuja, paling
dihormati dan paling ditakuti.
Khadijah jadi begitu sibuk dengan sisuami yang narsisis ini dan
memenuhi semua
kebutuhan2nya hingga dia mengabaikan urusan dagangnya. Bisnisnya
kemudian jadi
menurun dan kekayaannya menyusut drastis. Dia mestinya sudah
berusia sekitar 50 tahunan
ketika melahirkan anaknya yg paling muda. Ia tinggal dirumah
sementara sang suami
kebanyakan tidak pernah dirumah, menyendiri digua-guanya, baik gua
sebenarnya maupun
gua mentalnya.
Menurut Vaknin, “Sang
invert ini mematikan keberadaan dirinya, penuh pengorbanan, bahkan
berpura-pura manis dalam hubungan2 dengan orang lain dan akan
menghindari bantuan dari
orang lain itu dengan segala cara. Dia hanya bisa berinteraksi
dengan orang lain jika dia bisa
dilihat sebagai orang yang memberi, mendukurng dan menghabiskan
usaha2 yang tak biasa
utk membantu.” [22]
[22] www.toddlertime.com/sam/66.htm
Dia juga menjelaskan co-dependent sebagai “orang yang menggantungkan diri pada orang
lain utk memberi kepuasan emosional dan hasil dari Ego atau
fungsi sehari2 lainnya.” Dia
bilang “mereka butuh dukungan emosional, penuh tuntutan dan
patuh. Mereka takut
diacuhkan, sangat bergantung dan menunjukkan kelakuan tidak
dewasa dalam usaha2nya utk
mempertahankan “hubungan” dengan pasangan yang dia jadikan
tempat bergantung tsb.” [23]
Melody Beattie, penulis “Codependent No More” (Tidak Lagi
Codependent) menjelaskah
bahwa orang codependent secara tak sadar memilih pasangan yang
bermasalah dg maksud
agar punya tujuan, merasa diperlukan dan merasa dipuaskan.
Orang waras manapun akan mengartikan pengalaman aneh Muhammad
sebagai sakit jiwa
atau “kerasukan setan,” seperti yang biasa dikatakan pada jaman
itu. Bahkan Muhammad
sendiri pikir dia telah menjadi seorang Kahin (penyihir) atau
kerasukan setan. Seperti yang
kita baca dalam Qur’an, orang2 yang memakai akal di mekah pikir
Muhammad telah jadi
majnoon, yang arti harafiahnya adalah kerasukan jin dan diartikan
sebagai gila. Tapi pikiran
demikian tidak kuat ditanggung Khadijah yang mengejar pemuasan dan
kebahagiaan dengan
cara memuaskan kebutuhan2 sang suami. Dia harus bergantung pada
sang Narsisis miliknya
apapun akibatnya. Sebagai seorang Codependent (Narsisis Inverted),
Khadijah merasa harus
maju menolong, memberi saran dan menyelamatkan sumber utama suplai
narsisistiknya.
Sang narsisis sering menuntut pengorbanan dari orang2
disekelilingnya dan mengharapkan
mereka utk menjadi ‘codependent’ bagi dia. Mereka juga hidup
diatas kode2 moral yang ada.
Mereka terlalu tinggi utk taat pada moralitas atau aturan apapun.
65
John de Ruiter adalah orang yang menyatakan diri Messiah dari
Alberta, Canada. Para
pengikutnya memuja dia seperti Tuhan. “Satu hari kami duduk didapur merokok,” kata
Joyce,
istrinya, yang sekarang cerai, selama 18 tahun, dalam sebuah
wawancara. “Dia membicarakan
kematian saya. Ia mengakui bahwa saya telah melalui banyak
kematian, yg katanya itu bagus.
Saya harus melepaskan 95% dari hidup yang harus saya lepaskan.
Tapi katanya saya tidak
membiarkan diri saya lepas sepenuhnya. Dia bilang bahwa ‘kemaian
akhir’ saya akan terjadi
jika dia mengambil dua orang istri lagi.” Joyce bilang dia pikir
John becanda. Ternyata tidak.
Ia mengangkat maslaah ini kedua kalinya, dan meminta Joyce
apakah ia merasa tiga orang
istri bisa hidup dalam satu rumah.” [24]
[24] www.rickross.com/reference/ruiter/ruiter3.html
Untungnya Joyce belum sampai pada tahap co-dependent berat
sehingga ia tidak sudi
menerima penghinaan ini, dan meninggalkan suami narsisisnya. Seorang
codependent asli
akan melakukan apapun utk menyenangkan pasangan narsisisnya.
Hubungan antara
codependent dan narsisisnya adalah hubungan Sadomasochisme
(kecenderungan praktek
psikologi/seksual yang dicirikan dengan gabungan kesadisan dan
kepuasan karena siksaan).
Sialnya bagi umat manusia, Khadijah adalah seorang Co-dependent
Sejati, yang sudi
mengorbankan apapun bagi sang narsisis tercinta. Dialah yang
mendorong Muhammad utk
mengejar ambisi kenabiannya dan memacunya kearah itu. Ketika
Muhammad tidak lagi
mengalami ‘ayan’ dan tidak lagi melihat ‘para malaikat’, dia
kecewa. Ibn Ishaq menulis:
“Setelah itu, Jibril tidak datang padanya selama beberapa waktu
dan Khadijah berkata,
“kupikir tuhan mestinya benci padamu.” [25] Hal ini menunjukkan
betapa berhasratnya dia
agar sang narsisis tercinta menjadi seorang nabi.
[25] Sira Ibn Ishaq, hal. 108
Kenapa Muhammad tidak mengambil istri lain selama Khadijah masih
hidup? Karena, dia
hidup dari uangnya dan dirumahnya. Lagipula, mayoritas orang Mekah
mengejeknya. Dia
disebut orang Gila. Tak seorangpun mau menikah dengannya meski
misalnya dia punya uang
sendiri dan Khadijah tidak jadi masalah. Di Mekah, para
pengikutnya hanya segelintir budak
dengan hanya sedikit wanita diantara mereka – tak seorangpun
memenuhi hasratnya utk
dinikahi. Kalau saja Khadijah masih hidup dan menyaksikan
peningkatan kekuasaan
suaminya, kemungkinan besar dia akan menelan penghinaan dimadu
oleh wanita yang jauh
lebih muda dan cantik.
Setelah kematian Khadijah, Muhammad tidak pernah menemukan
co-dependent lain utk
mengurusi kebutuhan emosionalnya seperti yang pernah dilakukan
Khadijah. Malahan, dia
cari pemenuhan kepuasan tsb dengan menjadi seorang playboy
seksual. Hanya sebulan
setelah kematian istrinya, Muhammad meyakinkan teman dan pengikut
setianya, Abu Bakr,
utk mentunangkan dia dengan anak perempuannya yang berumur 6
tahun, Aisha. Abu Bakr
terkejut. Dia mencoba menolaknya dengan halus, dengan berkata
“tapi kita ini masih
saudara.” Muhammad meyakinkan dia mereka hanya saudara dalam iman dan
bahwa
pernikahannya dengan anak kecil itu tidaklah haram. [26]
[26] Sahih Bukhari 7.62.18 Diceritakan 'Ursa: Nabi meminta Abu Bakr utk menikahi Aisha. Abu
Bakr berkata
“Tapi aku saudaramu.” Nabi berkata, “Kau saudara hanya dalam
agama Allah dan Kitabnya, tapi dia (Aisha)
berhak bagiku utk dinikahi.”
Dia lebih lanjut mengatakan padanya bahwa Aisha telah ditunjukkan
padanya dua kali dalam
mimpi; dimana dia melihat seorang malaikat membawa Aisha kecil
yang dibungkus kain.
“Aku bilang (pada diriku sendiri), ‘Jika ini dari Allah, maka
ini harus terjadi.’” [27] Sekarang
Abu Bakr tidak punya pilihan lain kecuali meninggalkan Muhammad,
orang yang telah dia
beri banyak pengorbanan, mencela dia, menyebut dia pembohong,
kembali keorang2nya
sendiri dan mengakui pada mereka bahwa dia selama ini telah bodoh,
atau, melakukan apapun
66
yang Muhammad minta. Ini sering jadi pilihan yang sulit bagi para
pemeluk aliran pemujaan
(cult). Mereka terjebak dan setelah mengorbankan begitu banyak utk
mengikuti guru mereka;
balik kembali jadi pilihan yang lebih menyakitkan dibanding tunduk
akan keinginan dan
tuntutan pemimpin mereka. Abu Bakr memohon pada Muhammad utk
menunggu tiga tahun