Pages

Minggu, 26 Mei 2013

buku MENGENAL MUHAMMAD part 6 (halaman 51-60)




berperang bagi Hitler. Mereka melakukannya karena alasan yang dijejali Hitler pada mereka.
Dr. Sam Vaknin menulis: “Orang narsisis memakai apa saja yang bisa mereka ambil dalam
usaha mendapatkan suplai narsisistik mereka. Jika Tuhan, kepercayaan, gereja, iman, dan
agama yang resmi dapat memberi mereka suplai narsisis ini, mereka akan menjadi taat.
Mereka akan meninggalkan
agama jika hal itu tidak memberi mereka suplai ini.” [9]
[9] healthyplace.com/Communities/Personality_Disorders/Site/Transcripts/narcissism.htm
Islam adalah sebuah alat utk mendominasi. Setelah Muhammad, orang2 lain memakai cult
(aliran kepercayaan sesat)-nya utk tujuan yang persis sama. Para muslim menjadi boneka
ditangan para pemimpin mereka yang menyebut2 nama islam.
Mirza Malkam Khan, (1831-1908) pria Armenia yang masuk islam dan bersama dengan
Jamaleddin Afghani meluncurkan ide sebuah “Islamic Renaissance” (An-Nahda/Kebangunan
kembali islam), punya sebuah slogan sinis yang tak ada tandingannya: “Katakan pada para
muslim apa saja yang berasal dari Quran, dan mereka akan bersedia mati bagimu.”
Orang Narsisis Ingin Meninggalkan Warisan
diterjemahkan oleh: pod-rock
Menjelang matinya, Muhammad meminta para pengikutnya agar jangan diam saja, dan
memaksa mereka terus mendesak dan meneruskan jihad utk menaklukan. Genghis Khan
memberikan perintah yang sama pada anaknya ketika menjelang kematian. Dia bilang dia
ingin menaklukan dunia, tapi karena dia tidak bisa melakukannya lagi, merekalah yang harus
memenuhi mimpinya. Orang mongol saat itu, seperti para muslim, adalah para penteror. Bagi
orang narsisis, yang penting adalah menang. Mereka tidak punya hati nurani. Bagi mereka,
nyawa manusia itu murah.
Ditahun 1940, Hitler diumur 51 th, menyadari adanya tremor ditangan kirinya. Dia biasa
menyembunyikannya dengan memasukan tangan kiri kesaku bajunya, dengan memegang
benda, atau dengan mengepalkan tangan kiri ketangan kanannya. Ketika penyakit itu
bertambah parah, dia menjauh dari khalayak ramai. Dia sadar kematiannya sudah dekat. Dia
menjadi makin tegas, melancarkan serangan2nya dengan pengertian baru yang seakan diburu
waktu, tahu bahwa dia berpacu dengan waktu. Orang narsisis selalu ingin meninggalkan
warisan.
56
Salah sekali jika berpikir islam sebagai sebuah agama. Aspek spiritual atau religius dari
Islam diciptakan belakangan oleh filsuf2 muslim dan mistik2 yang memberi tafsir esoterik
pada perkataan2 yg dangkal dari Muhammad. Para pengikutnya membentuk agama sesuai
dengan keinginan mereka, dan seiring berlalunya waktu, tafsir2 itu mewarisi segel antik dan
dg demikian juga kredibilitas.
Jika islam adalah sebuah agama, maka begitu juga dengan nazisme, komunisme,
satanisme, Heaven’s Gate, People’s Temple, Branch Davidian, dll. Jika kita memikirkan
agama sebagai sebuah filosofi kehidupan utk mengajarkan, utk mengeluarkan potensi manusia,
utk mengangkat jiwa, utk merangsang secara spiritual, utk menyatukan hati dan mencerahkan
umat manusia, maka islam pastinya gagal uji2 tsb sepenuhnya, dan dengan demikian Islam
adalah, memakai ukuran ini, tidak seharusnya, tidak bisa dianggap sebagai sebuah agama.
Orang Narsisis ingin jadi Tuhan
diterjemahkan oleh: pod-rock
Bagi orang narsisis, yang paling penting adalah kekuasaan. Dia ingin dihormati, dikenal, dan
tidak diabaikan. Orang narsisis adalah orang yang kesepian, tidak merasa aman dan merasa
malu. Hasrat terbesar mereka adalah utk memuaskan kebutuhan mereka akan rasa hormat dan
perhatian yang mereka terima sebagai penyampai dari pesan2 yang mulia. Pesannya itu
sendiri tidaklah penting. Pesan itu hanya alasan saja. Orang narsisis menciptakan tuhan2
khayalan dan pesan2 palsu yang menempatkan diri mereka sendiri sebagai wakil resmi dari
pesan2 tsb. Semakin mereka mengagungkan tuhan palsu mereka, semakin besar kekuasaan
yang mereka dapatkan bagi mereka.
Allah bagi Muhammad adalah sebuah alat yang nyaman utk memanipulasi orang. Melalui dia,
dia bisa mendapat wewenang tak terbatas terhadap para pengikutnya. Dia menjadi tuan atas
nyawa mereka. Hanya ada satu tuhan, maha kuasa, ditakuti, juga murah hati dan pengampun,
dan dia, Muhammad, adalah satu-satunya yang menjadi penghubung antara Dia dan manusia.
Ini membuat Muhammad menjadi wakil Allah. Meski kepatuhan seharusnya untuk Allah
turun kepada dia, dalam kenyataannya, selalu Muhammad dan setiap tingkahnyalah yang
berharap utk dipuaskan oleh para pengikutnya. Dr. Vaknin menjelaskan:
Menjadi Tuhan adalah yang paling diinginkan oleh seorang Narsisis: maha kuasa, maha tahu,
ada dimana-mana, dipuja, dibicarakan, dan membangkitkan rasa hormat. Menjadi Tuhan
adalah mimpi basahnya orang narsisis, khayalan terhebatnya. Tapi Tuhan berguna dalam
banyak hal juga.
Narsisis berubah2, mengidealkan dan meremehkan figur otoritas.
Dalam fase idealisasi, dia berusaha menyamai mereka, dia mengagumi mereka, meniru
mereka (sering secara menggelikan), dan membela mereka. Mereka tidak bisa salah atau
boleh salah. Orang narsisis menganggap mereka lebih besar dari hidup itu sendiri, sempurna,
lengkap dan brilian. Tapi ketika harapan2 sang narsisis yang tidak realistis dan kempes
menghadapi kegagalan, dia mulai meremehkan bekas idolanya itu.
Sekarang mereka menjadi “manusia” (bagi sang narsisis ini adalah sebuah hal yang hina).
Mereka makhluk kecil, rapuh, mudah salah, penakut, kejam, bodoh dan biasa-biasa saja. Sang
narsisis menjalani siklus yang sama dalam hubungannya dengan Tuhan, figur otoritas
tauladannya.
57
Tapi seirng, bahkan ketika kekecewaan dan keputus asaan tentang penyembahan muncul, -
sang narsisis terus berpura-pura cinta pada Tuhan dan masih mentaatiNya. Sang narsisis
mempertahankan penipuan ini karena posisinya sebagai wakil tuhan membuat dia punya
wewenang. Para pendeta, pemimpin jemaah, pengkhotbah, penginjil, aliran pemuja, politisi,
kaum intelektual, semua memperoleh wewenang dari yang katanya ‘hubungan khusus mereka
dengan Tuhan’.
Otoritas religius membuat sang narsisis menuruti keinginan sadisnya dan utk menjalankan
misogyny (kebenciannya terhadap wanita) secara terbuka dan bebas… Sang Narsisis, yang
sumber berwenangnya adalah religius, mencari para budak yang patuh dan tidak banyak tanya
yg mana kemudian dia jalankan keahlian tipu dan keinginannya itu pada mereka. Sang
narsisis bahkan bisa mengubah sentimen religius murni dan tidak berbahaya menjadi sebuah
ritual pemujaan dan hirarki yang berbahaya. Dia memangsa orang2 yang mudah dibujuk. Para
pengikutnya sekaligus jadi sanderanya.
Otoritas religius juga mengamankan ‘Suplai narsisistik’ sang narsisis. Para pengikutnya,
anggota jemaahnya, para pemilihnya, para pendengarnya – semua diubah menjadi Sumber
Suplai Narsisistik yang setia dan stabil. Mereka mematuhi perintah2nya, memperhatikan
tegurannya, mengikuti syahadatnya, mengagumi pribadinya, memuji sifat2nya, memuaskan
kebutuhannya (kadang bahkan kebutuhan seksualnya), memuja dan mengidolakannya.
Selain itu, menjadi bagian dari “Hal yang Lebih Besar” sangat memberi kepuasan secara
narsisistikal. Menjadi partikel tuhan, menjadi satu dengan keagungannnya, mengalami sendiri
kekuasaan dan berkatnya langsung, hidup bersama dia – semuanya adalah Sumber Suplai
Narsisistik yang tak ada habisnya. Sang narsisis menjadi Tuhan dengan memperhatikan
perintah2Nya, mengikuti Instruksi2Nya, mencintaiNya, mematuhiNya, mengalah padaNya,
menyatu denganNya, berkomunikasi padaNya – atau bahkaan dengan menantangNya
(semakin besar musuh sang narsisis – semakin merasa lebih pentinglah sang narsisis).
Seperti juga hal lain dalam kehidupan sang narsisis, dia mengubah tuhan menjadi semacam
kebalikan dari si narsisis. Tuhan menjadi sumber suplainya yang dominan. Dia bentuk
hubungan pribadi dengan entitas lebih kuasa dan lebih melimpah ini – utk melimpahi dan
menguasai yang lain. Dia menjadi tuhan itu sendiri, dengan menjadi wakilNya. Dia
mengidealkan tuhan lalu meremahkan Dia, kemudian menganiayaNya. Ini adalah sebuah pola
narsisistik yg klasik dan bahkan tuhan sendiri tidak akan bisa lolos dari hal ini. [10]
[10] http://samvak.tripod.com/journal45.html
Orang narsisis tidak secara langsung mempromosikan diri mereka sendiri. Mereka
bersembunyi dibelakang lapisan kesederhanaan, sementara mereka mengangkat tuhan mereka,
ideologi, pesan atau agama, yang dalam kenyataannya adalah alter ego dia sendiri. Mereka
mungkin menyebut mereka sendiri sebagai ‘Cuma utusan’, sederhana, rendah hari, tanpa
penonjolan diri, dari tuhan yang maha kuasa, atau pesan yang sangat berpengaruh, tapi
mereka bikin sangat jelas bahwa mereka sajalah yang tahu pesan2nya dan sangat tidak toleran
dan tanpa maaf bagi orang yang ingkar dan melawan.
Orang narsisis sangat kejam, tapi tidak bodoh. Mereka sangat sadar akan rasa sakit yang
mereka sebabkan. Mereka menikmasi sensasi kuasa yang mereka dapatkan dengan menyakiti
orang lain. Mereka menikmati jadi tuhan – menentukan siapa yang diberi hadiah dan siapa
yang dihukum – siapa yang hidup siapa yang mati. Narsisisme Patologis menjelaskan segala
hal yang ada dalam diri Muhammad – kekejamannya, pengakuan maha hebatnya, kelakuan
murah hatinya yang dilakukan utk membuat terkesan mereka yang takluk padanya dan dengan
58
demikian membangun superioritas dia, keyakinan dirinya, juga pribadi karismatik dan
keranjingannya.
Apa Penyebab Narsisisme?
diterjemahkan: pod-rock
Pertanda dari seorang narsisis adalah berkembangnya penyakit superioritas sebagai respon
akan perasaan rendah diri. Hal ini melibatkan pembesar-besaran prestasi seseorang dan
merendahkan orang lain yang dianggap ancaman bagi sang narsisis.
Kesalahan asuh orang tua menjadi penyebab terbesar adanya penyakit narsisistik ini dalam
seorang anak. Contohnya, orang tua yang serba membolehkan yang memberi pujian berlebihlebihan
pada sang anak, terlalu menurutkan dan memanjakan sang anak, gagal menerapkan
disiplin, dan mengidealisasi si anak menjadi faktor2nya. Hasilnya, sang narsisis secara umum
merasa tidak siap utk masa dewasa, setelah dibesarkan dalam pandangan hidup yang tidak
realistik. Sebaliknya, seorang anak yang tidak menerima dukungan dan dorongan yang cukup
bisa juga mengidap penyakit narsisistik.
Kita tahu bahwa Muhammad ketika bayi diberikan dan dibesarkan oleh orang lain. Apakah
ibunya tidak tertarik padanya? Kenapa dia tidak pernah berdoa dikubur ibunya sampai dia
sudah berumur 60 tahun lebih juga? Apakah dia masih benci pada ibunya?
Halima tidak mau mengurus bayi Muhammad karena dia adalah anak yatim dari seorang
janda miskin dan penghasilan dia kecil. Apa ini mempengaruhi cara dia atau keluarga
memperlakukan Muhammad? Anak2 bisa sangat kejam. Menjadi anak yatim dijaman itu
adalah sebuah aib, seperti juga sekarang masih menjadi aib dinegara2 islam. Kondisi masa
kecil Muhammad tidak kondusif utk membentuk rasa menghargai diri sendiri yang sehat.
Jon Mardi Horowitz, penulis dari Stress Response Syndromes,menjelaskan: “Ketika kepuasan
narsisistik yg jadi kebiasaan karena seringnya dipuji, diberikan perlakuan khusus dan
mengagumi diri sendiri terancam, hasilnya mungkin adalah depresi, sedih tanpa alasan,
gelisah, malu, merusak diri sendiri atau kemarahan yang diarahkan pada orang yang bisa jadi
sasaran kesalahan atas situasi tsb. Anak2 bisa belajar utk menghindari kondisi emosi
menyakitkan ini dengan belajar memproses informasi narsisistik ini.” [11]
[11] Jon Mardi Horowitz – “Stress Response Syndromes: PTSD, Grief, and Adjustment Disorders”, Third
Edition
Muhammad, tentunya, punya masa kecil yang sulit. Dalam surat 93 atau 3-8, (dikutip pada
awal bab satu buku ini) dia dengan halus mengingat masa yatimnya yang penuh kesepian dan
meyakinkan dirinya bahwa Allah akan baik padanya dan tidak akan meninggalkan dia. Ini
menunjukkan betapa ingatan akan masa kecil yang banyak itu menyakitkannya. Fakta bahwa
Muhammad menciptakan dunia khayalan utk lepas dari kenyataan, begitu hidup khayalan itu
hingga menakuti orang tua angkatnya, adalah petunjuk lain bahwa masa kecilnya tidaklah
menyenangkan sama sekali. Muhammad mungkin tidak ingat rincian apa yang terjadi pada
tahun pertama kehidupannya, tapi jelas dia mendapat luka psikologis sepanjang hidupnya.
Bagi dia, dunia khayalan yang dia ciptakan itu nyata. Menjadi pengungsian yang aman
baginya, sebuah tempat menyenangkan utk mengundurkan diri dan lepas dari kenyataan.
Dalam dunia khayalannya, dia bisa dicintai, dihormati, dikagumi, berkuasa, penting dan
bahkan ditakuti. Dia bisa menjadi apapun yang dia inginkan dan mengimbangi kekurang
perhatian yang dia dapatkan dari dunia diluarnya.
59
Menurut Vaknin, “penyebab yang sebenarnya dari Narsisisme tidak sepenuhnya dimengerti
tapi jelas dimulai dari awal masa kecil (sebelum umur 5 tahun). Hal itu dipercaya disebabkan
oleh kegagalan yang berulang-ulang dan serius pada pihak Objek Primer sang anak (orang tua
atau pengasuh). Orang Narsisis dewasa sering berasal dari rumah tangga dimana salah
seorang atau kedua orang tuanya mengabaikan dia atau menganiaya sang anak… SEMUA
anak (sehat atau tidak) ketika mereka tidak diijinkan utk melakukan sesuatu oleh orang tuanya
kadang akan memasuki kondisi narsisistik dimana mereka melihat diri mereka sendiri dan
bertindak seakan mereka begitu berkuasa/sangat kuat. Ini alamiah dan sehat karena hal ini
membuat kepercayaan diri pada sang anak utk berkaca dari penolakan orang tua." [12]
[12] www.faqfarm.com/Q/Can_you_be_responsibl ... narcissism
Anak2 yang diabaikan menyerap sebuah perasaan kekurangan. Mereka jadi percaya bahwa
mereka itu tidak pantas diperhatikan dan dicintai. Sebagai reaksi terhadap hal itu, mereka
cenderung membela ego mereka dengan membanggakan diri secara berlebihan. Mereka
melihat kelemahan diri mereka dan merasa bahwa jika orang lain melihat hal itu, mereka tidak
akan dicintai, dikagumi dan dihormati. Jadi mereka berbohong dan menciptakan kisah2
fantastik, menyombongkan diri mereka sendiri, betapa penting diri mereka. Kekuatan khayal
mereka sering berasal dari sumber diluar diri mereka. Bisa ayah mereka atau teman yang kuat.
Narsisisme jenis ini pada anak2 adalah dormal, tapi jika mereka mempertahankan pemikiran
ini hingga mereka dewasa, hal itu akan berkembang menjadi penyakit narsisistic personality.
Pada Muhammad, sumber kekuatan luarnya tidak lain adalah Allah, yang paling kuat, paling
ditakuti dan maha kuasa. Dengan menghubungkan dirinya dengan Allah dan menyajikan
dirinya sebagai perantara tunggal, dia mendapatkan kuasa Allah itu sendiri.
Setelah kematian ibunya, ketika Muhammad berumur enam tahun, dia ada dibawah didikan
dari kakeknya yang sudah tua, yang memanjakan dia. Dalam beberapa hadits ditunjukkan,
Abdul Muttalib terlalu penurut dan selalu membolehkan cucu yatimnya itu. Muhammad kecil
akan duduk pada tikar sebelah sang kakek sementara paman2nya mengelilingi mereka.
Pengakuannya bahwa Abdul Muttalib bilang pada pamannya Abu Talib, “Biarkan dia karena
dia punya nasib yang besar, dan akan menjadi pewaris sebuah kerajaan,” atau bilang pada
perawatnya, “Berhati-hatilah jangan sampai dia jatuh ketangan orang yahudi atau kristen,
karena mereka mencari-cari dia dan bermaksud melukainya!”, jelas-jelas hanya isapan
jempolnya belaka. Itu semua adalah kebohongan yang dia karang dan mungkin juga jadi
dipercayainya. Ini adalah ciri khas khayalan seorang narsisis, yang berpikir bahwa diri mereka
begitu pentingnya hingga mereka percaya orang lain memburu utk melukainya karena
cemburu. Meskipun demikian, jelas bahwa Abdul Muttalib membuat Muhammad merasa
spesial. Dia manjakan dan cintai cucu yatimnya itu. Sang kakek memanjakannya karena
kasihan. Tapi, Muhammad menafsirkan perhatian ekstra ini sebagai konfirmasi dari anganangan
maha hebatnya. Bayangan yang dia ciptakan mengenai dirinya sendiri dalam sebuah
dunia fantasi dimasa kecil dengan demikian diperparah oleh pemanjaan berlebihan dari
kakeknya. Dia seakan lebih dipastikan lagi sebagai orang spesial, unik dan luar biasa.
Setelah kematian Abdul Muttalib, pamannya yang baik hati yakni Abu Talib, juga
memperlakukannya berbeda dari yang lain. Statusnya sebagai yatim, tanpa orang tua atau
saudara, mengundang rasa simpati. Baik kakek maupun pamannya terlalu memanjakan dan
menurut pada dia. Mereka gagal menerapkan disiplin yang cukup padanya. Semua keluar
biasaan ini menyumbang pada perkembangan pribadi narsisistiknya. Pakar psikologi J. D.
Levine dan Rona H. Weiss menulis:
Seperti kita ketahui, dari sudut pandang fisiologi, bahwa seorang anak perlu diberi makanan
secukupnya, yang dia perlukan utk melindungi dari temperatur yg ekstreme, dan bahwa
60
atmosfir yang dia hirup harus berisi oksigen yang cukup, jika tubuhnya mau menjadi kuat dan
ulet, jadi kita juga tahu, dari sudut pandang psikologi yang lebih dalam, bahwa dia
memerlukan suasana yang empatik, khususnya, sebuah suasana yg menjawab (a) kebutuhan
agar keberadaannya diakui dalam semangat kesenangan orang tuanya dan (b) kebutuhan utk
bersatu kedalam ketenangan yang meyakinkan dari orang dewasa yg lebih kuat, jika dia
dirinya mau menjadi teguh dan ulet. [13]
[13] J. D. Levine and Rona H. Weiss. The Dynamics and Treatment of Alcoholism. Jason Aronson, 1994
Muhammad mendapat pengalaman diabaikan dan disia-siakan pada enam tahun pertama
kehidupannya, dan pemanjaan yang berlebihan setelah itu. Keadaan dia ini dg demikian
membuatnya matang dan kondusif utk menjadi seorang narsisis.
Muhammad tidak pernah membicarakan ibunya. Jika dia pernah membicarakannya, pastilah
ada tercatat dalam hadits. Dia kunjungi makam ibunya setelah menaklukan Mekah, tapi dia
menolak utk berdoa baginya. Apa tujuan dari kunjungannya itu? Mungkin ini adalah usaha
utk memulihkan nama baiknya, sebuah cara utk membuktikan pada ibunya bahwa meski dia
disia-siakan, dia telah berhasil. Dilain pihak dia ingat kakeknya, yang menghujaninya dengan
cinta dan memberinya kelimpahan pujian bagi jiwa narsisisnya, dengan penuh sayang.
Para psikologis mengatakan pada kita bahwa lima tahun pertama kehidupan seorang anaklah
yang membentuknya atau merusaknya. Kebutuhan emosional Muhammad dimasa lima tahun
pertama kehidupannya tidak dipenuhi. Dia membawa kenangan menyakitkan akan tahun2
kesepian karena diabaikan dan disia-siakan kedalam masa dewasa dan masa tua. Dia tumbuh
dengan kegelisahan dan punya rasa pengertian terhadap dirinya sendiri yang berfluktuasi,
sebuah kelemahan yang dia coba sembunyikan dengan melebih2kan kesombongan lewat
pertumbuhan rasa punya hak, keagungan, kekurangan empati dan ilusi superioritas.
Muhammad memilih tuhan sebagai pasangannya. Sekutu khayalannya ini maha kuasa dan
maha kuat. Ini membuat dirinya kuat tanpa batas. Dia satu-satunya yg punya akses langsung
ke Allah dan dialah satu-satunya penguasa dibumi. Agar yakin tak seorangpun merampas
posisinya, dia juga mengklaim sebagai nabi terakhir. Kekuasaannya, dg demikian, menjadi
mutlak dan kekal.
Pengaruh Khadijah terhadap Muhammad
diterjemahkan oleh: pod-rock
Peran Khadijah dalam islam belum sepenuhnya dihargai. Pengaruhnya pada Muhammad tidak
dapat ditekankan secara berlebihan. Khadijah harusnya dianggap sebagai partnernya
Muhammad dalam kelahiran Islam. Tanpa dia, mungkin, Islam tidak akan pernah ada.
Kita tahu bahwa Khadijah memuja suami mudanya. Tidak ada laporan bahwa Muhammad
pernah bekerja setelah menikahi Khadijah. Setelah pernikahan, bisnis Khadijah kelihatannya
menurun tajam. Ketika dia meninggal, keluarganya menjadi melarat.
Muhammad tidak mengurus anak-anaknya juga. Ditolak oleh dunia nyata, dia habiskan
waktunya sendiri dalam gua2, mengundurkan diri kedunia khayalan dan renungan. Kadang
dia membawa makanan utk berhari-hari, kembali hanya ketika makanan sudah habis. Lalu dia
akan menuju kekota, mengambil bekal lagi dan kembali.
61
Khadijah tinggal dirumah mengurus kesepuluh anak dia sendirian. Tapi dia tidak mengeluh.
Dia tidak saja mengurus anak2nya dan rumah tapi juga suami mudanya, yang bertingkah laku
seperti anak kecil yang tidak bertanggung jawab. Tapi Khadijah senang berkorban. Kenapa?
Ini adalah pertanyaan yang penting. Jawabannya adalah bahwa Khadijah sendiri punya
kelainan pribadi. Dia punya penyakit yang jaman kita sekarang disebut co-dependent
(ketergantungan). Pengetahuan ini akan menolong kita utk mengerti kenapa dia berdiri
disamping suaminya dan mendorong dia melanjutkan karir kenabiannya.
The National Mental Health Association (NMHA) mendefinisikan co-dependency sebagai:
“Kelakuan yang dipelajari yang bisa diturunkan dari satu generasi ke generasi lain. Hal ini
adalah sebuah kondisi perangai dan emosi yang mempengaruhi kemampuan seorang individu
utk mendapat hubungan yang memuaskan kedua belah pihak dan sehat. Juga dikenal sebagai
“relationship addiction” (ketagihan hubungan) karena orang dengan co-dependency sering
membentuk atau mempertahankan hubungan yang satu pihak saja, yang secara emosional
merusak dan/atau menghina. Penyakit ini pertama diidentifikasi sekitar 10 tahun lalu dari
hasil bertahun2 mempelajari hubungan2 antar manusia dalam keluarga alkoholik. Kelakuan
Co-dependent dipelajari dengan mengamati dan meniru anggota keluarga lain yang
menunjukkan kelakuan tipe ini.” [14]
[14] http://www.nmha.org/infoctr/factsheets/43.cfm
Khadijah adalah seorang wanita yang menarik. Dia anak perempuan favorit dari ayahnya
Khuwaylid. Malah Khuwaylid bergantung padanya, melebihi ketergantungan terhadap anak
laki-lakinya. Khadijah adalah “anak sang ayah.” Dia telah menolak tawaran orang2 kuat di
Mekah. Tapi ketika dia melihat anak muda ini yang tak dimiliki siapapun, Muhammad yang
butuh uang, dia jatuh cinta padanya dan mengirim pembantu utk memintanya melamar dia.
Pada permukaan kelihatannya bahwa Muhammad punya pribadi yang memikat yang
membuat wanita berkuasa terpukau. Ini, betapapun, adalah sebuah pengertian yang dangkal
mengenai dinamika kompleks.
Tabari menulis: “Khadijah mengirim pesan pada Muhammad, mengundangnya utk
mengambil dia. Dia memanggil ayah utk datang kerumahnya, memberinya arak hingga
mabuk, memberi parfum, memakaikan pakaian pesta padanya dan lalu memotong seekor sapi.
Lalu dia undang Muhammad dan pamannya. Ketika mereka datang, ayahnya menikahkan
Muhammad dengannya. Ketika dia sadar dari mabuknya, dia berkata “daging apa ini, parfum
ini dan pakaian ini?” Dia menjawab, “kau telah menikahkanku pada Muhammad bin
Abdullah”. “Aku tidak melakukan itu,” katanya. “Akankah kulakukan ini ketika orang2
terhebat di Mekah memintamu dan aku tidak setuju, kenapa aku berikan kau pada seorang
gelandangan?” [15]
[15] Persian Tabari v. 3 p.832
Pihak Muhammad menjawab dengan marah bahwa persekutuan ini telah diatur oleh anak
perempuannya sendiri. Orang tua itu marah dan menarik pedang dan kerabat Muhammad juga
menarik pedang mereka. Darah akan mengalir jika saja Khadijah tidak menyatakan cintanya
pada Muhammad agar diketahui banyak orang dan mengaku telah mengatur semua ini.
Khuwaylid lalu menenangkan diri, sampai akhirnya dia menyerah telah di fait accompli dan
rekonsiliasipun terjadi.
Khadijah adalah seorang wanita berhasil yang pesolek. Dia telah menolak lamaran dari
banyak orang Quraish yg terkenal. Bagaimana orang menjelaskan seorang wanita yang
kelihatan sukses dan berpikiran sehat mendadak jatuh cinta pada anak muda miskin yang 15
tahun lebih muda? Kelakuan aneh ini mengungkapkan adanya kelainan pribadi dalam diri
Khadijah.
62
Bukti2 menandakan bahwa ayahnya Khadijah adalah seorang pemabuk. Khadijah mestinya
tahu kelemahan ayahnya ini hingga dia merancang rencana yang begitu berani. Orang2 yang
ketagihan alkohol cenderung lepas kontrol dan mabuk. Orang2 non alkohol minum dengan
cukupan dan tahu kapan utk berhenti. Ketika Khuwaylid mabuk, pestanya belum lagi mulai
dan para tamu belum lagi datang. Hal ini memberitahukan kita bahwa dia bukanlah peminum
musiman saja tapi benar2 peminum berat. Sekarang, kenapa hal ini jadi masalah? Karena ini
adalah petunjuk lain utk mendukung spekulasi bahwa Khadijah seorang yang mempunyai
kecenderungan co-dependent. Anak2 seorang alkoholik sering mengembangkan codependency.
Ayahnya Khadijah terlalu melindungi anak perempuannya dan punya harapan2 yang tinggi
baginya. Dari reaksinya akan pernikahan anaknya yang berumur 40 tahun pada seorang yang
biasa2 saja dan dari perkataannya “orang2 terhebat di Mekah memintamu dan aku tidak
setuju,” jelas bahwa Khadijah adalah mutiara dimatanya. Khuwaylid punya anak2 yang lain
juga, termasuk beberapa anak lelaki, tapi terlihat jelas bahwa anak perempuannya inilah yang
menjadi kebanggaan dan kebahagiaannya. Anak ini satu-satunya yang berhasil.
Anak2 yang dipuji dan ditempatkan ditempat tinggi oleh orang tua yang memujinya tumbuh
dalam bayang2 mereka. Mereka sering mengembangkan ‘codependency personality disorder’.
Mereka menjadi terobsesi oleh ayah mereka (atau ibu mereka) dan melihat fungsi mereka utk
membuat orang tua mereka terlihat hebat dimata orang lain. Mereka diharapkan jadi semacam
‘wunderkind’ (orang sukses).
Dibawah tuntutan yang terus menerus meminta kemampuan lebih baik, sang anak menjadi
tidak mampu mengembangkan pribadi mandirinya. Dia mencari pemenuhan utk memuaskan
kebutuhannya dari orang tua narsisis dan perfeksionis. Dia tidak merasa dicintai APA
ADANYA, tapi dicintai karena dilihat BAGAIMANA prestasinya. Orang tua yang alkoholik
mengeluarkan semua muatan emosinya pada sang anak, khususnya yang punya potensi. Dia
mengharap anak itu utk cemerlang dalam segala hal dan menggantikan kekurangan dan
kegagalan dia sendiri.
Co-dependent tidak dapat menemukan kepuasan dan kebahagiaan dari hubungan emosional
yang normal dan sehat yang biasa terjadi diantara orang2 sederajat. Hanya dalam kapasitas
pemberi kesenangan dan menjadi penyenanglah orang codependent menemukan
kebahagiaan mereka. Pasangan yang “cocok dan tepat” bagi orang co-dependent adalah
seorang Narsisis yang sangat butuh pemuasan.
Khadijah menolak para pelamarnya yang lebih dewasa dan sukses, jatuh cinta pada anak
muda miskin yang sangat butuh baik uang maupun emosional. Codependent keliru
mengartikan rasa cinta dan rasa kasihan. Mereka punya kecenderungan utk ‘mencintai’ orang
yang seharusnya mereka kasihani dan bisa mereka selamatkan.
Vaknin memakai istilah “self effacing” (tidak menonjolkan diri sendiri) atau “inverted
narcissism” (narsisisme terbalik), untuk istilah co-dependency. Inilah apa yang dia katakan
tentang hubungan codependent-narsisis: “Orang narsisis invert dikondisikan dan diprogram
dari awal utk menjadi teman sempurna bagi sang narsisis – utk memberi makan Ego mereka,
utk secara murni menjadi kepanjangan tangan mereka, utk mencari pujian dan pengelu-eluan
dan jika hal itu menghasilkan pujian dan pemujaan yang lebih besar kepada sang narsisist.”
[16]
[16] http://samvak.tripod.com/faq66.html
63
Hal diatas menjelaskan kenapa seorang wanita sukses dan cantik seperti Khadijah tertarik
pada seorang narsisis dan butuh uang seperti Muhammad. Meski orang ‘narsisis invert’
cenderung sukses dalam bisnisnya, hubungan mereka sering tidak sehat. Vaknin lebih lanjut
menjelaskan: “dalam sebuah hubungan, narsisis invert berusaha utk menciptakan kembali
hubungan orangtua-anak. Sang narsisis invert berkembang dengan meniru/bercermin pada
‘kehebatan khayal’ sang narsisis dan ketika melakukannya sang narsisis invert itu sendiri
mendapatkan suplai bagi ego narsisistiknya SENDIRI (ketergantungan sang narsisis pada
sang invert akan suplai narsisistik sekundernya). Sang invert mesti punya bentuk hubungan
sedemikian dengan sang narsisis demi merasa lengkap dan terpenuhi. Sang invert akan sudi
bertindak sejauh yang dibutuhkan utk meyakinkan bahwa sang narsisis itu merasa bahagia,
merasa disayangi, merasa dipuja dengan cukup, karena dia pikir hal itu sudah menjadi hak
sang narsisis. Sang invert memuliakan sang narsisis, menempatkannya ditempat tinggi,
memikul semua pengorbanan bagi sang narsisis dengan ketenangan hati dan tahan penghinaan
sang narsisis." [17]
[17] http://www.toddlertime.com/sam/66.htm
Perkawinan Muhammad dan Khadijah kelihatannya cocok sekali. Muhammad adalah seorang
narsisis yang haus utk dipuji terus menerus, diperhatikan dan dikagumi. Dia seorang miskin,
yatim dan secara emosional membutuhkan banyak hal. Dia seorang dewasa tapi jiwanya
masih seperti anak2 yang butuh perhatian. Dia membutuhkan seseorang yang merawatnya dan
menafkahinya, seseorang utk diperalat dan dimanfaatkan, seperti bagaimana anak kecil
memperalat dan memanfaatkan ibunya.
Kedewasaan emosional seorang narsisis berhenti pada masa anak-anak. Kebutuhan anak2nya
tidak pernah terpuaskan. Dia terus menerus mencoba memuaskan kebutuhan anak2nya tsb.
Semua bayi adalah narsisis dan itu diperlukan bagi tahap pertumbuhan mereka. Tapi jika
kebutuhan narsisis mereka tidak dipuaskan ketika masa anak-anak, kedewasaan emosi mereka
akan berhenti pada tahap ini. Mereka mencari perhatian yang mereka tidak dapatkan ketika
kecil dalam hubungan dengan pasangan dan dengan yang lainnya, termasuk dengan anak2
mereka.
Hasrat Muhammad akan cinta diungkapkan olehnya dalam banyak kejadian. Ibn Sa’d
mengutip perkataanya bahwa keluarga2 Quraish semuanya punya hubungan padaku dan
meski jika mereka tidak mencintaiku karena pesan yang aku bawa pada mereka, mereka
seharusnya mencintaiku karena kekerabatanku dengan mereka. [18] Dalam Quran
Muhammad berkata: “Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upah pun atas seruanku kecuali
cinta dari keluarga terdekat.” [19] Perkataan ini jelas merupakan jeritan putus asa dari
seseorang yang butuh cinta dan perhatian.
[18] “Aku tidak meminta pada kamu hadiah apapun utk itu kecuali cinta dari kerabat terdekatku” Tabaqat vol.1
page.3
[19] Qur’an Sura 42: ayat 23
Khadijah, dilain pihak, adalah seorang narsisis invert yang memerlukan objek utk
diperhatikan, seseorang utk membuat khayalan2nya sendiri sebagai seorang pemberi
kesenangan. Orang co-dependent bukan saja rela diperalat, malah dia menikmati hal itu.
Vaknin menulis: “Narsisis invert hidup dan menggantungkan diri dari narsisis utama dan
inilah suplai narsisistiknya. Jadi dua buah tipe narsisis ini dapat, pada pokoknya, menjadi
saling mendukung, sistem yang simbiosis. Namun dalam kenyataannya, baik sang narsisis
maupun sang invert perlu sadar akan dinamika hubungan mereka jika ingin hubungan mereka
sukses dan awet.” [20]
[20] http://samvak.tripod.com/faq66.html
64
Pakar psikologi Dr. Florence W. Kaslow, menjelaskan simbiosis ini bilang bahwa kedua
pihak masing2 punya kelainan kepribadian (Personality Disorder/PD) – tapi keduanya berada
pada kedua ujung berlawanan dari spektrum ini hingga bisa saling mengisi. “Mereka nampak
memiliki ‘ketertarikan maut’ (fatal attraction) satu sama lain dimana pola kepribadian mereka
saling bertentangan tapi saling mengisi – itu sebabnya, jika mereka sampai bercerai, mereka
akan tertarik pada pasangan yang mirip mantan pasangan mereka.” [21]
[21] Dikutip dari Mixing oil and water karya Bridget Murray hal 52 www.apa.org/monitor/mar04/mixing.html
Hubungan simbiosis antara Sang Narsisis Muhammad dan Sang Narsisis Invert Khadijah
memang bekerja sempurna. Muhammad tidak lagi harus bekerja setelah menikahi Khadijah
yang kaya raya. Dia habiskan waktunya menggelandang digua-gua dan tempat sepi sambil
menikmati fantasinya yg subur, dunia yang menyenangkan dan baik padanya, dimana dia
menjadi seorang yang paling disayang, paling dipuja, paling dihormati dan paling ditakuti.
Khadijah jadi begitu sibuk dengan sisuami yang narsisis ini dan memenuhi semua
kebutuhan2nya hingga dia mengabaikan urusan dagangnya. Bisnisnya kemudian jadi
menurun dan kekayaannya menyusut drastis. Dia mestinya sudah berusia sekitar 50 tahunan
ketika melahirkan anaknya yg paling muda. Ia tinggal dirumah sementara sang suami
kebanyakan tidak pernah dirumah, menyendiri digua-guanya, baik gua sebenarnya maupun
gua mentalnya.
Menurut Vaknin, “Sang invert ini mematikan keberadaan dirinya, penuh pengorbanan, bahkan
berpura-pura manis dalam hubungan2 dengan orang lain dan akan menghindari bantuan dari
orang lain itu dengan segala cara. Dia hanya bisa berinteraksi dengan orang lain jika dia bisa
dilihat sebagai orang yang memberi, mendukurng dan menghabiskan usaha2 yang tak biasa
utk membantu.” [22]
[22] www.toddlertime.com/sam/66.htm
Dia juga menjelaskan co-dependent sebagai “orang yang menggantungkan diri pada orang
lain utk memberi kepuasan emosional dan hasil dari Ego atau fungsi sehari2 lainnya.” Dia
bilang “mereka butuh dukungan emosional, penuh tuntutan dan patuh. Mereka takut
diacuhkan, sangat bergantung dan menunjukkan kelakuan tidak dewasa dalam usaha2nya utk
mempertahankan “hubungan” dengan pasangan yang dia jadikan tempat bergantung tsb.” [23]
Melody Beattie, penulis “Codependent No More” (Tidak Lagi Codependent) menjelaskah
bahwa orang codependent secara tak sadar memilih pasangan yang bermasalah dg maksud
agar punya tujuan, merasa diperlukan dan merasa dipuaskan.
Orang waras manapun akan mengartikan pengalaman aneh Muhammad sebagai sakit jiwa
atau “kerasukan setan,” seperti yang biasa dikatakan pada jaman itu. Bahkan Muhammad
sendiri pikir dia telah menjadi seorang Kahin (penyihir) atau kerasukan setan. Seperti yang
kita baca dalam Qur’an, orang2 yang memakai akal di mekah pikir Muhammad telah jadi
majnoon, yang arti harafiahnya adalah kerasukan jin dan diartikan sebagai gila. Tapi pikiran
demikian tidak kuat ditanggung Khadijah yang mengejar pemuasan dan kebahagiaan dengan
cara memuaskan kebutuhan2 sang suami. Dia harus bergantung pada sang Narsisis miliknya
apapun akibatnya. Sebagai seorang Codependent (Narsisis Inverted), Khadijah merasa harus
maju menolong, memberi saran dan menyelamatkan sumber utama suplai narsisistiknya.
Sang narsisis sering menuntut pengorbanan dari orang2 disekelilingnya dan mengharapkan
mereka utk menjadi ‘codependent’ bagi dia. Mereka juga hidup diatas kode2 moral yang ada.
Mereka terlalu tinggi utk taat pada moralitas atau aturan apapun.
65
John de Ruiter adalah orang yang menyatakan diri Messiah dari Alberta, Canada. Para
pengikutnya memuja dia seperti Tuhan. “Satu hari kami duduk didapur merokok,” kata Joyce,
istrinya, yang sekarang cerai, selama 18 tahun, dalam sebuah wawancara. “Dia membicarakan
kematian saya. Ia mengakui bahwa saya telah melalui banyak kematian, yg katanya itu bagus.
Saya harus melepaskan 95% dari hidup yang harus saya lepaskan. Tapi katanya saya tidak
membiarkan diri saya lepas sepenuhnya. Dia bilang bahwa ‘kemaian akhir’ saya akan terjadi
jika dia mengambil dua orang istri lagi.” Joyce bilang dia pikir John becanda. Ternyata tidak.
Ia mengangkat maslaah ini kedua kalinya, dan meminta Joyce apakah ia merasa tiga orang
istri bisa hidup dalam satu rumah.” [24]
[24] www.rickross.com/reference/ruiter/ruiter3.html
Untungnya Joyce belum sampai pada tahap co-dependent berat sehingga ia tidak sudi
menerima penghinaan ini, dan meninggalkan suami narsisisnya. Seorang codependent asli
akan melakukan apapun utk menyenangkan pasangan narsisisnya. Hubungan antara
codependent dan narsisisnya adalah hubungan Sadomasochisme (kecenderungan praktek
psikologi/seksual yang dicirikan dengan gabungan kesadisan dan kepuasan karena siksaan).
Sialnya bagi umat manusia, Khadijah adalah seorang Co-dependent Sejati, yang sudi
mengorbankan apapun bagi sang narsisis tercinta. Dialah yang mendorong Muhammad utk
mengejar ambisi kenabiannya dan memacunya kearah itu. Ketika Muhammad tidak lagi
mengalami ‘ayan’ dan tidak lagi melihat ‘para malaikat’, dia kecewa. Ibn Ishaq menulis:
“Setelah itu, Jibril tidak datang padanya selama beberapa waktu dan Khadijah berkata,
“kupikir tuhan mestinya benci padamu.” [25] Hal ini menunjukkan betapa berhasratnya dia
agar sang narsisis tercinta menjadi seorang nabi.
[25] Sira Ibn Ishaq, hal. 108
Kenapa Muhammad tidak mengambil istri lain selama Khadijah masih hidup? Karena, dia
hidup dari uangnya dan dirumahnya. Lagipula, mayoritas orang Mekah mengejeknya. Dia
disebut orang Gila. Tak seorangpun mau menikah dengannya meski misalnya dia punya uang
sendiri dan Khadijah tidak jadi masalah. Di Mekah, para pengikutnya hanya segelintir budak
dengan hanya sedikit wanita diantara mereka – tak seorangpun memenuhi hasratnya utk
dinikahi. Kalau saja Khadijah masih hidup dan menyaksikan peningkatan kekuasaan
suaminya, kemungkinan besar dia akan menelan penghinaan dimadu oleh wanita yang jauh
lebih muda dan cantik.
Setelah kematian Khadijah, Muhammad tidak pernah menemukan co-dependent lain utk
mengurusi kebutuhan emosionalnya seperti yang pernah dilakukan Khadijah. Malahan, dia
cari pemenuhan kepuasan tsb dengan menjadi seorang playboy seksual. Hanya sebulan
setelah kematian istrinya, Muhammad meyakinkan teman dan pengikut setianya, Abu Bakr,
utk mentunangkan dia dengan anak perempuannya yang berumur 6 tahun, Aisha. Abu Bakr
terkejut. Dia mencoba menolaknya dengan halus, dengan berkata “tapi kita ini masih
saudara.” Muhammad meyakinkan dia mereka hanya saudara dalam iman dan bahwa
pernikahannya dengan anak kecil itu tidaklah haram. [26]
[26] Sahih Bukhari 7.62.18 Diceritakan 'Ursa: Nabi meminta Abu Bakr utk menikahi Aisha. Abu Bakr berkata
“Tapi aku saudaramu.” Nabi berkata, “Kau saudara hanya dalam agama Allah dan Kitabnya, tapi dia (Aisha)
berhak bagiku utk dinikahi.”
Dia lebih lanjut mengatakan padanya bahwa Aisha telah ditunjukkan padanya dua kali dalam
mimpi; dimana dia melihat seorang malaikat membawa Aisha kecil yang dibungkus kain.
“Aku bilang (pada diriku sendiri), ‘Jika ini dari Allah, maka ini harus terjadi.’” [27] Sekarang
Abu Bakr tidak punya pilihan lain kecuali meninggalkan Muhammad, orang yang telah dia
beri banyak pengorbanan, mencela dia, menyebut dia pembohong, kembali keorang2nya
sendiri dan mengakui pada mereka bahwa dia selama ini telah bodoh, atau, melakukan apapun
66
yang Muhammad minta. Ini sering jadi pilihan yang sulit bagi para pemeluk aliran pemujaan
(cult). Mereka terjebak dan setelah mengorbankan begitu banyak utk mengikuti guru mereka;
balik kembali jadi pilihan yang lebih menyakitkan dibanding tunduk akan keinginan dan
tuntutan pemimpin mereka. Abu Bakr memohon pada Muhammad utk menunggu tiga tahun