Percayalah kepada TUHAN selama-lamanya, sebab TUHAN ALLAH adalah gunung batu yang kekal.(yesaya 26:4)
"Tunjukilah kami jalan yang lurus ... " (Al Fatihah 6)
Sabda Isa kepadanya, "Akulah jalan ... " (Injil, Rasul Yahya 14:6)
Pages
▼
Sabtu, 08 Juni 2013
Nama Allah SWT adalah Hasil Akal-akalan Muhammad
Definisi Tuhan yang paling sederhana agaknya adalah Dia yang mencipta
segala apa yang ada; Dia yang ikut mengatur keberadaan dan perjalanan
dari segala yang diciptakan-Nya; Dan Dia yang umumnya mengetahui segala
sesuatu tentang mahluk ciptaan-Nya.
Sebaliknya mahluk
ciptaan-Nya samasekali tidak dapat mencipta, tidak mengatur dan tidak
mengetahui Dia secuilpun. Kekecualian hanya satu, yaitu kita sebagai
mahluk-Nya hanya bisa mengetahui secuil tentang Dia, apabila dan hanya
apabila Dia sendiri berkenan memberitahukan yang secuil itu kepada kita.
Dan ternyata memang begitu, Dia lewat Nabi-nabi-Nya telah mengungkapkan
secuil siapa Dia, apa nama PribadiNya, kehendak-Nya, rencana-Nya, dan
janji-janji-Nya kepada manusia. Dengan demikian maka kita diharapkan
oleh Tuhan agar bisa dengan mudah memilah mana Tuhan Pencipta Sejati,
dan mana Ilah Berhala jadi-jadian yang diciptakan oleh manusia dengan
akal-akalan! Rumusan sederhananya adalah sbb:
NAMA-DIRI Tuhan
hanya bisa dikenalkan oleh Tuhan sendiri kepada mahluk-Nya. Nama-Nya
tidak bisa datang dari karya atau tradisi manusia, itu hanyalah nama
Ilah, hasil sebuah perolehan dari manusia yang terlanjur percaya bahwa
itulah nama pribadi Tuhan-Nya.
Tuhan Pencipta sendirilah yang
memperkenalkan diri-Nya kepada ciptaan-Nya. Tanpa itu tak ada satupun
yang tahu nama-Nya yang melekat dan kekal dengan diri-Nya. Lalu Tuhan
manakah yang pernah memperkenalkan nama dan jati diri-Nya? Dan jikalau
Tuhan itu dipercaya Esa, maka Tuhan yang pernah mengumumkan nama-Nya
sendiri itulah satu-satunya Tuhan Semesta Alam, bukan?.
Diakui,
Allah SWT islamik tidak pernah memperkenalkan dirinya dan nama-Nya
kepada siapapun termasuk Muhammad. Hanya seorang ruh asing (yang
belakangan hari dianggap sama dan dinamakan dengan “Jibril”) yang
DIKLAIM menyampaikan nama “Allah”, padahal Jibril inipun juga tidak
memperkenalkan namanya sendiri kepada Muhammad pada keseluruhan
wahyu-Nya di Mekah! (Nama Jibril baru muncul belasan tahun kemudian dan
hanya tercantum dalam 3 ayat surat Madaniyah saja, 66:4, 2:97, 98, dan
itupun bukan ayat untuk memperkenalkan nama-diri!). Jadi, baik Jibril
maupun terlebih-lebih Allah, tak pernah ada wahyu-Nya yang
memperkenalkan jati-dirinya, melainkan tiba-tiba dan diam-diam
dimunculkan Quran dalam konteks yang tak berkaitan dengan pemberitaan
tentang nama-Nya kepada Nabi atau umat-Nya! Suatu kesengajaan? Ayat
berikut menjawabnya.
Kita bacakan pewahyuan-Nya yang paling
awal kepada Muhammad, yaitu ditahun 610, di gua Hira (Surat 96), tatkala
mana Tuhan Pewahyu berjanji kepada Muhammad untuk mengajarkan apa-apa
yang tidak diketahuinya:
“Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha
Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.
Karena barusan
berjanji, maka absennya ajaran Tuhan yang paling pokok (yaitu
memperkenalkan siapa Dia agar tidak disangka Setan) pasti bukan karena
kealpaan Tuhan, dan betapapun, mustahil Tuhan bisa alpa. Karena tidak
diperkenalkan Tuhan maka Muhammad pasti tidak tahu siapa nama Tuhannya
dikala itu ditengah-tengah begitu banyak tuhan-tuhan selainnya dari
Arab pagan dikala itu. Itu sebabnya Muhammad dalam kebingungannya (Surat
93:7) lalu menyebut secara umum istilah “Rabb” bagi Tuhannya! Harap
diperhatikan bahwa Rasul Allah tidak/belum bisa menyebut nama ALLAH pada
hampir 30 Surat diantara 50 surat-surat yang paling awal diturunkan
kepadanya (!) Lihat a.l. Surat 54, 55, 56, 68, 75, 78, 83, 89, 92, 93,
94, 99, 100, 105, 106, 108, 113, 114 dst. semuanya absen dari nama
Allah!
Surat 96 Al-Alaq dimana ruh (yang mencekik Muhammad di
gua Hira) hanya menurunkan 1 unit wahyu berupa 5 ayat pertamanya juga
tanpa nama Allah. Kemudian ruh pewahyu itu pergi tanpa pamit. Ruh
akhirnya datang kembali, tetapi BUKAN untuk melanjutkan dan
menyelesaikan pewahyuan Surat Al-Alaq yang tertunda, melainkan justru
menurunkan 5 ayat lain kedalam Sura Al-Muddatstsir! Yang juga tanpa
nama ALLAH, melainkan lagi-lagi Rabb (bahkan hingga ayat ke-30).
Pantaskah cara pewahyuan begini diberi respek sebagai wahyu sempurna
surgawi? Dalam absennya nama Allah, Muhammad sempat “meminjam” sesaat
nama “Ar-Rahman” sebagai nama pribadi Tuhannya, yaitu menirukan nama
Tuhan-nya orang-orang Yemen dikala itu.
“…mereka kafir kepada
Tuhan Yang Maha Pemurah ( Ar-Rahman). Katakanlah: “Dia-lah Tuhanku tidak
ada Tuhan selain Dia; hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan hanya
kepada-Nya aku bertaubat.” (13;30)
“Dan apahila orang-orang
yang kafir itu melihat engkau, mereka hanya menjadikan engkau sebagai
ejekan (dengan berkata): “Apakah ini yang menyebut-nyebut tuhan-tuhan
kamu?” Sedang mereka untuk menyebut Yang Maha Pengasih (Ar-Rahman)
mereka ingkar”. (21;36)
Katakanlah: “Siapakah yang dapat
memelihara kamu di waktu malam dan siang hari dari Yang Maha Pemurah
(Ar-Rahman)?” Sebenarnya mereka adalah orang-orang yang berpaling dari
mengingati Tuhan mereka. (21;42).