Jawabannya adalah karena tidak boleh atau dilarang keras. Tambahannya: Allah itu tidak beranak dan tidak diperanakkan.
Kalau dikaitkan dengan hal tidak ada yang dapat disekutukan dengan
Allah bukanlah alasan yang tepat. Sebab Muhammad sebetulnya sudah sama
statusnya dengan putera mahkota Allah Swt. Sebab ia lebih diistimewakan
dari para mukmin. Dishalawati oleh mukmin, oleh malaikat-malaikat bahkan
oleh Allah Swt sendiri. Dan katanya: Barang siapa mentaati Rasul maka
ia telah mentaati Allah (QS 4:80). Sama dengan Yesus Anak Allah:
Barangsiapa tidak menghormati Anak maka ia tidak menghormati Bapa
(Yohanes 5:23).
Mengapa Al Quran menyerang habis istilah Anak
Allah? Tentu karena ada agama lain yang mengetengahkan istilah "Putera
Allah" pada agama Yahudi dan Nasrani dan istilah "Puteri Allah" --
Al-Lata, Al-Uzza dan Manat -- pada pagan Arab.
Tetapi secara
keseluruhan Al Quran sangat concern dengan "Isa Putra Maryam", menolak
Isa disebut "Putra Allah" dan mengatakan Isa hanya hamba Allah, rasul
Allah.
Sejujurnya, yang terdengar marah akan istilah "Putera
Allah" bukanlah Allah Swt. Tetapi Muhammad! Tidak pernah terjadi Allah
Swt murka, mendatangkan bencana kemarahan. Hanya suara Muhammad yang
bernada tinggi dan direkam para sahabat menjadi ayat-ayat Al Quran.
Kemarahan Muhammad itu menyentak pada QS At-Tawbah : 30.
"...
dan orang-orang Nasrani berkata: "Al Masih itu putera Allah".
Demikianlah ucapan mereka dengan mulut mereka, ... Dilaknati Allah
mereka, bagaimana mereka sampai berpaling? (QS 9:30).
Yang terdengar marah adalah Muhammad, tentu saja.
Mengapa Muhammad menunjukkan penolakannya akan istilah "Anak Allah" bagi Isa Al Masih dan istilah "Bapa" bagi Allah Swt?
Fakta Al Quran ternyata sangat memprihatinkan. Allah yang diberitakan
oleh Muhammad memang bukan Allah yang memiliki kehangatan kasih sayang.
Bukan seperti Allah orang-orang Israel dan Nasrani yang melimpah kasih
sayang-Nya:
"Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa
putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau
menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu."
(Yesaya 46:4).
"Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya,
sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia
melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau." (Yesaya 49:15).
Jangankan menjadi Bapa, tetapi tutur kata Allah Swt saja sangat
mengusik perasaan orang-orang yang lembut hati. Kosa katanya cukup
mengerikan:
dilaknati, azab, jahanam, siksaan pedih,
seburuk-buruk manusia, menjatuhkan rasa ketakutan, menyesatkan, perangi,
pancung, penggal leher, potong tangan, menggauli, menjadi kera hina,
menjadi babi dan lain-lain.
Ayah yang baik selalu menggunakan
kosa kata yang sesuai bagi anak-anaknya supaya anak-anaknya tidak
pingsan mendengarnya dan supaya anak-anaknya mempunyai budi pekerti yang
santun.
Allah Swt mengharuskan pula para mukmin bersikap keras
terhadap orang-orang kafir. Kebencian kepada kafir ditunjukkannya
berkelanjutan.
Memang Allah Swt bukanlah Goodfather. Bukan
Bapa yang mengelus-elus kening putrinya ketika sedang tidur. Bukan Bapa
yang merawat anaknya ketika sakit. Bukan Bapa yang mengumpulkan semua
putranya untuk dinasehati. Bukan Bapa. Tetapi lebih sesuai sebagai
dalang perkelahian anak-anak muda antar lorong memperebutkan lahan
parkir. Tetapi ia bersembunyi di pos jaga menunggu setoran.
Tetapi Allah orang-orang Nasrani adalah Bapa bagi anak-anaknya. Ia
menunggu anak-anakNya yang tersika oleh zaman dan kemudian menghibur
mereka di Sorga dengan kasih yang kudus.
"Dan Ia akan menghapus
segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak
akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab
segala sesuatu yang lama itu telah berlalu." (Wahyu 21:4).
by order post:
@[awalun laila sari akhirun]