Sebenarnya Qur’an sudah tak lengkap lagi semenjak Usman belum menjadi khalifah dan melakukan standardisasi. Kita tengok kembali sejenak perihal tsb.
a) Pra Usman
Jangan anda berkata bahwa “Saya hafal seluruh isi Qur’an”, karena tak
ada lagi yang tahu pasti isi sesungguhnya seperti apa. Juga tak ada yang memiliki naskahnya secara lengkap, melainkan hanyalah potongan-potongannya saja. Sejak semula, Abdullah Ibn Umar telah memprihatinkan hal ini, seperti dikatakannya setelah perang Yamama, dikutip oleh sejarawan Islam as-Suyuti dalam bukunya “Al Itqan” demikian :
`Abdullah b. `Umar dilaporkan sbg mengatakan, 'Jangan kalian mengatakan, "Saya memiliki seluruh Qur'an." Tahu dari mana ia ?
Banyak bagian Qur'an sudah hilang. Sebaiknya orang mengatakan, "Saya punya apa yg selamat."' (p. 117, Jalal al Din `Abdul Rahman b. abi Bakr al Suyuti, "al Itqan fi `ulum al Qur'an", Halabi, Cairo, 1935/1354, pt 2, p. 25)
Selain itu, bukti berikut bahwa Qur’an tak lengkap adalah setelah para penghafalnya tewas dalam Perang Yamama. Ini juga dilaporkan Zuhri :
Zuhri melaporkan, 'Kami dengar banyak kalimat2 Qur'an diwahyukan namun mereka yg menghafalnya tewas dlm pertempuran Yemama.
Kalimat2 itu tidak ditulis dan menyusul kematian mereka yg menghafalnya, maka kalimat2 itu tidak lagi diketahui; bahkan baik Abu Bakr maupun `Umar atau `Usman berhasil mengumpulkan teks2 Qur'an.
(Burton: Teks yg diterbitkan sebenarnya harus dirubah: karena "[i]fa lamma jama`a Abu Bakr", saya usulkan dibacakan sbg: "wa lamma yajma` Abu Bakr", setelah kata2: "lam yuktab".)
Kalimat2 hilang itu tidak ditemukan siapapun setelah kematian para penghafal. Menurut saya,a ini adalah salah satu alasan yg memaksa mereka menyelesaikan Quran selama masa Abu Bakr, menuliskannya pada lembaran2 karena mereka takut nanti teksnya semakin hilang dlm peperangan.[/i] (pp. 126-127, Abu Bakr `Abdullah b. abi Da'ud, "K. al Masahif", ed. A. Jeffery, Cairo, 1936/1355, p. 23)
hihihihi..... (banyak bacaan yang hilang dan belum sempat ditulis karena hanya dihafalkan)
Bahkan, di antara ulama Islam sendiri saling menentang, menuduh, dan membodohkan perihal keabsahan dan kesahihan hadits (sunnah) dan Qur’an. Seperti dikatakan oleh al-Hamdani berikut :
Beberapa dari kami bertemu utk merubah laporan2 hadis. Salah seorang mengatakan, 'Sudah ! Hentikan ! Rujuklah kpd Buku Allah.'
Imran b. Husain mengatakan, 'Dasar tolol ! Apakah kau melihat dlm Buku Allah bahwa doa2nya dijelaskan secara mendetil ? Bgm dgn hal puasa ? Qur'an hanya merujuk kpd mereka secara umum. Hanya Sunnah yg memberikan penjelasan mendetil.' (p. 21, al Hamdani, "I`tibar", pp. 24-5)
Saya tak habis pikir, pertentangan semacam ini sampai membawa manusia (sesama Muslim) saling mencaci-maki seperti itu. Jadi, tak ada lagi yang yakin bahwa Qur’an masih lengkap, utuh, dan sempurna.
Itu pra Usman (sebelum standardisasi).
b) Perubahan Sesudah Usman (manipulasi dalam standardisasi)
Seperti telah saya paparkan lewat beberapa hadis di atas, Usman telah menghapus beberapa ayat termasuk ucapan “Bismillah” :
ibn `Abbas bertanya `Usman, apa yg sampai membuatnya menempatkan Surat al Anfal, salah satu mathani, dgn Al Bara'a, salah satu mi'in, menggabungkan mereka tanpa adanya bismillah diantara mereka dan lalu menempatkan mereka diantara ke 7 Surat panjang. `Usman menjawab bahwa sering nabi menerima wahyu2 oanjang. Ia akan memanggil salah seorang penulis dan mengatakan, 'Letakkan ayat2 ini dlm Surat ini dan itu.' Anfal adalah yg pertama dari pewahyuan Medinah dan Bara'a termasuk yg terakhir. Karena isinya mirip ayat2 dlm Anfal, `Usman menyatukannya, lagipula nabi wafat tanpa menjelaskan apakah itu memang bagiannya. (p. 164, Jalal al Din `Abdul Rahman b. abi Bakr al Suyuti, "al Itqan fi `ulum al Qur'an", Halabi, Cairo, 1935/1354, pt 1, p. 60)
Malik memiliki penjelasan lebih pendek bagi absennya [i]bismillah. Bagian permulaan Bara'a hilang dan begitu pula kata bismillah dlm bagian permulaan tsb. [/i](p. 164-165, Jalal al Din `Abdul Rahman b. abi Bakr al Suyuti, "al Itqan fi `ulum al Qur'an", Halabi, Cairo, 1935/1354, pt 1, p. 65)
Bahkan, banyak ayat-ayat yang hilang. Salah satunya ayat tentang hukuman rajam bagi para pezinah (ada banyak bukti tertulis mengenai hal ini ) :
1)... mayoritas madahib sepakat bahwa dlm situasi tertentu, hukuman bagi pezinah adalah hukum rajam. Nah, kami tahu bahwa hukuman ini tidak hanya disebutkan dimanapun dlm teks Qur'an kami, bahkan ini sama sekali tidak kompatibel dgn hukum yg memang disebutkan dlm Quran: al zaniyatu wa al zani fajlidu kulla wahidin minhuma mi'ata jaldatin (Sang pezinah perempuan dan lelaki, cambuk masing2 dgn 100 cambukan) (Q 24.2). (John Burton, The Collection of the Qur'an, 1977, p. 72)
2) Ada lagi :
Sahih Bukhari, Volume 8, Book 82, Number 816:
Narrated Ibn 'Abbas:
'Umar mengatakan, "Saya khawatir bahwa dgn lewatnya waktu secara lama, orang akan mengatakan, "Kami tidak menemukan Ayat2 Rajam dlm Buku Suci," dan akibatnya mereka akan sesat dgn meninggalkan kewajiban yg telah diturunkan Allah. Saya tegaskan bahwa hukuma Rajam dikenakan pada barangsiapa yg melakukan hubungan sex secara tidak sah, kalau ia (lelaki) sudah menikah dan kejahatan itu dibuktikan dgn saksi2 atau kehamilan atau pengakuan."
Sufyan menambahkan, "Saya telah menghafal riwayah ini dgn cara ini." 'Umar tambahkan, "Pasti Rasulullah menjalankan hukuman Rajam dan begitu pula kami sesudahnya." (See also: Vol. 8, No. 817 and Vol. 9, No. 424)
3) ['Umar berkata] Allah mengirim Muhamad dgn Kebenaran dan menurunkan buku suci kpdnya dan diantara apa yg diturunkan Allah adalah ayat Rajam (perajaman lelaki dan perempuan yg sudah nikah, yg terlibat perzinahan) dan kami membacakan ayat ini, dimengerti dan dihafal. Rasulullah telah melaksanakan hukuman rajam dan begitu pula kami sesudahnya. Saya takut setelah berlangsungnya waktu lama, orang akan mengatakan "Didlm Buku Allah kami tidak menemukan Ayat Rajam, dan oleh karena itu mereka akan sesat dan meninggalkan kewajiban yg diturunkan Allah. (Sahih Bukhari vol. 8, p. 539)
Kemudian, ada juga Surat tentang Ibn Adam, seorang yang dikisahkan memiliki 2 wadi. Al-Suyuti mengkonfirmasikan perihal yang sama, bahwa surat ini telah hilang karena ditarik kembali :
Abu Musa al An`sari melaporkan, 'Diwahyukan sebuah Surat mirip spt Baqara, namun kemudian ditarik.' Ia mengingatnya, 'Allah akan membantu ketatanegaraan dgn orang2 yg tidak memiliki bagian dlm Akhirat. Kalau ibn Adam memiliki dua wadis barang kepemilikan, ia akan merengek bagi wadis ketiga. Tidak ada apapun yg bisa mengisi perut ibn Adam selain debu, namun Allah akan membebaskan mereka yg bertobat.' (John Burton, The Collection of the Qur'an, 1977, p. 83, Jalal al Din `Abdul Rahman b. abi Bakr al Suyuti, "al Itqan fi `ulum al Qur'an", Halabi, Cairo, 1935/1354, pt 2, p. 25)
Jadi, ini sebenarnya sebuah surat, dan bukan saja ayat.
Tapi, Burton dan Burhan al-Baji kemudian berpendapat bahwa ayat-ayat tsb sebenarnya ada di surat Yusuf :
Buraid menyatkaan telah mendengar nabi membaakan ibn Adam saat sholat. Ayat ini berada dlm Surat Yusuf. (John Burton, The Collection of the Qur'an, 1977, p. 83, Burhan al Din al Baji, "Jawab", MS Dar al Kutub, Taimur "majami`", no. 207, f. 18)
Jadi, surat ini bahkan dibaca oleh Muhamad saat berdoa, tapi tidak ada lagi dalam al-Quran!
Ini lagi-lagi ditentang oleh Abu al-Fadl Shihab dari Kairo, yang melaporkan bahwa menurut Abu Musa ayat-ayat ibn Adam sebenarnya masuk ke surat Al Ahzab :
Abu Musa mengatakan 'Kami dulu biasanya membacakan Surat al Ahzab, dan menganggapnya mirip dlm panjang dan kompleksitas dgn Bara'a. Saya lupa, tapi saya ingat ayat ibn Adam. (Abu al Fadl Sihab al Din Mahmud b. `Abdullah al Alusi, "Ruh al Ma`ani", 6 vols., idarat al taba`a al muniraya, Cairo, n.d., vol. 1, p. 315)
Membingungkan memang……..menimbulkan pertengkaran di kalangan pemikir-pemikir Islam sendiri.
Selain itu, menurut pengakuan Aishah, salah satu janda Muhammad, surat 2 Al Baqarah 238 bahkan sudah tak lengkap lagi (dari Malik b. Anas, "al Muwatta'", K. al Hudud):
“Al Muwatta”, Book 8, Number 8.8.26:
Yahya mengatakan kpd saya dari Malik from Zayd ibn Aslam from al-Qaqa ibn Hakim bahwa Abu Yunus, maulana A'isha, umm al-muminin mengatakan, "A'isha memerintahkan saya utk menulis sebuah Qur'an baginya. Katanya, 'Jika kau sampai pada ayat ini, beritahu saya, "Jaga doa2 secara seksama dan doa ditengah2 dan patuhlah kpd Allah."' Ketika saya sampai pada ayat itu, saya mengatakan kepadanya dan ia (Aisha) mendikte kpd saya, 'Jaga doa2 secara seksama dan doa ditengah2 dan doa azar (asr) dan patuhlah kpd Allah.' A'isha mengatakan, 'Saya mendengarnya dari Rasulullah saw.'"
“Al Muwatta”, Book 8, Number 8.8.27:
Yahya menyampaikan kpd saya dari Malik from Zayd ibn Aslam bahwa Amr ibn Rafi mengatakan, "Saya sedang menulis sebuah Qur'an bagi Hafsa, umm al-muminin, dan ia mengatakan, 'Saat kau tiba pada ayat ini, beritahu saya, "Jagalah doa2 secara seksama dan doa ditengah2 dan patuhlah kpd Allah."' Ketika saya sampai padanya, saya mengatakan kpdnya dan ia mendikte kpd saya, 'Jagalah doa2 secara seksama dan doa ditengah dan doa asr dan patuhlah kpd Allah.'" 8)
Keterangan :
“Al-Muwatta” adalah catatan hadits yang ditulis oleh Malik bin Anas bin Malik bin Abu Amir al-Asbahi (93-179 Hijriah). Ia tinggal lama di Madinah, kota dimana Muhammad banyak menghabiskan waktu. Sebagai pendiri sekolah filsafat Maliki, ia terus merevisi tulisannya selama 40 tahun.
Kemudian, ada juga ayat yang menyampaikan tentang pesan kebahagiaan para sahabat yang tewas di Bir-Mauna, tetapi kemudian ayat ini dibatalkan (sebagai akibat doktrin “al-nasikh wal mansukh”?) :
Diriwayahkan Anas bin Malik:
Selama 30 hari, rasulullah meminta Allah agar mengutuk merkea yg telah membunuh sahabat2nya Bir-Mauna; ia mengazah suku2 Ral, Dhakwan, dan Usaiya yg tidak menuruti Allah dan rasulNya. Diwahyukan sebuah ayat Quran ttg mereka yg tewas di Bir-Mauna yg tadinya sering kami bacakan, tetapi lalu dibatalkan kemudian. Ayatnya adalah:
"Beritahu pengikut kami bahwa kami bertemu Allah kami. Ia puas dgn kami dan Ia membuat kami puas."
(Sahih Bukhari 4.69):
Anas ibn Malik mengatakan:
Kami biasanya membacakan ayat Qur'an yg diwahyukan dlm hubngan dgn mereka, namun ayat itu kemudian dibatalkan. Bunyinya :
"Beritahu pengikut kami atas nama kami pemberitahuan bahwa kami telah bertemu Allah kami dan Ia puas dgn kami dan Ia membuat kami puas." (Sahih Bukhari vol. 5, p. 288)
Jadi, ayat itu berisikan pesan para sahabat yang meninggal akibat terbunuh dalam dakwah, bahwa mereka telah bertemu Tuhan dan senang berada di surga. Ayat ini telah dibatalkan dan tak ada lagi dalam Qur’an.
Sementara itu, umat Islam yang telah terpecah ke dalam sekte Syiah menyatakan bahwa 500 ayat telah dihilangkan dari mushaf sebenarnya, termasuk ayat-ayat yang mengkonfirmasikan tentang Ali sebagai penerus kepemimpinan Muhammad dari ‘ahlul bayt’. Menurut mereka, pemerintahan Islam saat ini adalah pemerintahan yang kafir (impious) dan tak dikehendaki Allah.
Sh`iah2 ekstrim, yi kaum Rafidi, menuduh bahwa penguasa tidak beriman telah menghancurkan dari mushaf sekitar 500 ayat termasuk ayat yg menunjuk `Ali asbg penerus nabi .... Para pemberontak melawan `Usman, dlm membenarkan pemberontakan mereka, mendaftarkan keluhan mereka terhdpnya antara lain termasuk 'telah merusak mushaf2.' (Abu Bakr `Abdullah b. abi Da'ud, "K. al Masahif", ed. A. Jeffery, Cairo, 1936/1355, p. 36)
Jika klaim Shiah ini benar, maka ada banyak sekali ayat dari Qur’an yang telah hilang.
SOLI DEO GLORIA