Pages

Kamis, 16 Agustus 2012

ALKITAB 1: APAKAH AL-QURAN TIDAK MEMILIKI KESALAHAN?

ALKITAB 1
APAKAH AL-QURAN TIDAK MEMILIKI KESALAHAN?

TANTANGAN : Orang-orang Muslim tidak mau menghafalkan atau membaca Alkitab, karena
mereka percaya bahwa kitab-kitab di dalam Alkitab sudah dipalsukan. Mengenai Al-Quran, mereka menghafalkan dan sering membacanya, karena mereka yakin bahwa kitab itu tidak dipalsukan, dan tidak memiliki kesalahan. Karena itu orang-orang Muslim mengajak orang-orang Kristen untuk tidak lagi percaya kepada Alkitab, dan hanya percaya kepada Al-Quran. Bisakah seorang Kristen menerima undangan ini? Apakah Al-Quran benar-benar tidak memiliki kesalahan?

JAWABAN: Banyak orang Muslin percaya bahwa Allah menurunkan Al-Quran dari surga kepada Muhammad. Tidak sedikit pula yang berpikir bahwa Al-Quran diberikan kepada Muhammad oleh seorang malaikat dalam bentuk satu buku yang lengkap. Mereka yakin bahwa Al-Quran tidak akan bisa diselewengkan, karena Allah yang membuatnya menjadi tidak memiliki kesalahan dan karena itu tidak akan bisa dicemarkan.

Kalau anda bertanya kepada seorang ahli Muslim mengenai bagaimana asal mula terjadinya Al-Quran, anda akan mendapatkan gambaran yang sama sekali berbeda. Mereka mengajarkan bahwa Muhammad tidak bisa membaca dan menulis sebagai bukti bahwa ia tidak membuat Al-Quran sebagai tiruan dari ajaran Yahudi ataupun Kristen. Lebih lagi, mereka menekankan bahwa Muhammad tidak menerima Al-Quran seluruhnya sekaligus, tetapi bagian demi bagian di dalam Al-Quran secara supranatural disampaikan kepadanya dalam jangka waktu tertentu. Orang-orang Muslim itu mengatakan bahwa Al-Quran belum menjadi buku ketika Muhammad wafat pada tahun 632. Orang-orang Muslim yang menjadi sahabat Muhammad sudah menghafalkan berbagai bagian dari Al-Quran dan juga mencatat beberapa bagiannya dalam tulisan di kulit kayu, tulang atau dikulit binatang. Baru setelah tahun 653 seorang pejabat Muslim memerintahkan, atas mandat dari seorang penguasa Muslim, untuk mengumpulkan berbagai bagian Al-Quran yang tersedia dan kemudian menggabungkannya menjadi satu manuskrip yang dibakukan. Setelah itu, Kalifah Usman memerintahkan agar semua manuskrip Al-Quran yang lain dimusnahkan. Hanya versi resmi yang ada padanya yang diijinkan untuk tetap ada. Bahkan sampai saat ini, kaum Shiah bertengkar dengan kaum Sunni mengenai pengumpulan bagian di dalam Al-Quran ini. Mereka saling berbantahan bahkan sampai sekarang, karena kaun Shiah yakin bahwa dewan pengumpul itu dengan sengaja meninggalkan satu ayat Al-Quran yang sangat penting yang isinya memberikan penghormatan yang sangat tinggi kepada Ali, Imam kaun Shiah, melebihi semua orang Muslim lainnya.

Ketika bertanya kepada ahli-ahli Muslim, yang sangat hafal akan Al-Quran dan yang terlatih dalam seni membaca Al-Quran (tajwiid), anda akan melihat bahwa tidak hanya ada “satu” Al-Quran, tetapi bahwa orang-orang Muslim memiliki berbagai jenis Al-Quran. Ini yang mereka sebut sebagai “bacaan” atau “cara melafalkan” (qira'aat) dari Al-Quran.

Untuk setiap bacaan Al-Quran mereka akan mengutip salah satu tokoh Muslim dari awal masa Islam, yang cara lafalnya, sampai hari ini, dianggap yang paling benar. Setiap bacaan dari tokoh yang demikian diriwayatkan oleh paling tidak dua orang tokoh Muslim lain dengan cara masing-masing. Versi Al-Quran yang didistribusikan hampir ke seluruh dunia sekarang ini sebagai sebuah kitab berbahasa Arab yang memakai lafal baca ‘Asim (wafat 745) yang diriwayatkan oleh Hafs (wafat 796). Namun sebenarnya, ada enam lagi cara bacaan Al-Quran. Salah satunya adalah lafalan Nafi (wafat 785) –yang diriwayatkan oleh Warsh (wafat 812)—yang sampai sekarang masih dipakai di Maroko. Lima lafalan yang lain adalah dari Ibnu Amir (wafat 770), dari Ibnu Katsir (wafat 773), dari Ibnu Amir (wafat 770), dari Hamzah (wafat 773) dan dari Al Kasa’i (wafat 804). Beberapa ahli Muslim bahkan menerima sampai sejumlah empat belas perbedaan bacaan Al-Quran yang masing-masing diberi nama berdasarkan tokoh Islam pencetusnya yang diriwayatkan oleh dua ahli Muslim dengan cara masing-masing. Pada tahun 1988 Saudi Arabia secara resmi menerbitkan sebuah versi Al-Quran dimana bacaan menurut ‘Asim yang diriwayatkan oleh Hafs dicetak di tengah setiap halaman, sementara di sisi pinggir masing-masing halaman dicantumkan tulisan masing-masing penjamin Muslim tentang ayat yang bersangkutan (kalau tidak ada perbedaan besar dengan kebanyak teks lainnya). Saya sudah pernah mempelajari edisi Al-Quran ini dan melihat bahwa arti dari kata-kata atau lafalan yang berbeda dari Al-Quran itu bisa berbeda tergantung dari cara bacaannya itu.

KABAR BURUK : Kaum Shiah dan kaum Sunni masih tidak bisa sepakat mengenai versi Al-Quran yang mana yang mencantumkan semua ayat-ayat yang diturunkan oleh Allah kepada Muhammad. Bahkan sekarang ada 28 Al-Quran yang berbeda yang secara rutin dibaca oleh orang-orang Muslim yang taat (empat belas bacaan, masing-masing diriwayatkan dengan cara yang berbeda oleh dua orang penjamin). Lalu yang mana dari antara Al-Quran ini yang dianggap tidak memiliki kesalahan? Dan kalau seorang Muslim mengatakan bahwa seluruh 28 bacaan itu tidak memiliki kesalahan, lalu apa sebenarnya yang disebut sebagai “tidak memiliki kesalahan” itu? Karena itu saya tidak percaya bahwa Al-Quran adalah sebuah kitab yang tidak memiliki kesalahan yang dibuat oleh Allah.

KABAR BAIK:
Masing-masing pandangan tentang Al-Quran yang berbeda-beda itu sudah membebaskan saya dari belenggu kitab Al-Quran di dalam seluruh aspek kehidupan saya. Kuasanya sudah dipatahkan. Saya tidak lagi terikat kepada Al-Quran sebagai sebuah kitab, tetapi bisa dengan bebas menyelidiki Kebenaran.

TAMBAHAN INFORMASI:
Sangat menarik untuk mencari di museum-museum dan koleksi pribadi di dunia ini dan kemudian melihat betapa berbedanya manuskrip yang paling tua dari Al-Quran dengan versi Al-Quran yang ada saat ini. Sebuah penjelasan singkat tentang manuskrip-manuskrip Al-Quran dari masa-masa awal Islam tertulis di dalam buku tulisan François Déroche: The Abbasid Tradition. Qur'ans of the 8th to the 10th centuries AD (Oxford University Press 1992).

Sebuah telaah menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan ini:
1. Manuskrip-manuskrip Al-Quran yang mungkin kemungkinan besar dituliskan sebelum tahun 800 dibuat dengan menggunakan gaya tulisan miring (yang disebut Naskah gaya Ma’il atau Hijazi) dimana sebagai contoh huruf Arab A atau L tidak dituliskan secara tegak, dari atas ke bawah, sebagaimana di dalam semua naskah Arab yang dipakai sekarang, tetapi dituliskan miring dari kanan atas ke sisi kiri bawah. Lebih lagi, banyak kata-kata di dalam manuskrip kuno itu yang kurang huruf dibandingkan dengan yang ada di dalam Al-Quran sekarang ini.
2. Dalam manuskrip-manuskrip awal Al-Quran tidak konsonan bisa dibedakan dengan jelas satu dengan yang lainnya. Huruf-huruf Arab N, T, Th, N dan Y, sebagai contohnya, nampak sangat mirip di sana. Sepanjang dengan berlalunya waktu, tambahan-tambahan tanda, yang disebut sebagai tanda-tanda diakritikal, ditambahkan kepada huruf-huruf dasarnya, sehingga konsonan-konsonan Arab bisa dibedakan dalam bentuk tulisannya. Pada awalnya tanda-tanda itu berupa garis-garis kecil; dan kemudian, setelah sekitar tahun 900, titik dipakai di atas atau di bawah huruf dasar, membedakan satu konsonan dengan konsonan lainnya. Karena itu, teks dari Al-Quran yang awal sangat membingungkan kalau dilihat dari perbedaan konsonan yang ada.
3. Baru setelah sekitar tahun 950 ada tanda-tanda vokal yang diletakkan di semua kata-kata bahasa Arab di dalam manuskrip Al-Quran kuno: pertama-tama berupa titik tebal, dan kemudian, sebagaimana sekarang, garis-garis kecil atau huruf-huruf mungil yang diletakkan di atas atau di bawah konsonan. Karena makna dari kata dalam bahasa Arab sangat bergantung kepada vokal yang menyertainya, teks dari Al-Quran kuno itu juga membingungkan dari sisi pemakaian vokal-nya.

Al-Quran yang paling tua saat ini, yang memakai manuskrip dengan memakai konsonan dan tanda vokal seperti Al-Quran yang ada sekarang, tertanggal tahun 1000. Mushaf itu dituliskan oleh seorang ahli kaligrafi terkenal dari Baghdad yang bernama Ibn al-Bawwab. Semua mushaf Al-Quran yang ada dahulu berbeda dengan Al-Quran yang ada sekarang. Kebingungan karena penulisan yang ada di dalam mushaf-mushaf awal itu menjadi penyebab munculnya bacaan yang berbeda-beda terhadap Al-Quran di masa setelahnya.

KESAKSIAN: Nama saya Azali dan saya tinggal di Pakistan. Ketika saya masih remaja, seorang guru agama Islam saya mengajarkan bahwa Al-Quran tidak bisa dikalahkan, karena dimeteraikan oleh Allah (yang disebut ma’soum). Di kelas saya semua muridnya beragama Islam, kecuali dua orang Kristen. Saya ingin mereka juga masuk Islam. Karena itu saya ingin membuktikan kepada mereka bahwa Al-Quran jauh lebih kuat daripada Alkitab mereka. Saya menantang mereka untuk membawa Alkitab mereka, supaya mereka bisa melihat sendiri bahwa Al-Quran jauh lebih kuat. Kemudian mereka membawa Alkitab mereka, dan saya membawa Al-Quran saya. Saya yakin sekali bahwa Al-Quran tidak bisa ditaklukkan, karena sudah dimeteraikan oleh Allah. Karena itu, saya menantang untuk membakar kitab masing-masing. Kitab yang terbakar adalah kitab yang lebih lemah dan kalah! Lalu saya membakar Al-Quran saya, dengan penuh keyakinan bahwa Allah akan melindunginya dari api. Tetapi saya sangat terkejut, kitab saya langsung terbakar dan membara.

Ini sangat mengganggu perasaan saya. Lalu saya mau membuktikan kepada orang-orang Kristen itu bahwa Alkitab mereka juga tidak lebih baik dan berusaha membakar Alkitab itu. Tetapi biar bagaimanapun saya berusaha, Alkitab mereka tidak mau terbakar walau bagaimanapun diusahakan pada saat itu. Ini sangat membuat saya shock dan bahkan sampai jatuh pingsan.

Saat saya sadar kembali, saya percaya kepada kebenaran Alkitab. Orangtua saya, keduanya Muslim yang sangat taat, sangat membenci iman saya yang baru dan mengusir saya dari rumah. Saya mengalami masa-masa yang sulit setelah itu, tetapi saya memiliki keyakinan yang sangat mendalam akan iman saya yang baru. Lalu saya masuk ke sebuah Sekolah Alkitab. Hari ini saya bersaksi kepada orang-orang Muslim di negara saya dan di seluruh dunia dengan memakai internet bahwa Alkitab bisa dipercaya dan bahwa Al-Quran bukannya tidak memiliki kesalahan.

DOA:
Allah yang Mahakuasa, Pencipta langit dan bumi, saya sangat tersentuh dengan kebenaran-kebenaran mengenai Al-Quran ini. Saya yakin bahwa Engkau menyatakan diri-Mu melalui nabi-nabi dan rasul-Mu. Tolonglah saya menemukan Firman-Mu yang benar dan siapkan saya untuk menerima kebenaran-Mu.

PERTANYAAN:
Mengapa Kalifah Usman memerintahkan pembakaran terhadap manuskrip-manuskrip Al-Quran? Berapa banyak bacaan Al-Quran yang berbeda di jaman ini dan apa saja nama-nama mereka yang didasari oleh nama tokoh Islam yang memunculkannya? Bagaimana perbedaan Al-Quran yang ada di jaman ini dibandingkan dengan manuskrip-manuskrip Al-Quran yang ada di masa mula-mula?

UNTUK DIHAFALKAN:
"Tunjukkanlah kepadaku jalan-Mu, ya TUHAN, supaya aku hidup menurut kebenaran-Mu; bulatkanlah hatiku untuk takut akan nama-Mu " (Mazmur 86:11 – Perkataan Nabi Daud)