Saya seorang pria berusia 27 tahun dari keluarga
bukan Kristen. Sejak di bangku SMP, saya mulai tertarik dengan pelajaran
agama, khususnya mengenai perbandingan agama. Saya juga aktif dalam
kegiatan keagamaan di SMP. Saya menjadi lebih tertarik dengan ilmu
perbandingan agama setelah saya nonton film tentang Yesus di TVRI bulan
Desember 1988, menjelang Natal
.Saya dahulu tidak percaya dengan semua ajaran Kristen, baik itu Allah Tritunggal, dosa warisan, dan ajaran-ajaran Kristen yang lain, khususnya tentang penyaliban Yesus, yang katanya disalib untuk menebus dosa manusia. Ada beberapa pertanyaan yang janggal mengenai penyaliban Yesus, yaitu:
- Benarkah Yesus disalib, sedangkan Ia sendiri adalah Tuhan? Bukanlah Tuhan itu maha perkasa? Mungkinkah Tuhan bisa mati di atas kayu salib?
- Menurut ajaran agama saya, yang disalibkan adalah Yudas, karena ia telah mengkhianati Yesus dan Allah telah menolong Yesus naik ke langit. Benarkah Yesus disalib?
Yesus bersabda, yang tercantum dalam injil Matius 20:17-19, yang berbunyi:
Ketika Yesus akan pergi ke Yerusalem, Ia memanggil kedua belas murid-Nya tersendiri dan berkata kepada mereka di tengah jalan:
“Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati.
Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya Ia diolok-olokkan, disesah dan disalibkan, dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan.”
(Baca pula Markus 8:31, Lukas 18:31-34, Yohanes 12:20-36)
Dari keempat Injil tersebut telah menjawab pertanyaan-pertanyaan saya: Mengapa Yesus tidak berdaya waktu disalib? Mengapa Yesus tidak melawan dan diam saja padahal Ia adalah Tuhan? Ini jawabnya: karena Tuhan Yesus, di empat Injil sudah memberitahukan bahwa diri-Nya akan menderita, dan penderitaan Yesus itu untuk menggenapi segala yang telah dinubuatkan Allah melalui para nabi sebagaimana tercantum dalam kitab-kitab Perjanjian Lama.
Jika Tuhan melarikan diri, atau dengan kata lain ditolong oleh Allah naik ke langit dan Allah mengubah wajah Yudas menjadi Yesus, sehingga yang ditangkap dan disalib adalah Yudas, itu sama saja dengan Tuhan yang merusak rencana-Nya sendiri, karena Allah telah menubuatkan melalui para nabi, bahwa Anak Manusia akan menderita dan serahkan kepada orang-orang yang tidak mengenal Allah.
Ini sama dengan orang yang telah membuat sebuah rencana matang, lalu di kemudian hari ia merusaknya sendiri. Allah adalah Allah yang membuat rencana dan rencana-Nya tidak akan dapat digagalkan oleh siapapun dan tidak mungkin diubah oleh-Nya, karena Ia maha yahu. Jika Allah yang telah membuat rencana, dan rencana-Nya kemudian diubah oleh-Nya oleh karena mungkin ada yang kurang baik dari rencana yang telah Ia buat, maka itu menunjukkan bahwa Allah yang demikian adalah Allah yang kurang maha tahu.
Lalu rencana matang apakah dengan kematian Yesus di atas kayu salib? Rencana matang itu adalah:
Kematian Tuhan Yesus di atas kayu salib untuk menebus dosa kita, sebagaimana diterangkan dalam surat Roma 5:
Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.
Juga tertera dalam 1 Korintus 15:3-6. Ini artinya, kematian Tuhan Yesus di atas kayu salib adalah untuk menghapus dan menebus dosa-dosa kita. Ia adalah Tuhan, Juruselamat kita yang perkasa.
Dalam Lukas 18:31-34:
Yesus memanggil kedua belas murid-Nya, lalu berkata kepada mereka: “Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan segala sesuatu yang ditulis oleh para nabi mengenai Anak Manusia akan digenapi.
Sebab Ia akan diserahkan kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, diolok-olokkan, dihina dan diludahi,
dan mereka menyesah dan membunuh Dia, dan pada hari ketiga Ia akan bangkit.”
Akan tetapi mereka sama sekali tidak mengerti semuanya itu; arti perkataan itu tersembunyi bagi mereka dan mereka tidak tahu apa yang dimaksudkan.
Oleh karena pekerjaan Roh Kudus, maka saya boleh mengerti mengapa Tuhan Yesus harus mati di kayu salib. Itu bukan berarti bahwa Ia tidak mampu menolong diri-Nya sendiri, tetapi setiap dosa harus ada penebusan. Karena Allah adalah Allah Yang Maha Suci, sehingga tidak ada kemungkinan manusia yang sudah jatuh dalam dosa dapat menghampiri Allah. Kita dapat datang menghampiri Allah yang Maha Suci, apabila diri kita juga suci. Dan yang menyucikan kita adalah darah Yesus. Darah melambangkan hidup, oleh karena itu dalam Perjanjian Lama ada darah binatang yang dialirkan untuk berdamai dengan Allah dan penggenapannya adalah Darah Anak Allah sendiri, yaitu Yesus yang dialirkan untuk menebus dosa kita.
Dalam Matius 27:1-5, dijelaskan mengenai penyesalan Yudas yang telah menjual Yesus, bahwa ia mati bunuh diri. Ia menyesal, tetapi tidak bertobat. Sedangkan Petrus, yang telah menyangkal Yesus, menyesal dan bertobat. Kematian Yudas pun tertera dalam surat Kisah Para Rasul 1:18.
Oleh karena pengertian yang telah diberikan, maka saya bertobat dan menerima Yesus yang adalah Tuhan, Juruselamat, dan Raja.
Ada satu keinginan saya setelah bertobat, bahwa saya ingin memberitakan kabar baik tentang Tuhan Yesus yang telah mati untuk menebus dosa dan telah bangkit dari kematian dan menang atas dosa. Saya terus mendalami akan iman Kristen dengan pemahaman teologia yang benar.
Mengenai kesaksian ini yang dititikberatkan pada kematian Tuhan Yesus di atas kayu salib adalah semata-mata untuk membuat kita paham mengenai rahasia yang telah Allah berikan kepada kita. Sebenarnya saya juga ingin mengulas tentang Allah Tritunggal, dosa warisan, namun biarlah tentang keduanya itu akan saya buat dalam bentuk buku.
Semua kesaksian mengenai iman saya kepada Kristus ini saya tulis bukan karena paksaan, tekanan, ataupun iming-iming, tetapi oleh karena kemurahan Tuhan yang rela memberikannya kepada saya ketika pencarian kebenaran selama 12 tahun.
Semoga kesaksian ini boleh menjadi berkat dan sebelum mengakhirinya saya ingin mengutip surat Roma 10:9:
Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan
Tuhan Memberkati. AMIN
Jakarta, Desember 2002
Budi S