Diusir, Sempat Jadi Kuli
Perjalanan pertobatan Pdt. Abuna Syarief Hidyatullah boleh dibilang tidak
mulus. Pendertiaan hamba Tuhan ini juga sempat diisukan akan dibunuh. Secara blak-blakkan ia menceritakan kepada Gloria bahwa ia mampu bertahan dalampenderitaan karena Yesus
Saya tidak pernah membayangkan dan berharap saya jadi orang Kristen. Saya orang yang fanatik,
jadi sama orang Kristen saya paling benci. Kalau lihat orang Kristen saya buang ludah. Kalau ada kebaktian di rumah-rumah, pasti saya suka tumpukin batu.
Saya suka meledekin orang Kristen. Pernah debat sama pendeta lalu pendeta itu saya tempelengin, gara-garanya debat tentang Tuhan Yesus, saya kalah. Waktu saya kalah debat, saya tempelengin pendeta. Waktu saya tempelengin dia, pendeta itu malah bilang heleluyah. Kan saya tambah marah. Lalu saya tempelengin lagi, dia juga masih bilang haleluyah.
Tuhan Lawat Lewat Mimpi
Suatu ketika Tuhan lawat saya. Rupanya pendeta ini berdoa supaya saya
diselamatkan. Kemudian saya mimpi. Dalam mimpi itu saya ditegur oleh Tuhan.
Saya tidak melihat wajah Tuhan. Tapi saya melihat sebuah sinar pelangi. Dibalik sebuah sinar pelangi itu ada suara yang berkata, "Syarief hambaku, engkau harus bertobat!"
Lalu saya bilang, bukankah saya ini orang yang sudah bertobat? Berapa banyak orang-orang dari tetangga masuk ke agama saya? Tapi Tuhan bilang, nggak, kamu harus bertobat dan kamu harus datang ke salah satu hambaku yang namanya Pariadji.
Saya tuh terus terang belum kenal Pariadji dan belum tahu, belum pernah lihat wajahnya. Setelah saya mimpi seperti itu, rupanya mimpi saya disensor. Kenapa?
Karena mertua saya cepretin air ke muka saya suruh bangun sembayang subuh. Waktu saya habis dapat mimpi itu, di pikiran saya terngiang-ngiang terus nama Pariadji. Akhirnya saya cerita kepada istri saya. Saya bilang, saya tuh mimpi.
Istri saya bilang, eh kamu tuh jangan percaya sama mimpi.
Setelah mimpi itu saya alami, Genap satu bulan yang datang tukang minta-minta. Yang namanya tukang minta-minta itu langganan ke rumah saya. Jadi Kalau ada tukang minta-minta, saya kasih makan, minum, pakaian dan uang.
Setelah saya kasih dia makan dan minum lalu dia berdoa. Dulu saya itu tidak ngerti, dia berdoa pakai bahasa yang saya tidak mengerti. Dan sekarang saya tahu itu bahasa roh.
Tapi setelah dia keluar dari rumah saya, saya tarik taplak meja saya lalu jatuh sebuah amplop. Nah amplop itu berisi buletin Tiberias, traktat lalu saya baca ada nama Drs. Pariadji. Saya berpikir ini kenapa traktat ada disini. Ini pasti tukang minta-minta.
Saya kejar tukang minta-minta itu. Ternyata sudah nggak ada, sudah hilang. Saya tanya sama saudara saya yang di depan. Kamu lihat nggak tadi tukang minta-minta, karena waktu saya keluar dengan tukang minta-minta, dia ada.
Dia bilang, tidak, saya cuman lihat kamu ngomong sendiri. Saya cerita sama istri saya. Istri saya bilang, ya coba saja dicek. Kalau ini memang dari Tuhan, ya orangnya ada.
Niat Membunuh
Lalu saya coba cek. Saya coba datang ke alamat tersebut. Begitu di depan pintu, saya ketemu sama Pak Pariadji. Tapi karena saya tidak kenal maka saya tanya Pak Pariadji. Lalu dia tanya saya, kamu datang kesini ada perlu apa? Tanya Pariadji. Saya bilang, saya mau menceritakan mimpi saya. Lalu saya ceritakan mimpi saya. Terus saya tuh dari rumah sudah penasaran. Jujur saya katakan, dipinggang saya terselib yang namanya pisau. Saya mau bunuh Pariadji. Mengapa?
Karena terus terang kalau saya bunuh orang Kristen, saya anggap ini jihad, saya masuk surga. Jadi saya sudah siapkan itu dari rumah.
Sampai disana, sepertinya saya kok, tidak berdaya sama sekali. Saya malah ditantang untuk terima Yesus. Begitu ditantang, saya tidak bisa bilang apa-apa kecuali bilang mau.
Singkat cerita, saya di beri Alkitab. Setelah diberi Alkitab, saya pergi. Di
rumah saya pelajari. Waktu saya pelajari, ternyata disitu saya banyak sekali menemukan kebenaran-kebenaran yang selama ini selalu saya pertanyakan. Saya dulu kan selalu minta, tunjukkan kami ke jalan yang lurus. Eh, waktu saya baca di Injil Yohanes ada ayat yang mengatakan, "Akulah jalan kebenaran yang hidup, tidak ada seorangpun yang datang ke Bapa kecuali melalui Aku." Penasaran dan akhirnya disitulah saya mulai percaya Yesus dan ikut Tuhan Yesus Kristus hingga
sekarang.
Diusir dari Keluarga
Hari itu waktu saya ambil keputusan tinggalkan aktivitasmu yang lama. Tetapi ada oposisi dari keluarga. Akhirnya mertua marah dengan saya, orang tua juga. Waktu orang tua saya marah, saya tetap bilang, saya pilih Yesus. Kamu pilih Yesus, saya coret kamu dari daftar keluarga dan saya tidak mau lagi menerima kamu sebagai anak, dan namamu kucoret dari daftar ahli waris.
Kata saya, tidak apa-apa, yang penting nama saya tercatat dalam buku kehidupan dan aku adalah ahli waris kerajaan Allah. Dan sejak itu, waktu dia dengar itu, mertua saya marah dan saya dipukul. Waktu dipukul, saya bilang haleluyah. Saya jadi ingat waktu saya tempeleng pendeta. Hukum tabur tuai berlaku. Dia pukul lagi semakin keras, gigiku rontok satu, haleluya.
Pertama kali Berdoa Dalam Nama Yesus.
Makanya saya tahu di dalam kekristenan jangan main-main. Apa yang kita lakukan itu yang akan kita tuai. Itu konsekuensi dan akhirnya saya diusir. Saya keluar tidak pakai baju yang mewah. Cuman pakai kaos yang melekat di badan, tidak pakai sandal hanya bawa Alkitab.
Firmannya berkata, sekali-kali aku tidak akan membiarkan engkau. Di situ saya, untuk pertama kalinya belajar berdoa di dalam nama Yesus. Doa saya yang pertama yang paling alkitabiah ya hari itu, saya mulai mengganti dari doaku yang dulu.
"Tuhan Yesus, kalau engkau nggak malu lihat saya terlantar, tidak punya
siapa-siapa, sayapun tidak malu. Tapi kalau Engkau malu lihat saya terlantar, sayapun malu Tuhan".
Lalu saya jalan sampai di lampu merah, saya lihat mobil. Di mobil itu saya lihat ada berisi sayur mayur. Truk itu berisi angkutan sayur mayur, saya naik di situ. Di situ rata-rata Ismael semua, kuli-kulinya Ismael semua. Waktu saya naik di situ, saya ditanya, engkau mau kemana? Saya cerita, disitulah pelayanan pertama saya kesaksian. Saya cerita bagaimana saya terima Yesus dan konsekuensinyha saya terima Yesus. Disitulah untuk pertama kalinya saya khotbah diatas truk, di hadapan 3000 jiwa alias 3 orang.
Ada perasaan rindu ingin ke gereja. Jadi kalau hari minggu, saya ke gereja bawa Alkitab walaupun tidak pakai sandal, saya nyeker. Dulu saya pikir semua gereja itu sama ternyata berbeda-beda. Saya pergi dari gereja ke gereja lalu tiap kali masuk ke gereja, banyak orang-orang Kristen yang tidak bisa menerima kehadiran saya.
Ada lagi mejelis berkata, "Eh hati-hati, kamu kalau nampung dia, jangan-jangan alat musik gerejamu diambil, digondol"
Dengar kata-kata seperti itu rasanya kecewa, apalagi saya jiwa baru. Maka terus terang amit-amit, kalau saya jadi orang kristen itu hanya karena lihat orang Kristen maka saya nggak bakalan jadi orang Kristen. Tapi saya jadi Kristen karena saya lihat Yesus.
Lalu saya ingat keluarga saya di Bogor, ada paman saya Frans. Saya ingat dia kan orang seberang. Saya pikir, lewat dia, saya bisa didamaikan dengan keluarga. Ternyata begitu sampai disana, dia sudah ikut Yesus. Jadi saya bukannya didamaikan dengan keluargaku, tapi didamaikan kembali dengan Tuhan Yesus.
Malah saya diajak kebaktian. Akhirnya saya terima Tuhan dan dibabtis lalu dikirim ke Sekolah Tinggi Teologi Tawangmangu jadi dosen. Lalu gabung dengan Tiberias Solo Baru.
==========================================================================================
>>>>>>>
Kerukunan antarumat beragama yang sudah kondusif di Sukoharjo, Jawa Tengah, kem-bali terusik. Bersamaan dengan acara syukuran bupati dan wakil bupati Sukoharjo terpilih, kediaman Pdt. Syarief Hidayatullah, M.A. didemo ratusan bahkan ribuan massa. Mereka menutup secara paksa rumah tinggalnya (3/9), sekitar pukul 20.00 WIB pada 3 September 2005 lalu.
Sukoharjo, Bahana
Massa yang terkonsentrasi membuat suasana di Jl. Mayjend Sutoyo RT.04 RW.04 Madegondo, di sekitar rumah tinggal pendeta Gereja Tiberias Indonesia (GTI) Solo berubah menjadi sangat mencekam. Bahkan kapolres Sukoharjo langsung menyegel tempat tersebut tanpa alasan yang jelas. Anehnya, pelakunya, yakni kapolres sendiri yang tidak dapat membedakan apakah itu gereja atau rumah tinggal pendeta.
Pdt. Syarief Hidayatullah yang bersedia memberi keterangan kepada Bahana di Rumah Makan Manunggal Rasa be-berapa waktu lalu mengatakan bahwa masalahnya berawal dari ibadah Tiberias di Solo Grand Mall, ketika me-reka menyewanya sebagai tempat ibadah. Ke-tika mulai beribadah di sana, seorang pengacara bernama Muhammad -Taufiq, S.H. menyatakan keberatannya jika umat Kris-ten beribadah di tempat tersebut. Karena itu, mantan pengacara Abu Bakar Baasyir ini menyatakan umat Kristen tidak boleh beribadah di tempat ini. Beberapa waktu kemudian, FPI datang juga dengan keberatan yang sama. Tidak lama berselang, Hisbullah juga menyatakan keberatannya. Setelah negosiasi dengan pihak Tiberias Solo, mereka meminta sejumlah uang.
Menurut Syarief, Tiberias telah memenuhinya dan memberikan uang yang tidak sedikit jumlahnya kepada kelompok tersebut. Namun, melalui beberapa pertimbangan, ak-hir-nya Gereja Tiberias Solo memutuskan untuk tidak beribadah lagi di tempat itu. Di Solo Grand Mall ini, sesungguhnya, gereja dengan sinode termuda ini hanya melakukan ibadah selama 2 minggu saja.
Ternyata, masalahnya belum selesai. Muncullah problem baru ketika Zacharias Maksud, koordinator Tiberias Jakarta memasang spot iklan di Harian Solo Pos.
Dari spot iklan itulah mulai berkembang rumor di kalangan kelompok di atas. Rumor tersebut menyatakan bahwa Tiberias buka lagi di Madegondo. Menurut info yang berhasil dihimpun Bahana, diduga ada warga Madegondo yang memberi informasi serta meminta kelompok yang dari Solo Grand Mall tersebut datang ke tempat tinggal Pdt. Syarief yang dika-barkan menjadi tempat kegiatan ibadah Tiberias.
DISIRAM KOPI PANAS
Tatkala mendengar Gereja Tiberias telah beribadah di Madegondo, massa yang diduga didatangkan dari luar daerah tersebut berlaku anarkis bahkan di depan Kapolres Grogol. Seseorang dari kelompok tersebut menyirami seluruh muka dan kaki Pendeta Syarief dengan kopi panas. Hingga berita ini diturunkan, wajah dan kaki Pendeta Syarief masih kelihatan melepuh akibat siraman kopi panas tersebut. Lebih dari itu, massa juga melontarkan kata-kata yang tidak pantas dengan tuduhan-tuduhan tidak berdasar. Mereka menuduh Pdt. Syarief mendapat dana dari Amerika Serikat yang notabene musuh bebuyutan kelompok itu. Bahkan, massa menekan agar surat yang mereka buat sendiri ditandatangani oleh Pdt. Syarief.
Di antara ratusan massa dan tekanan psikologis yang luar biasa terhadap di-rinya, akhirnya Pdt. Syarief harus menandatangani surat tersebut. Salah satu poin dari surat itu menyatakan: “Menghentikan segala kegiatan atau aktivitas yang sedianya akan dilaksanakan di bangunan Tiberias yang sedang dibangun untuk selama-lamanya, termasuk di dalamnya segala aktivitas Pdt. Syarief Hidayatullah dari Dukuh Madegondo, Kelurahan Madegondo, Kecamatan Grogol Sukoharjo”.
Ketika Bahana mengonfirmasi penggunaan Gedung Serba Guna tersebut, dengan lantang pihak Tiberias membantah. “Kami tidak pernah menggunakan Gedung Serba Guna tersebut untuk kegiatan ibadah, kecuali untuk mezbah keluarga,” jelas Pdt. Syarief. Hal ini juga dibenarkan oleh warga masyarakat sekitar yang mengetahui persis kegiatan dalam rumah tinggal hamba Tuhan berdarah Palembang ini. “Kehadiran Pdt. Syarief tidak menimbulkan keresahan, justru keresahan diciptakan ketika massa yang menyerbu itu datang,” ujar Bejo Santoso, sekretaris RT.05/RW.04, Madegondo. Lebih lanjut, Chatib Nahdathul Ulama Ranting Madegondo ini mengatakan, “Saya merasa nyaman dengan kehadiran Pak Syarief.”
RESPONS WARGA SEKITAR
Hal senada juga diungkapkan oleh Warsito, Ketua RT. 04/RW. 04 Madegondo, daerah Pdt. Syarief ber-mukim. Menurutnya, keberadaan Pdt. Syarief dengan Ge-dung Serba Gunanya justru telah mem-perkaya daerah-nya. Bahkan, sekitar 50 anak kurang mampu, mulai SD-SMA mendapatkan beasiswa dari Pdt. Syarief agar mereka dapat sekolah. “Sebagai ketua RT, saya tahu persis motivasi pemberian beasiswa tersebut, bukan sebagai sarana kristenisasi, melainkan hanya demi alasan kemanusiaan saja,” tandas Warsito.
Sesungguhnya, Gedung Serba Guna Tiberias yang didemo tersebut digunakan untuk hal-hal berikut. Lantai I adalah rumah tinggal Pdt. Syarief. Lantai II adalah kantor Gerakan Indonesia Bersatu (GIB) dimana Pdt. Syarief sebagai sekretaris GIB eks se-karesidenan Surakarta. Dan, lantai III direncanakan sebagai gereja, jika memung-kinkan dan dapat izin dari pemerintah setempat. Hal ini dipertegas lagi oleh Haji Sofwan Faisal Sofyan. Kepada Bahana, Ketua MWC Nahdhatul Ulama Kecamatan Grogol ini menegaskan pihaknya mengetahui dengan pasti bahwa gedung yang didemo massa tidak menyalahi izin IMB sebagai studio musik. Semua telah dilakukan sesuai prosedur. Karena itu, pihaknya sangat menyayang-kan pihak-pihak yang telah bermain hakim sendiri dalam peristiwa ini. Jangan sampai menye-le-wengkan isi SKB 2 menteri tahun 1969 tersebut, tambahnya lagi.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Drs. Rusmanto, Camat Kecamatan Grogol ini menegaskan bahwa se-cara hukum, rencana pendirian Gereja Tiberias di Madegondo telah sesuai dengan prosedur.
Sementara itu Sumardi, Ketua Nah-dhatul Ulama (NU) Ranting Madegondo menyatakan isu permurtadan atau kristenisasi, sama sekali tidak benar.
MENEMPUH JALUR HUKUM
Sehubungan dengan demo massa terhadap kediaman Pdt. Syarief dan penyegelan rumah pribadi yang dilakukan oleh massa dan kapolres Grogol, Windu Winarso, S.H. pengacaranya akan menempuh jalur hukum.
Menurutnya, tindakan tersebut me-ru--pakan tindak pidana. Lebih lanjut, Windu menyatakan bahwa pihaknya akan mela-kukan langkah-langkah konkret sebab kapolres telah menyalahi prosedur.
Hingga berita ini diturunkan, kegiatan Gereja Tiberias Indonesia Solo berhenti total. Umat Tuhan yang digembalakan tersebar tak bergembala. Sementara Pdt. Syarief dan keluarga berada dalam tekanan psikologis dengan berbagai teror yang terus dilancarkan. Tempat tinggalnya pun masih diawasi dan dijaga ketat oleh massa pelaku penutupan hingga Bahana tidak bisa mengambil gambarnya. Mari, doakan dan dukunglah mereka!
Perjalanan pertobatan Pdt. Abuna Syarief Hidyatullah boleh dibilang tidak
mulus. Pendertiaan hamba Tuhan ini juga sempat diisukan akan dibunuh. Secara blak-blakkan ia menceritakan kepada Gloria bahwa ia mampu bertahan dalampenderitaan karena Yesus
Saya tidak pernah membayangkan dan berharap saya jadi orang Kristen. Saya orang yang fanatik,
jadi sama orang Kristen saya paling benci. Kalau lihat orang Kristen saya buang ludah. Kalau ada kebaktian di rumah-rumah, pasti saya suka tumpukin batu.
Saya suka meledekin orang Kristen. Pernah debat sama pendeta lalu pendeta itu saya tempelengin, gara-garanya debat tentang Tuhan Yesus, saya kalah. Waktu saya kalah debat, saya tempelengin pendeta. Waktu saya tempelengin dia, pendeta itu malah bilang heleluyah. Kan saya tambah marah. Lalu saya tempelengin lagi, dia juga masih bilang haleluyah.
Tuhan Lawat Lewat Mimpi
Suatu ketika Tuhan lawat saya. Rupanya pendeta ini berdoa supaya saya
diselamatkan. Kemudian saya mimpi. Dalam mimpi itu saya ditegur oleh Tuhan.
Saya tidak melihat wajah Tuhan. Tapi saya melihat sebuah sinar pelangi. Dibalik sebuah sinar pelangi itu ada suara yang berkata, "Syarief hambaku, engkau harus bertobat!"
Lalu saya bilang, bukankah saya ini orang yang sudah bertobat? Berapa banyak orang-orang dari tetangga masuk ke agama saya? Tapi Tuhan bilang, nggak, kamu harus bertobat dan kamu harus datang ke salah satu hambaku yang namanya Pariadji.
Saya tuh terus terang belum kenal Pariadji dan belum tahu, belum pernah lihat wajahnya. Setelah saya mimpi seperti itu, rupanya mimpi saya disensor. Kenapa?
Karena mertua saya cepretin air ke muka saya suruh bangun sembayang subuh. Waktu saya habis dapat mimpi itu, di pikiran saya terngiang-ngiang terus nama Pariadji. Akhirnya saya cerita kepada istri saya. Saya bilang, saya tuh mimpi.
Istri saya bilang, eh kamu tuh jangan percaya sama mimpi.
Setelah mimpi itu saya alami, Genap satu bulan yang datang tukang minta-minta. Yang namanya tukang minta-minta itu langganan ke rumah saya. Jadi Kalau ada tukang minta-minta, saya kasih makan, minum, pakaian dan uang.
Setelah saya kasih dia makan dan minum lalu dia berdoa. Dulu saya itu tidak ngerti, dia berdoa pakai bahasa yang saya tidak mengerti. Dan sekarang saya tahu itu bahasa roh.
Tapi setelah dia keluar dari rumah saya, saya tarik taplak meja saya lalu jatuh sebuah amplop. Nah amplop itu berisi buletin Tiberias, traktat lalu saya baca ada nama Drs. Pariadji. Saya berpikir ini kenapa traktat ada disini. Ini pasti tukang minta-minta.
Saya kejar tukang minta-minta itu. Ternyata sudah nggak ada, sudah hilang. Saya tanya sama saudara saya yang di depan. Kamu lihat nggak tadi tukang minta-minta, karena waktu saya keluar dengan tukang minta-minta, dia ada.
Dia bilang, tidak, saya cuman lihat kamu ngomong sendiri. Saya cerita sama istri saya. Istri saya bilang, ya coba saja dicek. Kalau ini memang dari Tuhan, ya orangnya ada.
Niat Membunuh
Lalu saya coba cek. Saya coba datang ke alamat tersebut. Begitu di depan pintu, saya ketemu sama Pak Pariadji. Tapi karena saya tidak kenal maka saya tanya Pak Pariadji. Lalu dia tanya saya, kamu datang kesini ada perlu apa? Tanya Pariadji. Saya bilang, saya mau menceritakan mimpi saya. Lalu saya ceritakan mimpi saya. Terus saya tuh dari rumah sudah penasaran. Jujur saya katakan, dipinggang saya terselib yang namanya pisau. Saya mau bunuh Pariadji. Mengapa?
Karena terus terang kalau saya bunuh orang Kristen, saya anggap ini jihad, saya masuk surga. Jadi saya sudah siapkan itu dari rumah.
Sampai disana, sepertinya saya kok, tidak berdaya sama sekali. Saya malah ditantang untuk terima Yesus. Begitu ditantang, saya tidak bisa bilang apa-apa kecuali bilang mau.
Singkat cerita, saya di beri Alkitab. Setelah diberi Alkitab, saya pergi. Di
rumah saya pelajari. Waktu saya pelajari, ternyata disitu saya banyak sekali menemukan kebenaran-kebenaran yang selama ini selalu saya pertanyakan. Saya dulu kan selalu minta, tunjukkan kami ke jalan yang lurus. Eh, waktu saya baca di Injil Yohanes ada ayat yang mengatakan, "Akulah jalan kebenaran yang hidup, tidak ada seorangpun yang datang ke Bapa kecuali melalui Aku." Penasaran dan akhirnya disitulah saya mulai percaya Yesus dan ikut Tuhan Yesus Kristus hingga
sekarang.
Diusir dari Keluarga
Hari itu waktu saya ambil keputusan tinggalkan aktivitasmu yang lama. Tetapi ada oposisi dari keluarga. Akhirnya mertua marah dengan saya, orang tua juga. Waktu orang tua saya marah, saya tetap bilang, saya pilih Yesus. Kamu pilih Yesus, saya coret kamu dari daftar keluarga dan saya tidak mau lagi menerima kamu sebagai anak, dan namamu kucoret dari daftar ahli waris.
Kata saya, tidak apa-apa, yang penting nama saya tercatat dalam buku kehidupan dan aku adalah ahli waris kerajaan Allah. Dan sejak itu, waktu dia dengar itu, mertua saya marah dan saya dipukul. Waktu dipukul, saya bilang haleluyah. Saya jadi ingat waktu saya tempeleng pendeta. Hukum tabur tuai berlaku. Dia pukul lagi semakin keras, gigiku rontok satu, haleluya.
Pertama kali Berdoa Dalam Nama Yesus.
Makanya saya tahu di dalam kekristenan jangan main-main. Apa yang kita lakukan itu yang akan kita tuai. Itu konsekuensi dan akhirnya saya diusir. Saya keluar tidak pakai baju yang mewah. Cuman pakai kaos yang melekat di badan, tidak pakai sandal hanya bawa Alkitab.
Firmannya berkata, sekali-kali aku tidak akan membiarkan engkau. Di situ saya, untuk pertama kalinya belajar berdoa di dalam nama Yesus. Doa saya yang pertama yang paling alkitabiah ya hari itu, saya mulai mengganti dari doaku yang dulu.
"Tuhan Yesus, kalau engkau nggak malu lihat saya terlantar, tidak punya
siapa-siapa, sayapun tidak malu. Tapi kalau Engkau malu lihat saya terlantar, sayapun malu Tuhan".
Lalu saya jalan sampai di lampu merah, saya lihat mobil. Di mobil itu saya lihat ada berisi sayur mayur. Truk itu berisi angkutan sayur mayur, saya naik di situ. Di situ rata-rata Ismael semua, kuli-kulinya Ismael semua. Waktu saya naik di situ, saya ditanya, engkau mau kemana? Saya cerita, disitulah pelayanan pertama saya kesaksian. Saya cerita bagaimana saya terima Yesus dan konsekuensinyha saya terima Yesus. Disitulah untuk pertama kalinya saya khotbah diatas truk, di hadapan 3000 jiwa alias 3 orang.
Ada perasaan rindu ingin ke gereja. Jadi kalau hari minggu, saya ke gereja bawa Alkitab walaupun tidak pakai sandal, saya nyeker. Dulu saya pikir semua gereja itu sama ternyata berbeda-beda. Saya pergi dari gereja ke gereja lalu tiap kali masuk ke gereja, banyak orang-orang Kristen yang tidak bisa menerima kehadiran saya.
Ada lagi mejelis berkata, "Eh hati-hati, kamu kalau nampung dia, jangan-jangan alat musik gerejamu diambil, digondol"
Dengar kata-kata seperti itu rasanya kecewa, apalagi saya jiwa baru. Maka terus terang amit-amit, kalau saya jadi orang kristen itu hanya karena lihat orang Kristen maka saya nggak bakalan jadi orang Kristen. Tapi saya jadi Kristen karena saya lihat Yesus.
Lalu saya ingat keluarga saya di Bogor, ada paman saya Frans. Saya ingat dia kan orang seberang. Saya pikir, lewat dia, saya bisa didamaikan dengan keluarga. Ternyata begitu sampai disana, dia sudah ikut Yesus. Jadi saya bukannya didamaikan dengan keluargaku, tapi didamaikan kembali dengan Tuhan Yesus.
Malah saya diajak kebaktian. Akhirnya saya terima Tuhan dan dibabtis lalu dikirim ke Sekolah Tinggi Teologi Tawangmangu jadi dosen. Lalu gabung dengan Tiberias Solo Baru.
==========================================================================================
>>>>>>>
Kerukunan antarumat beragama yang sudah kondusif di Sukoharjo, Jawa Tengah, kem-bali terusik. Bersamaan dengan acara syukuran bupati dan wakil bupati Sukoharjo terpilih, kediaman Pdt. Syarief Hidayatullah, M.A. didemo ratusan bahkan ribuan massa. Mereka menutup secara paksa rumah tinggalnya (3/9), sekitar pukul 20.00 WIB pada 3 September 2005 lalu.
Sukoharjo, Bahana
Massa yang terkonsentrasi membuat suasana di Jl. Mayjend Sutoyo RT.04 RW.04 Madegondo, di sekitar rumah tinggal pendeta Gereja Tiberias Indonesia (GTI) Solo berubah menjadi sangat mencekam. Bahkan kapolres Sukoharjo langsung menyegel tempat tersebut tanpa alasan yang jelas. Anehnya, pelakunya, yakni kapolres sendiri yang tidak dapat membedakan apakah itu gereja atau rumah tinggal pendeta.
Pdt. Syarief Hidayatullah yang bersedia memberi keterangan kepada Bahana di Rumah Makan Manunggal Rasa be-berapa waktu lalu mengatakan bahwa masalahnya berawal dari ibadah Tiberias di Solo Grand Mall, ketika me-reka menyewanya sebagai tempat ibadah. Ke-tika mulai beribadah di sana, seorang pengacara bernama Muhammad -Taufiq, S.H. menyatakan keberatannya jika umat Kris-ten beribadah di tempat tersebut. Karena itu, mantan pengacara Abu Bakar Baasyir ini menyatakan umat Kristen tidak boleh beribadah di tempat ini. Beberapa waktu kemudian, FPI datang juga dengan keberatan yang sama. Tidak lama berselang, Hisbullah juga menyatakan keberatannya. Setelah negosiasi dengan pihak Tiberias Solo, mereka meminta sejumlah uang.
Menurut Syarief, Tiberias telah memenuhinya dan memberikan uang yang tidak sedikit jumlahnya kepada kelompok tersebut. Namun, melalui beberapa pertimbangan, ak-hir-nya Gereja Tiberias Solo memutuskan untuk tidak beribadah lagi di tempat itu. Di Solo Grand Mall ini, sesungguhnya, gereja dengan sinode termuda ini hanya melakukan ibadah selama 2 minggu saja.
Ternyata, masalahnya belum selesai. Muncullah problem baru ketika Zacharias Maksud, koordinator Tiberias Jakarta memasang spot iklan di Harian Solo Pos.
Dari spot iklan itulah mulai berkembang rumor di kalangan kelompok di atas. Rumor tersebut menyatakan bahwa Tiberias buka lagi di Madegondo. Menurut info yang berhasil dihimpun Bahana, diduga ada warga Madegondo yang memberi informasi serta meminta kelompok yang dari Solo Grand Mall tersebut datang ke tempat tinggal Pdt. Syarief yang dika-barkan menjadi tempat kegiatan ibadah Tiberias.
DISIRAM KOPI PANAS
Tatkala mendengar Gereja Tiberias telah beribadah di Madegondo, massa yang diduga didatangkan dari luar daerah tersebut berlaku anarkis bahkan di depan Kapolres Grogol. Seseorang dari kelompok tersebut menyirami seluruh muka dan kaki Pendeta Syarief dengan kopi panas. Hingga berita ini diturunkan, wajah dan kaki Pendeta Syarief masih kelihatan melepuh akibat siraman kopi panas tersebut. Lebih dari itu, massa juga melontarkan kata-kata yang tidak pantas dengan tuduhan-tuduhan tidak berdasar. Mereka menuduh Pdt. Syarief mendapat dana dari Amerika Serikat yang notabene musuh bebuyutan kelompok itu. Bahkan, massa menekan agar surat yang mereka buat sendiri ditandatangani oleh Pdt. Syarief.
Di antara ratusan massa dan tekanan psikologis yang luar biasa terhadap di-rinya, akhirnya Pdt. Syarief harus menandatangani surat tersebut. Salah satu poin dari surat itu menyatakan: “Menghentikan segala kegiatan atau aktivitas yang sedianya akan dilaksanakan di bangunan Tiberias yang sedang dibangun untuk selama-lamanya, termasuk di dalamnya segala aktivitas Pdt. Syarief Hidayatullah dari Dukuh Madegondo, Kelurahan Madegondo, Kecamatan Grogol Sukoharjo”.
Ketika Bahana mengonfirmasi penggunaan Gedung Serba Guna tersebut, dengan lantang pihak Tiberias membantah. “Kami tidak pernah menggunakan Gedung Serba Guna tersebut untuk kegiatan ibadah, kecuali untuk mezbah keluarga,” jelas Pdt. Syarief. Hal ini juga dibenarkan oleh warga masyarakat sekitar yang mengetahui persis kegiatan dalam rumah tinggal hamba Tuhan berdarah Palembang ini. “Kehadiran Pdt. Syarief tidak menimbulkan keresahan, justru keresahan diciptakan ketika massa yang menyerbu itu datang,” ujar Bejo Santoso, sekretaris RT.05/RW.04, Madegondo. Lebih lanjut, Chatib Nahdathul Ulama Ranting Madegondo ini mengatakan, “Saya merasa nyaman dengan kehadiran Pak Syarief.”
RESPONS WARGA SEKITAR
Hal senada juga diungkapkan oleh Warsito, Ketua RT. 04/RW. 04 Madegondo, daerah Pdt. Syarief ber-mukim. Menurutnya, keberadaan Pdt. Syarief dengan Ge-dung Serba Gunanya justru telah mem-perkaya daerah-nya. Bahkan, sekitar 50 anak kurang mampu, mulai SD-SMA mendapatkan beasiswa dari Pdt. Syarief agar mereka dapat sekolah. “Sebagai ketua RT, saya tahu persis motivasi pemberian beasiswa tersebut, bukan sebagai sarana kristenisasi, melainkan hanya demi alasan kemanusiaan saja,” tandas Warsito.
Sesungguhnya, Gedung Serba Guna Tiberias yang didemo tersebut digunakan untuk hal-hal berikut. Lantai I adalah rumah tinggal Pdt. Syarief. Lantai II adalah kantor Gerakan Indonesia Bersatu (GIB) dimana Pdt. Syarief sebagai sekretaris GIB eks se-karesidenan Surakarta. Dan, lantai III direncanakan sebagai gereja, jika memung-kinkan dan dapat izin dari pemerintah setempat. Hal ini dipertegas lagi oleh Haji Sofwan Faisal Sofyan. Kepada Bahana, Ketua MWC Nahdhatul Ulama Kecamatan Grogol ini menegaskan pihaknya mengetahui dengan pasti bahwa gedung yang didemo massa tidak menyalahi izin IMB sebagai studio musik. Semua telah dilakukan sesuai prosedur. Karena itu, pihaknya sangat menyayang-kan pihak-pihak yang telah bermain hakim sendiri dalam peristiwa ini. Jangan sampai menye-le-wengkan isi SKB 2 menteri tahun 1969 tersebut, tambahnya lagi.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Drs. Rusmanto, Camat Kecamatan Grogol ini menegaskan bahwa se-cara hukum, rencana pendirian Gereja Tiberias di Madegondo telah sesuai dengan prosedur.
Sementara itu Sumardi, Ketua Nah-dhatul Ulama (NU) Ranting Madegondo menyatakan isu permurtadan atau kristenisasi, sama sekali tidak benar.
MENEMPUH JALUR HUKUM
Sehubungan dengan demo massa terhadap kediaman Pdt. Syarief dan penyegelan rumah pribadi yang dilakukan oleh massa dan kapolres Grogol, Windu Winarso, S.H. pengacaranya akan menempuh jalur hukum.
Menurutnya, tindakan tersebut me-ru--pakan tindak pidana. Lebih lanjut, Windu menyatakan bahwa pihaknya akan mela-kukan langkah-langkah konkret sebab kapolres telah menyalahi prosedur.
Hingga berita ini diturunkan, kegiatan Gereja Tiberias Indonesia Solo berhenti total. Umat Tuhan yang digembalakan tersebar tak bergembala. Sementara Pdt. Syarief dan keluarga berada dalam tekanan psikologis dengan berbagai teror yang terus dilancarkan. Tempat tinggalnya pun masih diawasi dan dijaga ketat oleh massa pelaku penutupan hingga Bahana tidak bisa mengambil gambarnya. Mari, doakan dan dukunglah mereka!