“Ayahku menyerahkanku ke pihak
berwajib, lalu mereka menangkapku dan memasukkanku ke penjara karena aku
meninggalkan Islam. Aku mengalami waktu-waktu yang sangat buruk di
sana, karena mereka menganiayaku dengan bengis supaya aku kembali lagi
ke Islam.”
Bagi para pengikut fundamentalis Islam, menerima perintah untuk membunuh dalam nama Allah adalah sebuah tantangan yang besar. Bassam memilih untuk menolak tantangan itu bahkan bangkit menentangnya. Hal yang menyedihkan, ia tidak hanya dianggap telah menentang metode yang diterapkan oleh pemerintah, tetapi juga telah dianggap menentang ayah kandungnya sendiri, yang kemudian menyerahkannya ke pihak berwajib. Kejahatannya adalah: Ia tidak lagi memiliki keinginan untuk mengikuti Islam.
Bassam menunjukkan kepada kita arti sebenarnya dari keberanian. Ia mendesak setiap kita untuk melakukan seperti yang ia lakukan ketika ia berdiri menentang para ekstremis Muslim – termasuk keluarga kandungnya sendiri. Ia juga memperingatkan kita: Perhatikan apa yang dilakukan oleh Islam kepadaku ... Ia bisa melakukan hal yang sama kepadamu.
Kesaksian Bassam
Saya tinggal di Timur Tengah. Saya dilahirkan sebagai seorang Muslim, dan pada usia delapan belas tahun, saya menjadi anggota dari kelompok Islam, karena saya mempunyai seorang saudara yang merupakan salah seorang pemimpin kelompok ini. Saya pikir saya sudah melakukan semua hal yang bisa saya lakukan bagi Allah sebab saya mengenalNya pada titik ini.
Setelah beberapa waktu, saya pun diajari untuk menggunakan senjata dan membuat bom. Saya merasa sangat tidak nyaman dengan apa yang saya lakukan – yaitu melukai orang lain demi Allah. Saya pikir jika bukan saya maka kelompok ini telah salah mengerti akan pengajaran Tuhan. Saya mulai mempelajari Qur’an dan Hadis secara menyeluruh (dengan pertolongan salah seorang pemimpin kelompok, tanpa memberitahukan kepadanya alasan saya yang sebenarnya mengapa saya mempelajarinya), yaitu untuk melihat hal-hal apa yang telah terlewati. Setelah beberapa tahun, saya pun menjadi terheran-heran dengan apa yang saya temukan. Saya menemukan bahwa Islam bukanlah sebuah jalan yang damai menuju Tuhan, seperti yang selama ini saya percayai. Sebagai kontras, agama ini begitu kejam dan penuh dengan kekerasan. Jika saya melakukan kehendak Tuhan dengan cara apa saja yang memungkinkan, bahkan jika harus membunuh manusia, maka saya berkata, hal ini tidak mungkin jalan menuju Tuhan.
Saya tak pernah menganggap diri saya meninggalkan Islam untuk hal yang lain, namun pada titik ini saya yakin bahwa hal ini pun tidaklah membawa saya kepada Tuhan. Setelah beberapa waktu lamanya saya menemukan bahwa semua hal yang saya percayai bukanlah hal yang benar; maka saya mulai terlibat dengan narkoba, dan tidak lagi berbicara mengenai Tuhan sama sekali.
Kemudian saya bertemu dengan seorang Kristen yang tidak tahu banyak mengenai teologi Kristen, tetapi yang hatinya penuh dengan kasih terhadap orang lain, apa pun dan siapa pun mereka. Salah seorang temannya (yang merupakan anggota dari kelompok yang saya ikuti) berkata kepada saya bahwa orang itu harus dibunuh sebab ia adalah seorang Kristen dan tidak membayar Jiziah (pajak yang dikenakan bagi orang Kristen dan Yahudi di sebuah negara Islam, berdasarkan peraturan Quran). Tetapi hal itu tidak menghentikan orang ini untuk mengasihinya atau berhubungan dengannya secara profesional. Pada awalnya saya tidak tahu bahwa ia adalah seorang Kristen, dan ketika saya mengetahuinya, saya terheran-heran; semua hal yang saya baca dalam tulisan-tulisan Islam mengenai Kristen di sepanjang hidup saya dan juga pandangan Muhammad mengenai mereka, sama sekali tidak terbukti. Kemudian saya bertanya kepada teman ini, bisakah saya mendapatkan Alkitab.
Setelah mulai membaca Alkitab, saya menemukan perbedaan yang besar antara apa yang tertulis dalam Alkitab dengan apa yang telah saya dengar dari perkataan orang-orang Muslim atau dari orang-orang Kristen KTP mengenai mereka.
Saya benar-benar tersentak oleh satu hal yang ditulis dalam Alkitab, yaitu pengajaran bahwa tak seorang pun yang benar kecuali Yesus. Jika dibandingkan dengan mereka yang disebut nabi-nabi Tuhan seperti Daud, Yakub, Abraham, kedua belas murid, mereka semua ternyata melakukan kesalahan-kesalahan. Alkitab penuh berisi dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh semua orang kecuali Yesus. Ia sendiri berkata kepada musuh-musuhnya, “Siapa dari antara kalian yang membuktikan bahwa Aku berdosa?” (Yohanes 8:46), dan tak seorang pun menjawab. Bahkan Yudas Iskariot, yang menyerahkanNya kepada pihak berwenang untuk diadili, berkata: “Aku telah berdosa karena menyerahkan nyawa orang yang tidak berdosa.” (Matius 27:4)
Ayahku kemudian menyerahkanku kepada pihak berwajib dan mereka menangkapku dan memasukkanku ke penjara karena telah keluar dari Islam. Saya mengalami masa-masa yang sangat kelam di sana, karena mereka menyiksaku dengan kejam supaya aku kembali lagi ke Islam. Mereka menyetrum dan memukuliku, serta membiarkanku tergantung pada lenganku semalam-malaman. Setelah mereka melakukan hal-hal itu selama beberapa minggu, saya dimasukkan ke dalam kurungan isolasi selama hampir satu tahun lamanya. Tetapi aku tidak bisa menyangkali Pribadi yang telah memberikanku jaminan akan hidup kekal. Sekarang aku telah keluar dari penjara dan aku telah meninggalkan negaraku. Tetapi aku memiliki kerinduan yang besar untuk kembali ke sana untuk membawa saudara-saudara sebangsaku agar mereka meninggalkan Islam.
Bagi para pengikut fundamentalis Islam, menerima perintah untuk membunuh dalam nama Allah adalah sebuah tantangan yang besar. Bassam memilih untuk menolak tantangan itu bahkan bangkit menentangnya. Hal yang menyedihkan, ia tidak hanya dianggap telah menentang metode yang diterapkan oleh pemerintah, tetapi juga telah dianggap menentang ayah kandungnya sendiri, yang kemudian menyerahkannya ke pihak berwajib. Kejahatannya adalah: Ia tidak lagi memiliki keinginan untuk mengikuti Islam.
Bassam menunjukkan kepada kita arti sebenarnya dari keberanian. Ia mendesak setiap kita untuk melakukan seperti yang ia lakukan ketika ia berdiri menentang para ekstremis Muslim – termasuk keluarga kandungnya sendiri. Ia juga memperingatkan kita: Perhatikan apa yang dilakukan oleh Islam kepadaku ... Ia bisa melakukan hal yang sama kepadamu.
Kesaksian Bassam
Saya tinggal di Timur Tengah. Saya dilahirkan sebagai seorang Muslim, dan pada usia delapan belas tahun, saya menjadi anggota dari kelompok Islam, karena saya mempunyai seorang saudara yang merupakan salah seorang pemimpin kelompok ini. Saya pikir saya sudah melakukan semua hal yang bisa saya lakukan bagi Allah sebab saya mengenalNya pada titik ini.
Setelah beberapa waktu, saya pun diajari untuk menggunakan senjata dan membuat bom. Saya merasa sangat tidak nyaman dengan apa yang saya lakukan – yaitu melukai orang lain demi Allah. Saya pikir jika bukan saya maka kelompok ini telah salah mengerti akan pengajaran Tuhan. Saya mulai mempelajari Qur’an dan Hadis secara menyeluruh (dengan pertolongan salah seorang pemimpin kelompok, tanpa memberitahukan kepadanya alasan saya yang sebenarnya mengapa saya mempelajarinya), yaitu untuk melihat hal-hal apa yang telah terlewati. Setelah beberapa tahun, saya pun menjadi terheran-heran dengan apa yang saya temukan. Saya menemukan bahwa Islam bukanlah sebuah jalan yang damai menuju Tuhan, seperti yang selama ini saya percayai. Sebagai kontras, agama ini begitu kejam dan penuh dengan kekerasan. Jika saya melakukan kehendak Tuhan dengan cara apa saja yang memungkinkan, bahkan jika harus membunuh manusia, maka saya berkata, hal ini tidak mungkin jalan menuju Tuhan.
Saya tak pernah menganggap diri saya meninggalkan Islam untuk hal yang lain, namun pada titik ini saya yakin bahwa hal ini pun tidaklah membawa saya kepada Tuhan. Setelah beberapa waktu lamanya saya menemukan bahwa semua hal yang saya percayai bukanlah hal yang benar; maka saya mulai terlibat dengan narkoba, dan tidak lagi berbicara mengenai Tuhan sama sekali.
Kemudian saya bertemu dengan seorang Kristen yang tidak tahu banyak mengenai teologi Kristen, tetapi yang hatinya penuh dengan kasih terhadap orang lain, apa pun dan siapa pun mereka. Salah seorang temannya (yang merupakan anggota dari kelompok yang saya ikuti) berkata kepada saya bahwa orang itu harus dibunuh sebab ia adalah seorang Kristen dan tidak membayar Jiziah (pajak yang dikenakan bagi orang Kristen dan Yahudi di sebuah negara Islam, berdasarkan peraturan Quran). Tetapi hal itu tidak menghentikan orang ini untuk mengasihinya atau berhubungan dengannya secara profesional. Pada awalnya saya tidak tahu bahwa ia adalah seorang Kristen, dan ketika saya mengetahuinya, saya terheran-heran; semua hal yang saya baca dalam tulisan-tulisan Islam mengenai Kristen di sepanjang hidup saya dan juga pandangan Muhammad mengenai mereka, sama sekali tidak terbukti. Kemudian saya bertanya kepada teman ini, bisakah saya mendapatkan Alkitab.
Setelah mulai membaca Alkitab, saya menemukan perbedaan yang besar antara apa yang tertulis dalam Alkitab dengan apa yang telah saya dengar dari perkataan orang-orang Muslim atau dari orang-orang Kristen KTP mengenai mereka.
Saya benar-benar tersentak oleh satu hal yang ditulis dalam Alkitab, yaitu pengajaran bahwa tak seorang pun yang benar kecuali Yesus. Jika dibandingkan dengan mereka yang disebut nabi-nabi Tuhan seperti Daud, Yakub, Abraham, kedua belas murid, mereka semua ternyata melakukan kesalahan-kesalahan. Alkitab penuh berisi dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh semua orang kecuali Yesus. Ia sendiri berkata kepada musuh-musuhnya, “Siapa dari antara kalian yang membuktikan bahwa Aku berdosa?” (Yohanes 8:46), dan tak seorang pun menjawab. Bahkan Yudas Iskariot, yang menyerahkanNya kepada pihak berwenang untuk diadili, berkata: “Aku telah berdosa karena menyerahkan nyawa orang yang tidak berdosa.” (Matius 27:4)
Ayahku kemudian menyerahkanku kepada pihak berwajib dan mereka menangkapku dan memasukkanku ke penjara karena telah keluar dari Islam. Saya mengalami masa-masa yang sangat kelam di sana, karena mereka menyiksaku dengan kejam supaya aku kembali lagi ke Islam. Mereka menyetrum dan memukuliku, serta membiarkanku tergantung pada lenganku semalam-malaman. Setelah mereka melakukan hal-hal itu selama beberapa minggu, saya dimasukkan ke dalam kurungan isolasi selama hampir satu tahun lamanya. Tetapi aku tidak bisa menyangkali Pribadi yang telah memberikanku jaminan akan hidup kekal. Sekarang aku telah keluar dari penjara dan aku telah meninggalkan negaraku. Tetapi aku memiliki kerinduan yang besar untuk kembali ke sana untuk membawa saudara-saudara sebangsaku agar mereka meninggalkan Islam.