Rabu, 22 Agustus 2012

Turkmenistan



Hampir tidak mungkin bagi warga negara asing, khususnya Kristen masuk ke Turkmenistan. Sampai sekarang, kami terus menerima informasi dari mereka yang memberitakan Injil di negara yang terisolasi tersebut.
Presiden Saparmurad Niyazov, mengangkat dirinya sendiri sebagai
dewa "Turkmenbashi," atau pemimpin Turkmen. Dia telah membangun patung-patung dan monumen-monumen dirinya di seluruh bagian negara Turkmen. Tahun lalu, anggota parlemen yang orang-orangnya merupakan kroninya sendiri, bahkan mengadakan voting mengganti nama-nama hari dalam seminggu sebagai penghormatan atas Niyazov dan keluarganya.
Baru-baru ini, seorang pendeta yang gerejanya dihancurkan pada tahun 1999, senang sekali menerima pengakuan resmi atas gerejanya dari pemerintah. Kelihatannya protes internasional melahirkan hasil di dalam negeri.
Gereja ini telah merencanakan ibadah yang pertama di awal tahun ini, sejak gedung gereja mereka dihancurkan pada tahun 1999. Mereka menyewa sebuah aula besar sebagai tempat ibadah dan telah mengirimkan 150 surat undangan, termasuk kepada 25 surat undangan kepada tamu istimewa dan para pejabat pemerintah. Tetapi saat hari H-nya makin mendekat, "izin resmi" operasional gereja menjadi tidak bernilai lagi. Pejabat pemerintah mengatakan kepada para pemimpin gereja, bahwa mereka dilarang menyewa fasilitas apa pun bagi kegiatan keagamaan, jadi rencana ibadah dengan menggunakan aula besar batal diadakan.
Para pelajar Kristen yang belajar di universitas diancam dengan pengusiran. Hampir semua pelajar Kristen asing telah dikeluarkan. Dalam beberapa bulan terakhir, tekanan terhadap gereja-gereja yang tidak terdaftar meningkat. Beberapa pendeta telah dipenjarakan, dipukuli, didenda dengan biaya yang besar, dan dipenjarakan. Pada bulan Maret 2003, setelah penggerebekan terhadap sebuah Gereja Baptis yang tidak terdaftar, anak-anak dari gereja tersebut dibawa dengan paksa dari sekolah mereka, untuk diinterogasi oleh suatu satuan khusus mengenai pendidikan Kristen mereka. Menurut pihak gereja, anak-anak tersebut dilarang untuk menghadiri ibadah gereja. Pada bulan Juni 2003, sebuah gereja yang melayani orang-orang tuli dan bisu digerebek, dan semua orang yang hadir di ibadah tersebut, didenda dengan nilai yang hampir sama dengan subsidi uang yang mereka terima dari pemerintah untuk satu bulan. Pada bulan Mei 2003, sebuah gereja Baptis di Balkanabad juga digerebek. Mereka yang hadir, termasuk anak-anak, dengan paksa dibawa ke kantor polisi di mana mereka diolok-olok dan diancam.
Ini adalah realitas yang dihadapi oleh orang-orang Kristen Turkmenistan, negara yang paling tertutup di Asia Tengah. Tetapi pelayanan gereja terus berjalan, dan ada pertumbuhan di sana saat benih-benih yang baru ditanam di negara yang sulit ini.
"Jangan berdoa untuk menghentikan penganiayaan," saran seorang Kristen Turkmen. "Gereja selalu menghadapi penganiayaan. Lebih baik berdoalah agar kami akan kuat selama masa penganiayaan."
Berdoa adalah panggilan penting dari saudara-saudari kita di Asia Tengah; tetapi keteladanan mereka lebih dalam lagi memanggil kita. Keteladanan yang sama pula merupakan cerminan panggilan yang Yesus lakukan dua ribu tahun yang lalu, yaitu hidup berserah dan menjadi benih-benih yang mati, sehingga lebih banyak lagi buah kehidupan yang akan dapat dituai.
Di dunia bebas, tidak semua dari kita akan mati di ujung senjata seperti yang dialami oleh SB. Tetapi walaupun demikian, kita dipanggil untuk siap mati. Kita dipanggil untuk menyalibkan kedagingan, dosa, dan kehidupan kita di dunia yang tidak serupa dengan gambaran-Nya. Kita dipanggil untuk terus menanam benih-benih Injil.
SB, Pendeta Khripunow, Pendeta O, dan orang-orang Kristen lainnya di Asia Tengah, sedang mengikuti keteladanan para martir (dalam bahasa Yunani martir berarti "saksi") sepanjang zaman. Keteladanan para saksi tersebut disimpulkan oleh rasul Paulus di Filipi 1:21, "Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan."
Firman itu yang menandai hidup SB, juga menandai tempat peristirahatan terakhirnya: Mereka mengukir di atas batu nisannya. Kita juga dipanggil untuk hidup bagi Kristus dan mati bagi diri sendiri. Tuhan, jadikan kami benih-benih yang mati yang menghasilkan buah kehidupan kekal bagi Kerajaan-Mu.
Diambil dari:
Nama buletin : Kasih Dalam Perbuatan, Edisi November - Desember 2004
Penerbit : Yayasan Kasih Dalam Perbuatan
Halaman : 8

Cari artikel Blog Ini

copy right