Hampir tidak mungkin bagi warga negara asing,
khususnya Kristen masuk ke Turkmenistan. Sampai sekarang, kami terus
menerima informasi dari mereka yang memberitakan Injil di negara yang
terisolasi tersebut.
Presiden Saparmurad Niyazov, mengangkat dirinya
sendiri sebagai
dewa "Turkmenbashi," atau pemimpin Turkmen. Dia telah
membangun patung-patung dan monumen-monumen dirinya di seluruh bagian
negara Turkmen. Tahun lalu, anggota parlemen yang orang-orangnya
merupakan kroninya sendiri, bahkan mengadakan voting mengganti nama-nama
hari dalam seminggu sebagai penghormatan atas Niyazov dan keluarganya.
Baru-baru ini, seorang pendeta yang gerejanya
dihancurkan pada tahun 1999, senang sekali menerima pengakuan resmi atas
gerejanya dari pemerintah. Kelihatannya protes internasional melahirkan
hasil di dalam negeri.
Gereja ini telah merencanakan ibadah yang pertama di
awal tahun ini, sejak gedung gereja mereka dihancurkan pada tahun 1999.
Mereka menyewa sebuah aula besar sebagai tempat ibadah dan telah
mengirimkan 150 surat undangan, termasuk kepada 25 surat undangan kepada
tamu istimewa dan para pejabat pemerintah. Tetapi saat hari H-nya makin
mendekat, "izin resmi" operasional gereja menjadi tidak bernilai lagi.
Pejabat pemerintah mengatakan kepada para pemimpin gereja, bahwa mereka
dilarang menyewa fasilitas apa pun bagi kegiatan keagamaan, jadi rencana
ibadah dengan menggunakan aula besar batal diadakan.
Para pelajar Kristen yang belajar di universitas
diancam dengan pengusiran. Hampir semua pelajar Kristen asing telah
dikeluarkan. Dalam beberapa bulan terakhir, tekanan terhadap
gereja-gereja yang tidak terdaftar meningkat. Beberapa pendeta telah
dipenjarakan, dipukuli, didenda dengan biaya yang besar, dan
dipenjarakan. Pada bulan Maret 2003, setelah penggerebekan terhadap
sebuah Gereja Baptis yang tidak terdaftar, anak-anak dari gereja
tersebut dibawa dengan paksa dari sekolah mereka, untuk diinterogasi
oleh suatu satuan khusus mengenai pendidikan Kristen mereka. Menurut
pihak gereja, anak-anak tersebut dilarang untuk menghadiri ibadah
gereja. Pada bulan Juni 2003, sebuah gereja yang melayani orang-orang
tuli dan bisu digerebek, dan semua orang yang hadir di ibadah tersebut,
didenda dengan nilai yang hampir sama dengan subsidi uang yang mereka
terima dari pemerintah untuk satu bulan. Pada bulan Mei 2003, sebuah
gereja Baptis di Balkanabad juga digerebek. Mereka yang hadir, termasuk
anak-anak, dengan paksa dibawa ke kantor polisi di mana mereka
diolok-olok dan diancam.
Ini adalah realitas yang dihadapi oleh orang-orang
Kristen Turkmenistan, negara yang paling tertutup di Asia Tengah. Tetapi
pelayanan gereja terus berjalan, dan ada pertumbuhan di sana saat
benih-benih yang baru ditanam di negara yang sulit ini.
"Jangan berdoa untuk menghentikan penganiayaan,"
saran seorang Kristen Turkmen. "Gereja selalu menghadapi penganiayaan.
Lebih baik berdoalah agar kami akan kuat selama masa penganiayaan."
Berdoa adalah panggilan penting dari saudara-saudari
kita di Asia Tengah; tetapi keteladanan mereka lebih dalam lagi
memanggil kita. Keteladanan yang sama pula merupakan cerminan panggilan
yang Yesus lakukan dua ribu tahun yang lalu, yaitu hidup berserah dan
menjadi benih-benih yang mati, sehingga lebih banyak lagi buah kehidupan
yang akan dapat dituai.
Di dunia bebas, tidak semua dari kita akan mati di
ujung senjata seperti yang dialami oleh SB. Tetapi walaupun demikian,
kita dipanggil untuk siap mati. Kita dipanggil untuk menyalibkan
kedagingan, dosa, dan kehidupan kita di dunia yang tidak serupa dengan
gambaran-Nya. Kita dipanggil untuk terus menanam benih-benih Injil.
SB, Pendeta Khripunow, Pendeta O, dan orang-orang
Kristen lainnya di Asia Tengah, sedang mengikuti keteladanan para martir
(dalam bahasa Yunani martir berarti "saksi") sepanjang zaman.
Keteladanan para saksi tersebut disimpulkan oleh rasul Paulus di Filipi
1:21, "Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan."
Firman itu yang menandai hidup SB, juga menandai
tempat peristirahatan terakhirnya: Mereka mengukir di atas batu
nisannya. Kita juga dipanggil untuk hidup bagi Kristus dan mati bagi
diri sendiri. Tuhan, jadikan kami benih-benih yang mati yang
menghasilkan buah kehidupan kekal bagi Kerajaan-Mu.
Diambil dari:
Nama buletin | : | Kasih Dalam Perbuatan, Edisi November - Desember 2004 |
Penerbit | : | Yayasan Kasih Dalam Perbuatan |
Halaman | : | 8 |