Pages

Senin, 10 September 2012

Surat Terbuka Kepada Rhoma Irama


Oleh: Hatiku Risih
Salam Damai,
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang dikenal sebagai bangsa penuh senyum bahkan sejak dulu jauh sebelum lahirnya Pancasila. Namun akhir-akhir ini asset bangsa yang begitu besar, berikut moralitas Indonesia yang begitu mulia itu makin tergerus dalam isu SARA. Dan hari-hari ini
kita makin prihatin dengan isu kebencian yang Anda – sebagai mubaligh– tiupkan dibalik nama agama. Hati dan perasaan rakyat pemilih menjadi sangat lirih mengikuti sepak terjang “kemubalighan” Anda. Tetapi kearifan lokal tetap sama berkata: “Siapa yang meniupkan angin akan menuai badai”.
1.Anda sebagai mubaligh mengutip 2-3 ayat Quran untuk menggiring Muslim mendiskreditkan kwalifikasi salah satu Cagub/Cawagub DKI sebagai calon yang tidak layak menjadi pemimpin untuk warga DKI?
2.Anda mentafsirkan bahwa Bapak Jokowi yang Muslim itu mendadak menjadi tidak cukup “muslim” untuk menjadi pemimpin DKI karena –- dan hanya karena– berpasangan dengan Bapak Basuki yang dianggap Kafir?
3.Anda memberi alasan bahwa sekali Bp. Jokowi (calon pemimpin dan Muslim) berpasangan dengan Bp. Basuki (wakilnya yang kafir), maka pasangan ini (menurut ayat Al-Quran yang Anda petik?) langsung menjadi menjadi calon yang
tidak boleh dipilih Muslim karena akan menghadapi Murka Allah yang dahsyat. Anda menafsirkan bahwa kemusliman dan keislaman Jokowi menjadi “tercemar” karena pemilihan PILKADAnya ada dalam SATU PAKET dengan Basuki? Sayangnya kita tidak menemui ayat-ayat demikian dalam Al-Quran. Tafsiran Anda sebagai mubaligh sungguh sangat berbahaya, karena menggiringkan ayat kepada agenda pribadi Anda.
4. Anda mencoba bermanis-manis dengan berkata bahwa Anda sangat menghormati Jokowi dan Ahok (Basuki) dalam konteks bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, tetapi bukan dalam rangka KEPEMIMPINAN bangsa. Apanya penghormatan yang ada dalam hati dan batin Anda? Anda berargumen bahwa dalam Islam “berteman dan bermasyarakat” harus dibedakan dengan “memilih pemimpin”. Dalam konteks BERMASYARAKAT, Anda berkata dalam pelbagai media: “tidak bermasalah dengan Jokowi dan Ahok”… sampaikan, “I love them all”… “I love Ahok”…Rakyat tidak sebodoh yang Anda slogankan.
Ternyata, Anda hanya mengutip ayat-ayat tentang keharusan memilih pemimpin Muslim dengan menghilangkan kemusliman Jokowi samasekali, DAN mengosongkan ayat-ayat yang mendukung statemen manis Anda: “I love them all” dalam konteks berteman dan bermasyarakat.
Kami pengamat-pengamat netral ingin mendapatkan kebenaran dan kejujuran sepenuhnya dari mulut setiap Ulama ketika ia berdakwah atas nama Allah, khususnya ketika ulama tersebut juga dikenal sebagai team sukses yang mempunyai agenda politik dalam PILKADA DKI.
Rakyat sudah bosan, lama menjadi “jelatanya” pemimpin dan agamawan yang korup yang sedikit-sedikit mengatasnamakan rakyat dan agama.
Jadi, ketika Anda merasa bebas mengutip ayat-ayat dalam surah Al-Imran 28 dan An-Nissa 138-139 tentang memilih “Pemimpin”, kenapa Anda justru sembunyikan ayat-ayat Al-Quran tentang “I love Ahok” yang sudah Anda lontarkan, juga dalam SATU PAKET yang harus pula ditunjukkan ayat-ayatnya oleh Anda?
Kita semua tahu bahwa ada banyak sekali “ayat-ayat intoleransi” dalam Al-Quran (lebih dari 500-an ayat) yang perlu ditafsir-ulang secara kontekstual dan komprehensif menurut Sifat dan Nama Allah yang paling utama: Ar-Rahman dan Ar-Rahim. Dan hal itu mungkin mengingat konteks saat ini telah berbeda jauh dengan kondisi situasional yang diwajibkan dijaman Nabi. Tanpa itu, semua statemen manis mubaligh dalam konteks berteman dan bermasyarakat, “I love them all” dan “rahmatan lil alamin” hanyalah slogan kosong yang makin me-risi-kan telinga.
Inilah beberapa petikan ayat-ayat yang seyogianya Anda tampilkan dan tafsirkan juga demi membenarkan isu
“I love Jokowi-Ahok” yang terlanjur Anda gulirkan.
Wassalam,
Hatiku Risih
.
Ps. Kami tidak bermasalah dengan siapapun yang jadi pemenang PILKADA DKI. Nurani kami bermasalah dengan segala bentuk agenda pribadi dan fabrikasi atas nama Allah atau agama.
AYAT-AYAT ALLAH YANG MEMBANTAHI STATEMEN GULA-GULA DARI MUBALIGH RHOMA IRAMA: “I LOVE THEM ALL”
(A). Dalam kaitan dengan hubungan antar-komunitas:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali[368] dengan meninggalkan orang-orang mukmin”. (4:144)
[368]. Catatan kaki: wali jamaknya auliyaa: berarti teman yang akrab, juga berarti pelindung atau penolong.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu.”  (3:118)
“Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka). Maka janganlah kamu jadikan di antara mereka penolong-penolong(mu), hingga mereka berhijrah pada jalan Allah. Maka jika mereka berpaling, tawan dan bunuhlah mereka di mana saja kamu menemuinya, dan janganlah kamu ambil seorangpun di antara mereka menjadi pelindung, dan jangan (pula) menjadi penolong”. (4:89)
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan penolongmu kaum yang dimurkai Allah.(60:13)
“Dan kamu tidak pernah mengharap agar Al Quran diturunkan kepadamu, tetapi ia (diturunkan) karena suatu rahmat yang besar dari Tuhanmu , sebab itu janganlah sekali-kali kamu menjadi penolong bagi orang-orang kafir”. (28:86).
“Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapa-bapa dan saudara-saudaramu menjadi wali(mu), jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali, maka mereka itulah orang-orang yang zalim” (9:23).
“ Dan janganlah kamu sekali-kali menyembahyangkan (jenazah) seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik”.. (9:84).
“Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah bersama orang-orang yang bertaqwa”. (9:123)
 (B). Dalam kaitan hubungan dengan Allah, Nabi dan umatNya
“ Sesungguhnya  seburuk-buruk binatang yang melat pada sisi Allah, ialah orang yang pekak dan bisu (tentang kebenaran),  mereka tidak mengerti” (8:22)
“Sesungguhnya sejahat-jahat makhluk melata di sisi Allah ialah orang-orang yang kafir, maka mereka itu tidak beriman” (8:55)
Allah does not love disbelievers. (30:45)
Allah hates disbelievers. (35:26)
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka” (48:29)
Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah jahannam. Dan itu adalah tempat kembali yang seburuk-buruknya. (9:73)
Hai Nabi, perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka adalah jahannam dan itu adalah seburuk-buruknya tempat kembali. (66:9).
“Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah) …” (2:191)
“Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnahdan supaya agama itu semata-mata untuk Allah” (8:39)
“Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka…” (9:5)
“Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan RasulNya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah[638] dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk” (9:29).
“Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir  maka pancunglah batang leher mereka….” (47:4)