Pages

Minggu, 25 November 2012

KESAKSIAN YANG LUAR BIASA "seorang pelacur" dan "satu desa terima yesus sebagai tuhan & juruslamat"


Salam sejahtera,
Penatua kami, dulunya dari agama seberang, bertobat sekitar tahun 1985, ketika dijumpai secara supranatural oleh Tuhan Yesus sendiri.
Tidak lama sesudah pertobatan beliau, Roh Kudus berbicara agar penatua kami ini memberitakan injil kepada
pelacur, dan ketika perintah itu dituruti dengan patuh, Roh Kudus menyertai dengan luarbiasa; pelacur itu langsung bertobat, dan bukan itu saja, pasangan germo dan puluhan lelaki hidung belang juga bertobat dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi. Tetapi masih ada lagi “bonus” lainnya,… ayah sang pelacur – yang lumpuh sejak lama – juga disembuhkan Tuhan Yesus hari itu juga dan akhirnya, keluarga pelacur dan tetangganya juga bertobat, menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat Pribadi. Berikut sepenggal kisahnya.
Seorang pemuda, sebut saja Hendro, (bukan nama sebenarnya) begitu terikat dengan seorang pelacur muda di sebuah kota di Jawa Tengah. Hal ini tentu saja sangat memprihatinkan orang tua Hendro. Ibu Dorcas, waktu itu belum lama bertobat, merasakan dorongan luarbiasa dari Roh Kudus untuk mendoakan pemuda ini. Roh Kudus memberitahu ibu Dorcas bahwa pemuda ini menyimpan pakaian dalam si pelacur muda, dan juga sebaliknya, sang pelacur juga menyimpan pakaian dalam pemuda itu. Lalu ibu Penatua memberitahu si Hendro bahwa ia telah menyimpan pakaian dalam sang pelacur itu dan supaya ia segera mengembalikannya karena hal itulah yang telah mengikat dia dengan si pelacur.
Tentu saja Hendro terperanjat dan bertanya: “Bagaimana ibu bisa tahu ? “
“Nanti kamu akan tahu siapa yang memberitahu saya soal itu” jawab Penatua kami.
Lalu mereka meluncur menuju kompleks pelacuran sebagaimana disebutkan Hendro. Namun tempat itu sudah dibersihkan aparat, sudah digusur, dan Hendro tak tahu harus mencari pelacur itu dimana. Tetapi Roh Kudus berbicara, menunjukkan kearah mana mereka dapat menemukan wanita itu.
Penatua :”Kita ikuti saja petunjuk Roh Kudus”.
Dengan patuh mereka mengikuti intruksi Roh Kudus; Dia yang memberitahu “ke kanan,… ke kiri,… lurus,… dst.”
Setelah cukup lama mereka berjalan, Hendro tak kuat untuk menahan diri bertanya: “ Ibu, kalau hanya ke kanan, kiri, lurus, kanan, kiri, lurus,… trus kapan sampainya?”
Penatua:”Tenang, kita ikuti saja kata Roh Kudus”. Dan mereka terus saja berjalan sesuai kata Roh Kudus.
Akhirnya sampailah juga mereka ke suatu tempat, dan Roh Kudus berbicara :”STOP, kita sudah sampai,…” tetapi tidak terdapat tanda-tanda bahwa itu merupakan kompleks pelacuran. Lalu bertanyalah mereka kepada seorang bapak, dan bertanya apakah di situ ada seorang wanita pelacur bernama Minarni (bukan nama sebenarnya).
“Ya, ada “ jawab si bapak, lalu suaranya dilirihkan “Tapi jangan ngomong siapa-siapa ya? Ini tempat yang baru,…”
Mereka masuk ke sebuah rumah dan bertemu dengan Minarni.
Ternyata Minarni masih muda dan cukup manis. Dia menemui mereka, dan ketika bersalaman dengan penatua kami (penatua kami adalah wanita juga), Minarni berkaca-kaca, ingin menangis. Di sekitar itu berkumpul bapak-bapak, kira-kira 20 orang lelaki, rupanya mereka pelanggan atau calon pelanggan Minarni.
“Tuhan Yesus menyuruh saya menemui kamu, Dia mengasihimu dan ingin menolongmu” kira2 begitu kata Penatua kami.
Sontak Minarni menangis di pangkuan ibu Penatua. Roh Kudus menyingkapkan banyak hal tentang Minarni, dan soal hubungan gelapnya dengan Hendro. Minarni sebenarnya masih punya suami, tetapi suaminya menelantarkan dia; wanita ini terpaksa melakukan itu semua, melayani lelaki-lelaki hidung belang, untuk memenuhi hidup keluarganya yang tinggal di kaki gunung Merapi.
“Tuhan Yesus ingin,… supaya kamu bertobat dan berhenti dari pekerjaan kotor ini, dan kamu tidak usah khawatir soal kebutuhan keluargamu, sebab Tuhan Yesus akan memberikan jalan keluar atas masalah keluargamu, asalkan kamu mau bertobat kepada Tuhan Yesus.” Kata Penatua “Tetapi kalau kamu tidak bertobat, kamu pasti akan masuk neraka; semua dosa-dosa kamu akan membawa kamu masuk neraka, kalu tidak mau bertobat. Hanya Tuhan Yesus yang sanggup menebus dosamu.”
Dengan banyak nasihat, akhirnya saat itu juga Minarni bertobat dan menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat. Lalu pasangan germo, induk semang Minarni, dengan menangis, mereka juga bertobat. Saat itulah, ibu Penatua mengadakan KKR kecil, tanpa publikasi. Pasangan germo itu bertobat juga dan menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat, diikuti ke-20 an lelaki hidung belang yang sambil tertunduk malu mengakui dosa-dosa mereka.
“Minarni, kami akan mengembalikan pakaian dalam kamu yang di bawa Hendro, dan kami juga akan mengambil pakaian dalam Hendro yang kamu bawa” kata Penatua.
“Wah, tidak mungkin bu, pakaian itu saya simpan di rumah orang tua saya, di kaki gunung Merapi. Dari sini cukup jauh dan jalannya sulit.”
“Tidak apa-apa. Saya tetap akan mengambilnya. Ayo antar saya ke sana”.
Lalu mereka berpamitan kepada orang2 di kompleks itu, dan meluncur ke kaki gunung Merapi.
Perjalanan itu cukup menguras tenaga, apalagi saat itu ibu Penatua mengenakan sepatu dengan tumit tinggi, high hill… Akhirnya sampai juga mereka ke rumah orangtua Minarni. Begitu masuk kampung itu, banyak anak kecil bertelanjang dada dan sebagian lagi telanjang bulat, maklum daerah sangat terpencil sekitar tahun 1980-an, mereka menyambut rombongan itu dengan teriakan: “Hai, ada orang kota,… ada orang kota.”  Walau agak risih, namun Penatua teringat, bahwa dahulu pun Yesus pernah disambut orang2 yang membawa pelepah palem dengan berteriak:”Hosana, hosana,…”
Waktu itu musim lebaran, sekitar hari kedua. Rombongan itu memasuki rumah orang tua Minarni diikuti anak-anak kecil dan banyak orang. Rumah itu sangat sederhana, dengan lantai tanah liat. Di sebuah sudut ruangan, tergolek seorang lelaki tua – ayah Minarni – yang sudah lama lumpuh.
“Ibu, … sudah banyak dukun, menteri (maksudnya “Mantri” , petugas kesehatan) yang mencoba mengobati ayah Minarni, namun semuanya gagal” kata seseorang.
Saat itu ibu Penatua belum banyak pengalaman mendoakan orang sakit. Beliau menumpangkan tangan ke kaki si bapak yang lumpuh itu, yang terasa dingin, dan mengucapkan : “Bilur-bilur Yesus menyebuhkan bapak. Bilur-bilur Yesus menyembuhkan bapak,… “
Perlahan kaki-kaki itu mulai hangat, mulai bergerak, kaki kanan, kaki kiri, mulai bergerak. Mulai bisa menggerakkan lutut dan tungkai kaki. Lalu bapak itu bisa duduk. Lalu kakinya diturunkan sendiri ke lantai, lalu berusaha berdiri, dan berdirilah ia,… lalu berjalan, berjalan dan berjalan.
Tentu saja rungan itu menjadi riuh:” Alhamdulilah, pak Abdul sudah sembuh, sudah bisa jalan, alhamdulilaaahhh” teriak mereka sambil menangis.
“Bapak-bapak, ibu-ibu, tahu tidak, siapa yang menyembuhkan pak Abdul ini? Tuhan Yesus” kata ibu Penatua.
“Siapa Tuhan Yesus?” kata mereka.
“Tuhan Yesus itu Isa bin Maryam.” Jawab ibu Penatua.
Kembali ibu Penatua mengadakan KKR kecil, dan oleh pekerjaan Roh Kudus yang luarbiasa, bahkan anak-anak kecil sambil menangis, mereka mengikuti tuntunan doa, mengundang dan menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat pribadi mereka. Haleluya !!!
Oleh kebaikan Tuhan Yesus, ibu Penatua – di lain hari – menemukan kawan sekerja yang biasa menginjil di lereng Merapi, dan menyerahkan petobat-petobat baru tersebut dalam penggembalaannya.
Sekian bulan sesudahnya, Minarni mengirim pesan singkat kepada ibu penatua; ia sudah diceraikan suaminya – jadi statusnya tidak lagi mengambang – dan Tuhan Yesus mempertemukan Minarni dengan seorang ABRI yang masih muda – Kristen – lalu mereka menikah.
Betapa luarbiasanya penyertaan Tuhan, ketika ita mau taat mengikuti yang dikatakan Roh Kudus kepada para jemaat.