Salam sejahtera,
Penatua kami, dulunya dari agama
seberang, bertobat sekitar tahun 1985, ketika dijumpai secara
supranatural oleh Tuhan Yesus sendiri.
Tidak lama sesudah pertobatan beliau,
Roh Kudus berbicara agar penatua kami ini memberitakan injil kepada
pelacur, dan ketika perintah itu dituruti dengan patuh, Roh Kudus
menyertai dengan luarbiasa; pelacur itu langsung bertobat, dan bukan itu
saja, pasangan germo dan puluhan lelaki hidung belang juga bertobat dan
menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi. Tetapi masih ada
lagi “bonus” lainnya,… ayah sang pelacur – yang lumpuh sejak lama – juga
disembuhkan Tuhan Yesus hari itu juga dan akhirnya, keluarga pelacur
dan tetangganya juga bertobat, menerima Yesus sebagai Tuhan dan
Juruselamat Pribadi. Berikut sepenggal kisahnya.
Seorang pemuda, sebut saja Hendro,
(bukan nama sebenarnya) begitu terikat dengan seorang pelacur muda di
sebuah kota di Jawa Tengah. Hal ini tentu saja sangat memprihatinkan
orang tua Hendro. Ibu Dorcas, waktu itu belum lama bertobat, merasakan
dorongan luarbiasa dari Roh Kudus untuk mendoakan pemuda ini. Roh Kudus memberitahu ibu Dorcas bahwa pemuda ini
menyimpan pakaian dalam si pelacur muda, dan juga sebaliknya, sang
pelacur juga menyimpan pakaian dalam pemuda itu. Lalu ibu Penatua
memberitahu si Hendro bahwa ia telah menyimpan pakaian dalam sang
pelacur itu dan supaya ia segera mengembalikannya karena hal itulah yang
telah mengikat dia dengan si pelacur.
Tentu saja Hendro terperanjat dan
bertanya: “Bagaimana ibu bisa tahu ? “
“Nanti kamu akan tahu siapa yang
memberitahu saya soal itu” jawab Penatua kami.
Lalu mereka meluncur menuju kompleks
pelacuran sebagaimana disebutkan Hendro. Namun tempat itu sudah
dibersihkan aparat, sudah digusur, dan Hendro tak tahu harus mencari
pelacur itu dimana. Tetapi Roh Kudus berbicara, menunjukkan kearah mana
mereka dapat menemukan wanita itu.
Penatua :”Kita ikuti saja petunjuk Roh
Kudus”.
Dengan patuh mereka mengikuti intruksi
Roh Kudus; Dia yang memberitahu “ke kanan,… ke kiri,… lurus,… dst.”
Setelah cukup lama mereka berjalan,
Hendro tak kuat untuk menahan diri bertanya: “ Ibu, kalau hanya ke
kanan, kiri, lurus, kanan, kiri, lurus,… trus kapan sampainya?”
Penatua:”Tenang, kita ikuti saja kata
Roh Kudus”. Dan mereka terus saja berjalan sesuai kata Roh Kudus.
Akhirnya sampailah juga mereka ke suatu
tempat, dan Roh Kudus berbicara :”STOP, kita sudah sampai,…” tetapi
tidak terdapat tanda-tanda bahwa itu merupakan kompleks pelacuran. Lalu
bertanyalah mereka kepada seorang bapak, dan bertanya apakah di situ ada
seorang wanita pelacur bernama Minarni (bukan nama sebenarnya).
“Ya, ada “ jawab si bapak, lalu suaranya
dilirihkan “Tapi jangan ngomong siapa-siapa ya? Ini tempat yang baru,…”
Mereka masuk ke sebuah rumah dan bertemu
dengan Minarni.
Ternyata Minarni masih muda dan cukup
manis. Dia menemui mereka, dan ketika bersalaman dengan penatua kami
(penatua kami adalah wanita juga), Minarni berkaca-kaca, ingin menangis.
Di sekitar itu berkumpul bapak-bapak, kira-kira 20 orang lelaki,
rupanya mereka pelanggan atau calon pelanggan Minarni.
“Tuhan Yesus menyuruh saya menemui kamu,
Dia mengasihimu dan ingin menolongmu” kira2 begitu kata Penatua kami.
Sontak Minarni menangis di pangkuan ibu
Penatua. Roh Kudus menyingkapkan banyak hal tentang Minarni, dan soal
hubungan gelapnya dengan Hendro. Minarni sebenarnya masih punya suami,
tetapi suaminya menelantarkan dia; wanita ini terpaksa melakukan itu
semua, melayani lelaki-lelaki hidung belang, untuk memenuhi hidup
keluarganya yang tinggal di kaki gunung Merapi.
“Tuhan Yesus ingin,… supaya kamu
bertobat dan berhenti dari pekerjaan kotor ini, dan kamu tidak usah
khawatir soal kebutuhan keluargamu, sebab Tuhan Yesus akan memberikan
jalan keluar atas masalah keluargamu, asalkan kamu mau bertobat kepada
Tuhan Yesus.” Kata Penatua “Tetapi kalau kamu tidak bertobat, kamu pasti
akan masuk neraka; semua dosa-dosa kamu akan membawa kamu masuk neraka,
kalu tidak mau bertobat. Hanya Tuhan Yesus yang sanggup menebus
dosamu.”
Dengan banyak nasihat, akhirnya saat itu
juga Minarni bertobat dan menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat.
Lalu pasangan germo, induk semang Minarni, dengan menangis, mereka juga
bertobat. Saat itulah, ibu Penatua mengadakan KKR kecil, tanpa
publikasi. Pasangan germo itu bertobat juga dan menerima Yesus Kristus
sebagai Juruselamat, diikuti ke-20 an lelaki hidung belang yang sambil
tertunduk malu mengakui dosa-dosa mereka.
“Minarni, kami akan mengembalikan
pakaian dalam kamu yang di bawa Hendro, dan kami juga akan mengambil
pakaian dalam Hendro yang kamu bawa” kata Penatua.
“Wah, tidak mungkin bu, pakaian itu saya
simpan di rumah orang tua saya, di kaki gunung Merapi. Dari sini cukup
jauh dan jalannya sulit.”
“Tidak apa-apa. Saya tetap akan
mengambilnya. Ayo antar saya ke sana”.
Lalu mereka berpamitan kepada orang2 di
kompleks itu, dan meluncur ke kaki gunung Merapi.
Perjalanan itu cukup menguras tenaga,
apalagi saat itu ibu Penatua mengenakan sepatu dengan tumit tinggi, high
hill… Akhirnya sampai juga mereka ke rumah orangtua Minarni. Begitu
masuk kampung itu, banyak anak kecil bertelanjang dada dan sebagian lagi
telanjang bulat, maklum daerah sangat terpencil sekitar tahun 1980-an,
mereka menyambut rombongan itu dengan teriakan: “Hai, ada orang kota,…
ada orang kota.” Walau agak risih, namun Penatua teringat, bahwa dahulu
pun Yesus pernah disambut orang2 yang membawa pelepah palem dengan
berteriak:”Hosana, hosana,…”
Waktu itu musim lebaran, sekitar hari
kedua. Rombongan itu memasuki rumah orang tua Minarni diikuti anak-anak
kecil dan banyak orang. Rumah itu sangat sederhana, dengan lantai tanah
liat. Di sebuah sudut ruangan, tergolek seorang lelaki tua – ayah
Minarni – yang sudah lama lumpuh.
“Ibu, … sudah banyak dukun, menteri
(maksudnya “Mantri” , petugas kesehatan) yang mencoba mengobati ayah
Minarni, namun semuanya gagal” kata seseorang.
Saat itu ibu Penatua belum banyak
pengalaman mendoakan orang sakit. Beliau menumpangkan tangan ke kaki si
bapak yang lumpuh itu, yang terasa dingin, dan mengucapkan :
“Bilur-bilur Yesus menyebuhkan bapak. Bilur-bilur Yesus menyembuhkan
bapak,… “
Perlahan kaki-kaki itu mulai hangat,
mulai bergerak, kaki kanan, kaki kiri, mulai bergerak. Mulai bisa
menggerakkan lutut dan tungkai kaki. Lalu bapak itu bisa duduk. Lalu
kakinya diturunkan sendiri ke lantai, lalu berusaha berdiri, dan
berdirilah ia,… lalu berjalan, berjalan dan berjalan.
Tentu saja rungan itu menjadi riuh:”
Alhamdulilah, pak Abdul sudah sembuh, sudah bisa jalan,
alhamdulilaaahhh” teriak mereka sambil menangis.
“Bapak-bapak, ibu-ibu, tahu tidak, siapa
yang menyembuhkan pak Abdul ini? Tuhan Yesus” kata ibu Penatua.
“Siapa Tuhan Yesus?” kata mereka.
“Tuhan Yesus itu Isa bin Maryam.” Jawab
ibu Penatua.
Kembali ibu Penatua mengadakan KKR
kecil, dan oleh pekerjaan Roh Kudus yang luarbiasa, bahkan anak-anak
kecil sambil menangis, mereka mengikuti tuntunan doa, mengundang dan
menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat pribadi mereka. Haleluya !!!
Oleh kebaikan Tuhan Yesus, ibu Penatua –
di lain hari – menemukan kawan sekerja yang biasa menginjil di lereng
Merapi, dan menyerahkan petobat-petobat baru tersebut dalam
penggembalaannya.
Sekian bulan sesudahnya, Minarni
mengirim pesan singkat kepada ibu penatua; ia sudah diceraikan suaminya –
jadi statusnya tidak lagi mengambang – dan Tuhan Yesus mempertemukan
Minarni dengan seorang ABRI yang masih muda – Kristen – lalu mereka
menikah.
Betapa luarbiasanya penyertaan Tuhan,
ketika ita mau taat mengikuti yang dikatakan Roh Kudus kepada para
jemaat.