Orang Muslim meyakini bahwa Nabi Islam,
Muhammad, adalah sosok superman seksual – yang punya gairah dan potensi
seksual yang setara dengan
4000 orang manusia biasa.
Berdasarkan sumber-sumber Islam yang
paling dipercaya dan tradisional, kisahnya adalah sebagai berikut:
Muhammad biasa berkunjung dan melakukan
hubungan seks dengan sembilan orang isterinya dalam sejam (yang lain
mengatakan dengan 11 orang isterinya dalam sejam). Berarti, Muhammad
menggilir isteri-isterinya itu, satu isteri selama 6 menit (tanpa
menghitung perjalanannya dari satu rumah ke rumah yang lain). Ketika
salah seorang sahabat Muhammad mempertanyakan libido superhuman Muhammad
serta kecepatannya, sahabat lainnya, Anas yang termasyur, merespon
dengan mengatakan bahwa Nabi memiliki kekuatan yang setara dengan 40
orang pria.
Kisah ini dianggap sangat sahih untuk
dimasukkan ke dalam hadis Sahih Bukhari – kumpulan hadis yang dianggap
paling kanonik, dan diyakini oleh Muslim sebagai otoritas kedua setelah
Quran itu sendiri – artinya bahwa Islam arus utama menerima kisah ini
sebagai sebuah fakta.
Tapi celakanya, persoalan ini tidak
hanya berhenti sampai di situ.
Kisah lainnya yang lebih mencengangkan
melaporkan bahwa Muhammad memiliki kekuatan 40 orang “pria surgawi” –
yang masing-masing punya kekuatan setara dengan 100 orang manusia biasa.
Tepatnya kekuatan untuk apa? Dalam the words of Islam’s
prophet,”seorang pria surgawi diberi kekuatan seratus orang pria untuk
makan, minum, memiliki birahi (libido), dan melakukan persetubuhan.”
Jadi berdasarkan Islam, ketika ia masih
hidup di bumi, Muhammad memiliki nafsu birahi dan kekuatan yang setara
dengan 40 orang “pria surgawi”, dan ini setara dengan 4000 orang pria
normal.
Jika ada pembaca yang menganggap bahwa
yang disampaikan di sini hanyalah sebuah lelucon (atau ‘cerita palsu’),
maka disini ada sebuah video dari seorang pengkotbah Muslim popular,
yaitu Sheikh Mahmoud al-Misri. Ia mengkonfirmasi kisah di atas. Setelah
menyatakan bahwa Muhammad punya kekuatan seks yang setara dengan 4000
orang pria, ia meyakinkan pendengarnya bahwa ini bukanlah sebuah rumor,
tetapi telah “dibuktikan melalui riset ilmiah.” Kemudian ia mengutip
ulang kisah di atas – bahwa Muhammad biasa bersetubuh dengan kesembilan
isteri-isterinya dalam sejam, dan bahwa ia punya kekuatan yang setara
dengan 40 orang “pria surgawi”.
Ia bahkan mengutip dari teks Islam
otoritatif lainnya – mengatakan pada pendengarnya agar mereka
“sungguh-sungguh menyimpan referensi ini dalam ingatan mereka, sehingga
mereka bisa dapat mengeluarkannya kembali ketika orang meminta bukti.”
Menurut teks Fath al-Bari yang sangat dihormati, yang disusun oleh
sarjana Muslim Ibn Hajar,”berdasarkan kalkulasi-kalkulasi ini [40 orang
pria surgawi x 100 orang manusia biasa], maka nabi kita Muhammad – doa
dan berkat kiranya ada atasnya – punya kekuatan yang setara dengan 4000
orang pria biasa.”
Akhirnya, Sheikh Mahmoud melontarkan
pernyataannya yang utama: Meskipun Muhammad itu punya kekuatan seksual
yang tidak terbatas – “yang membutuhkan 4000 orang isteri-isteri dari
perempuan biasa” – ternyata ia hanya menikahi seorang wanita selama 15
tahun, yaitu Khadijah, isteri tua dan isterinya yang pertama.
Pendekatan ini – membangga-banggakan
penguasaan diri nabi, hanyalah sebuah usaha untuk merasionalisasikannya
ke dalam beberapa poin utama – bahwa ini merupakan praktik biasa di
kalangan para ulama Islam. Sebagai contoh, mendiskusikan pedofilia dalam
Islam, pengkotbah TV lainnya memuji-muji “kesabaran” Muhammad terhadap
isterinya Aisyah, yang ketika pertama kali berhubungan seksual dengan
Muhammad, ia baru berusia 9 tahun:
Kita semua tahu bahwa ibu Aisyah
mengambilnya dari ayunan dimana ia tengah bermain, kemudian mendandani
rambutnya dan mempersiapkannya untuk nabi supaya nabi dapat memasukinya
(berhungan seks dengannya) – dan ibu Aisyah melakukan semuanya itu pada
hari yang sama. Jadi anda lihat, Aisyah sedang bermain-main dengan
teman-temannya sebaya, meskipun itu adalah hari yang sama tatkala
Muhammad suaminya berhubungan seks dengannya. Dan yang mereka lakukan
adalah mendandaninya untuk nabi, sehingga nabi dapat berhubungan seks
dengannya.
Sekarang, apa yang kita lihat ketika
nabi menikahi Aisyah? Apakah ia berkata kepada Aisyah, “Inilah saatnya,
engkau telah menikah, dan sekarang engkau adalah seorang yang telah
dewasa, engkau harus berperilaku sebagai seorang dewasa, jadi engkau
harus melakukan ini dan itu; engkau harus melupakan mainan-mainanmu dan
teman-teman kecilmu? TIDAK! Nabi mengijinkannya untuk tetap terus
bermain dengan boneka-bonekanya – bahkan, nabi terkadang memberi padanya
sesuatu untuk ia dapat bermain dengannya.
Ada tiga observasi:
• Bagaimana agama yang lain
menggambarkan figur pemimpin dan nabi dengan perilaku seperti ini? Hal
apa yang hendak disampaikan lewat kisah-kisah Muhammad seperti ini –
melakukan hubungan seks dengan beberapa orang wanita selama sejam,
melakukan hubungan seks dengan anak perempuan berusia 9 tahun – mengenai
pendiri dan model yang harus diteladani dalam Islam? Seperti apakah
sebuah firdaus seksual – dimana kaum pria diberi kekuatan yang sama
dengan kekuatan 100 kali orang biasa, untuk mengejar kenikmatan dalam
hal makanan, minuman, dan seks? Memahami perbedaan besar antara Islam
dan agama-agama lainnya adalah kunci untuk memahami mengapa agama yang
datang kemudian (Islam) berada dalam konflik dengan dunia diluar dirinya
(petunjuk: ini bukan disebabkan oleh persoalan tanah atau politik).
• Dengan obsesi dan prioritas seperti
ini, apakah kita masih heran dengan kisah-kisah yang tak terhitung
banyaknya tentang perbudakan seks, penculikan kaum wanita, dan perkosaan
– khususnya yang dialami oleh non Muslim yang dianggap kafir – yang
membanjiri media (non arus utama)?
• Orang Muslim diwajibkan untuk menerima
kisah seperti ini mengenai nabi mereka. Kisah-kisah mengenai
seksualitas superhuman Muhammad terdapat dalam Sahih Bukhari, Sunan
al-Tirmidhi, dan Fath al-Bari – semuanya merupakan ajaran Islam.
• Meragukan keotentikan salah satu kisah
berarti meragukan keseluruhan koleksi – dan itu sama halnya dengan
meragukan Islam. Itulah sebabnya mengapa para pembela agama Allah
berkeras bahwa seluruh kisah-kisah ini harus diterima tanpa pertanyaan,
dan itu juga alasan mengapa orang-orang Muslim hingga hari ini masih
tetap mempraktikkan ajaran Nabi mereka, mulai dari “menyusui orang
dewasa” hingga “meminum air kencing unta”.
Secara insidentil, setiap Muslim yang
merasa terganggu dengan semuanya ini harus mempertanyakan: Siapakah yang
sesungguhnya harus bertanggungjawab dalam hal merendahkan nabi Islam –
orang-orang seperti saya, karena menerjemahkan dan membagikan teks-teks
Islam dan ajaran-ajaran dari para ulamanya, atau pada teks-teks dan
ulama-ulama Islam itu sendiri?
Dipublikasikan oleh FrontPage Magazine