Kamis, 06 Desember 2012

umat islam memang bodoh "Taatilah Nabi, Bahkan Jika Ia Menyuruhmu Untuk Membunuh" OLEH: Pemimpin Top Islam, Yusuf Qaradawi

Oleh Raymond Ibrahim pada tanggal 29 November, 2012 in From The Arab World, Islam
Publikasi Awal di Gatestone Institute
Dr. Yusuf al-Qaradawi – salah seorang ulama Islam yang paling berpengaruh di dunia, dan penulis lebih dari 100 buku-buku tentang
doktrin Islam, dan kepala Persatuan Para Sarjana Muslim Internasional, serta pemimpin Spiritual, Persaudaraan Muslim (Ikhwanul Muslimin) – menegaskan bahwa orang-orang Muslim harus mentaati perintah-perintah Nabi Muhammad, bahkan meskipun mereka harus membunuh. Ini adalah Dr. Qaradawi yang sama yang dipuji-puji oleh para akademisi Amerika seperti professor Georgetown John Esposito sebab dianggap terlibat dalam sebuah “penafsiran reformis Islam dan kaitannya dengan demokrasi, pluralism dan hak-hak asasi manusia.”


Dr. Qaradawi menyerukan ketaatan buta terhadap Muhamad – bahkan hingga pembunuhan.
Beberapa waktu lamanya suaranya tidak terdengar di Barat, Qaradawi membuat deklarasi ini dua tahun lalu dalam program populer berbahasa Arab, Al-Sharia wa Al-Haya (“Sharia and Life”), yang disiarkan oleh al-Jazeera kepada pemirsa yang diperkirakan berjumlah sekitar 60 juta orang di seluruh dunia.
Pada akhir acara itu, pembawa acara bertanya pada Qaradawi bagaimana pendapatnya mengenai fakta bahwa Sheikh Ahmad Hassoun, mufti agung Suriah, baru-baru ini berkata pada seorang delegasi Amerika: “Bahwa [Nabi Muslim] jika Muhammad telah meminta saya untuk menolak Kekristenan atau Yudaisme, maka saya akan menolaknya (Muhammad).” Merasa sangat terganggu dengan ucapan sang mufti agung, Qaradawi menyela dengan berkata:
Tak pernah ada sarjana Islam bahkan orang Muslim kebanyakan yang pernah mengatakan kalimat seperti itu. Jika anda percaya bahwa Muhammad adalah utusan Allah, maka kamu harus mentaatinya – sebab semua yang ia perintahkan adalah yang baik. Jadi, bahkan jika ia menyuruhmu untuk membunuh, kamu harus melakukannya.” …Kisah mengenai nabi Musa, ketika al-Khidr membunuh anak laki-laki dan Musa berkata “engkau membunuh dan engkau telah melakukannya!” Tetapi kemudian dia [Khidr] menyatakan mengapa ia telah membunuh anak laki-laki, dan mengapa ia membuat perahu menjadi bocor. Jadi kita tidak bisa mengabaikan fakta agar bisa menyenangkan orang lain. Biarkan orang dipuaskan dengan Kebenaran [ajaran-ajaran Syariah], bukan pada kepalsuan.
Mufti Agung Suriah mengatakan banyak hal-hal lainnya mengenai melakukan yang baik pada orang-orang Kristen yang menyebabkan kemarahan Qaradawi. Sebagai contoh, sebelum pertemuan besar Kristen di Suriah, dimana ia menjadi pembicara tamu, ia menegaskan bahwa tak ada perbedaan antara orang Kristen dan Muslim:
Jika Kekristenan adalah mengenai percaya kepada satu Tuhan, maka saya juga percaya pada satu Tuhan; Jika Kekristenan adalah mengenai percaya kepada Yesus, maka saya pun percaya kepada Yesus; Jika Kekristenan adalah mengenai percaya kepada Perjanjian Baru, maka saya juga percaya pada Perjanjian Baru; Jika Kekristenan adalah mengenai percaya kepada Perjanjian Lama, maka saya juga percaya pada Perjanjian Lama; Jika Kekristenan adalah mengenai percaya bahwa Maria adalah seorang perawan suci, maka saya juga percaya bahwa ia adalah seorang perawan suci, tidak pernah disentuh oleh laki-laki; dan jika Kekristenan adalah mengenai percaya kepada kebangkitan, maka saya juga percaya kepada kebangkitan – jadi apa perbedaan antara saya dengan Kekristenan? Tidak ada bukan?
Qaradawi menawarkan doktrin Muslim yang benar sebagai respon atas pembicaraan egaliter seperti itu, menegaskan bahwa, ya…Islam percaya pada hal-hal itu – tetapi berdasarkan kisah-kisah yang ada dalam kitab sucinya, dan bukan yang dicatat dalam Alkitab, yang oleh ajaran Quran dianggap sebagai telah dipalsukan. Jadi, jika orang Muslim percaya pada semua hal sebagaimana yang disebutkan oleh sang Mufti Agung Suriah, maka mereka tidak akan percaya pada ajaran-ajaran fundamental Kekristenan – termasuk Trinitas, keilahian Kristus atau kebangkitan, dan penebusan dosa. Jadi ia menolak Kekristenan, yang dipahami dan dipraktikkan oleh lebih dari satu milyar orang Kristen.
Seolah-olah percaya dengan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, Quran mengklaim bahwa, dulu pada suatu masa, ada versi PL dan PB yang ‘benar’, tetapi teks-teks yang sekarang kita miliki – dan yang lebih tua beberapa abad dibandingkan Quran sendiri – telah ‘dikorupsi’. Jadi sisa-sisa dari versi yang otentik dari Alkitab Kristen dan Yudaisme adalah yang dikisahkan oleh Muhammad dalam Quran – dimana kita menemukan ada begitu banyak ketidaksesuaian, seperti Isa, Yesus yang sangat berbeda, yaitu Yesus yang tidak pernah disalibkan, dan yang akan datang kembali untuk menghancurkan semua salib Kristen dan membunuh semua babi.
Sebenarnya, ini adalah kecenderungan untuk menciptakan karakter-karakter “parallel” mengenai figur Alkitab yang menjelaskan pembenaran Qaradawi untuk membunuh orang-orang sebagai ketaatan buta kepada nabi. Bagaimana ia mengkaitkannya dengan Musa, yang didasarkan pada Musa yang orang Ibrani, adalah sebuah referensi pada sebuah kisah – kemungkinan berakar pada Alexander Romance dari abad ke-3, dan dipopulerkan melalui film laga, Cicle of Iron – , dan yang muncul dalam Quran, dan karena itu harus diterima secara literal.

http://www.raymondibrahim.com/_admin/wp-content/uploads/2012/11/khidrborder1.jpg
Sebuah terjemahan klasik al-Khidr, Pria Hijau Quran tengah melewati sebuah sungai dengan menaiki seekor ikan.
Berdasarkan kisah Quran (Sura 18:65-82), Musa mencari al-Khidr – “Si Pria Hijau,” yang memiliki kekuatan penglihatan – dan bertanya apakah ia boleh mengikutinya dan belajar dari dia. Al-Khidr setuju dengan perasaan terpaksa, tetapi dengan kondisi bahwa Musa tidak akan mempertanyakan apapun yang ia, si Pria Hijau lakukan, hingga saatnya tiba si “Pria Hijau” memutuskan untuk menjelaskan signifikansi dari tindakan-tindakannya.
Namun demikian, si Pria Hijau melakukan hal-hal yang sangat aneh – membunuh seorang anak laki-laki secara acak dan menghancurkan perahu milik orang-orang yang telah menolong dengan memberikan pada mereka tempat dalam perahu. Kemudian Musa menuntut untuk memberikan jawaban segera. Pria Hijau kemudian menjelaskan bahwa ia telah membunuh anak laki-laki itu karena orang tuanya adalah orang Muslim yang baik, sementara anak laki-laki itu adalah seorang kafir yang akan membebani mereka dengan kesalahan-kesalahannya; dan ia menghancurkan perahu milik orang-orang baik itu, karena seorang raja bagaimana pun akan segera menangkapnya.
Inila sistem nilai dan cara pandang Islam yang sesungguhnya. Sama halnya dengan bagaimana Islam memperkenalkan karakter-karakter paralel yang didasarkan pada figur-figur Kristen dan Yahudi, maka ia pun memperkenalkan sebuah system etika dan moralitas yang paralel – bahwa seseorang tidak boleh bertanya, karena, sebagaimana yang diperlihatkan oleh si Pria Hijau dari Quran, siapakah kita orang-orang yang fana ini dapat mengetahui tindakan melakukan pembunuhan seperti ini akan membawa pada kebaikan apa? Hanya nabi Allah saja yang tahu – jadi itulah sebabnya mengapa kita harus percaya secara buta, bahkan jika ia memerintahkan kita untuk membunuh.
Ini juga akan membawa pada paralel lainnya, yang membawa implikasi yang mengerikan. Sama seperti perintah yang diberikan oleh seorang jenderal Barat – termasuk untuk membunuh – hal itu tidak boleh dipertanyakan oleh para prajuritnya. Jadi dalam Islam, perintah dari ‘jenderal’ Muhammad tidak boleh dipertanyakan oleh lebih dari 1 milyar orang Muslim, sebab semua Muslim, berdasarkan pendapat sarjana Islam top seperti Qaradawi, adalah para ‘prajurit’ Islam. Jadi mereka harus siap membunuh demi jenderal nabi mereka.
Sumber Artikel: Raymondibrahim.com

Cari artikel Blog Ini

copy right