Pages

Selasa, 29 Januari 2013

INILAH Skandal-Skandal Seks Kaum Salafi ISLAM DAN AJARANNYA 100% SESAT DAN PENUH NAFSU SYAHWAT

Sebuah skandal seks telah memukul salah seorang politikus dari sebuah Partai di Mesir, yang selama ini rajin mempropagandakan moralitas, agama dan nilai-nilai keluarga. Tak ada lagi yang mereka tawarkan selain hal-hal itu, dan lucunya ... mereka bahkan sama sekali tidak memiliki apa yang mereka tawarkan.


Sheikh Ali Wanis, seorang anggota parlemen Mesir dan tokoh terkenal dari Partai Nour – sebuah partai Salafi, yang menyerukan agar Mesir kembali pada Islam seperti yang dipraktekkan pada masa
Muhammad – baru-baru ini ditangkap karena ia duduk “dengan posisi yang dikompromikan”, dengan seorang wanita yang bukan pasangannya yang sah. Berdasarkan laporan resmi, polisi menemukan sebuah mobil yang diparkir di sebuah jalan yang gelap dan kemudian memeriksa mobil tersebut. Kemudian mereka memergoki seorang pria, dengan janggut yang biasanya merupakan ‘trademark’ Salafi, tengah melakukan sebuah “tindakan tidak bermoral’ dengan seorang “perempuan muda”, yang kemudian dilaporkan berusia 19 tahun.  

Pertama-tama, anggota parlemen Salafi ini mengatakan pada polisi bahwa wanita ini adalah tunangannya. Tetapi kemudian ia mengklaim bahwa gadis remaja ini adalah sepupunya. Sebuah video klip memperlihatkan Wanis, dimana segera setelah ia ditangkap oleh polisi, ia meminta petugas polisi tersebut untuk tidak melaporkannya.
Meskipun demikian, polisi tetap mengeksposnya – dan sekarang publik tahu bahwa wanita itu bukanlah tunangan dan juga bukan sepupunya. Namun kemudian pengakuan Wanis berubah lagi. Ia mengatakan bahwa seluruh kejadian yang menimpanya telah “diatur” oleh pihak militer, dengan tujuan untuk menghancurkan reputasinya dan reputasi Partai Nour Salafi.  

Sambil terus menampilkan aura seolah-olah menjadi korban yang harus dikasihani, Wanis bahkan mengutip ayat Qur’an untuk menyerang orang-orang yang ia anggap telah memfitnahnya:

“Hai orang-orang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya, yang mengakibatkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (Sura 49:6)

Lantas, apa yang dilakukan oleh para koleganya dari Salafi “ultrakonservatif” – mereka yang secara terus-menerus mengkotbahkan “moralitas”, pentingnya mengenakan hijab bagi kaum wanita, dan pemisahan seks? Apakah mereka memecatnya? Barangkali melontarkan sedikit kecaman publik atas perilaku Wanis? Apakah mereka “orang-orang yang menganggap diri sebagai orang-orang Muslim yang suci” ini, melakukan apa yang dilakukan oleh dua orang pria Mesir yang masih bersaudara, yaitu ketika mereka mencurigai bahwa saudara perempuan mereka melakukan tindakan “immoral”, kemudian membunuhnya, beserta ibu dan bibinya?  

Sama sekali tidak!!! Setelah sholat Jumat, ratusan kaum Salafiah melakukan protes di jalan-jalan bersama dengan Wanis, menyerukan slogan anti-polisi dan teori-teori konspirasi.

Hal ini sama persis dengan yang dikatakan oleh kaum sekularis Mesir bahwa, para Islamis seperti halnya kaum Salafiah dan Ikhwanul Muslimin (di Indonesia kita tahu banyak kadernya yang menjadi anggota Partai Keadilan Sejahtera), sembunyi dibalik jubah kesalehan dan moralitas – tetapi kesalehan dan moralitas yang mereka gembar-gemborkan itu bukanlah sesuatu yang ingin mereka jalani, melainkan hanya sebagai sebuah senjata yang dipakai untuk melawan orang-orang non-Islamis. Kaum Islamis ini juga selalu menggambarkan non-Islamis/sekularis sebagai para pelaku korupsi dan tidak bermoral.

Dengan janggut dan mengenakan zabiba (sejenis surban) – dan tanda hitam pada dahi yang muncul diakibatkan mereka melakukan sholat sambil ‘membentur-benturkan kepala” mereka di lantai – kaum Islamis seperti Wanis tampaknya lebih peduli dengan penampakan luar moralitas, meskipun ia sendiri tertangkap basah tengah melakukan hubungan seks terlarang, yang berdasarkan Syariah seharusnya diganjar dengan hukuman mati. Mereka mengusir serangga, tapi menelan unta.

Tetapi ada yang lebih menyedihkan daripada itu, berdasarkan pendapat kaum Salafiah, bahkan jika Wanis terbukti melakukan kesalahan, jika ia mengakuinya maka itu hanya akan merusak kemajuan gerakan Islam di Mesir. Jadi mereka katakan bahwa, strategi terbaik yang harus dijalankan oleh Wanis adalah menyangkalinya. Bukankah Muhammad sendiri mengatakan bahwa “perang adalah penipuan”? Dan tentu saja kaum Islamis melihat pemilihan umum sebagai perang.

Saat berbicara mengenai hiburan dan seks, segera sebelum skandal ini muncul ke permukaan, seorang tokoh Salafi Mesir terkemuka lainnya, Osama al-Qusi, menyatakan bahwa menyaksikan gambar-gambar bernuansa seks di bioskop adalah hal yang diijinkan – “selama ceritanya memang ‘mengharuskan’ seperti itu. Ia mengutip perkataan Muhammad bahwa “perbuatan dinilai berdasarkan hasrat”.

Skandal-skandal seks dapat menghancurkan karir seorang politisi. Namun yang penting untuk diperhatikan disini adalah, sebuah skandal seks telah memukul salah seorang politikus dari sebuah Partai di Mesir, yang selama ini rajin mempropagandakan moralitas, agama dan nilai-nilai keluarga. Tak ada lagi yang mereka tawarkan selain hal-hal itu, dan lucunya ... mereka bahkan sama sekali tidak memiliki apa yang mereka tawarkan.