Berikut ini adalah kesaksian dari Nabeel
Qureshi dari yang saya nonton dalam bentuk video dari http://www.acts17.net
Berikut ini terjemahan bebas
saya:
Pada waktu aku masih kecil, orang tuaku sangat taat beribadah. Akupun
jadi sangat taat karenanya. Orang tuaku selalu mengajarkan aku
sembahyang kepada “Allah“ lima kali sehari. Setidak-tidaknya aku harus
mengikuti sembahyang wajib dan selain itu aku bebas berdoa apapun pada
waktu luangku. Sembahyang adalah bagian esensial dari hidupku. Aku
bangun pagi, aku mengucapkan
doa pagiku tepat setelah aku membuka mata. Kalau aku pergi ke kamar mandi ada doa yang aku harus kubacakan sebelum cuci tangan. Ada doa yang kubacakan sebelum dan setelah membaca Kuran tiap hari. Kemudian pergi ke sekolah setelah doa pagi lalu pada sore hari membaca doa sore. Jadi Islam tertanam dalam diriku dan karena itu orang tuaku sangat sangat bangga terhadap aku. Aku adalah seorang anak muslim yang mereka harapkan. Aku berasal dari garis keturunan pendakwah dan keluargaku memperlakukan Islam sebagai bagian integral dari hidup mereka dan bukan sesuatu hal sampingan. Jadi “Allah“ dan nabi Islam yaitu Muhammad sangat dihormati dan setiap saat kami sangat menyembah “Allah“. Islam bukan semata-mata agama tetapi ‘Jalan Hidup‘ dan Islam adalah kami dan bukan sesuatu yang kami ikuti. Islam bukanlah sesuatu yang aku yang aku abaikan begitu saja. Islam adalah jalanku dan keberadaanku.
doa pagiku tepat setelah aku membuka mata. Kalau aku pergi ke kamar mandi ada doa yang aku harus kubacakan sebelum cuci tangan. Ada doa yang kubacakan sebelum dan setelah membaca Kuran tiap hari. Kemudian pergi ke sekolah setelah doa pagi lalu pada sore hari membaca doa sore. Jadi Islam tertanam dalam diriku dan karena itu orang tuaku sangat sangat bangga terhadap aku. Aku adalah seorang anak muslim yang mereka harapkan. Aku berasal dari garis keturunan pendakwah dan keluargaku memperlakukan Islam sebagai bagian integral dari hidup mereka dan bukan sesuatu hal sampingan. Jadi “Allah“ dan nabi Islam yaitu Muhammad sangat dihormati dan setiap saat kami sangat menyembah “Allah“. Islam bukan semata-mata agama tetapi ‘Jalan Hidup‘ dan Islam adalah kami dan bukan sesuatu yang kami ikuti. Islam bukanlah sesuatu yang aku yang aku abaikan begitu saja. Islam adalah jalanku dan keberadaanku.
Aku terlibat dalam lomba pidato dan debat saat pertama kali aku masuk
universitas. Aku berumur delapan belas tahun waktu itu. Teman setimku
bernama David. David dan aku menempati satu kamar dan sebelum tidur
malam itu dia keluarkan sebuah Alkitab. Aku jarang sekali melihat orang
membaca Alkitab pada waktu senggang mereka. Aku pernah dengar orang
berkhotbah dari Alkitab dan merujuk kepada Alkitab tapi aku tidak pernah
melihat orang membacanya pada waktu senggang mereka. Aku katakan kepada
David, “David, kamu pasti tahu bahwa Alkitab itu sudah dirubah, bukan?
Kamu tahu bahwa kitab itu sudah dirubah dan bukan lagi yang asli yang
diwahyukan kepada Kristus ratusan tahu yang lalu, bukan?“
Tanpa aku sadari ternyata David adalah seorang apologis yang sudah
malang melintang. Dia telah mempelajari Alkitab, kanon Alkitab, alasan
percaya Alkitab, dan alasan percaya bahwa Yesus adalah Tuhan. Jadi, dia
siap menjawab pertanyaanku. Jauh lebih siap daripada yang aku
perkirakan. Dia berkata “Kamu tahu Alkitab belum berubah. Kita dapat
menguji seberapa banyak sudah berubah. Ada ilmu yang bernama kritik teks
yang memungkinkan kita memperkirakan kira-kira berapa banyak naskah
yang ada bervariasi dari yang asli. Aku mempelajarinya dan mulai
menyadari “Hey, Alkitab tidak berubah sebanyak itu.” Aku mulai menyadari
tampaknya tidak ada doktrin yang telah berubah sehingga sejak awal
Alkitab menyatakan bahwa “Kristus adalah Tuhan, Dia mati demi dosa kita,
bangkit dari kematian pada hari ketiga, dan tidak mengatakan yang
berbeda dari itu.”
Beberapa tahun kemudian aku mulai sadar bahwa mungkin aku salah. Setelah
beberapa tahun berdebat dan mempelajari berbagai isu ini aku menyadari
ada puluhan ribu dokumen yang menunjukkan bahwa Alkitab yang ada saat
ini masih dekat dengan Firman yang diwahyukan pada awalnya dan Kristus
memang mengklaim diri sebagai Tuhan dan ada bukti untuk itu dan tidak
ada banyak bukti untuk [klaim] Islam.
Aku perlu sekitar tiga setengah tahun untuk menyadari bahwa semua ini
benar. Kusadari semua yang telah diajarkan padaku; aku mengasihi
“Allah“, aku mengasihi Islam, aku mengasihi orang tuaku, aku mengasihi
Muhammad, semua yang telah diajarkan kepadaku, namun semua itu tidak
membuat [yang kupercayai] menjadi benar. Aku memohon kepada Tuhan;
“Tuhan aku tidak dapat mengetahui kebenaran tanpa Engkau. Tolong
tunjukkan kebenaran kepadaku! Sebarapapun yang aku harus lakukan,
betapapun sakitnya, siapapun dalam keluargaku yang akan meninggalkan
aku, siapapun temanku yang akan meninggalkan aku, apapun yang perlu
untuk itu, aku akan menjalani jalan itu.“ Aku ingat kembali apa yang
kulakukan, aku tidak tahu apa yang telah ku lakukan. Aku di pinggir
tempat tidur hotel dan aku telah berdoa. Aku berdoa dan berdoa kepada
Tuhan, namun kali ini aku berdoa dengan segala kerendahan hati yang aku
bisa lakukan. Aku benar-benar hancur. Aku katakan kepada Tuhan “Tuhan,
aku tidak tahu, aku tidak dapat tahu. Hidupku dalam kekekalan sementara
dipertaruhkan. Aku minta Engkau menyatakan kebenaran itu kepadaku entah
lewat visi, mimpi atau apapun.“
Malam itu waktu aku telah berdoa, ayahku tidur di tempat tidur
sebelahku. Aku di tempat tidurku sendiri. Kami di kamar hotel waktu itu.
Dia sudah tidur waktu itu. Waktu itu masih ada secercah cahaya di dalam
kamar tetapi setelah aku berdoa, segala sesuatu menjadi gelap. Tidak
ada lagi cahaya dalam kamar itu. Lalu di depan ku tampak ratusan, atau
ratusan ribu salib. Aku mengamatinya dengan mata terbelalak. Dan secepat
gambaran itu datang, secepat itu juga pergi. Aku tahu itu terjadi. Aku
tahu aku baru saja mendapat visi. Aku tidak mau percaya jadi aku
memandang kepada Tuhan dan berkata “Tuhan, itu belum jadi bukti! Mungkin
saja mataku yang tertipu. Mungkin di bawah sadarku aku memang mau
percaya kekristenan benar. Melihat banyak salib tidak berarti apa-apa.
Tuhan tidak turun dan menunjukkan kepadaku. Mungkin juga itu visi,
mungkin juga tidak.“ Lalu aku katakan kepada Tuhan “Tuhan, lupakan
permintaan akan visi itu. Sekarang, tunjukkan diri dalam mimpi. Mimpi
apapun yang mendukung kebenaran dari yang telah aku lihat, maka aku akan
menjadi kristen.“
Malam itu aku bermimpi. Tidak butuh waktu berminggu-minggu atau
berbulan-bulan. Hanya butuh waktu beberapa jam. Tuhan memberiku mimpi
waktu itu. Aku berdiri di depan sebuah pintu sempit. Belum di pintu,
tetapi ujung jari kakiku berada pada garis pintu. Pintunya sempit.
Lebarnya hanya sekitar tiga kaki. Cukup luas bagiku. Tingginya sekitar
lima sampai enam kaki. Cukup tinggi bagiku untuk lewati. Yang kulihat
itu bukan hanya pintu tetapi sebuah lorong yang ukuran tinggi dan
lebarnya seperti pintu. Di ujung yang satunya ada temanku David yang
sedang duduk di sebelah sebuah meja. Di dalam ruangan itu ada ratusan
orang yang juga memiliki meja. Ada makanan di depan mereka dan mereka
sudah siap makan tetapi mereka belum mulai makan sama sekali. Mereka
seperti menunggu seorang pembicara untuk memulai acara apapun itu dan
menutup pintu untuk memulai kegiatan. Tetapi mereka belum mulai makan.
Aku katakan kepada David, “Aku pikir kita akan makan bersama.“ Tanpa
menoleh David menjawabku, “Kamu tidak pernah memberi tanggapan.“ Itulah
mimpinya. Aku berdiri di depan lorong sempit berkata “Aku pikir kita
akan makan bersama.“ dan David yang hendak berpesta dan berkata “Kamu
tidak pernah memberi respon.“
Aku langsung bangun mengingat mimpi itu dan menyadari kamar [dalam
mimpi] itu surga. Kamar itu adalah kerajaan Tuhan. Aku belum menjadi
bagian dari kamar itu karena aku belum memberi respon. Tuhan memberiku
mimpi yang sangat jelas yang tidak perlu ku interpretasi. Lebih jelas
lagi karena beberapa jam setelah itu aku menelepon David dan mengatakan
“David, aku bermimpi seperti ini.“ David berkata kepadaku, “Aku tidak
perlu memberi pendapatku tentang hal itu. Hal itu sudah tercantum dalam
Alkitab.“ Aku katakan, “Apa??“ Jawab David, “Buka Lukas 13“ Aku membuka
Lukas 13 ayat 20-29 dan membacanya. Di dalamnya ada orang yang bertanya
kepada Kristus apakah akan banyak orang yang akan masuk surga dan Dia
menyatakan bahwa banyak orang mencoba tapi hanya sedikit yang akan
berhasil. Masuklah melalui pintu sempit dan orang akan berdiri di pintu
itu dan mengetuk. Itulah yang terjadi dalam mimpiku. Aku berada di
pintu, pintu belum tertutup, masih ada kesempatan untuk masuk ke ruang
pesta. Aku hanya perlu memberi respon. Saat itu aku sadari apa yang
harus kulakukan. Aku menyadari bahwa Islam mungkin bukan kebenaran dan
Tuhan menarik aku kepada-Nya walaupun aku tidak punya keinginan untuk
ditarik. Aku meronta-ronta. Namun Dia menarikku menuju kepada Kebenaran.
Hal itu benar-benar menyakitkan.
Aku benar-benar meratap waktu itu. Saat ke kampus satu hari, aku
benar-benar meratap. Kukatakan kepada Tuhan, “ Tuhan, berikan aku waktu
beberapa hari untuk menangis. Aku perlu menangis. Ada orang yang
mengasihiku yang mungkin aku akan kehilangan atau yang mungkin akan mati
karena mendengar semua ini. Ijinkan aku menangis.“ Aku kembali ke
apartemenku dan aku membaca Kuran dan tidak ada yang bisa membantu di
sana. Aku membuka Alkitab kitab Matius dan aku bahkan belum selesai
pasal 5 dan disana dikatakan “Berbahagialah yang menangis, karena mereka
akan dihibur. Aku membaca Ayub dan semua kesedihan di sana. Tuhan
meringankan bebanku lewat Alkitab Firman-Nya bukan lewat Kuran. Tidak
ada apa-apa di Kuran yang dapat membantuku. Kuran memberiku gambaran
tentang kehidupan lamaku tetapi tidak ada yang membantuku. Tidak ada
sama sekali. Setiap kali aku membuka Alkitab, selalu ada jawaban di
sana.
Aku meminta sesuatu kepada Tuhan dan bertanya-tanya bagaimana aku bisa
mendapatkan itu semua. Lalu aku membuka I Yohanes 5 ayat 14 sampai 5
dimana dikatakan bahwa segala sesuatu yang kita minta akan kita dapatkan
karena Dia mendengar kita. Karena kita percaya dalam hati kita bahwa
Kristus adalah Tuhan. Aku percaya dalam hatiku bahwa Yesus adalah Tuhan
tetapi aku tidak mengakuinya. Dalam kitab yang sama yaitu I Yohanes
bagaimana kita tahu [hal itu] kalau hati kita menyalahkan kita?
Dikatakan kalau kita percaya dan mengakui dalam hati dan mengakui dengan
mulut bahwa Yesus adalah Tuhan, maka hati kita tidak akan menyalahkan
kita. Aku belum mengakui waktu itu. Aku belum tahu. Roma pasal 10
mengatakan hal yang sama. Dikatakan kalau kita percaya dalam hati bahwa
Kristus adalah Tuhan dan Dia bangkit pada hari ketiga, maka kita akan
diselamatkan. Aku belum mengaku saat itu.
Setelah membaca Matius, aku terpukul. Dikatakan “tidak ada seorangpun
yang menyangkali Aku di depan manusia yang akan Aku terima dalam
kerajaan surga. Setiap orang yang menyangkali Aku akan Aku sangkali di
hadapan Bapa-Ku dan setiap orang yang menyatakan tentang Aku di hadapan
manusia akan aku nyatakan di hadapan Bapa-Ku.“ Pada saat itu aku tidak
dapat menyangkali Kristus lagi. Aku tidak dapat menyangkali Tuhan sama
sekali. Aku tidak bisa lagi berpegang pada ajaran yang telah aku pilih
untuk percayai sebelum itu. Aku tidak punya alasan untuk percaya semua
itu kecuali bahwa aku dilahirkan dan dibesarkan dengan ajaran tersebut.
Aku mulai sadar bahwa semua yang kupercayai sebelumnya bukan kebenaran
dan aku harus menerima Kristus dalam hidupku. Aku meminta Roh Kudus
mengubah aku. Setelah berdoa, dunia menjadi berbeda. Aku melihat keluar
jendela dan terkejut seolah-olah disengat listrik. Aku telah
mengeluarkan kata-kata yang menurutku hanya kata-kata biasa tetapi semua
itu permintaan kepada Tuhan yang Dia genapi.
Pada saat itu ketika Roh Kudus memenuhi aku, aku terdiam di posisi itu
selama 10 menit seolah-olah aku baru tersengat listrik. Tidak bisa
bergerak. Ketika pertama kali aku bergerak dan melihat dunia, segala
sesuatu benar-benar indah. Ada harapan besar, ada makna dalam kehidupan.
Saat itu aku sadar bahwa yang penting bukanlah menjalani hidup sebagai
seorang baik. Memang kita perlu lakukan itu tetapi itu bukanlah
segalanya. Tujuan utama hidup adalah memuji dan menyembah satu-satunya
Tuhan yang benar yang datang ke dunia ini dan mati demi dosa kita
sehingga kita dapat menghargai Dia, kita dapat menyembah Dia sepenuhnya
dengan riang dan sukacita seperti dikatakan Paulus dalam Filipi 4
“bersukacitalah senantiasa karena Tuhan dekat.“ Hidupku penuh arti
sekarang karena aku dapat pergi dan memberitakan Injil. Aku tidak hanya
duduk dan berkata “Hey, setiap orang yang melakukan perbuatan baik akan
ke surga.“ Tidak, ada makna dalam hidup. Orang perlu tahu apa yang telah
dia lakukan dan bagaimana posisi kita dalam hubungan dengan Tuhan.
Orang harus tahu bahwa kita harus menyembah satu-satunya Tuhan yang
benar dan Puteranya Yesus Kristus yang datang untuk mati karena dosa
kita. Kita harus katakan kepada orang bahwa Tuhan satu, tetapi Dia satu
dalam tiga dan tiga dalam satu. Entah kita dapat memahami itu atau
tidak, hal itu berada di luar jangkauan. Kita tidak perlu memahami itu.
Yang perlu kita lakukan adalah bahwa Kristus adalah Tuhan dan Tuhan
telah turun dalam bentuk seorang manusia. Muslim memiliki kecenderungan
untuk memandang itu sebagai ketidakmungkinan.
Tidak ada alasan kenapa itu tidak mungkin. Tuhan bisa memilih untuk
datang ke dunia ini sebagai manusia. Tunjukkan kepadaku dalam Kuran atau
dalam Hadits dimana dikatakan bahwa hal itu tidak mungkin. Sebaliknya
dalam Kitab Suci Islam ada berbagai ayat yang mengatakan bahwa “Tuhan
dapat melakukan apapun yang Dia ingin lakukan.“ Pada hari terakhir kata
Kuran waktu kita dihakimi, tidak ada seorangpun bahkan muslim yang bisa
mendapatkan jalan ke surga kecuali karena anugerah Tuhan. Bahkan nabi
Islam meminta pengikutnya untuk berdoa bagi pengampunan untuk dia
berkali-kali dalam sehari karena dia tidak tahu apakah dia akan masuk ke
surga atau tidak. Semua itu hanya karena anugerah Tuhan. Anugerah yang
bahkan diandalkan oleh muslim untuk masuk surga pada akhir jaman adalah
anugerah yang diandalkan oleh Kristen. Perbedaannya adalah Kristen
percaya bahwa Anugerah itu telah diberikan di atas kayu salib 2000 tahun
yang lalu. Dia menyediakan anugerah itu kepada kita. Anugerah yang sama
harus kita cari. Aku percaya bahwa kalau kita meminta Tuhan menunjukkan
kebenaran, maka Dia akan menunjukkan kebenaran itu.