Pages

Jumat, 08 Maret 2013

Masjid Yang Ramah Terhadap “Kaum Gay” Telah Dibuka di Paris...(REALITA KEHIDUPAN DALAM ISLAM)

Ia ingin agar pria dan wanita dapat melaksanakan sembahyang secara bersama, bukan hanya ‘kaum gay dan pria normal”. "Pria dan wanita melaksanakan sholat secara bersama-sama di Mekah, katanya. Jika demikian, mengapa tidak boleh melakukannya di masjid biasa?"

Oleh Robin Banerji, BBC World Service

Ludovic-Mohamed Zahed (seorang sarjana Islam gay), menjelaskan mengapa ia memutuskan untuk
mengorganisir “masjid baru”
Sebuah mushola yang digambarkan sebagai masjid pertama di Eropa yang bersikap ramah terhadap kaum gay, telah dibuka di pinggiran Paris.
Pusat Islam yang baru ini dikelola oleh Ludovic-Mohamed Zahed, seorang sarjana Islam gay, yang menikah dengan seorang pria gay. Dia juga adalah pendiri kaum Muslim Homoseksual Perancis.
Mr Zahed secara regular hadir di Masjid Agung Paris, tetapi ia mengatakan bahwa ia ingin menciptakan sebuah tempat “inklusif” untuk kaum Muslim gay, lesbian dan transjender.
Ia mengatakan banyak dari mereka yang merasa tidak nyaman melaksanakan sholat di masjid-masjid establish.
“Banyak pria gay yang tidak pergi ke masjid sebab mereka tidak ingin dikenali keberadaannya,” kata Mr Zahed.

Islam Tak Ada Kaitannya Dengan Homoseksualitas
Mereka tidak mau diusir karena mengenakan anting atau karena berperilaku kewanita-wanitaan atau 'hanya' karena mereka adalah transjender (orang yang telah mengalami operasi ganti kelamin). “Orang dengan kondisi seperti ini seringkali mengalami penolakan di banyak masjid yang ada di Perancis,” katanya
Suami gay Mr Zahed yang berasal dari Afrika Selatan pernah menghadapi masalah yang sama. “Pertama kali ia datang ke masjid, ia mengenakan anting-anting. Setelah sholat, seseorang menghampirinya dan mencoba melepaskan anting-antingnya sambil berkata,”Ini tidak benar, engkau tidak boleh mengenakan anting-anting seperti ini di sini”. “Barangkali terlihat tidak begitu kasar, tetapi ini jelas tindakan yang sangat agresif,” kata Mr. Zahed.
Ia menceritakan sebuah kisah lain yang terjadi baru-baru ini yang ia gambarkan sebagai perlakuan diskriminasi. “Seseorang dari latar belakang Muslim yang melakukan operasi kelamin (transjender) meninggal pada musim panas lalu. Sulit sekali menemukan seorang imam yang mau melaksanakan sholat jenazah. Juga tak ada yang ingin. Pada akhirnya, kami harus melakukannya. Kami harus mensholatkan jasadnya,” kata Mr Zahed.
Imam London Ajmal Masroor mengatakan bahwa mushola Mr Zahed tidak bisa dikategorikan sebagai masjid, sebab ia sesuai dengan ajaran dan praktik Islam.

Mr Zahed mengatakan, banyak kaum gay yang merasa tidak nyaman berada di masjid yang biasa.

Mr Zahed berkata bahwa ‘masjidnya’ tidak secara spesifik dikategorikan sebagai masjid kaum gay, tetapi sebuah masjid yang ‘inklusif’. Ia juga mencoba mengintegrasikan jenis kelamin dalam Islam. Ia ingin agar pria dan wanita dapat melaksanakan sembahyang secara bersama, bukan hanya ‘kaum gay dan pria normal”. 
"Pria dan wanita melaksanakan sholat secara bersama-sama di Mekah, katanya. Jika demikian, mengapa tidak boleh melakukannya di masjid biasa?"
Sejauh ini reaksi beragam muncul dari komunitas Muslim Perancis. Perancis memiliki komunitas Muslim terbesar di Eropa, di luar Rusia.
Masjid Agung Paris telah mengeluarkan sebuah pernyataan. “Fakta bahwa ia telah membuka sebuah masjid atau sebuah mushola, adalah sesuatu yang ada di luar komunitas Islam. Quran mengecam homoseksualitas. Ini adalah perbuatan yang dilarang keras,” kata juru bicara Masjid Agung.
Orang Muslim lainnya juga telah menanyakan Mr Zahed, bagaimana ia dapat membenarkan posisinya. “Orang sedang mencoba memahami siapa kami ini, darimana kami berasal, apa penafsiran kami mengenai ayat Quran ini atau itu, dan di sini ada keragaman serta dialog … dan saya senang akan hal ini,” kata Mr Zahed.
Ia juga mengatakan bahwa ia telah menerima pesan-pesan mendukung dari orang-orang Muslim Perancis awam.

Perhatian akan keamanan
Namun demikian, ia sangat mengkhawatirkan keselamatan jemaatnya yang baru itu, jika mereka harus menyingkapkan ke publik dimana sesungguhnya mereka melaksanakan pertemuan.
Pada saat ini, Mr Zahed masih belum mendapatkan perlindungan khusus dari polisi Perancis, dan pihak berwenang Perancis memberitahukan dia bahwa mereka masih belum melihat tanda-tanda adanya ancaman-ancaman khusus dari komunitas Muslim.
Gambar 2 orang pria gay yang dihukum gantung di Iran

Jika Anda Bergabung Dengan Islam, Maka Anda Harus Menyetujui Ajaran-Ajaran Islam.
Ajmal Masroor, imam London
Namun ia masih mengkhawatirkan munculnya kekerasan atau sebuah demonstrasi. “Jika hal ini terjadi maka kami tidak akan bisa beribadah dengan tenang,” katanya.
Secara tradisional, pihak berwenang religius Muslim menentang perilaku seks kaum gay. Mereka berargumen bahwa menurut Quran, kehancuran yang dialami oleh Sodom adalah karena dosa-dosa homoseksualitas yang dilakukan oleh penduduknya.  
“Homoseksualitas adalah sebuah pilihan, ini adalah sebuah hasrat, bukan sesuatu yang sudah ada sejak lahir,” kata imam London, Ajmal Masroor. Homoseksualitas tidak diterima baik oleh kaum Muslim Sunni maupun Syiah, sebab Allah ingin agar hubungan seks dilakukan diantara pria dan wanita saja, dalam pernikahan, dan “setiap hubungan seks yang dilakukan diluar pernikahan adalah sebuah dosa.”
Meskipun demikian, itu tidak berarti bawa orang Muslim boleh melakukan tindakan diskriminasi terhadap kaum homoseksual, kata Mr Masroor. Masjid-masjid harus terbuka kepada siapa pun juga.
Daripada mencoba memisahkan diri mereka, kaum homoseksual seharusnya hadir di masjid sebagaimana kaum Muslim lainnya, kata Mr Masroor. Tetapi mereka tidak boleh mencoba merubah agama ini. “Jika anda bergabung dengan Islam, anda harus menerima ajaran-ajaran Islam.”

Ludovic-Mohamed Zahed spoke to Newshour on the BBC World Service.