Ia
ingin agar pria dan wanita dapat melaksanakan sembahyang secara
bersama, bukan hanya ‘kaum gay dan pria normal”. "Pria dan wanita
melaksanakan sholat secara bersama-sama di Mekah, katanya. Jika
demikian, mengapa tidak boleh melakukannya di masjid biasa?"
Oleh Robin Banerji, BBC World Service
Ludovic-Mohamed Zahed (seorang sarjana Islam gay), menjelaskan mengapa ia memutuskan untuk
mengorganisir “masjid baru”
Sebuah
mushola yang digambarkan sebagai masjid pertama di Eropa yang bersikap
ramah terhadap kaum gay, telah dibuka di pinggiran Paris.
Pusat
Islam yang baru ini dikelola oleh Ludovic-Mohamed Zahed, seorang
sarjana Islam gay, yang menikah dengan seorang pria gay. Dia juga adalah
pendiri kaum Muslim Homoseksual Perancis.
Mr
Zahed secara regular hadir di Masjid Agung Paris, tetapi ia mengatakan
bahwa ia ingin menciptakan sebuah tempat “inklusif” untuk kaum Muslim
gay, lesbian dan transjender.
Ia mengatakan banyak dari mereka yang merasa tidak nyaman melaksanakan sholat di masjid-masjid establish.
“Banyak pria gay yang tidak pergi ke masjid sebab mereka tidak ingin dikenali keberadaannya,” kata Mr Zahed.
Islam Tak Ada Kaitannya Dengan Homoseksualitas
Mereka
tidak mau diusir karena mengenakan anting atau karena berperilaku
kewanita-wanitaan atau 'hanya' karena mereka adalah transjender (orang
yang telah mengalami operasi ganti kelamin). “Orang dengan kondisi
seperti ini seringkali mengalami penolakan di banyak masjid yang ada di
Perancis,” katanya
Suami
gay Mr Zahed yang berasal dari Afrika Selatan pernah menghadapi masalah
yang sama. “Pertama kali ia datang ke masjid, ia mengenakan
anting-anting. Setelah sholat, seseorang menghampirinya dan mencoba
melepaskan anting-antingnya sambil berkata,”Ini tidak benar, engkau
tidak boleh mengenakan anting-anting seperti ini di sini”. “Barangkali
terlihat tidak begitu kasar, tetapi ini jelas tindakan yang sangat
agresif,” kata Mr. Zahed.
Ia
menceritakan sebuah kisah lain yang terjadi baru-baru ini yang ia
gambarkan sebagai perlakuan diskriminasi. “Seseorang dari latar belakang
Muslim yang melakukan operasi kelamin (transjender) meninggal pada
musim panas lalu. Sulit sekali menemukan seorang imam yang mau
melaksanakan sholat jenazah. Juga tak ada yang ingin. Pada akhirnya,
kami harus melakukannya. Kami harus mensholatkan jasadnya,” kata Mr
Zahed.
Imam
London Ajmal Masroor mengatakan bahwa mushola Mr Zahed tidak bisa
dikategorikan sebagai masjid, sebab ia sesuai dengan ajaran dan praktik
Islam.
Mr Zahed mengatakan, banyak kaum gay yang merasa tidak nyaman berada di masjid yang biasa.
Mr
Zahed berkata bahwa ‘masjidnya’ tidak secara spesifik dikategorikan
sebagai masjid kaum gay, tetapi sebuah masjid yang ‘inklusif’. Ia juga
mencoba mengintegrasikan jenis kelamin dalam Islam. Ia ingin agar pria
dan wanita dapat melaksanakan sembahyang secara bersama, bukan hanya
‘kaum gay dan pria normal”.
"Pria
dan wanita melaksanakan sholat secara bersama-sama di Mekah, katanya.
Jika demikian, mengapa tidak boleh melakukannya di masjid biasa?"
Sejauh
ini reaksi beragam muncul dari komunitas Muslim Perancis. Perancis
memiliki komunitas Muslim terbesar di Eropa, di luar Rusia.
Masjid
Agung Paris telah mengeluarkan sebuah pernyataan. “Fakta bahwa ia telah
membuka sebuah masjid atau sebuah mushola, adalah sesuatu yang ada di
luar komunitas Islam. Quran mengecam homoseksualitas. Ini adalah
perbuatan yang dilarang keras,” kata juru bicara Masjid Agung.
Orang
Muslim lainnya juga telah menanyakan Mr Zahed, bagaimana ia dapat
membenarkan posisinya. “Orang sedang mencoba memahami siapa kami ini,
darimana kami berasal, apa penafsiran kami mengenai ayat Quran ini atau
itu, dan di sini ada keragaman serta dialog … dan saya senang akan hal
ini,” kata Mr Zahed.
Ia juga mengatakan bahwa ia telah menerima pesan-pesan mendukung dari orang-orang Muslim Perancis awam.
Perhatian akan keamanan
Namun
demikian, ia sangat mengkhawatirkan keselamatan jemaatnya yang baru
itu, jika mereka harus menyingkapkan ke publik dimana sesungguhnya
mereka melaksanakan pertemuan.
Pada
saat ini, Mr Zahed masih belum mendapatkan perlindungan khusus dari
polisi Perancis, dan pihak berwenang Perancis memberitahukan dia bahwa
mereka masih belum melihat tanda-tanda adanya ancaman-ancaman khusus
dari komunitas Muslim.
Gambar 2 orang pria gay yang dihukum gantung di Iran
Jika Anda Bergabung Dengan Islam, Maka Anda Harus Menyetujui Ajaran-Ajaran Islam.
Ajmal Masroor, imam London
Namun
ia masih mengkhawatirkan munculnya kekerasan atau sebuah demonstrasi.
“Jika hal ini terjadi maka kami tidak akan bisa beribadah dengan
tenang,” katanya.
Secara
tradisional, pihak berwenang religius Muslim menentang perilaku seks
kaum gay. Mereka berargumen bahwa menurut Quran, kehancuran yang dialami
oleh Sodom adalah karena dosa-dosa homoseksualitas yang dilakukan oleh
penduduknya.
“Homoseksualitas
adalah sebuah pilihan, ini adalah sebuah hasrat, bukan sesuatu yang
sudah ada sejak lahir,” kata imam London, Ajmal Masroor. Homoseksualitas
tidak diterima baik oleh kaum Muslim Sunni maupun Syiah, sebab Allah
ingin agar hubungan seks dilakukan diantara pria dan wanita saja, dalam
pernikahan, dan “setiap hubungan seks yang dilakukan diluar pernikahan
adalah sebuah dosa.”
Meskipun
demikian, itu tidak berarti bawa orang Muslim boleh melakukan tindakan
diskriminasi terhadap kaum homoseksual, kata Mr Masroor. Masjid-masjid
harus terbuka kepada siapa pun juga.
Daripada
mencoba memisahkan diri mereka, kaum homoseksual seharusnya hadir di
masjid sebagaimana kaum Muslim lainnya, kata Mr Masroor. Tetapi mereka
tidak boleh mencoba merubah agama ini. “Jika anda bergabung dengan
Islam, anda harus menerima ajaran-ajaran Islam.”
Ludovic-Mohamed Zahed spoke to Newshour on the BBC World Service.