Pages

Jumat, 10 Mei 2013

buku MENGENAL MUHAMMAD part 2 (halaman 11-20)





Di tahun 570 A.D., di Mekah, Arabia, seorang janda muda bernama Amina melahirkan anak
laki yang diberi nama olehnya Kotham sesuai tradisi bangsanya. [7] Lima puluh tahun
kemudian, ketika anak laki ini hijrah ke Medina, dia akan mengganti namanya dengan nama
“Muhammad” (yang terpuji) sebagai nama pujian diri, dan dia terkenal dengan nama itu
sampai hari ini. Meskipun Muhammad adalah anak2 Amina satu2nya, tapi Amina
menyerahkan dirinya kepada seorang wanita Bedouin untuk dibesarkan di padang pasir kala
Muhammad masih berusia 6 bulan.
Beberapa wanita kaya Arab kadangkala
menyewa wanita2 lain untuk menyusui bayi2 mereka.
Hal ini memungkinkan wanita kaya itu untuk tidak menyusui dan bisa punya anak lagi dengan
cepat. Lebih banyak anak berarti lebih tinggi status sosialnya. Tapi bukan ini yang terjadi
pada Amina janda miskin yang hanya punya satu anak untuk diurus. Abdullah, ayah
Muhammad, meninggal enam bulan sebelum Muhammad lahir. Juga kebiasaan ini tidak
terlalu sering dilakukan. Lihat misalnya Khadijah, istri pertama Muhammad, yang merupakan
wanita terkaya di Mekah. Dia punya tiga anak dari perkawina sebelumnya dan tujuh anak dari
perkawinannya dengan Muhammad, dan dia merawat mereka semua seorang diri. [8]
[8] Muhammad punya empat putri dan tiga putra. Semua anak laki meninggal waktu masih kecil. Anak2
perempuan mencapai usia dewasa dan menikah, tapi semuanya meninggal di usia muda. Putrinya yang terkecil
meninggalkan dua orang putra. Putri bungsu ini hanya lebih tua enam bulan daripada usia Muhammad saat
meninggal.
13
Mengapa Amina menyerahkan anak satu2nya untuk dibesarkan orang lain? Hanya ada sedikit
keterangan bagi kita untuk mengerti tentang ibu Muhammad dan keputusan yang diambilnya.
Keterangan menarik yang menunjukkan keadaan psikologi Amina dan hubungannya dengan
bayinya adalah Amina tidak menyusui Muhammad. Setelah Muhammad lahir, dia diserahkan
kepada Thueiba, yang adalah pelayan paman Muhammad yang bernama Abu Lahab (orang
yang sama yang dikutukinya di Sura 111 di Qur’an, sekalian juga dengan istrinya), untuk
disusui. Tidak ada keterangan mengapa Amina tidak menyusui anaknya. Yang bisa kita
lakukan adalah menduga. Apakah dia mengalami tekanan bathin karena menjanda di usia
mudanya? Apakah dia pikir anaknya merupakan halangan baginya untuk menikah lagi?
Kematian anggot keluarga dapat mengakibatkan perubahan kimia dalam otak yang
mengakibatkan tekanan jiwa (depresi). Sebab lain yang mengakibatkan dapat wanita
mengalami tekanan jiwa adalah: hidup sendirian, gelisah tentang keadaan janinnya, masalah
perkawinan atau keuangan dan usia muda ibu. Amina baru saja kehilangan suaminya, dia
hidup sendiri, miskin, dan muda. Berdasarkan keterangan yang ada, dia tampaknya
mengalami tekanan jiwa. Hal ini dapat menganggu kemampuan ibu untuk menumbuhkan
ikatan bathin dengan bayinya. Juga, tekanan jiwa selama mengandung dapat pula
mengakibatkan ibu mengalami tekanan jiwa berikutnya setelah melahirkan bayi (postpartum
depression). [9]
[9] Penelitian2 menunjukkan bahwa bayi2 yang lahir dari ibu yang menderita gejala2 tekanan jiwa sewaktu
mengandung dan setelah melahirkan, mengalami peningkatan jumlah cortisol dan norepinephrine, rendah jumlah
dopamine, dan lebih tidak simetris EEG kanan depan. Bayi2 dari kelompok penderita depresi sewaktu hamil
menujukkan kecenderungan asimetri EED kanan depan dan lebih tinggi jumlah norepinephrine. Data ini
menyatakan efek psikologi bayi tergantung lebih banyak pada keadaan jiwa ibu sewaktu mengandung daripada
setelah melahirkan tapi juga tergantung dari lamanya depresi. ncbi.nlm.nih.gov
Beberapa penyelidikan ilmiah menunjukkan bahwa tekanan jiwa yang dialami ibu
mengandung dapat berakibat langsung pada janin. Bayi2 yang lahir biasanya menjadi cepat
marah dan lamban. Bayi2 ini dapat tumbuh menjadi anak2 balita yang lamban belajar dan
tidak bereaksi secara emosional, ditambah masalah kelakuan, misalnya suka melakukan
kekerasan. [10]
[10] www.health.harvard.edu/newsweek/Depress ... r_0405.htm
Muhammad tumbuh diantara orang2 asing. Sewaktu dia besar, dia sadar bahwa dirinya
bukanlah anggota keluarga yang mengurusnya. Dia semestinya heran mengapa ibunya, yang
hanya mengunjunginya dua kali setahun, tidak menginginkannya.
Halima adalah wanita yang menyusui Muhammad. Enam puluh tahun berikutnya terungkap
bahwa awalnya Halimah tidak mau mengurus Muhammad karena dia anak yatim dari janda
miskin. Tapi akhirnya Halimah mau mengurus Muhammad karena dia tidak mendapatkan
anak dari keluarga kaya, dan keluarganya sendiri sangat butuh uang meskipun sedikit
sekalipun. Apakah ini tampak pada cara Halimah mengurus bayi itu? Apakah Muhammad
merasa tidak dikasihi di keluarga angkatnya selama tahun2 awal penting yang menentukan
sifat seseorang?
Halima melaporkan bahwa Muhammad adalah anak yang penyendiri. Dia suka hidup dalam
dunia khayalannya sendiri dan bercakap-cakap dengan teman2 khayalannya yang tidak bisa
dilihat orang lain. Apakah ini reaski dari anak yang tidak dikasihi di dunia nyata sehingga dia
menciptakan khayalannya sendiri untuk menghibur dirinya dan merasa dikasihi?
Kesehatan mental Muhammad mengkhawatirkan ibu asuhnya sehingga dia mengembalikan
Muhammad kepada ibunya Amina ketika berusia lima tahun. Karena masih belum punya
suami baru, Amina ragu2 untuk menerima kembali anaknya sampai Halima menceritakan
14
padanya kelakuan dan khayalan Muhammad yang aneh. Ibn Ishaq mencatat kata2 Halima:
Ayahnya (ayah dari anak laki Halima satu2nya) berkata kepadaku, “Aku takut anak ini
mengalami serangan jantung, maka bawalah dia kembali ke keluarganya sebelum terjadi
akibat buruk”… Dia (ibu Muhammad) menanyakan padaku apa yang terjadi dan terus
menggangguku sampai aku menceritakan padanya. Ketika dia bertanya apakah aku takut
anaknya (Muhammad) kerasukan setan, maka kujawab iya.; [11]
[11] Sirat Ibn Ishaq, page 72: Ibn Ishaq (baca Is-haq, nama Arab bagi Isaac) adalah penulis sejarah Muslim, lahir
di Medina kira2 85 tahun setelah Hijra (yakni tahun 704, dia meninggal tahun 768). (Hijra adalah pindahnya
Muhammad ke Medina dan dimulainya awal penanggalan Arab), Dialah penulis pertama sejarah hidup
Muhammad dan peristiwa perang2nya. Kumpulan kisahnya tentang Muhammad disebut "Sirat al-Nabi" ("Kisah
Hidup sang Nabi"). Buku ini telah hilang. Akan tetapi, kumpulan tulisan Ibn Ishaq dengan catatan2 dari Ibn
Hisham (mati tahun 834) masih tersedia dan diterjemahkan dalam bahasa Inggris. Ibn Hisham mengaku sengaja
tidak menyertakan beberapa tulisan Ibn Ishaq yang dianggap memalukan kaum Muslim. Beberapa bagian kisah
memalukan ini dikutip oleh Tabari (838–923) yang adalah penulis sejarah terkenal dan paling terkemuka dari
Persia dan juga penulis tafsir Qur'an.
Adalah normal bagi anak2 untuk melihat monster di bawah tempat tidur mereka dan bicara
dengan orang2 khayalannya. Tapi kasus Muhammad tentunya langka dan mengkhawatirkan.
Suami Halima berkata, “Aku takut anak ini mengalami serangan jantung.” Keterangan ini
penting. Bertahun-tahun kemudian, Muhammad bicara tentang pengalaman masa kecilnya
yang aneh:
Dua orang berpakaian putih datang padaku dengan baskom emas penuh salju. Mereka
memegangku dan membelah tubuku dan mengambil dari dalam tubuhku gumpalan hitam
yang lalu mereka buang. Lalu mereka mencuci jantung dan tubuhku dengan salju sampai
murni. [12]
[12] W. Montgomery Watt: terjemahan tulisan biografi Muhammad oleh Ibn Ishaq (hal. 36)
Sudah jelas bahwa kekotoran pikiran tidak tampak sebagai gumpalan dalam jantung.
Meskipun nyatanya anak2 tidak berdosa, dosa sendiri tidak dapat dihilangkan lewat operasi
bedah dan salju bukanlah bahan pembersih yang baik. Cerita ini sudah jelas hanyalah
khayalan dan halusinasi saja.
Muhammad sekarang hidup lagi bersama ibunya, tapi ini tidak berlangsung lama. Setahun
kemudian Amina meninggal. Muhammad tidak banyak bicara tentang ibunya. Ketika
Muhammad menaklukkan Mekah, lima puluh tahun setelah kematian ibunya, dia
mengunjungi kuburan ibunya di Abwa yang terletak diantara Mekah dan Medinah.
Ini adalah kuburan ibuku; Tuhan mengijinkanku untuk melawatnya. Aku ingin berdoa
baginya, tapi tidak dikabulkan. Maka aku memanggil ibu untuk mengenangnya dan ingatan
lembut tentang dirinya menyelubungiku, dan aku menangis. [13]
[13] Tabaqat Ibn Sa'd p. 21 . Ibn Sa'd (784-845) adalah ahli sejarah, murid dari al Waqidi. Dia membagi
tulisannya dalam delapan bagian, dan menamakannya Tabaqat (kategori2). Yang pertama adalah kisah hidup
Muhammad (Vol. 1), lalu perang2nya (Vol. 2), pengikut2nya di Mekah (Vol. 3), pengikut2nya di Medinah (Vol.
4), cucu2nya, Hassan dan Hussein dan tokoh2 Muslim yang utama (Vol. 5), pengikut2 dan sahabat2 Muhammad
(Vol. 6), pengikut penting berikutnya (Vol. 7) dan beberapa tokoh Muslimah (Vol. 8 ). Kutipan2 Tabaqat yang
digunakan di buku ini diambil dari terjemahan dalam bahasa Persia oleh Dr. Mahmood Mahdavi Damghani.
Publisher Entesharat-e Farhang va Andisheh. Tehran, 1382 solar hijra (2003 A.D.).
Mengapa Tuhan tidak mengabulkan Muhammad berdoa bagi ibunya? Apa yang dilakukan
Amina sehingga dia tidak layak untuk dimaafkan? Ini sungguh tidak masuk akal. Sudah jelas
Tuhan tidak ada hubungannya dengan hal ini. Muhammad sendirilah yang tidak bisa
memaafkan ibunya, bahkan separuh abad setelah dia mati. Dia mungkin mengingatnya
sebagai wanita yang dingin dan tidak sayang anak, sehingga Muhammad tidak menyukainya
dan mengalami luka bathin yang tidak pernah sembuh.
15
Muhammad kemudian hidup bersama kakeknya selama dua tahun. Kakeknya yang telah
ditinggal mati putranya, sangat memanjakan Muhammad. Ibn Sa’d menulis bahwa Abdul
Muttalib sangat memperhatikan Muhammad lebih banyak daripada memperhatikan putra2nya
sendiri. [14] Muir dalam Biography of Muhammad menulis: “Anak itu dirawat dengan penuh
kasih sayang olehnya. Sebuah karpet biasa dibentang di bawah bayang2 Ka’bah, dan di situ
orang tua (kakek Muhammad) itu berbaring terlindung dari terik matahari. Di sekitar karpet,
dengan jarak yang tidak jauh, duduklah putra2nya. Muhammad kecil berlari mendekat pada
kakeknya dan mengambil karpet tersebut. Putra2nya hendak mengusirnya pergi, tapi Abdul
Muttalib mencegahnya dan berkata: “Jangan larang putra kecilku.” Dia lalu mengelus
punggungnya karena merasa girang melihat tingkah lakunya yang kekanakan. Anak laki ini
masih diurus ibu asuhnya yang bernama Baraka, tapi Muhammad selalu lari darinya dan pergi
ke tempat tinggal kakeknya, bahkan jika dia sedang sendirian dan tidur. [15]
[14] Tabaqat Volume 1, page 107
[15] The Life of Muhammad by Sir. William Muir Volume II Ch. 1. P. XXVIII
Muhammad ingat perlakuan penuh kasih sayang yang diterimanya dari Abdul Muttalib.
Sambil tak lupa membumbui dengan khayalannya sendiri, dia di kemudian hari berkisah
bahwa kakeknya biasa berkata, “Biarkan dia karena dia punya nasib yang hebat, dan akan
menjadi pewaris kerajaan;” dan berkata pada Baraka, “Awas, jangan sampai dia jatuh ke
tangan orang2 Yahudi dan Kristen, karena mereka mencarinya dan akan melukainya!” [16]
Akan tetapi, tiada seorang pun yang ingat perkataan ini karena sebenarnya paman2nya tidak
percaya perkataannya, kecuali Hamza yang berusia sepantar dengan Muhammad. Abbas juga
di kemudian hari bergabung dengan Muhammad, tapi itu terjadi setelah bintang Muhammad
bersinar dan dia dan pasukannya berada di depan Mekah untuk siap menyerang.
[16] Katib al Waqidi, p. 22
Nasib sekali lagi tidak berpihak pada Muhammad. Hanya dua tahun setelah dia hidup bersama
kakeknya, sang kakek meninggal dunia di usia delapan puluh dua tahun dan Muhammad lalu
diasuh oleh pamannya Abu Talib.
Muhammad merasa sedih karena kehilangan kakek yang mengasihinya. Ketika dia berada di
penguburan jenazah di Hajun, dia menangis. Bertahun-tahun kemudian dia masih mengenang
kakeknya.
Abu Talib mengasuh Muhammad dengan penuh kasih pula. “Kasih sayangnya pada
Muhammad sama besarnya seperti kasih sayang Abdul Muttalib padanya,” tulis Muir. “Dia
mengijinkannya tidur di atas ranjangnya, makan di sisinya, dan pergi bersamanya ke luar
negeri. Dia terus memperlakukan Muhammad dengan lembut sampai Muhammad
dewasa.”[17] Ibn Sa’d mengutip Waqidi yang mengisahkan bahwa Abu Talib, meskipun tidak
kaya, mengasuh Muhammad dan mencintainya lebih dari anak sendiri.
[17] Tabaqat Vol I., hal. 108
Karena kehilangan orang2 yang dikasihinya secara berturut-turut di masa kecilnya,
Muhammad takut ditinggalkan dan kejadian ini tentunya berdampak emosi kuat. Hal ini
tampak jelas dalam kejadian di waktu dia berusia 12 tahun. Suatu hari, Abu Talib hendak
pergi ke Syria untuk berdagang. Dia tidak membawa Muhammad pergi. “Tapi ketika kafilah
sudah siap berangkat, dan Abu Talib siap menaiki untanya, keponakannya yang tidak mau
ditinggal lama memeluknya erat2. Abu Talib terharu dan membawa dia pergi
bersamanya.”[18] Eratnya hubungan Muhammad dan pamannya menunjukkan Muhammad
selalu takut kehilangan orang2 yang dikasihinya.
[18] The Life of Muhammad by Sir. William Muir Vol. II Ch. 1. P. XXXIII
16
Meskipun Abu Talib merawatnya dengan penuh kasih dan terus membela Muhammad sampai
ajal, mengasihinya lebih dari anak sendiri, pada akhirnya Muhammad terbukti sebagai
keponakan yang tak tahu terima kasih. Ketika pamannya hampir ajal di ranjang, Muhammad
menengoknya. Semua putra2 Abu Muttalib juga ada di situ. Abu Talib selalu memikirkan
kebaikan bagi Muhammad dan dia meminta dengan tulus pada saudara2 lakinya untuk
melindungi Muhammad yang sekarang berusia 53 tahun. Mereka berjanji untuk
melakukannya, termasuk Abu Lahab, yang dikutuki Muhammad dalam Qur’an. Setelah itu
Muhammad meminta pamannya masuk Islam.
Muhammad sadar bahwa pengikut2nya adalah orang2 lemah dari kalangan rendah. Untuk
mendongkrak keberadaannya, dia butuh orang berpengaruh masuk Islam. Ibn Ishaq menulis:
“Ketika orang2 datang di perayaan2, atau ketika sang Rasul mendengar ada orang penting
yang hendak berkunjung ke Mekah, dia akan mendatangi orang itu dan menyampaikan
pesannya.”[19] Tulisan sejarah juga mengisahkan pada kita bahwa Muhammad sangat girang
luar biasa ketika Abu Bakr dan Omar menjadi pengikutnya. Jika Abu Talib bersedia masuk
Islam, maka Muhammad akan tampak lebih terhormat diantara para pamannya dan
masyarakat Quraish. Suku Qurasih adalah suku Arab yang tinggal di Mekah dan penjaga
bangunan Ka’abah. Muhammad sangat butuh pengakuan kebenaran agamanya dari Abu Talib.
Akan tetapi sang paman tersenyum dan berkata bahwa dia lebih memilih mati dengan agama
kakek moyangnya. Maka punahlah harapan Muhammad. Dia lalu meninggalkan ruangan
sambil berkata: “Aku ingin berdoa baginya, tapi Allâh melarangku.”
[19] Sirat, Ibn Ishaq page. 195
Sukar dipercaya bahwa Allah melarang nabinya meminta ampun bagi orang yang
membesarkannya, melindunginya sampai ajal, dan berkorban begitu banyak baginya. Kalau
memang Tuhan berbuat demikian, hal ini akan menurunkan derajat Tuhan sedemikian rupa
sehingga tak layak disembah. Pengorbanan Abu Talib dan keluarganya demi kepentingan
Muhammad sangatlah banyak. Meskipun tidak percaya akan Islam, Abu Talib berdiri
bagaikan batu tegar menghadapi seluruh rakyat Quraish untuk membela Muhammad dari
segala ancaman yang ada dan selama 38 tahun dia terus menjadi pendukung Muhammad
tanpa henti. Meskipun begitu, Muhammad bukanlah keponakan yang tahu balas budi. Ketika
Abu Talib tidak mau masuk Islam, Muhammad merasa begitu ditolak sehingga dia tidak mau
mendoakan pamannya yang hampir ajal.
Tidak banyak yang terjadi di masa muda Muhammad dan tidak ada hal yang dianggap penting
dicatat oleh penulis kisah hidupnya. Dia dikabarkan adalah orang yang pemalu, pendiam dan
tidak terlalu suka berhubungan sosial. Meskipun disayang dan dimanja pamannya,
Muhammad tetap peka dengan statusnya sebagai anak yatim piatu. Kenangan masa kecil yang
sepi dan tanpa kasih terus menghantui sepanjang hidupnya.
Tahun2 berlalu. Muhammad tetap saja suka menyendiri dan lebih memilih hidup di dunianya
sendiri, bahkan jauh dari orang2 yang dikenalnya. Bukhari [20] menulis bahwa Muhammad
“lebih pemalu daripada perawan wanita bercadar.”[21] Dia tetap saja begitu seumur hidupnya,
tidak percaya diri dan pemalu. Dia berusaha mengatasinya dengan membesarkan,
menyombongkan dan memuja-muja diri sendiri.
[20] Abu Abdullah Muhammad Bukhari (c. 810-870) adalah seorang pengumpul hadis atau sunnah, (kumpulan
perkataan dan perbuatan Muhammad). Buku kumpulan hadisnya dianggap paling terkemuka. Dia menghabiskan
waktu enambelas tahun untuk mengumpulkannya, dan berhasil mendapat 2.602 hadis (9.082 hadis yang diulang
isinya oleh sumber pencerita lain). Persyaratan yang ditetapkannya untuk menentukan keaslian hadis sangat ketat
dan karenanya kumpulan hadisnya disebut Sahih (tepat, benar). Ada dua ilmuwan Islam lainnya yakni Abul
Husain Muslim dan Abu Dawood yang bekerja dengan cara sama seperti Bukhari dalam mengumpulkan hadis.
Sahih Bukhari, Sahih Muslim and Sunnan Abu Dawood diakui oleh masyarakat Muslim pada umumnya,
terutama Muslmi Sunni, sebagai literatur tambahan bagi Qur’an.
[21] Bukhari: Volume 4, Book 56, Number 762:
17
Muhammad tidak melakukan pekerjaan apapun yang penting. Saat2 tertentu dia
menggembalakan kambing, dan ini sebenarnya adalah pekerjaan kaum perempuan dan
dianggap bukan kerjaan lelaki oleh orang2 Arab. Bayarannya rendah dan dia bergantung pada
kemurahan hati pamannya.
Menikah dengan Khadijah
Akhirnya, ketika Muhammad berusia 25, Abu Talib mencarikannya pekerjaan sebagai
bendahara di sebuah perusahaan milik wanita pedagang kaya yang juga masih saudara jauh,
bernama Khadijah. Khadijah berusia 40 tahun, dia adalah seorang janda yang sukses dalam
berdagang. Muhammad melakukan satu perjalanan ke Syria untuk memenuhi perintah
Khadijah dengan menjual dagangannya dan membeli pesanannya. Ketika dia kembali,
Khadijah jatuh cinta pada Muhammad, dan meskipun Muhammad hanyalah pelayannya,
Khadijah melamar Muhammad untuk menikah dengannya.
Muhammad butuh dukungan finansial dan emosional. Baginya, pernikahan dengan Khadijah
merupakan untung besar. Dari Khadijah, dia bisa mendapatkan kasih sayang keibuan yang
tidak didapatkannya sejak kecil, dan juga jaminan keuangan sehingga dia tidak perlu kerja
lagi.
Khadijah dengan senang hati memenuhi segala keperluan suaminya. Dia merasa bahagia dari
melakukan kegiatan memberi, mengasuh, dan mengorbankan diri.
Muhammad tidak suka bekerja. Dia lebih memilih mengasingkan diri dan berkhayal dengan
pikiran2nya sendiri. Bahkan sewaktu kecil, dia pun menghindari anak2 lain dan tidak mau
berteman dengan mereka. Dia seringkali menyendiri. Dia tidak tahu bagaimana caranya untuk
bisa bahagia dan menikmati kehidupan. Dia jarang tertawa, dan jika dia tertawa, dia menutup
mulutnya. Dari sinilah awalnya kebiasaan Muslim menganggap tertawa bukan perbuatan suci.
Dalam dunianya yang penuh khayalan, Muhammad tidak lagi merasa terasing dan tak
diinginkan seperti yang dialaminya ketika kecil, tapi dia merasa dikasihi, dihormati, dipuji,
dan bahkan ditakuti. Ketika dunia nyata terlalu berat untuk dihadapi dan dia merasa kesepian,
maka dia melarikan diri ke dunia khayalannya, di mana dia bisa menjadi siapapun yang dia
inginkan. Tentunya dia telah melakukan hal ini sejak masih sangat kecil ketika hidup di
keluarga angkatnya dan menghabiskan waktu sendirian di gurun pasir. Dunia fantasinya yang
ideal dan menyenangkan selalu menjadi tempatnya berlindung selama hidupnya. Baginya,
dunia fantasi itu sama dengan dunia nyata, hanya jauh lebih menyenangkan. Muhammad tidak
membantu Khadijah mengurus ke sepuluh anaknya karena dia lebih memilih menyendiri di
gua2 sekitar Mekah, menghabiskan waktunya seharian di dunianya sendiri, sibuk berkhayal
dan bermimpi.
Pengalaman Mistik
Suatu hari, ketika Muhammad berusia 40 tahun, dan setelah menghabiskan waktu berhari-hari
di sebuah gua seorang diri, Muhammad mengalami pengalaman yang aneh. Dia mulai
mengalami kontraksi otot, sakit perut, dan merasa seperti dihimpit kuat2, kejang2 otot, kepala
dan bibir bergerak-gerak di luar kontrol, berkeringat, dan jantung berdebar-debar. Dalam
keadaan ini, dia mendengar suara2 dan mengaku melihat hantu.
18
Dia lari ke rumah ketakutan, gemetar dan berkeringat. “Tutupi aku, tutupi aku,” pintanya
kepada istrinya. “O Khadijah, ada apa dengan diriku?” Dia menceritakan semua yang terjadi
dan berkata, “Aku takut sesuatu telah terjadi padaku.” Dia mengira kerasukan setan lagi.
Khadijah menenangkannya dan mengatakan padanya untuk tidak merasa takut, karena dia
sebenarnya didatangi seorang malaikat dan dipilih sebagai nabi.
Setelah pertemuannya dengan makhluk halus yang disebut istrinya sebagai malaikat Jibril,
Muhammad yakin akan status nabinya. Kedudukan nabi menyenangkan hatinya dan
memenuhi angan2nya untuk merasa megah diri. Dia pun mulai berkhotbah.
Lalu apakah isi pesan khotbahnya? Tidak ada pesan apapun. Yang dia tahu adalah dia telah
menjadi seorang rasul. Karena itu, pesan utama hanyalah menyampaikan berita kerasulannya
kepada siapapun dan membuat orang percaya bahwa dia adalah seorang rasul. Sebagai
hasilnya, orang harus menghormatinya, mencintainya, mentaatinya, dan bahkan takut
terhadap dirinya. Setelah berkhotbah selama 23 tahun, inti pesan Muhammad tetaplah sama.
Pesan utama Islam adalah Muhammad adalah seorang rasul dan orang harus taat padanya.
Siapapun diharapkan untuk menghormatinya, mencintainya, mentaatinya, dan bahkan takut
padanya. Selain dari itu, tiada pesan apapun. Yang tidak mau taat akan dihukum, baik di dunia
fana maupun baka. Keesaan Tuhan yang menjadi dasar agama Islam, awalnya bukan
merupakan bagian pesan Muhammad.
Setelah membuat jengkel masyarakat Mekah selama bertahun-tahun dengan mengejek agama
dan dewa2 mereka, maka masyarakat Mekah akhirnya tidak mau berhubungan dengan dia dan
pengikutnya lagi, termasuk hubungan dagang. Sikap mendiamkan dan boikot ekonomi
mengakibatkan banyak kesusahan pada kaum Muslim sehingga Muhammad memerintahkan
mereka pindah ke Abyssinia. Akhirnya, untuk menyenangkan hati masyarakat Mekah,
Muhammad terpaksa berkompromi. Ibn Sa’d menulis: “Suatu hari sang Nabi berada di
kumpulan orang di Ka’bah dan membacakan bagi mereka Sura an-Najm (Sura 53). Ketika
sampai di ayat 19-20 yang tertulis, “Apakah kau telah mempertimbangkan Lat dan Uzza, dan
Manat, yang ketiga, yang paling akhir? Setan menaruh kedua ayat2 itu di mulut sang Nabi.
“Mereka cantik, dan ada harapan dalam ibadahnya.”[22] Kata2 ini menyenangkan hati
masyarakat Quraish dan mereka menghentikan boikot ekonomi dan permusuhan. Kabar ini
terdengar oleh para Muslim di Abyssinia yang lalu dengan senang balik kembali ke Mekah.
[22] Tabaqat Volume I, halaman 191
Tak lama kemudian, Muhammad sadar bahwa mengakui putri2 Allâh sebagai dewi-dewi telah
merusak kedudukannya sendiri sebagai satu2nya perantara bagi Allâh dan manusia, dan
membuat agamanya tidak beda dengan agama pagan, dan karena itu agamanya jadi tak
berguna. Maka dia menarik kembali kedua ayat yang mengakui putri2 Allâh dan
menyebutnya sebagai ayat2 setan. Setelah itu dia mengeditnya dengan “Apa! Anak2 laki
bagimu dan bagiNya anak2 perempuan! Ini jelas pembagian yang tidak adil!” [23] Artinya,
betapa beraninya kamu menyebut Tuhan punya anak2 perempuan, sedangkan kau sendiri
bangga punya anak2 laki? Kaum wanita dianggap bodoh dan karenanya tidak layak bagi
Allâh untuk punya anak2 perempuan. Memang ini benar2 tidak adil.
[23] Qur’an, 53:19-22
Beberapa pengikut Muhammad meninggalkannya karena kejadian ini. Untuk mensahkan
pergantian ayat dan mendapatkan kembali kepercayaan pengikutnya, dia mengaku semua nabi
juga kadangkala ditipu setan, yang memberi gagasan secara licik agar mereka mengucapkan
ayat2 setan dan sepertinya itu datang dari Tuhan.
Qur’an Al-Hajj (22) ayat 52-53
(52) Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasul pun dan tidak (pula) seorang nabi,
melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, setan pun memasukkan godaan-godaan
19
terhadap keinginan itu, Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh setan itu, dan Allah
menguatkan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, (53) agar Dia
menjadikan apa yang dimasukkan oleh setan itu, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di
dalam hatinya ada penyakit dan yang kasar hatinya. Dan sesungguhnya orang-orang yang
lalim itu, benar-benar dalam permusuhan yang sangat,
Muhammad menulis ayat2 di atas karena beberapa pengikutnya sadar dia mengarang Qur’an
sesuai situasi dan kondisi, sehingga mereka lalu meninggalkannya. Yang dikatakan Q 22:52-
53 sebenarnya adalah:
Jika aku, Muhammad, ngawur dan tertangkap basah olehmu, maka itu adalah salahmu
sendiri karena hatimu rusak.
Tiga belas tahun telah berlalu dan Muhammad hanya punya sekitar 70 sampai 80 orang
pengikut. Istrinya yang tidak hanya menafkahinya, tapi juga mengaguminya, memujanya,
memujinya, dan dia adalah pengikut Muhammad yang pertama. Posisi sosialnya yang
terhormat meyakinkan orang2 lain seperti Abu Bakar, Othman (Usman) dan Omar untuk
bergabung jadi pengikut Muhammad pula. Selain dari mereka, pengikut Muhammad yang lain
adalah budak2 milik orang2 kaya Quraish, dan beberapa pemuda yang tak punya pengaruh.
Kebohongan Penindasan
Ajakan Muhammad kepada masyarakat Mekah untuk masuk Islam tidak digubris. Masyarakat
Mekah, sama seperti kebanyakan non-Muslim di jaman modern, bersikap toleran terhadap
semua agama. Di jaman itu, tidak ada penindasan dengan alasan agama. Secara alami,
masyarakat polytheis memang umumnya toleran terhadap agama lain. Memang mereka
tersinggung ketika Muhammad menghina dewa2 mereka, tapi mereka tidak melukai
Muhammad.
Muhammad mengajak pengikutnya meninggalkan Mekah. Dengan sendirinya, mereka yang
tinggal di Mekah tidak suka akan hal ini. Sanak keluarga Muslim dan juga majikan2 budak
yang memeluk Muslim tidak merasa suka. Beberapa budak Muslim yang mencoba melarikan
diri ditangkap dan dipukuli. Ini tentunya bukan penindasan agama. Orang2 Mekah hanya
ingin mempertahankan apa yang mereka anggap sebagai harta milik mereka. Contohnya,
ketika Bilal (Muslim kulit hitam) ditangkap, majikannya yang bernama Umaiyah memukuli
dan merantainya. Abu Bakr membeli Bilal dan memerdekakannya. Bilal dihukum majikannya
karena mencoba melarikan diri, dan ini berarti majikannya akan kehilangan budak yang
dianggap harta milik. Jadi Bilal tidak dihukum karena dia memeluk Islam. Ada pula kisah2
tentang Muslim yang dipukuli anggota keluarga mereka karena masuk Islam. Sebuah hadis
mengisahkan Omar sebelum jadi Muslim mengikat saudara perempuannya dan memaksanya
meninggalkan Islam. [24] Omar memang tidak toleran dan suka main pukul sebelum dan
sesudah memeluk Islam. Di Timur Tengah, pengertian individualisme tidak dikenal. Yang
kau percaya dan lakukan adalah urusan keluarga juga. Hal ini terutama berlaku bagi para
wanita yang tidak dapat membuat keputusan mereka sendiri. Bahkan saat modern sekarang
pun, para Muslimah dapat dibunuh keluarganya (bunuh demi harkat – honor killing) jika
mereka berkeputusan menikahi pria pilihan mereka sendiri tanpa minta persetujuan
keluarganya.
[24] Sahih Bukhari Volume 5, Book 58, Number 207
Ada pula kisah penindasan seorang Muslimah yang bernama Summayyah. Ibn Sa’d adalah
satu2nya penulis sejarah yang menyatakan Summayyah mati sebagai martir di tangan Abu
Jahl. Al-Bayhaqi yang mengutip tulisan Ibn Sa’d berkata, “Abu Jahl menusuk kemaluannya.”
20
[25] Jika kejadian martir ini benar2 terjadi; maka hal ini akan disiarkan dengan hebat oleh
setiap penulis biografi dan dilaporkan berulang-ulang dalam ahadis (kumpulan hadis). Ini
adalah contoh di mana sejarawan Muslim dari awal memang sering mengarang sendiri
kejadian sejarah Islam.
[25] Al-Dalaa’il, 2/282
Apalagi Ibn Sa’d sendiri juga menyatakan bahwa Bilal adalah martir yang pertama. Bilal telah
lama selamat dari penindasan majikannya, dan dia kembali lagi ke Mekah saat kota itu
ditaklukkan Muhammad. Bilal lalu mengumandangkan Azan di atap Ka’bah. Dia meninggal
karena alasan alamiah.
Beberapa sumber Islam mengatakan bahwa suami Summayyah yang bernama Yasir dan putra
mereka yang bernama Ammar dibunuh di Mekah. Akan tetapi Muir juga menunjukkan bahwa
setelah Yasir meninggal karena alasan alamiah, Summayyah menikah dengan budak Yunani
bernama Azraq dan dari pria ini dia punya anak yang bernama Salma. [26] Kalau begitu,
bagaimana bisa Summayyah mati dibunuh? Azraq tinggal di Taif (tak jauh dari Mekah). Lima
belas tahun kemudian, Muhammad mengepung Taif. Azraq merupakan salah satu dari
beberapa budak Taif yang membelot ke perkemahan Muhammad. Sudah sewajarnya untuk
menyimpulkan bahwa setelah kematian Yasir, Summayyah menikah dengan Azraq dan hidup
bersamanya di Taif. Jadi kisah kematian Summayyah sebagai martir hanyalah dongeng Islam
belaka.
[26] Sir William Muir: The Biography of Mahomet, and Rise 0f Islam. Chapter IV page 126
Muhammad tidak menentang perbudakan. Di waktu kemudian, setelah dia berkuasa, dia
memaksa ribuan orang yang merdeka untuk diperbudak. Perintahnya kepada Muslim untuk
meninggalkan Mekah mengganggu keadaan sosial dan mengakibatkan kerusuhan. Karena hal
itu dan karena sikapnya yang terus menghina agama mereka, maka Muhammad jadi orang
yang dibenci masyarakatnya sendiri, yakni masyarakat Quraish. Meskipun demikian, dia dan
pengikutnya tidak ditindas gara2 Islam. Orang2 Muslim menuduh tanpa bukti. Kaum politheis
kebanyakan tidak peduli agama orang lain, karena memang mereka cenderung bersikap
pluralistik. Ka’bah adalah tempat 360 patung berhala, setiap patung mewakili suku tertentu.
Ada suku Yahudi, suku penganut agama Kristen, Zoroastria, Sabean (agama yang percaya
satu Tuhan dan sudah musnah), dan berbagai macam agama lain di Arabia, dan para
penganutnya bebas melakukan ibadah agamanya. Ada pula nabi2 lain yang juga berkhotbah
tentang agamanya. Sikap tidak toleran terhadap kepercayaan lain di Arabia bermula dengan
Islam.
Tidak ada bukti penindasan terhadap Muhammad dan Muslim di Mekah. Meskipun
demikian Muslim menuduh begitu hanya karena Muhammad mengatakannya. Muslim
memang tidak ragu dengan apa yang dikatakan Muhammad. Herannya, beberapa ahli sejarah
non-Muslim yang tidak suka Islam bahkan juga terjebak dan mengumumkan ketidakbenaran
sejarah ini. Muhammad mengaku sebagai korban, tapi sebenarnya malah dia sendiri yang
menindas. Muslim pun melakukan hal yang sama. Di mana2 Muslimlah yang membunuh,
menindas, dan menekan, tapi mereka sendiri yang menjerit paling keras dan mengaku sebagai
korban dan pihak yang ditindas. Untuk memahami kecenderungan ini, kita harus mengerti
keadaan jiwa Muhammad dan pengikutnya. Ini akan dibahas di bab berikut.
Hijrah ke Medina
Karena sibuk mengurus sepuluh anak tanpa bantuan dari suami, Khadijah tidak sempat
mengurus bisnisnya, sehingga setelah dia meninggal dunia, keluarganya jadi miskin. Setelah
Khadijah meninggal, pendukung lain Muhammad yakni pamannya Abu Talib juga meninggal.
21
Karena kehilangan dua pendukung setianya dan tidak dipedulikan masyarakat Mekah, maka
Muhammad mengambil keputusan hijrah ke Medina. Apalagi sebelum hijrah dia sudah
mendapat sumpah setia dari beberapa orang Medina untuk mendukungnya. Muhammad
memerintahkan para pengikutnya hijrah duluan. Beberapa dari mereka merasa ragu untuk
berangkat, sehingga Muhammad mengancam mereka jika mereka tidak mau pergi, maka
mereka akan jadi penghuni Neraka. [27]
[27] Qur’an 4:97: Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri,
(kepada mereka) malaikat bertanya: "Dalam keadaan bagaimana kamu ini?". Mereka menjawab: "Adalah kami
orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)". Para malaikat berkata: "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga
kamu dapat berhijrah di bumi itu?". Orang-orang itu tempatnya neraka Jahanam, dan Jahanam itu seburuk-buruk
tempat kembali
Muhammad sendiri tetap tinggal di Mekah. Lalu di suatu malam, dia mengaku Allâh
memberitahunya bahwa musuh2nya berusaha untuk mencelakainya. Dia lalu meminta kawan
setianya Abu Bakr untuk menemaninya diam2 pergi ke Medina. Ayat berikut mengisahkan
kejadian tersebut:
Q 8:30
Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk
menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan
tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya.
Dalam ayat Qur’an ini, tampaknya Allâh menduga2 apa yang akan direncanakan orang2
Mekah. Bukankah ini jelas hasil dari kecurigaan Muhammad saja? Muhammad hidup diantara
masyarakat Mekah selama 13 tahun, mengganggun mereka dan menghina agama mereka,
sama seperti yang dilakukan Muslim saat ini terhadap agama2 lain, tapi mereka tetap saja
bersikap toleransi terhadap Muhammad. Selain dari tuduhan Muhammad sendiri, tidak ada
catatan sejarah yang membuktikan mereka ingin mencelakai dirinya.
Dalam sejarah yang ditulis para Muslim sendiri, tidak ada bukti penindasan terhadap
muhammad. Kaum2 tua Quraish yang muak dengan hinaan2 Muhammad melaporkan hal itu
kepada pamannya yang sudah tua Abu Talib dan berkata, “Keponakanmu ini telah
mengucapkan kata2 hinaan terhadap dewa2 dan agama kami, dan telah mengatakan kami
bodoh, dan mengatakan semua kakek moyang kami sesat. Sekarang, kau yang berada di pihak
kami silakan balas dia; (karena kau pun mengalami hinaan yang sama), atau jangan lindungi
dia agar kami yang membalasnya.” [28]
[28] Sir William Muir, Life of Muhammad, Vol. 2, bab 5,. hal. 162.
Ini bukan ucapan orang2 yang suka menindas. Ini adalah sebuah permintaan dan peringatan
agar Muhammad berhenti menghina dewa2 mereka. Bandingkan dengan tindakan kaum
Muslim modern ketika nabi mereka digambarkan di beberapa kartun. Muslim2 ini mengamuk
dan di tempat2 jauh seperti Nigeria dan Turki, mereka membunuh hampir 100 orang yang
tidak bersalah atas pembuatan kartun2 itu. Tapi masyarakat Quraish bertoleransi atas hinaan2
terhadap dewa2 mereka selama tiga belas tahun.
Di malam Muhammad ditemani Abu Bakr melarikan diri ke Medina adalah awal dari sejarah
Islam. Di Medina, dia menemukan orang2 Arab yang tidak semakmur orang2 Mekah. Tidak
seperti orang2 Mekah, orang2 Medina tidak tahu tentang latar belakang dan perilaku
Muhammad. Karena itu, mereka lebih terbuka menerima ajarannya.
Muhammad bukanlah orang Arab pertama yang mengaku sebagai nabi. Beberapa orang lain
dari bagian Arab lain telah mengaku diri nabi dan mereka adalah saingannya. Yang paling
terkenal adalah Musailama yang telah mulai khotbah beberapa tahun sebelum Muhammad
mengaku nabi. Tapi tidak seperti Muhammad, Musailama berhasil diterima di kota dan
22
masyarakatnya sendiri. Hal yang menarik lainnya adalah seorang wanita bernama Sijah juga
mengaku sebagai nabi dan diapun punya banyak pengikut. Kedua nabi ini mengajarkan
monotheisme. Hal ini merupakan bukti meyakinkan bahwa sebelum masa Islam mendominasi
Arabia, wanita2 lebih dihormati dan punya lebih banyak hak daripada jaman setelah Islam.
Tidak ada satupun dari nabi2 yang memakai kekerasan untuk mengembangkan agama mereka
atau merampok orang lain. Mereka tidak mau menaklukkan daerah2 baru atau mendirikan
kerajaan, tapi sesuai dengan tradisi nabi dalam Alkitab, mereka hanya ingin berkhotbah dan
mengajak umatnya menyembah Tuhan. Muhammad adalah satu2nya nabi doyan perang di
Arabia. Nabi2 yang lain juga tidak bermusuhan satu sama lain. Mereka bekerja sama dan
tidak berseteru untuk mendapatkan pengaruh lebih banyak.
Masyarakat Arab Medina lebih dapat menerima Muhammad, bukan karena ajarannya yang
intinya hanya percaya bahwa dia itu nabi, tapi karena mereka bersaing dengan masyarakat
Yahudi. Di daerah Medina banyak terdapat masyarakat Yahudi. Sesuai dengan agama mereka,
masyarakat Yahudi merasa mereka sebagai “bangsa pilihan.” Mereka pun lebih kaya dan
terpelajar dibandingkan masyarakat Arab, sehingga ini menimpulkan kecemburuan sosial
dalam diri masyarakat Arab. Sebagian besar tanah Medina dimiliki orang2 Yahudi. Kota
Medina adalah kota Yahudi. Kitab al-Aghani [29] mencatat penduduk Yahudi pertama di
Medina datang di jaman Musa. Akan tetapi dalam buku abad ke 10 berjudul Futuh al-
Buldan (Penaklukan Kota2), Al Baladhuri menulis bahwa menurut masyarakat Yahudi,
perpindahan penduduk Yahudi kedua terjadi di tahun 587 SM, ketika Raja Babilon
bernama Nebuchadnezzar menghancurkan Yerusalem dan mengusir kaum Yahudi sehingga
tersebar di mana2. Di Medina, kaum Yahudi hidup sebagai pedagang, ahli emas, ahli besi,
ahli seni, petani, sedangkan kaum Arab adalah kuli dan pekerja yang bekerja bagi kaum
Yahudi. Kaum Arab ini datang ke Medina sekitar tahun 450 atau 451 M dan ini berarti
paling sedikit 1000 tahun SETELAH kaum Yahudi datang dan hidup di Medina.
Kaum Arab pindah ke Medina karena terjadi banjir besar di Yemen yang memaksa suku2
Arab di daerah Sab mengungsi ke daerah lain di Arabia. Suku2 ini datang di Medina di abad
ke 5 sebagai pengungsi. Setelah kaum Arab ini memeluk Islam, mereka mengusir dan
membantai tuan rumah mereka dan mengambil alih kota.
[29] Beberapa jilid puisi yang dikumpulkan oleh Abu al-Faraj Ali dari Esfahan. Kumpulan ini terdiri dari puisi2
dari literatur Arab tertua mulai dari abad ke 9 M. Ini merupakan sumber keterangan penting tentang masyarakat
Islam kuno.
Setelah hidup di Yathrib (nama kota asli sebelum diganti nama menjadi Medina), kaum Arab
mulai menjarah dan merampoki orang2 Yahudi. Kaum Yahudi sebagai balasnya berkata sama
seperti yang dikatakan orang2 yang ditindas: jika Juru Selamat mereka datang, maka Dia akan
membalas mereka. Ketika kaum Arab mendengar Muhammad mengaku sebagai Rasul Tuhan
dan mengumumkan dirinya diramalkan oleh Musa, mereka mengira dengan menerima dia
sebagai Rasul dan memeluk Islam, maka mereka dapat menyamai kaum Yahudi.
Ibn Ishaq menulis: “Sekarang Allâh telah mempersiapkan jalan bagi Islam agar mereka
(orang2 Arab) hidup berdampingan dengan kaum Yahudi, yang adalah para ahli kitab dan
pengetahuan, ketika mereka dulu adalah orang2 penyembah banyak dewa dan berhala.
Mereka seringkali merampok kaum Yahudi di daerah2 mereka, dan jika marah kaum Yahudi
biasa berkata pada mereka, ‘Seorang nabi akan segera dikirim. Harinya segera tiba. Kami
akan mengikutnya dan membunuh kalian dengan bantuannya…. Jadi ketika mereka
mendengar pesan nabi, mereka berkata satu sama lain: ‘Inilah nabi yang diperingatkan kaum
Yahudi pada kita. Jangan biarkan mereka menemukannya sebelum kita!” [30]
[30] Sirat Rasul Allah oleh Ibn Ishaq, hal.197
23
Sungguh ironis bahwasanya agama Yudaisme dan kepercayaan akan datangnya Juru Selamat