ternyata jadi dasar kekuatan Islam. Tanpa hal ini, Muhammad tidak
akan pernah punya
pengikut dan Islam akan cepat mati sama seperti aliran2 sesat
lainnya.
Sekali lagi, hanya sedikit atau bahkan tidak ada bukti yang
mendukung tuduhan2 Muhammad
bahwa masyarakat Mekah menindas kaum Muslim. Tuduhan ini
diulang-ulang terus-menerus
oleh sejarawan2 Muslim maupun non-Muslim. Kemaharan dan sikap
permusuhan terhadap
Muslim adalah akibat dari perbuatan Muhammad itu sendiri. Ini
jelas tidak sama dengan apa
yang dilakukan Muslim saat ini atau semua
penindasan yang
dilakukan Muslim terhadap
pengikut2 ajaran non-Islam. Muhammad sendiri, bukan orang2 Mekah,
yang menyuruh
Muslim meninggalkan rumah mereka. Muhammad bahkan menjanjikan ini:
Q 16:41
Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka
dianiaya, pasti Kami akan
memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. Dan
sesungguhnya pahala di akhirat
adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui
Orang2 Mekah yang hijrah ke Medina tidak punya mata pencarian.
Jadi bagaimana
Muhammad memenuhi janjinya untuk memberikan “tempat yang bagus”
pada mereka yang
meninggalkan rumah mereka karena perintahnya? Mereka jadi miskin
dan tergantung pada
belas kasihan orang2 Medina untuk bisa hidup. Muhammad nyaris
kehilangan wibawanya.
Para pengikutnya mulai berbisik-bisik tidak puas. Beberapa malah
meninggalkannya. Reaksi
Muhammad adalah ayat ancaman baru:
Q 4:89
Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah
menjadi kafir, lalu kamu
menjadi sama (dengan mereka). Maka janganlah kamu jadikan di
antara mereka penolongpenolong
(mu), hingga mereka berhijrah pada jalan Allah. Maka jika mereka
berpaling, tawan
dan bunuhlah mereka di mana saja kamu menemuinya, dan janganlah
kamu ambil seorang
pun di antara mereka pelindung, dan jangan (pula) menjadi
penolong,
Apakah arti ayat di atas yang berisi larangan berteman dan ancaman
bunuh yang menuduh
kaum Mekah mengusir Muhammad dan pengikutnya meninggalkan tempat
tinggal mereka?
Dalam ayat ini, Muhammad mengatakan pada pengikutnya untuk
membunuh Muslim2 lain
yang meninggalkannya dan berniat kembali ke Mekah. Hal ini persis
seperti yang terjadi di
tempat jemaat Pendeta Jim Jones di Guyana, di mana Jim Jones
memerintahkan orang2nya
untuk menembaki siapapun yang berusaha melarikan diri. Semua ini
diciptakan untuk
mengasingkan jemaatnya sehingga dia bisa mengendalikan dan
mencuci-otak mereka dengan
lebih mudah. Jika seseorang jauh dari keluarga dan teman2nya, dan
bergabung dengan sebuah
aliran yang mengelabui pikirannya, maka orang itu akan sukar
berpikir kritis dan sukar
mempertanyakan kekuasaan pemimpinnya. [31]
[31] Jalal al-Din al-Suyuti menulis: “sekelompok orang dari Mekah masuk Islam dan
berima; sebagai akibatnya,
para sahabat di Mekah menulis surat kepada mereka dan meminta
mereka untuk melakukan hijrah; karena jika
mereka tidak mau, maka mereka tidak dianggap sebagai Muslim.
Mereka setuju dan meninggalkan Mekah tapi
kemudian segera disergap orang2 kafir (Quraish) sebelum mencapai
tujuan; mereka dipaksa murtad, tapi tidak
mau.” [Jalal al-Din al-Suyuti
"al-Durr al-Manthoor Fi al- Tafsir al-Ma-athoor," vol.2, p178;]
Suyuti menulis di salah satu Hadis Rasul Allâh berkata, “Tiada Hijra (dari Mekah ke Medina) setelah
Mekah
ditaklukan, tapi Jihad dan tujuan baik tetap dilakukan; dan jika
kau diperintahkan (oleh pemimpin Muslim)
untuk berperang, maka segeralah berperang.”
Ini menunjukkan bahwa sebelum Mekah ditaklukan, hijrah ke Mekah
merupakan kewajiban bagi Muslim. Ini
merupakan bukti tambahan bahwa Muslim dipaksa Muhammad untuk
meninggalkan rumah2 mereka, sedangkan
sanak keluarga mereka berusaha berbagai cara untuk mencegah orang2
yang mereka kasihi mengikuti
Muhammad.
Jalal al-Din al-Misri al-Suyuti al-Shafi`i al-Ash`ari, yang
dikenal juga sebagai Ibn al-Asyuti (849-911) adalah
imam mujtahid imam dan pembahari Islam abad ke 10. Dia adalah ahli
hadis, hukum Islam, Sufi, filologis, dan
sejarah. Karyanya terdapat di setiap ilmu pengetahuan Islam.
24
Pecah-Belah dan Jajah
Meskipun telah mengeluarkan ayat2 panik penuh ancaman bagi mereka
yang berniat
meninggalkannya, Muhammad tetap saja harus menemukan jalan untuk
menafkahi
pengikut2nya. Dia lalu memerintahkan mereka untuk merampok
kafilah2 pedagang Mekah.
Dia meyakinkan mereka bahwa masyarakat Mekah telah mengusir mereka
ke luar dari rumah
mereka, karena itu sudah jadi hak mereka untuk merampok orang2
Mekah tersebut.
Q.22:39-40
(39) Diizinkan berperang bagi orang-orang (Islam) yang diperangi
(oleh golongan
penceroboh), kerana sesungguhnya mereka telah dianiaya dan
sesungguhnya Allâh Amat
Berkuasa untuk menolong mereka (mencapai kemenangan). (40) Iaitu
mereka yang diusir dari
kampung halamannya dengan tidak berdasarkan sebarang alasan yang
benar, (mereka diusir)
semata-mata kerana mereka berkata: Tuhan kami ialah Allâh...
Dia juga mengeluarkan banyak ayat2 Qur’an yang membujuk
pengikutnya memerangi non-
Muslim.
Q.8:65
Wahai Nabi, perangsangkanlah orang-orang yang beriman itu untuk
berperang. Jika ada di
antara kamu dua puluh yang sabar, nescaya mereka dapat
menewaskan dua ratus orang (dari
pihak musuh yang kafir itu) dan jika ada di antara kamu seratus
orang, nescaya mereka dapat
menewaskan seribu orang dari golongan yang kafir, disebabkan
mereka (yang kafir itu)
orang-orang yang tidak mengerti.
Muhammad menghalalkan serangan2 ini melalui cara yang kita kenal
saat ini sebagai pihak
yang jadi korban, sama persis seperti yang dilakukan Muslim masa
kini. Dia mengaku non-
Muslim telah menekan kaum Muslim dan melakukan perang terhadap
mereka. Pada
kenyataannya, dia sendiri yang memulai permusuhan dengan merampoki
kafilah2 Mekah.
Begitu dia mulai cukup tentara yang bersedia melakukan
perintahnya, Muhammad pun
memerintahkan mereka membunuhi para pedagang Quraish pula.
Kebohongan Muhammad
sudah jelast tampak. Di satu ayat, Muhammad memerintahkan para
pengikutnya hijrah ke
Medina dan mengancam mereka yang tidak ingin ikut dengan
pembunuhan dan neraka. Tapi
di ayat2 lain dia menuduh bahwa Muslimlah yang diusir tanpa sebab
dan mereka jadi korban
“yang diperangi.”
Simak kata kiasan Arab berikut: Darabani, wa baka; Sabaqani,
wa'shtaka “Dia
memukulku dan mulai menangis; lalu dia datang
padaku dan menuduhku
memukulnya!” Kiasan ini dengan tepat menggambarkan modus operandi (siasat)
Muhammad. Para pengikutnya saat ini juga melakukan permainan kotor
serupa. Siasat
Muhammad ini ternyata sukses sekali. Dia berhasil membuat anak2
laki berperang melawan
ayah2 mereka, mengadu domba saudara kandung lawan saudara kandung,
dan
menghancurkan persatuan suku, mencerai-beraikan masyarakat. Dengan
menggunakan siasat
ini, dia akhirnya dapat menguasai seluruh Arabia. Jangan mengira
bahwa orang2 Arab itu
bodoh sehingga mereka mudah diakali. Bahkan sekarang pun, orang2
Barat yang beralih
memeluk Islam sebenarnya melakukan hal yang sama dengan yang
orang2 Arab lakukan pada
sukunya sendiri 1.400 tahun yang lalu. John Walker Lindh memeluk
Islam dan pergi ke
Afghanistan untuk berperang bagi Al-Qaida melawan Amerika. Joseph
Cohen adalah Yahudi
ortodox yang lalu memeluk Islam dan sekarang dia berkata membunuh
orang2 Israel,
termasuk anak2 sekalipun adalah perbuatan halal. Yvonne Ridley,
wartawan BBC yang dulu
menyelundup masuk Afghanistan tahun 2001 dan ditangkap Taliban,
masuk Islam setelah
dibebaskan. Sekarang dia benci sekali terhadap negaranya sendiri
yang disebutnya “negara
ketiga yang paling dibenci di dunia” (tampaknya setelah Amerika
dan Israel). Ridley
mendukung bom bunuh diri dengan menyebutnya “tindakan martir,” dan
menjuluki Abu
25
Musab al-Zarqawi sebagai pahlawan, padahal sudah jelas Zarqawi
membunuhi ribuan orang2
Irak dalam kampanye berdarah di Irak dan jadi otak pemboman di
Yordania yang membunuh
60 orang dan mencederai 115 orang di sebuah pesta perkawinan.
Ridley juga mengatakan
bahwa pemimpin teroris Chechnya bernama Shamil Basayev yang
mendalangi penyanderaan
penonton bioskop Moskow dan pembantaian anak2 sekolah di Beslan
sebagai “martir yang
pasti masuk surga.” Menumbuhkan rasa benci ternyata berhasil bagi
orang2 Arab dan semua
yang sekarang menyebut diri sebagai Muslim.
Janji-Janji Hadiah Surgawi
Beberapa ayah Qur’an memerintahkan para Muslim menyerang orang2
tak berdosa dan
merampoki mereka, dengan hadiah di dunia baka dan fana.
Q. 48:20
Allah menjanjikan kepada kamu harta rampasan yang banyak yang
kamu akan mengambilnya,
Untuk mematikan nurani pengikutnya dari rasa bersalah karena melakukan
perampokan, Muhammad membuat Allâh berkata: “Nikmatilah apa yang kamu ambil
dalam perang, sebagai benda yang halal lagi baik” [32]
[32] Qur’an, 8:69. Juga lihat Qur’an, 8:74: “Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah
serta berjihad pada
jalan Allah (untuk membela Islam) dan orang-orang (Ansar) yang
memberi tempat kediaman dan pertolongan
(kepada orang-orang Islam yang berhijrah itu), merekalah
orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya.
Mereka beroleh keampunan dan limpah kurnia yang mulia..” Orang yang tidak mengenal gaya tulis Muhammad
(sebenarnya, melafal, karena dia buta huruf) mungkin heran
bagaimana perintah merampok orang lain bisa
selaras dengan perintah takut akan Allâh. Tapi mereka yang dapat
membaca Qur’an dalam bahasa Arab bisa
menemukan irama suara yang serupa, dan Muhammad sering menambah
kata2 atau kalimat2 yang tidak pada
tempatnya, seperti “takut akan Allâh,” “Allah maha pengampun,”
“Dia yang maha tahu lagi bijaksana,” dll.,
hanya untuk membuat ayatnya terdengar berirama sama. Sikap takut
akan kemarahan Tuhan tapi di waktu yang
sama melakukan perampokan dan pembunuhan atas orang2 tak berdosa
merupakan dua hal yang bertentangan.
Dengan menyamakan Tuhan dengan tindakan
perampokan, pembantaian, dan pemerkosaan,
Muhammad telah menurunkan standard moral
pengikutnya yang menghalalkan perbuatan jahat.
Perampokan diubah jadi perampokan suci,
pembunuhan diubah jadi pembunuhan suci, dan kejahatan
diperintahkan dan bahkan dimuliakan. Dia
meyakinkan para pengikutnya bahwa mereka yang
berperang demi Islam akan dapat hadiah, tidak
hanya hadiah jarahan perang tapi juga pengampunan
dosa2 mereka.
Banyak kejahatan2 yang dilakukan Muslim selama berabad-abad
berasal dari ayat2 ini dan
yang serupa lainnya. Amir Tîmûr-i-lang, yang dikenal juga dengan
nama Tamerlane (1336-
1405), adalah seorang kejam yang menjadi Kaisar melalui tindakan2
banditnya. Dalam
autobiografinya yang berjudul Sejarah Perangku melawan India (The
History of My
Expedition against India), dia menulis:
Tujuan utamaku datang ke Hindustan (India) dan melampaui semua
kesusahan adalah untuk
mencapai dua hal. Pertama adalah perang melawan kafir, musuh
Islam; dan dengan
melakukan perang agama ini aku akan mendapatkan surga di alam
baka. Yang kedua adalah
untuk barang2 duniawi; tentara Islam harus mendapatkan sesuatu
dari menjarah kekayaan dan
harta kafir: menjarah dalam perang adalah sama halalnya dengan
air susu ibu mereka bagi
Muslim yang berperang bagi agamanya, dan meminumnya adalah halal
dan terhormat.[33]
[33] Malfuzat-i Timuri, atau Tuzak-i Timuri, oleh Amir
Tîmûr-i-lang dalam The History of India as Told by its
own Historians. The Posthumous Papers of the Late Sir H. M.
Elliot. John Dowson, ed. 1st ed. 1867. 2nd ed.,
Calcutta: Susil Gupta, 1956, vol. 2, pp. 8-98.
Bahkan kalaupun kita beranggapan bahwa ke delapan puluh Muslim
yang hijrah memang
dipaksa ke luar oleh orang2 Mekah, bagaimana tindakan ini bisa
mengesahkan perampokan
kafilah2 tersebut? Harta benda kafilah2 ini belum tentu milik
orang2 yang dulu mengusir
Muslim. Apakah setiap orang yang berpikir dirinya ditindas di
suatu kota lalu boleh2 saja
26
melakukan tindakan balas dendam terhadap siapa saja penduduk kota
itu? Para Muslim juga
menggunakan logika yang sama ketika mereka membom dan membunuh
orang2 tak berdosa.
Jika mereka mengira suatu negara tidak bersikap ramah terhadap
mereka, lalu mereka pikir
boleh2 saja membalas dendam dengan cara membunuh siapa saja warga
negara itu yang tak
berdosa. Semua yang dilakukan Muslim jaman sekarang yang
mengherankan dunia adalah
sama dengan tindakan Muhammad.
Di bagian 22, ayat 23 dalam Qur’an, Allâh memberi ijin berperang.
Ini adalah ayat yang sama
yang ditulis Osama Bin Laden di suratnya kepada Amerika. Apakah
sekarang kita bisa
berkata bahwa Islam tidak ada hubungannya dengan terorisme?
Perintah Melakukan Kekerasan
Di Medina, pendatang Muslim dari Mekah hanya beberapa orang saja.
Agar lebih berhasil
dalam usaha penyerangannya, Muhammad butuh bantuan dari Muslim
baru asal Medina, yang
disebutnya sebagai ‘Ansar’ (pembantu).
Akan tetapi, orang2 Medina tidak memeluk Islam untuk merampok
kafilah dan berperang.
Percaya pada Allâh adalah satu hal, sedangkan menyerang, menjarah,
dan membunuh orang
merupakan hal yang lain sama sekali. Sebelum Muhammad datang,
orang2 Arab tidak
mengenal agama perang. Bahkan saat jaman modern sekalipun,
terdapat para Muslim yang
percaya pada Allâh tapi tidak mau berperang dan membunuh bagi
agamanya. Untuk
membujuk pengikut seperti ini, Muhammad membuat Allâh mengeluarkan
perintah ini:
Q. 2:216
Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah
sesuatu yang kamu benci.
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu,
dan boleh jadi (pula) kamu
menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah
mengetahui, sedang kamu tidak
mengetahui.
Tak lama kemudian, usaha sang Nabi mulai berbuah. Terdorong
keserakahan ingin dapat
harta jarahan dan janji2 hadiah surgawi, maka Muslim Medina
bergabung melakukan
perampokan dan penjarahan. Setelah tentara Muhammad bertambah
banyak dan ambisinya
semakin membengkak, dia pun mendongkrak posisinya dengan tidak
hanya memerintahkan
pengikutnya berperang baginya “di jalan Allâh” tapi juga harus
bayar biaya perang sekalian.
Q. 2:195
Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah
kamu menjatuhkan dirimu
sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena
sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang berbuat baik.
Perhatikan bagaimana Muhammad menghubungkan
“perbuatan baik” dengan
menjarah, meneror, dan membunuh. Dengan memutarbalikkan moralitas seperti inilah
maka Muslim dapat mengesampingkan nurani mereka
dan menganut etika terbalik
dalam memperlakukan non-Muslim, yang harus terus
dimanfaatkan demi keuntungan
Muslim. Apapun keadaan yang menguntungkan Muslim dianggap baik. Muhammad
membuat pengikutnya percaya bahwa melakukan
perang baginya dan melakukan
tindakan terorisme dalam Islam merupakan
perbuatan yang menyenangkan Tuhan.
Saat ini, para Muslim yang tidak sanggup berperang, menggantinya
dengan menyumbangkan
zakat. Zakat ini tidak untuk membangun rumah sakit, yayasan yatim
piatu, sekolah atau
rumah jompo. Sebaliknya, zakat ini digunakan untuk mengembangkan
Islam, untuk
membangun mesjid, madrasah, melatih teroris, dan membiayai jihad.
Badan2 sosial Islam
membantu kaum miskin hanya demi tujuan politis semata. Contoh yang
tepat bisa dilihat dari
27
banyaknya jumlah uang yang dibayar Pemerintah Iran kepada
Hezbollah di Lebanon.
Sumbangan ini tentunya bukan untuk tujuan sosial. Kebanyakan
masyarakat Iran saat ini
hidup dalam kemiskinan. Mereka yang beruntung bisa kerja, berusaha
hidup dengan gaji tak
lebih dari $100 per bulan. Mereka sangat butuh sandang, pangan,
papan. Kenapa Pemerintah
Iran malah memberi uang negara ke Lebanon dan bukannya menolong
rakyat sendiri?
Tujuannya adalah untuk membuat Islam terasa manis di mulut orang2
Lebanon dan
membujuk mereka berperang melawan Israel. Jika orang2 tidak cukup
menyumbang bagi
usaha militernya, Muhammad dengan marah akan menegur mereka:
Q.57:10
Dan mengapa kamu tidak menafkahkan (sebagian hartamu) pada jalan
Allah, padahal Allahlah
yang memusakai (mempunyai) langit dan bumi? Tidak sama di antara
kamu orang yang
menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan (Mekah).
Mereka lebih tinggi
derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan
berperang sesudah itu.
Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih
baik. Dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Dengan cerdik Muhammad menyamakan uang yang dikeluarkan Muslim
bagi usaha
militernya sebagai “pinjaman” yang diberikan kepada Tuhan, dan
menjanjikan mereka “bunga
illahi” bagi uang mereka:
Q.57:11
Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik,
maka Allah akan
melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan
memperoleh pahala yang
banyak,
Dengan cara ini, dia membuat pengikutnya percaya bahwa Allâh
berhutang pada mereka
karena membantu Muhammad dalam perang2 penjajahannya. Dia bahkan
lebih mempermanis
perjanjian utang piutang itu dan membuatnya lebih menggiurkan lagi
dengan janji2 seksual
surgawi:
Q. 71:12
dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun
dan
mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.
Meskipun Muhammad membuat Allâh mengatakan pada pengikutnya betapa
besar upah
Muslim yang menyumbang usaha militernya, tapi dia tidak mau
pengikutnya bangga terhadap
sumbangan dan pengorbanan mereka. Berkorban itu adalah
keberuntungan. Pengikutnyalah
yang harus berterima kasih padanya karena diberi
kesempatan melayaninya, dan
bukan sebaliknya:
Q. 2:262
Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian
mereka tidak mengiringi
apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya
dan dengan tidak
menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di
sisi Tuhan mereka. Tidak
ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka
bersedih hati.
Setelah membangkitkan semangat mereka untuk mengobarkan perang dan
memerintahkan
mereka untuk menebas leher2 kafir, Muhammad meyakinkan pengikutnya
bahwa “perbuatan2
baik” mereka tidak akan dilupakan.
Q. 47:4
Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir (di medan perang) maka
pancunglah batang
leher mereka. Sehingga apabila kamu telah mengalahkan mereka
maka tawanlah mereka dan
sesudah itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan
sampai perang berhenti.
Demikianlah, apabila Allah menghendaki niscaya Allah akan membinasakan
mereka tetapi
28
Allah hendak menguji sebahagian kamu dengan sebahagian yang
lain. Dan orang-orang yang
gugur pada jalan Allah, Allah tidak akan menyia-nyiakan amal
mereka.
Dengan kata lain, Allâh dapat membunuh kafir tanpa bantuan Muslim,
tapi dia ingin Muslim
melakukannya untuk menguji iman mereka.
Dengan demikian, Muhammad menggambarkan Allâh sebagai gembong
mafia, pemimpin
gerombolan rampok, yang ingin menguji kesetiaan orang2nya dengan
menyuruh mereka
membunuh. Dalam Islam, iman Muslim akhirnya diuji dari niat
membunuh mereka, kesiapan
mereka untuk membunuh demi Allâh. Maka katanya:
Q. 8:60
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang
kamu sanggupi dan dari
kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu)
kamu menggentarkan
musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu
tidak mengetahuinya;
sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada
jalan Allah niscaya akan
dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).
Muhammad memberi janji2 kosong bahwa mereka yang berperang (yang
melakukan kegiatan
berperang atau yang menyumbang uang) melawan kafir dan menerima
dia sebagai Rasul
Allâh akan menerima harta selangit banyaknya di alam baka. Sewaktu
menjelaskan hadiah2
ini, dia membualkan kemulukan luar biasa.
Dia berjanji akan ada berbagai barang indah dan kepuasan seksual
tak terbatas di surga, dan
memperingatkan bahaya hukuman bagi mereka yang pedit menyumbang
usaha militernya:
[34]
Q. 61:10-11
(10) Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan
suatu perniagaan yang
dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (11) (yaitu) kamu
beriman kepada Allah
dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan
jiwamu. Itulah yang lebih baik
bagi kamu jika kamu mengetahuinya,
[34] Qur’an, Bagian 47, Ayat 38: “Ingatlah, kamu ini orang-orang
yang diajak untuk menafkahkan (hartamu)
pada jalan Allah. Maka di antara kamu ada orang yang kikir, dan
siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah
kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah yang Maha Kaya
sedangkan kamulah orang-orang yang
membutuhkan (Nya); dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan
mengganti (kamu) dengan kaum yang lain, dan
mereka tidak akan seperti kamu (ini).
Q. 55:53-56
(54) (Di Surga) Mereka bertelekan di atas permadani yang sebelah
dalamnya dari sutra. Dan
buah-buahan kedua surga itu dapat (dipetik) dari dekat. (55)
Maka nikmat Tuhan kamu yang
manakah yang kamu dustakan? (56) Di dalam surga itu ada
bidadari-bidadari yang sopan
menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia
sebelum mereka (penghunipenghuni
surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin.
Q. 78:32-34
(32) (yaitu) kebun-kebun dan buah anggur, (33) dan gadis-gadis
remaja yang sebaya, (34) dan
gelas-gelas yang penuh (berisi minuman).
Q. 57:7
Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah
sebagian dari hartamu yang
Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang
beriman di antara kamu
dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang
besar. [35]
[35] Lihat juga Qur’an bagian 63, ayat 10.
29
Ayat2 di atas dan yang serupa dalam Qur’an dengan mudah
menjelaskan mengapa demikian
banyak badan Islam yang mengumpulkan zakat ternyata membiayai
kegiatan terorisme. [36]
Orang awam akan mengira sumbangan sosial (zakat) dan kegiatan
terorisme adalah dua hal
yang bertentangan, tapi Muslim tidak menganggapnya demikian. Zakat
dilakukan untuk
menyebarkan Islam dan mendukung jihad. Bagi orang awam, ini adalah
tindakan terorisme;
tapi bagi Muslim, ini adalah perang suci, suatu kewajiban dan
tindakan tersuci dalam
pandangan Allâh.
[36] Dalam sebuah laporan yang diumumkan kepada umum oleh
Pengadilan Pemerintah di Virginia pada
tanggal 19 Agustus, 2003, menyatakan bahwa badan zakat Muslim
menyumbang $3,7 juta kepada BMI, Inc.,
yang adalah perusahaan investasi Islam swasta di New Jersey dan
perusahaan ini diduga menyalurkan uang
kepada kelompok2 teroris. Uang itu adalah bagian dari sumbangan
$10 juta dari berbagai donatur tanpa nama di
Jeddah, Arab Saudi. http://pewforum.org/news/display.php?NewsID=2563
Juga di tanggal 27 July, 2004, Departemen Pengadilan A.S.
mengungkapkan pengumpulan zakat Muslim
terbesar dalam negeri dan tujuh dari tokoh2 utama dituduh
menyalurkan uang sebesar $12,4 juta selama enam
tahun kepada orang2 dan kelompok2 yang berhubungan dengan Gerakan
Perlawanan Islam atau Hamas, yang
adalah kelompok Palestina yang dianggap Pemerintah A.S. sebagai
organisasi teroris.
http://www.washingtonpost.com/wp-dyn/articles/A18257-2004Jul27.html
Karena itu, berperang demi Allâh menjadi kewajiban dalam Islam
yang mengikat semua
Muslim. Muhammad membuat Muslim Mekah yang hijrah ke Medina untuk
melawan
masyarakat Mekah mereka sendiri, dan menyebut perbuatan ini
sebagai balas dendam
terhadap mereka yang menindas Muslim.
Q. 8:40
Perangi sampai tiada fitnah (perlawanan) lagi dan agama adalah
agama Allâh.
Ketika beberapa pengikutnya ragu2 untuk berperang, dia menegur
mereka untuk taat padanya
sambil “mengeluarkan” ayat2 baru dari Allâh yang mengancam mereka
yang tidak taat.
Q. 47:20
orang-orang yang beriman berkata: "Mengapa tiada diturunkan
suatu surat?" Maka apabila
diturunkan suatu surat yang jelas maksudnya dan disebutkan di
dalamnya (perintah) perang,
kamu lihat orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya
memandang kepadamu seperti
pandangan orang yang pingsan karena takut mati, dan
kecelakaanlah bagi mereka
Dari ayat2 ini bisa dilihat bahwa Islam itu adalah agama perang.
Selama orang percaya pada
Islam dan mengira Qur’an adalah firman Tuhan, terorisme Islam akan
selalu menang. Muslim
yang berusaha memperbaharui Islam, bersikap toleran, dan
mengadakan “dialog antar
budaya” dengan mudah diberangus oleh otoritas Qur’an yang memuat
begitu banyak ayat2
yang memerintahkan Muslim berperang melawan kafir.
Q. 4:84
Maka berperanglah kamu pada jalan Allah, tidaklah kamu dibebani
melainkan dengan
kewajiban kamu sendiri. Kobarkanlah semangat para mukmin (untuk
berperang). Mudahmudahan
Allah menolak serangan orang-orang yang kafir itu. Allah amat
besar kekuatan dan
amat keras siksaan (Nya).
Ayat2 ini menjamin keberhasilan bagi Muslim:
Q. 4:141
… Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang
kafir untuk memusnahkan
orang-orang yang beriman.
30
Dan janji2 hadiah illahi:
Q. 9:20
Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan
Allah dengan harta benda dan
diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan
itulah orang-orang yang
mendapat kemenangan. [37]
[37] Juga lihat Qur’an, Bagian 8, Ayat 72: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan
berhijrah serta
berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah … Dan Allah
Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”
Juga Qur’an Bagian 8, Ayat 74: Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada
jalan Allah,
dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi
pertolongan (kepada orang-orang muhajirin),
mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka
memperoleh ampunan dan rezeki (nikmat) yang
mulia.
Ilmuwan2 Muslim di mana2 pun menyuarakan dorongan untuk melakukan
kekerasan. Tokoh
agama utama Arab Saudi, sang Mufti Agung, membela semangat jihad
atau perang suci
sebagai hak yang diberikan Tuhan. “Penyebaran Islam terjadi dalam beberapa tahap, rahasia,
dan lalu umum, di Mekah dan Medina,” yang adalah kota2 tersuci dalam Islam, kata
Sheikh
Abdel Aziz Al Sheikh dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh
badan berita Pemerintah
SPA. “Tuhan memerintahkan Muslim untuk membela diri dan berperang
terhadap siapapun
yang menentang mereka, dan ini merupakan hak yang dihalalkan oleh
Tuhan. Ini merupakan
hal yang sangat masuk akal dan tidak dibenci Tuhan,” katanya. [38]
[38] http://metimes.com/articles/normal.php?
... 0403-1970r
Imam Arab Saudi paling senior menjelaskan bahwa perang bukanlah
pilihan utama
Muhammad: “Dia memberi tiga
pilihan: menerima Islam, atau menyerah dan bayar pajak
jizya dan mereka boleh tetap tinggal di tanah mereka dan
melakukan ibadah mereka di bawah
perlindungan Muslim.” Pak Mufti Agung memang benar. Kekerasan terhadap non-Muslim
memang merupakan pilihan terakhir, jika non-Muslim tidak mau
memeluk Islam atau
menyerah kepada tentara Islam. Ini bukan aturan asli ciptaan
Muhammad. Perampok2
bersenjata lain juga tidak melakukan kekerasan jika korban mereka
menyerah dan tak
melawan. Memang para kriminal biasanya menggunakan kekerasan hanya
jika korbannya
melawan.
Aku melakukan perdebatan di internet melawan Pak Javed Ahmed
Ghamidi, yang dipandang
sebagai ahli Islam Pakistan paling terkemuka. Melalui muridnya
yang bernama Dr. Khalid
Zaheer, Pak Ghamidi menulis: “Pembunuhan yang dinyatakan di
Qur’an ditujukan bagi
mereka yang bersalah melakukan pembunuhan, atau
melakukan kekacauan di bumi,
atau mereka yang tidak layak hidup di dunia karena
menolak pesan Tuhan yang sudah
jelas disampaikan dan dimengerti.” Pak Ghamidi adalah Muslim moderat. Akan tetapi,
dia
tahu sekali agamanya dan yakin mereka yang menolak Islam “tidak
layak hidup di dunia
lagi” dan harus dibunuh. [39]
[39] http://www.faithfreedom.org/debates/Ghamidip18.htm
Penyerangan
Orang Muslim biasanya bangga untuk membicarakan “peperangan”
Muhammad. Kebanggaan
ini tiada dasarnya. Muhammad menghindari perang sebenarnya. Dia
lebih memilih
penyergapan atau penyerangan mendadak sehingga dia bisa
mengalahkan korban2nya yang
kaget dan membantainya sewaktu mereka tidak siap dan tidak
bersenjata.
Di sepanjang sepuluh tahun hidupnya, setelah hijrah ke Medina dan
merasa kuat di tengah2
pengikutnya, Muhammad melalukan 74 penyerangan. [40] Beberapa dari
penyerangan ini
adalah pembunuhan2 atas perorangan saja, dan penyerangan lainnya
melibatkan ribuan orang.
Dia ikut dalam 27 usaha penyerangan dan ini disebut ghazwa.
Penyerangan2 yang
31
diperintahkannya tapi dia sendiri tidak ikut menyerang disebut
sebagai sariyyah. Baik ghazwa
maupun sariyyah berarti serangan mendadak atau penyergapan.
[40] Tabaqat, Vol. 2, hal. 1-2.
Jikalau Muhammad ikut menyerang, dia selalu berada di bagian
belakang tentaranya,
dilindungi tentara khususnya. Tiada keterangan manapun dalam
biografi Muhammad yang
menuliskan dia sendiri bertarung melawan musuh.
Di salah satu perang yang dikenal sebagai Perang Fijar yang
terjadi di Mekah, Muhammad
ikut perang diantara paman2nya. Saat itu Muhammad berusia dua
puluh tahun, dan usahanya
adalah mengumpulkan panah2 musuh sewaktu gencatan senjata dan
menyerahkannya kepada
paman2nya. Muir menulis: “Sikap berani dan mahir bersenjata adalah hal yang tidak
dimiliki
Muhammad dalam sepanjang karirnya sebagai nabi.” [41]
[41] William Muir, Life of Muhammad Volume II, Chapter 2, Page 6.
Muhammad dan pengikutnya menyerang kota2 dan desa2 tanpa
peringatan, melawan orang2
sipil tak bersenjata, dengan pengecut membacoki mereka sebanyak
mungkin yang bisa
dilakukan, mengambil jarahan perang berupa hewan2 ternak, senjata2
dan semua harta benda
korban, termasuk istri2 dan anak2 mereka. Pihak penyerang Muslim
kadangkala menyandera
para istri dan anak ini dengan tuntutan tebusan uang atau
menyimpan/menjual mereka sebagai
budak. Berikut adalah contoh kejadian penyerang yang tercatat
dalam sejarah Islam:
Sang Nabi tiba2 menyerang Bani Mustaliq tanpa peringatan ketika
mereka sedang tidak siap
dan ternak mereka sedang minum di tempat2 pengambilan air.
Orang2 yang melawan dibunuh
dan para wanita dan anak2 mereka ditawan; sang Nabi mendapatkan
Juwairiya di hari itu.
Nafi berkata bahwa Ibn Omar memberitahukan kisah itu padanya dan
Ibn ‘Omar adalah salah
satu dari tentara tersebut. [42]
[42] Sahih Bukhari, Vol. 3. Book 46, Number 717
Di perang ini, kata penyampai berita Muslim, “600 orang ditawan oleh tentara Muslim.
Diantara barang jarahan terdapat 2.000 unta dan 5.000 kambing.” [43]
[43] Ibid.
Dunia kaget ketika teroris2 Muslim membunuh anak2, lalu apologis
Muslim dengan cepat
mengumumkan pembunuhan anak2 dilarang Islam. Tapi sebenarnya
Muhammad
memperbolehkan pembunuhan anak2 di malam2 penyerangan.
Dilaporkan berdasarkan wewenang dari Sa’b b. Jaththama bahwa
sang Rasul Allâh s.a.w.,
ketika ditanya tentang para wanita dan anak2 pagan yang dibunuh
di malam penyerangan,
berkata: Mereka adalah salah satu dari mereka. [44]
[44] Sahih Muslim Book 019, Number 4321, 4322 and 4323:
Tujuan penyerangan Muhammad adalah untuk menjarah. Beberapa
sumber yang diakui oleh
semua Muslim membenarkan agar bisa menang, sang Nabi menyerang
secara tiba2:
Ibn ‘Aun melaporkan: Aku menulis pada Nafi’ untuk bertanya
padanya apakah perlu
menawarkan kafir untuk masuk Islam sebelum diperangi. Dia
menulis jawaban padaku hal ini
penting di masa awal Islam. Rasul Allâh s.a.w. menyerang Banu Mustaliq
ketika mereka
sedang tidak siap dan memberi minum ternaknya di tempat
pengambilan air. Dia membunuh
mereka yang melawan dan menawan lainnya. Di hari yang sama dia
menangkap Juwairiya
bint al-Harith. Nafi’ berkata kisah ini disampaikan padanya oleh
Abdullah b. Omar yang
termasuk diantara tentara yang menyerang. [45]
[45] Sahih Muslim Book 019, Number 4292:
32
Untuk mengesahkan serangan2 biadab terhadap orang2 sipil,
sejarawan Muslim seringkali
menuduh pihak korban berencana melawan Islam. Akan tetapi, tiada
alasan untuk
mempercayai adanya suku Arab yang mencoba menyerang Muslim yang
pada saat itu adalah
gerombolan bandit yang kuat. Sebaliknya, banyak suku yang berdamai
dengan Muslim
dengan menandatangani perjanjian damai dengan Muhammad agar tidak
diserang. Perjanjian2
damai ini nantinya dilanggar sendiri oleh Muhammad ketika dia
sudah merasa kuat secara
militer.
Jarahan tidak hanya memperkaya gerombolan rampoknya. Tapi
jarahan juga termasuk
budak2 seks. Juwairiya adalah seorang wanita muda yang suaminya dibunuh, dan
dia jatuh
ke tangan seorang Muslim. Aisha, istri Muhammad yang paling
disayangi dan yang termuda
(yang menurut sumber Muslim berusia enam tahu ketika dikawini
Muhammad yang saat itu
berusia lima puluh satu tahun dan disetubuhi ketika berusia
sembilan tahun) menemani
Muhammad dalam penyerangan ini dan kemudian menyampaikan:
Ketika sang Nabi – semoga damai menyertainya – membagi-bagi
tawanan Banu Al-Mustaliq,
dia (Juwairiya) jatuh ke tangan Thabit ibn Qyas. Juwairiya
menikah dengan sepupunya, yang
dibunuh dalam perang. Dia bersedia memberi Thabit uang sembilan
keping emas untuk
kemerdekaannya. Dia adalah wanita yang sangat cantik. Dia
mempesona setiap pria yang
melihatnya. Dia datang meminta tolong kepada Nabi. Begitu aku
melihatnya di pintu kamarku,
aku tidak suka padanya, karena aku tidak dia (Nabi) akan
melihatnya sama seperti aku
melihatnya. Dia (Juwairiya) masuk dan berkata padanya tentang
siapa dirinya, yakni anak dari
al-Harith ibn Dhirar, yang adalah kepala suku bangsanya. Dia
berkata: “kau tahu masalahku.
Aku jatuh ke tangan Thabit, dan berjanji membayar tebusan, dan
aku meminta tolong
padamu.” Dia berkata: “maukah kau yang lebih baik dari itu? Aku
bebaskan utangmu, dan
menikahimu.” Dia berkata: “Ya” “Kalau begitu jadilah!” jawab
Rasul Allâh. [46]
[46] http://66.34.76.88/alsalafiyat/juwairiyah.htm
Penjelasan ini menjawab semua sangkalan alasan Muhammad sebenarnya
atas tindakannya
mengawini banyak wanita. Dia dan orang2nya membunuh suami
Juwairiya dalam
penyerangan tiba2 tanpa sebab. Juwairiya adalah anak suku Bani
Mustaliq dan seorang putri
bangsawan. Dari bangsawan lalu dijadikan budak dan dimiliki oleh
salah seorang bandit
pengikut Muhammad. Akan tetapi, karena dia cantik, maka sang Nabi
suci menawarkan
“kemerdekaan” baginya dengan syarat kawin dengan sang Nabi. Apakah
ini kemerdekaan?
Punya pilihan apakah Juwairiya? Bahkan jika Muhammad benar2
memerdekakannya, hendak
pergi ke mana dia?
Apologis Muslim bersikeras bahwa kebanyakan istri2 Muhammad adalah
kaum janda. Orang
awam bisa menyangka Muhammad mengawini mereka karena ingin
menolong. Yang tidak
disampaikan Muslim adalah para wanita yang “janda” ini ternyata
muda dan cantik, dan para
suami mereka dibunuh Muhammad. Juwairiya berusia 20 tahun dan
Muhammad 58 tahun.
Sejarawan2 Islam mengaku bahwa Muhammad tidak mau menikahi
wanita kecuali jika
mereka itu muda, cantik, dan tidak punya anak. Perkecualian adalah Sauda yang berusia
sekitar tiga puluh tahunan ketika Muhammad menikahinya agar dia
bisa mengurus anak2
Muhammad. Berdasarkan sebuah hadis, Muhammad berhenti tidur
dengannya ketika dia
memiliki istri2 yang lebih cantik dan muda [47], semua istri2nya
berusia remaja atau awal dua
puluh tahunan dan dia sendiri berusia sekitar lima puluh dan enam
puluh tahunan. Sejarawan
Tabari [48] mengisahkan bahwa Muhammad meminta Hind bint Abu
Talib, sepupunya
sendiri, untuk menikah dengannya tapi ketika Hind mengatakan dia
punya anak, Muhammad
tidak mau lagi. Muhammad juga meminta wanita lain bernama Zia’h
bint Aamir untuk
menikah dengannya, tapi ketika Zia’h menyebut umurnya, Muhammad
berubah pikiran. [49]
33
[47] Aisha mengisahkan bahwa Sauda melepaskan jatah gilirannya
siang dan malam bagi Aisha untuk
bermesraan dengan Rasul Allâh [Bukhari Volume 3, Book 47, Number
766]
[48] Muhammad ibn Jarir al-Tabari (838–923) adalah salah satu
sejarawan Persia yang paling terkemuka dan
terkenal dan penafsir Qur’an, karyanya yang paling terkenal adalah
Tarikh al-Tabari dan Tafsir al-Tabari.
[49] Tabari dalam bahasa Persia, Vol. IV, hal. 1298.
Seorang Muslim bernama Jarir ibn Abdullah mengisahkan suatu kali
Muhammad bertanya
padanya, “apakah kau telah menikah?” Dia mengiyakan. Muhammad
lalu bertanya, “Perawan
atau janda?” Dia menjawab, “Aku menikahi seorang janda.” Lalu
Muhammad berkata,
“Mengapa tidak menikah dengan perawan saja agar kau bisa bermain
dengannya dan dia
denganmu?” [50]
[50] Bukhari Volume 3, Book 34, Number 310:
Bagi Muhammad, wanita tidak lebih daripada obyek
seks belaka. Wanita tidak lebih
daripada barang kepunyaan. Fungsi wanita adalah
untuk menyenangkan suami2
mereka dan melahirkan anak2nya.
Perkosaan
Muhammad mengijinkan tentaranya untuk memperkosa para wanita yang
ditawan dalam
penyerangan2 yang dilakukan Muslim. Akan tetapi, setelah menangkap
para wanita itu, para
Muslim menghadapi dilema. Mereka ingin berhubungan seks dengan
mereka tapi lalu ingin
mendapat uang tebusan sandera dan tidak ingin membuat wanita2 itu
hamil. Beberapa dari
wanita2 ini sudah menikah. Suami2 mereka ada yang berhasil
menyelamatkan diri ketika
tiba2 diserang dan mereka masih hidup. Tentara Muslim berpikir
untuk melakukan azl atau
coitus interruptus (mengeluarkan sperma di luar tubuh wanita).
Karena tidak yakin apa yang