harus dilakukan, mereka datang kepada Muhammad untuk minta
nasehat. Ini yang dilaporkan
Bukhari:
Abu Saeed berkata: “Kami pergi bersama Rasul Allâh ke Ghazwa
tempat Banu Al-Mustaliq
dan kami menerima tawanan2 diantar tawanan2 Arab dan kami
berhasrat pada wanita2 dan
sukar untuk tidak berhubungan seks dan kami senang melakukan
azl. Maka ketika kami
hendak melakukan azl, kami
berkata, ‘Bagaimana kami bisa
melakukan azl sebelum bertanya
pada Rasul Allâh yang ada diantara kita?’ Kami lalu bertanya
padanya dan dia berkata, ‘Lebih
baik jangan lakukan itu, karena jikalau sebuah jiwa (sampai hari
kiamat) telah ditakdirkan
akan ada, maka jiwa itu akan tetap ada.” [52]
[52] Bukhari, Volume 5, Buku 59, Nomer 459. Banyak hadis sahih
menyatakan bagaimana Muhammad
mengijinkan hubungan seks dengan budak2 wanita, tapi tidak perlu
melakukan azl/coitus interruptus karena jika
Allâh memang mau seseorang untuk lahir, maka jiwa orang itu akan
lahir meskipun dilakukan azl/coitus
interruptus.
Lihat juga hadis sahih di bawah ini:
Bukhari 3.34.432: “Dikisahkan
oleh Abu Saeed Al-Khudri: ketika dia duduk bersama Rasul Allâh dia berkata,
“Wahai Rasul Allâh! Kami memiliki tawanan2 wanita sebagai jatah
jarahan perang, dan kami ingin tertarik
mengetahui harga mereka, apakah pendapatmu tentang azl/coitus
interruptus?” Sang Nabi berkata, “Apakah kau
memang melakukan itu? Sebaiknya jangan. Jiwa yang sudah
ditakdirkan Allâh untuk ada, akan tetap ada.”
Sahih Muslim juga dianggap sahih oleh semua Muslim. Inilah hadis
Sahih Muslim 8.3381: “Rasul Allâh (s.a.w.)
ditanyai tentang azl/coitus interruptus dan dia menjawab:
Seorang anak tidak terbentuk dari semua cairan
(sperma) dan jika Allâh memang merencanakan menciptakan sesuatu
maka tiada yang dapat mencegahnya.”
Kaum Muslim juga menganggap hadis Abud Daud sahih. Inilah hadis
sahih Abu Daud, 29.29.32.100: “Yahya
mengisahkan padaku dari Malik dari Humayd ibn Qays al-Makki
bahwa seorang pria bernama Dhafif berkata
bahwa Ibn Abbas ditanyai tentang azl/coitus interruptus. Dia
memanggil seorang budak wanita dan katanya,
‘Katakan pada mereka.’ Budak wanita itu merasa malu. Ibn Abbas
berkata, ‘Baiklah, aku katakan sendiri.’ Malik
berkata, ‘Seorang pria tidak melakukan coitus interruptus dengan
wanita merdeka kecuali jika wanita itu
mengijinkannya. Tidak ada salahnya melakukan coitus interruptus
dengan seorang budak wanita tanpa ijin
darinya. Seseorang mengawini budak orang lain tidak melakukan
coitus interruptus dengannya kecuali jika
kalangan budak wanita itu memberinya ijin.”
34
Juga lihat Bukhari 3.46.718, 5.59.459, 7.62.135, 7.62.136,
7.62.137, 8.77.600, 9.93.506 Sahih Muslim 8.3383,
8.3388, 8.3376, 8.3377, dan banyak lagi.
Perhatikan bahwa Muhammad tidak melarang memperkosa wanita yang
ditangkap dalam
penyerangan. Sebaliknya, dia malah menjelaskan jika Allâh berniat
menciptakan sesuatu,
maka tiada yang dapat mencegahnya. Dengan kata lain, tanpa sperma sekalipun
wanita dapat
hamil. Jadi Muhammad memberi tahu orang2nya bahwa melakukan
azl/coitus interruptus itu
percuma saja karena itu bagaikan melawan niat Allâh yang tak dapat
dicegah. Muhammad
tidak mengatakan sepatah katapun yang melarang pemaksaan persemaian
seksual terhadap
tawanan2 wanita itu. Sebaliknya, dengan mengritik azl, dia malah
mendukung pemaksaan
persemaian lewat hubungan seks.
Dalam Qur’an, tuhannya Muhammad menghalalkan untuk berhubungan
seks dengan
budak2 wanita, yang disebut sebagai “yang
dimiliki tangan kanan,” bahkan sekalipun
wanita2 itu telah menikah sebelum ditawan. [53]
[53] Qur’an, 4:24: “dan
(diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang
kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya
atas kamu..”
Qur’an, 33:50: “Hai
Nabi, sesungguhnya Kami telah menghalalkan bagimu istri-istrimu yang telah kamu
berikan
mas kawinnya dan hamba sahaya yang kamu miliki yang termasuk apa
yang kamu peroleh dalam peperangan
yang dikaruniakan Allah untukmu,”
Qur’an, 4:3: “Dan jika kamu takut
tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana
kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang
kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian
jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah)
seorang saja, atau budak-budak yang kamu
miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak
berbuat aniaya.”
Penyiksaan
Ibn Ishaq mengisahkan penaklukkan Khaibar. Dia melaporkan bahwa
Muhammad tanpa
peringatan apapun menyerang benteng2 kota ini yang dihuni kaum
Yahudi dan membunuh
banyak orang2 tak bersenjata ketika mereka melarikan diri. Seorang
yang tertawan bernama
Kinana. Ibn Ishaq menulis:
Kinana al-Rabi, yang menyimpan harta masyarakat Banu Nadir
dibawa menghadap kepada
sang Rasul yang menanyakan tentang harta itu. Dia (Kinana)
menyangkal mengetahui di
mana harta itu. Seorang Yahudi datang (sejarawan Tabari menulis
“dibawa menghadap”),
kepada sang Rasul dan berkata bahwa dia melihat Kinana pergi ke
suatu reruntuhan setiap
subuh. Sang Rasul berkata kepada Kinana, “Kau tahu jika kami
menemukan harta itu, aku
akan membunuhmu?” Dia berkata, “Ya.” Sang Rasul memerintahkan
reruntuhan itu
dibongkar dan beberapa harta ditemukan. Lalu Rasul bertanya
padanya di mana harta yang
lain, dan dia tidak mau menjawab, sehingga Rasul memberi
perintah kepada al-Zubayr Al-
Awwam, “Siksa dia sampai mengaku.” Maka dia menyalakan api
dengan batu percik dan besi
di atas dada Kinana sampai dia hampir mati. Lalu sang Rasul
menyerahkan Kinana kepada
Muhammad b. Maslama yang lalu memancung kepalanya, sebagai
tindakan balas dendam
atas kematian saudara lakinya Mahmud. [54]
[54] Sirat Rasul Allâh, hal. 515.
Di hari yang sama Muhammad menyiksa sampai mati pemuda Kinana, dia
juga mengambil
istri Kinana yang bernama Safiya yang berusia tujuh belas tahun ke
dalam sebuah tenda untuk
disetubuhi. Dua tahun sebelumnya, sang Nabi memancung kepala ayah
Safiya dan juga
seluruh kaum pria Yahudi Bani Qurayza yang telah tumbuh bulu
kemaluan. Ibn Ishaq menulis:
Sang Rasul menguasai benteng2 Yahudi satu demi satu, kemudian
mengambil tawanan2.
Diantara para tawanan terdapat Safiya, istri Kinana yang adalah
kepala masyarakat Khaibar,
dan dua wanita saudara sepupu; sang Rasul memilih Safiya untuk
dirinya sendiri. Tawanan2
35
lainnya dibagi-bagikan diantara para Muslim. Bilal membawa
Safiya kepada sang Rasul, dan
mereka melewati beberapa mayat Yahudi dalam perjalanan itu.
Kawan2 wanita Safiya
menangis dan menabur debu di atas kepala mereka. Ketika Rasul
Allâh melihat hal ini, dia
berkata, “Singkirkan wanita iblis ini dari hadapanku.” Tapi dia
memerintahkan Safiya untuk
tetap tinggal, dan menyelubungkan jubahnya kepada Safiya. Dengan
ini para Muslim tahu
bahwa Muhammad memilih Safiya bagi dirinya sendiri. Sang Rasul
menegur Bilal, “Sudah
hilangkah belas kasihanmu sehingga kau bawa wanita2 ini melalui
mayat2 suami mereka?”
Bukhari juga mencatat beberapa hadis tentang penaklukan Muhammad
terhadap Khaibar dan
tindakan perkosaannya terhadap Safiya.
Anas berkata, 'Ketika Rasul Allah menyerang Khaibar, kami
melakukan sembahyang subuh
ketika hari masih gelap. Sang Nabi berjalan menunggang kuda dan
Abu Talha berjalan
menunggang kuda pula dan aku menunggang kuda di belakang Abu
Talha. Sang Nabi
melewati jalan ke Khaibar dengan cepat dan lututku menyentuh
paha sang Nabi. Dia lalu
menyingkapkan pahanya dan kulihat warna putih di pahanya. Ketika
dia memasuki kota, dia
berkata, ‘Allahu Akbar! Khaibar telah hancur. Ketika kita
mendekati suatu negara maka
kemalangan menjadi pagi hari bagi mereka yang telah
diperingatkan.’ Dia mengulangi
kalimat ini tiga kali. Orang2 ke luar untuk bekerja dan beberapa
berkata, ‘Muhammad (telah
datang)’ (Beberapa kawan kami berkata, “Dengan tentaranya.”)
Kami menaklukkan Khaibar,
menangkap para tawanan, dan hartabenda rampasan dikumpulkan.
Dihya datang dan berkata,
‘O Nabi Allah! Berikan aku seorang budak wanita dari para
tawanan.’ Sang Nabi berkata,
‘Pergilah dan ambil budak mana saja.’ Dia mengambil Safiya bint
Huyai. Seorang datang
pada sang Nabi dan berkata, ‘O Rasul Allah! Kauberikan Safiya
bint Huyai pada Dihya dan
dia adalah yang tercantik dari suku2 Quraiza dan An-Nadir dan
dia layak bagimu seorang.’
Maka sang Nabi berkata,’Bawa dia (Dihya) beserta Safiya.’ Lalu
Dihya datang bersama
Safiya dan ketika sang Nabi melihatnya (Safiya), dia berkata
pada Dihya,’Ambil budak
wanita mana saja lainnya dari para tawanan.’ Anas menambahkan:
sang Nabi lalu
membebaskannya dan mengawininya.”
Thabit bertanya pada Anas,”O Abu Hamza! Apa yang dibayar sang
Nabi sebagai maharnya?”
Dia menjawab, “Dirinya sendiri adalah maharnya karena dia telah
membebaskannya (dari
status budak) dan lalu mengawininya.” Anas menambahkan, “Di
perjalanan, Um Sulaim
mendandaninya untuk (upacara) pernikahan dan malam ini Um Sulaim
mengantar Safiya
sebagai pengantin sang Nabi.[55]
[55] Sahih Bukhari, 1.8.367
Dalam hadis ini diterangkan bagaimana kaum Muslim menyerang kota
Khaibar sewaktu subuh dan saat itu
masyarakat Khaibar tidak siap. “Yakhrab Khaibar” (Khaibar hancur)
kata Muhamad, sewaktu dia menaklukan
benteng satu demi satu: “Allahuakbar! Memang jika aku menyinari
tepi daerah masyarakat manapun, maka
hancurlah mereka hari itu juga!"
Setelah menaklukan kota itu, maka tiba waktunya bagi2 jatah harta
jarahan. Dihya, salah seorang tentara Muslim,
menerima Safiya sebagai bagian jatahnya. Ayah Safiya adalah ketua
suku Yahudi Bani Nadir yang dipancung
kepalanya atas perintah Muhammad tiga tahun sebelumnya. Setelah
Khaibar ditaklukkan, suami Safiya yang
masih muda yang bernama Kinana disiksa dan dipancung atas perintah
Muhammad pula. Seseorang
memberitahu Muhammad bahwa Safiya sangatlah cantik. Lalu Muhammad
menawarkan Dihya dua gadis
pengganti yakni saudara2 sepupu Safiya, dan lalu mengambil Safiya
bagi dirinya sendiri.
Pembunuhan
Dunia modern kaget ketika mengetahui beberapa Muslim merasa
satu2nya cara menghadapi
kritik Islam adalah membunuh pengritiknya. Di tahun 1989, Khomeini
mengeluarkan fatwa
untuk membunuh Salman Rushdia karena Rushdie menulis buku berjudul
Ayat2 Setan (The
Satanic Verses) yang dianggap menghina Islam. Beberapa orang mencela Khomeini
dan
36
menuduhnya sebagai ekstrimis. Herannya, banyak yang menyalahkan
Rushdie yang “tidak
peka” terhadap orang Muslim yang mudah tersinggung. Di tanggal 14
Februari, 2006, kantor
berita Pemerintah Iran melaporkan fatwa itu tetap berlaku
selamanya.
Sejak berkuasa, rezim Islam Iran telah mengenyahkan secara
sistematis para penentangnya
dengan cara membunuhi mereka, baik yang tinggal di dalam maupun di
luar Iran. Ratusan
penentang sudah dibunuh dengan cara ini, termasuk Dr. Shapoor
Bakhtiar, seorang demokrat
dan Perdana Menteri terakhir yang ditunjuk oleh Shah Iran. Yang
tidak diketahui khalayak
umum adalah pembunuhan adalah cara Muhammad menghadapi orang2 yang
menentangnya.
Saat ini, Muslim yang membunuhi pengritik Islam hanyalah mengikuti
contoh perbuatan
nabinya.
Ka’b bin Ashraf adalah salah satu korban Muhammad. Seperti yang
ditulis para sejarawan
Muslim, Ka’b adalah pria muda yang rupawan, penulis sajak
berbakat, dan ketua Banu Nadir,
yang adalah salah satu suku2 Yahudi di Medina. Setelah Muhammad
mengusir Banu Qainuqa,
yang adalah suku Yahudi lain di Medina, Ka’b jadi khawatir akan
nasib masyarakatnya
terhadap ancaman Muslim. Jadi dia mengunjungi Mekah untuk mencari
perlindungan. Dia
menyusun puisi dan memuji orang2 Mekah atas keberanian dan
martabatnya. Ketika
Muhammad mendengar hal ini, dia pergi ke mesjid, dan setelah
sembahyang, dia berkata:
“Siapakah yang mau membunuh Ka`b bin al-Ashraf yang telah
menyakiti Allâh dan
RasulNya?” Berdirilah Maslama dan berkata,”O Rasul Allâh! Maukah
kamu agar aku
membunuhnya?” Sang Nabi berkata,”Iya”. Maslama berkata, “Maka
izinkan saya untuk
berkata sesuatu (yang menipu Ka`b).” Sang Nabi berkata, “Silakan
katakan.”
Maslama mengunjungi Ka`b dan berkata,”Orang itu (Muhammad)
menuntut Sadaqa (zakat)
darim kami, dan dia telah menyusahkan kami, dan aku datang untuk
meminjam sesuatu dari
kamu.” Ka`b menjawab, “Demi Allâh, engkau akan merasa lelah
berhubungan dengan dia!”
Maslama menjawab,”Sekarang karena kami sudah mengikuti dia, kami
tidak mau
meninggalkan dia kecuali dan sampai kami melihat bagaimana
nasibnya akhirnya. Sekarang
kami mau engkau meminjamkan dua ekor unta dengan satu atau dua
buah bekal makanan….
Maslama dan kawannya berjanji pada Ka`b bahwa Maslama akan
kembali padanya. Dia
kembali pada Ka`b pala malam harinya bersama saudara angkat
Ka`b, yakni Abu Na'ila. Ka`b
mengajak mereka ke bentengnya dan dia pergi bersama mereka.
Istrinya bertanya, "Hendak
ke manakah kau selarut ini?" Ka`b menjawab,"Maslama dan
saudara (angkat) ku Abu Na'ila
telah datang." Istrinya menjawab, "Aku mendengar suara
seperti darah mengucur dari
dirinya." Ka`b menjawab, "Mereka tidak lain adalah
saudaraku Maslama dan saudara
angkatku Abu Na'ila. Orang dermawan seharusnya menjawab permintaan
(untuk datang) di
malam hari meskipun (permintaan itu) adalah undangan untuk
dibunuh."
Maslama pergi dengan dua orang dan berkata pada mereka,
"Jika Ka`b datang, aku akan
menyentuh rambutnya dan mengendusnya (menghirup bau rambutnya),
dan jika kalian
melihat aku telah mencengkeram kepalanya, tusuklah dia. Aku akan
biarkan kalian
mengendus kepalanya."
Ka`b bin al-Ashraf datang pada mereka, pakaiannya membungkus
badannya dan menebarkan
bau parfum. Maslama berkata, "Aku belum pernah mencium bau
yang lebih enak daripada
ini." Ka`b menjawab, "Aku kenal wanita2 Arab yang tahu
bagaimana menggunakan parfum
kelas atas." Maslama minta pada ka`b, "Maukah engkau
mengizinkanku mengendus
kepalamu?" Ka`b menjawab, "Boleh." Maslama
mengendusnya dan mengajak kawannya
melakukan hal yang sama. Lalu ia minta pada Ka`b lagi,
"Maukah engkau mengizinkanku
mengendus kepalamu?" Ka`b berkata, "Ya". Ketika
Maslama berhasil mencengkeram kepala
Ka`b erat2, dia berkata (pada kawan2nya), "Bunuh dia!"
Lalu mereka membunuhnya dan
pergi melaporkan hal itu pada sang Nabi. [56]
[56] Bukhari, 5.59.369
37
Rasul Allâh tidak hanya menganjurkan pembunuhan, tapi dia juga
merancang penipuan dan
pengelabuan. Salah satu korban tindakan pembunuhan Muhammad adalah
seorang pria tua
bernama Abu Afak, yang dikabarkan berusia 120 tahun. Dia menulis
puisi yang isinya
menangisi orang2 yang jadi pengikut Muhammad. Dia menulis bahwa
Muhammad adalah
orang gila yang dengan sesukanya menetapkan larangan dan ijin
kepada orang2, yang
mengakibatkan mereka kehilangan akal sehat dan jadi benci satu
sama lain. Ibn Sa’d
melaporkan kisahnya sebagai berikut:
Lalu terjadi “sariyyah” (serangan) oleh Salim Ibn Umayr al-Amri
terhadap Abu Afak, orang
Yahudi, di bulan Shawwal di awal bulan ke duapuluh sejak Rasul
Allâh hijrah (pindah dari
kota Mekah ke Medina di tahun 622M). Abu Afak berasal dari
masyarakat Banu Amr Ibn
Awf, dan dia adalah orang tua yang berusia seratus dua puluh
tahun. Dia adalah orang Yahudi,
dan sering membujuk orang melawan Rasul Allâh, dan menulis puisi
tentang Muhammad.
Salim Ibn Umayr adalah salah seorang yang paling menentangnya
dan dia ikut dalam perang
Badr, katanya, “Aku bersumpah akan membunuh Abu Afak atau lebih
baik mati di
hadapannya. Dia menunggu kesempatan sampai tiba suatu malam yang
panas, dan Abu Afak
tidur di tempat terbuka. Salim Ibn Umayr mengetahui hal itu,
jadi dia meletakkan pedangnya
di atas hati Abu Afak dan menekannya sampai menembus tempat
tidurnya. Musuh Allâh
menjerit dan orang2 pengikutnya cepat2 membawanya ke dalam
rumahnya dan menguburnya.
[57]
[57] The Kitab al Tabaqat al kabir, Vol. 2, p 31
Satu2nya “dosa” orang tua ini adalah menulis puisi yang mengritik
Muhammad.
Ketika Asma bint Marwan, seorang ibu Yahudi yang punya lima anak
kecil mendengar hal ini,
dia merasa sangat marah dan lalu menulis puisi mengutuk orang2
Medina yang mengijinkan
orang asing (Muhammad) memecah-belah mereka dan membiarkan dia
membunuh orang tua
tak berdaya. Sekali lagi Muhammad datang ke orang2nya dan
mengeluh:
“Siapa yang mau mengenyahkan anak perempuan Marwan dari
hadapanku?” `Umayr bin.
`Adiy al-Khatmi yang saat itu berada di situ mendengarnya, dan
di malam itu juga dia pergi
ke rumah Asma dan membunuhnya. Di pagi hari dia datang menghadap
sang Rasul dan
memberitahu apa yang diperbuatnya dan Muhammad berkata, “Kau
telah menolong Allâh dan
Rasulnya, wahai `Umayr!" Ketika dia bertanya apakah dia
akan menanggung dosa
pembunuhan, sang Rasul berkata, “Dua kambing tidak sudi
bertumbukan kepala baginya
(Asma).” [58]
[58] Dari hal. 675-676 of The Life of Muhammad , Sirat Rasul Allâh
terjemahan A. Guilaume.
Setelah dipuji Muhammad karena membunuh Asma, sang pembunuh pergi
menemui anak2
Asma dan menyombongkan diri karena membunuh ibu mereka, dan dia
mengancam anak2 itu
dan masyarakat suku korban.
Terjadi kegemparan diantara masyarakat Bani Khatma hari itu
tentang pembunuhan terhadap
anak wanita Marwan. Dia punya lima anak laki, dan ketika `Umayr
pergi bertemu dengan
mereka setelah menghadap sang Rasul, dia berkata, “Aku telah
membunuh bint Marwan,
wahai putra2 Khatma. Lawan aku jika kau berani; jangan biarkan
aku menunggu.” Ini adalah
hari pertama Islam menjadi kuat diantara orang2 B. Khatma;
sebelum kejadian itu orang2
yang jadi Muslim merahasiakan diri. Orang yang pertama masuk
Islam adalah `Umayr b.
`Adiy yang dijuluki “Pembaca” dan `Abdullah b. Aus and Khuzayma
b. Thabit. Di hari
setelah Bint Marwan dibunuh, orang2 B. Khatma masuk Islam karena
mereka telah melihat
kekuatan Islam. [59]
[59] Ibid.
38
Setelah pembunuhan2 ini, para Muslim Medina jadi semakin sombong
dan merasa kuat,
karena mereka telah membuat musuh2 mereka takut. Muhammad ingin
menyatakan pesan
bagi semua yang berani mengritiknya, hal ini
berarti kematian. [60]
[60] Ibn Sa’d menulis versi lain kisah ini: “Bint Marwan, dari Banu Umayyah ibn Zayd, di
hari ke lima bulan
Ramadhan, di awal bulan ke sembilan belas setelah Rasul Allâh
hijrah. `Asma adalah istri Yazid ibn Zayd ibn
Hisn al-Khatmi. Dia biasa mengejek Islam, menyinggung sang Nabi
dan membujuk orang2 melawannya. Dia
menulis puisi. Umayr Ibn Adi datang padanya di suatu malam dan
masuk rumahnya. Anak2nya tidur di
sekitarnya. Ada seorang bayinya yang sedang disusuinya. Dia
(Umayr) merabanya dengan tangannya karena dia
buta, dan memisahkan bayi itu darinya. Dia menusukkan pedangnya
ke dadanya (`Asma) sampai menembus
punggungnya. Lalu dia melakukan sembahyang subuh bersama sang
Nabi di al-Medina. Rasul Allâh berkata
padanya: ‘Sudahkah kau membunuh anak perempuan Marwan?’ Dia
berkata: ‘Ya. Apakah ada lagi yang harus
kulakukan?’ Dia (Muhammad) berkata: ‘Tidak. Dua kambing tidak
sudi bertumbukan baginya.’ Inilah kata2
yang pertama didengar dari Rasul Allâh. Rasul Allâh menjulukinya
`Umayr, ‘basir’ (yang melihat).” -- Ibn
Sa`d's in Kitab al-Tabaqat al-Kabir, diterjemahkan oleh S. Moinul
Haq, Vol. 2, hal. 24.
Tidak dapat disangkal lagi dalam pikiran teroris2 Muslim bahwa
strategi pembunuhan seperti
ini memang mujarab. Bagi mereka, nasehat Qur’an untuk “menimbulkan
rasa takut di hati
kafir” [61] memang tampak seperti cara pasti untuk menang. Cara
ini berhasil bagi
Muhammad. Dia menyombong, “Aku telah dimenangkan karena teror.”
[62] Cara ini berhasil
pula di Spanyol ketika para teroris membunuh dua ratus orang
dengan meledakkan kereta2 api
bawah tanah di tanggal 11 Maret, 2004, dan sebagai akibatnya, masyarakat
Spanyol
memberikan suara dalam Pemilu untuk memilih seorang pemimpin
sosialis yang dengan
segera menerapkan kebijaksanaan yang menguntungkan para Muslim.
[61] Qur’an 3:151 “Akan
Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka
mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak
menurunkan keterangan tentang itu. Tempat
kembali mereka ialah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat
tinggal orang-orang yang lalim.”
[62] Bukhari, 4.52.220.
Karena keberhasilan yang ditunjukkan Muhammad dan ajaran
ideologinya, para teroris
Muslim yakin bahwa strategi teror akan berhasil di manapun dan
kapanpun. Mereka tidak
akan berhenti sampai seluruh dunia takluk atau mereka terbukti
salah karena kalah melawan
kekuatan yang lebih besar.
Dunia Islam adalah dunia yang sakit, dan sudah
jelas penyebab sakitnya adalah Islam
itu sendiri. Hampir setiap kejahatan yang dilakukan Muslim dilakukan dan
dihalalkan
berdasarkan perkataan dan perbuatan Muhammad. Ini kenyataan pahit
yang menyedihkan,
sehingga banyak orang yang memilih tidak mau tahu. Ada pula hadis
yang dikisahkan oleh
Anas, sahabat Muhammad, tentang sekelompok Arab terdiri dari
delapan orang yang datang
menghadap Muhammad dan mengeluh akan cuaca Medina. Muhammad
menganjurkan
mereka minum kencing unta sebagai obat dan mengirim mereka menemui
penggembala unta
di luar kota. Orang ini membunuh penggembala dan mencuri unta2nya.
Ketika Muhammad
tahu akan hal ini, dia menyuruh orang2nya mengejar mereka. Lalu
dia memerintahkan agar
tangan2 dan kaki2 mereka dipotong, meminta paku2 yang dipanaskan
dan lalu ditusukkan ke
dalam mata2 mereka, dan mereka ditelantarkan di daerah berbatu
untuk mati pelan2. Anas
berkata bahwa mereka minta air, tapi tidak ada yang memberi sampai
akhirnya mereka mati.
[63]
[63] Bukhari Volume 4, Book 52, Number 261:
Orang2 Arab yang membunuh dan mencuri memang
harus dihukum, tapi buat apa
segala penyiksaan hebat ini? Bukankah Muhammad sendiri membunuh dan mencuri?
Dari mana dia dapat unta2 tersebut? Bukankah dia
mencurinya dari orang lain?
Bukankah dia sendiri menyerang dan membunuh orang2
untuk menjarah harta mereka?
Standard moral ganda/berbeda (double standard)
ini merupakan sifat dunia Muslim
sejak awal. Konsep Hukum Emas (Golden Rule – perlakukan orang lain seperti dirimu
ingin
39
diperlakukan) tidak ada dalam pikiran Muslim. Mereka ingin
menikmati semua perlakuan
khusus di negara2 non-Muslim, tapi mereka sendiri menyangkal hak2
azasi non-Muslim di
negara2 yang mayoritas Muslim. Mereka dengan tulus beranggapan
standard ganda itu
memang wajar.
Pembantaian Masal
Terdapat tiga suku Yahudi yang hidup di sekitar Yathrib (nama lama
Medina), yakni Banu
Qainuqa, Bani Nadir dan Banu Quraiza. Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya, mereka
merupakan penduduk asli kota itu. Awalnya Muhammad mengira karena
dia telah mengutuk
agama pagan dan mengutip nabi2 Alkitab, maka kaum Yahudi dengan
penuh semangat akan
bersedia jadi pengikutnya. Bagian2 awal Qur’an penuh dengan kisah2
Musa dan Alkitab.
Awalnya Muhammad memilih Yerusalem sebagai arah qibla sewaktu
sembahyang, dengan
harapan kaum Yahudi mau jadi pengikutnya. Ahli Muslim bernama W.
N. Arafat menulis,
“Sudah diterima umum bahwasanya Nabi Muhammad berharap para
Yahudi di Yathrib yang
adalah pengikut agama illahi, akan menunjukkan pengertian
terhadap agama baru penyembah
satu tuhan yakni Islam.” [64] Akan tetapi betapa herannya dia ketika mengetahui bahwa
masyarakat Yahudi, sama seperti masyarakat Quraish, tidak peduli
atas panggilannya. Setelah
harapannya pupus dan kesabarannya habis, dia mulai bersikap
bermusuhan terhadap mereka.
Kau Yahudi tidak mau meninggalkan agama kakek moyang mereka untuk
memeluk agama
baru Muhammad. Penolakan ini membuatnya marah dan dia lalu mencari
cara membalas
dendam. Pembunuhan2 terhadap Abu Afak dan Asma hanyalah awal dari
kebenciannya atas
kaum Yahudi. Setelah merasa lebih percaya diri karena berhasil
merampoki kafilah2 yang
lewat, Muhammad mulai mengalihkan sasaran rampok kepada kekayaan
kaum Yahudi di
Yathrib dan mencari alasan untuk menyerang, mengenyahkan mereka
dan merampas
kekayaannya. Kemarahannya terhadap kaum Yahudi mulai nampak dalam
ayat2 Qur’an yang
disusunnya, di mana dia menuduh mereka tak berterimakasih kepada
Allâh, membunuh nabi2
mereka dan melanggar hukum agama mereka sendiri. Dia bahkan bertindak
lebih jauh lagi
dengan mengatakan karena kaum Yahudi melanggar hukum Sabbath, maka
Tuhan mengubah
mereka jadi kera dan babi. [65] Sampai hari ini para Muslim tetap
yakin bahwa kera dan babi
adalah keturunan kaum Yahudi.
[64] Dari Jurnal Royal Asiatic Society of Great Britain and
Ireland, (1976), hal. 100-107 Oleh W. N. Arafat
[65] Quran, 2:65, 5:60, 7:166
Penyerangan terhadap Banu Qainuqa’
Masyarakat Yahudi pertama yang menjadi korban kebuasan Muhammad
adalah Banu
Qainuqa’. Mereka hidup di sekitar Yathrib. Mata pencaharian mereka
adalah berkarya seni,
membuat kerajinan emas, peralatan besi, rumah tangga dan
senjata2.Mereka tidak mahir
dalam berperang dan mempercayakan masalah keamanan pada bangsa
Arab. Hal ini terbukti
menjadi kesalahan fatal bagi keberadaan mereka. Banu Qainuqa’
adalah sekutu suku Arab
Khazraj dan mendukung mereka dalam pertikaian dengan suku Arab
saingan Khazraj yakni
Aws.
Kesempatan menyerang suku Yahudi ini datang ketika pertikaian
timbul diantara beberapa
Yahudi dan Muslim. Seorang warga Banu Qainuqa’ bergurau dan
menancapkan ke tanah
gaun seorang Muslimah yang sedang jongkok di toko perhiasan di
pasar Banu Qainuqa’.
Ketika Muslimah itu berdiri, gaunnya sobek dan dia tampak
telanjang. Seorang Muslim lewat
dan orang ini sudah terlebih dahulu benci terhadap orang Yahudi
karena ucapan2 nabinya.
Muslim ini menyerang orang Yahudi itu dan membunuhnya. Anggota
keluarga korban lalu
membunuh Muslim ini sebagai balasnya.
40
Ini adalah kesempatan yang ditunggu-tunggu Muhammad. Bukannya menenangkan
keadaan,
tapi dia secara tidak adil menyalahkan seluruh kaum Yahudi, dan
memerintahkan mereka
menerima Islam, kalau tidak akan diperangi. Kaum Yahudi menolak
dan berlindung di dalam
benteng mereka. Muhammad mengepung mereka, menutup saluran air,
dan berjanji
membunuh mereka semua.
Dalam Qur’an 3:12 dapat dibaca bagaimana Muhammad
menyatakan ancamannya:
“Katakanlah kepada orang-orang yang kafir: "Kamu pasti akan
dikalahkan (di dunia ini) dan
akan digiring ke dalam neraka Jahanam. Dan itulah tempat yang
seburuk-buruknya" sambil
membual bagaimana dia mengalahkan kaum pagan Quraish di Badr.
Setelah dua minggu, suku Yahudi mencoba untuk merundingkan usaha
menyerah, tapi
Muhammad tidak mau. Dia ingin membunuh mereka semua. Abdullah ibn
Ubayy, yang
adalah ketua suku Arab Khazraj, memegang kerah baju Muhammad dan
mengatakan padanya
dia tidak akan membiarkan Muhammad membunuh sekutu dan rekan2nya
tanpa alasan.
Muhammad mengerti bahwa suku Khazraj menghormati ketuanya. Dia
tahu jika suku Khazraj
mengepungnya, dia bisa kalah. Dia mendorong ibn Ubayy dan mukanya
kelam karena murka
dan setuju untuk tidak membantai kaum Yahudi asalkan mereka
meninggalkan kota mereka.
Inilah kisah yang ditulis Ibn Ishaq.
Banu Qainuqa’ adalah kaum Yahudi pertama yang melanggar perjanjian
dengan sang Rasul
dan berperang, di antara Badr dan Uhud, dan sang Rasul mengepung
mereka sampai mereka
menyerah tanpa syarat. `Abdullah b. Ubayy b. Salul pergi menemui
sang Rasul ketika mereka
semua sudah berada di bawah kekuasaan Muhammad dan berkata, ‘Wahai
Muhammad,
bersikaplah baik terhadap kawan2ku (Yahudi adalah sekutu suku
Khazraj), tapi sang Rasul
menolaknya. Dia (`Abdullah) mengulangi perkataannya sekali lagi,
dan sang Rasul
menolaknya, maka dia merenggut kerah jubah sang Rasul; sang Rasul
sangat marah sehingga
mukanya hampir tampak hitam. Dia berkata, ‘Terkutuk kau, lepaskan aku.’ Dia (`Abdullah)
menjawab, ‘Tidak, demi Tuhan, aku tidak akan melepaskanmu sampai
kau berlaku baik
terhadap kawan2ku. Empat ratus orang tanpa surat dan tiga ratus
orang yang menerima surta
melindungiku dari seluruh musuh2ku; apakah kau akan membunuh
mereka semua dalam
waktu satu pagi? Demi Tuhan, aku takut keadaan akan berubah.’
Sang Rasul berkata,’Kau
boleh memilikinya.’ [66]
[66] Ibn Ishaq Sirat, p. 363
Penulis2 biografi juga menambahkan bahwa Muhammad dengan bersungut
berkata, “Biarkan
mereka pergi. Tuhan mengutuk mereka dan dia juga! Maka Muhammad
mengampuni nyawa
mereka asal mereka mengasingkan diri dari tanah mereka. ” [67]
[67] Ibid.
Dia menuntut Banu Qainuqa’ menyerahkan segala kekayaan dan
peralatan perang mereka,
mengambil seperlima jarahan bagi dirinya sendiri dan
membagi-bagikan sisanya diantara
pengikutnya. Suku Yahudi Banu Qainuqa’ diusir. Sejarawan Muslim
menulis bahwa mereka
melarikan diri ke Azru‘a di Syria di mana mereka tinggal sebentar
dan setelah itu musnah. [68]
[68] AR-Raheeq Al-Makhtum by Saifur Rahman al-Mubarakpuri http://islamweb.islam.gov.qa
41
Penyerangan atas Banu Nadir
diterjemahkan oleh: curious
Berikutnya adalah giliran Banu Nadir, satu suku Yahudi lainnya di
Yathrib. Setelah melihat
apa yang dilakukan Muhammad terhadap Banu Qainuqa’, Ka'b Ibn
Ashraf, kepala suku Banu
Nadir mencari perlindungan kaum Quraish dan seperti yang
dijelaskan di atas, dia dibunuh.
Sebelumnya telah perang pembalasan (Uhud) antara orang-orang Mekah
dan Muslim di mana
Muslim dikalahkan. Muhammad perlu mengkompensasi kekalahannya dan
menguatkan
kembali iman para pengikutnya bahwa Allah tidak membiarkan mereka
kalah. Banu Nadir
adalah target yang gampang.
Sejarahwan Muslim Pakistan dan ahli tafsir Qur’an dan pencetus ide
kebangkitan Islam,
Maududi, mengisahkan sebagai berikut: “Beberapa lama setelah penjatuhan hukuman
(pengusiran suku Qainuqa’ dan pembunuhan sejumlah penyair
Yahudi), orang-orang Yahudi
terus dicekam rasa ketakutan dan mereka tidak berani lagi
bertindak. Namun kemudian di
bulan Shawaal, tahun ketiga Hijrah, kaum Quraish dengan
persiapan yang matang membalas
dendam atas kekalahan mereka di Badr terhadap Madinah, dan
orang-orang Yahudi melihat
hanya ada beberapa ribu orang yang berperang dengan Nabi Suci
(saw) melawan tiga ribu
orang Quraish, dan malah 300 orang munafik melarikan diri
kembali ke Medinah. Pengikut
Abdullah ibn Ubayy, kepala suku Khazraj adalah yang pertama-tama
melanggar persetujuan
perdamaian dengan menolak bergabung dengan Nabi Suci membela
kota tersebut walaupun
mereka terikat perjanjian untuk melakukannya.”
Sangatlah menakjubkan bahwa kaum Muslim berpikir bahwa orang-orang
Yahudi terikat
perjanjian untuk membantu Muhammad bertarung dalam perang agama
melawan orang-orang
Mekah, walaupun dia teah mengusir salah satu suku mereka (Yahudi)
dan telah membunuh
kepala suku mereka dan dua penyair mereka. Perang antara Muhammad
dan orang-orang
Quraish tidak ada hubungannya dengan orang Yahudi, dan dengan
membunuh orang-orang
Yahudi dan mengusir Banu Qainuqa’, Muhammd telah melanggar
perjanjian perdamaian
dengan mereka. Dan masih juga, untuk membenarkan kelakukan
bejadnya, pembela Islam
menyalahkan orang Yahudi dengan menuduh mereka melanggar perjanjian.
Muhammad sekarang sedang mencari alasan untuk mengusir Banu Nadir.
Mereka memiliki
tanah pertanian terbaik di Yathrib dan taman-taman penuh pohon
kurma dan mempekerjakan
banyak orang Arab. Karena itu beberapa Muslim, yang berkat jasa
Muhammad telah menjadi
bandit ulung, membunuh dua orang dari Banu Kalb. Suku ini telah
menandatangani perjanjian
damai dengan Muhammad, di mana pengikut-pengikut Muhammad tidak
boleh merampok
atau membunuh mereka dan sebagai gantinya akan mendapat dukungan
dari mereka. Para
pembunuh itu mengira korban mereka adalah dari suku lain. Seperti
yang digariskan tradisi,
Muhammad harus membayar ganti rugi uang darah atas pertumpahan
darah ini. Walaupun
telah diperkaya dengan harta rampokan dari Banu Qainuqa’, sang
Nabi pergi menghadap
Banu Nadir dan meminta mereka turut membantu membayar uang darah
itu sebagai bagian
dari perjanjian damai. Ini adalah permintaan yang keterlaluan dan
Muhammad mengharap
Banu Nadir akan menolak, dan itu akan memberi dia alasan untuk
memperlakukan mereka
sebagaimana dia telah memperlakukan Banu Qainuqa’. Namun Banu
Nadir terlalu takut untuk
menolak permintaan tidak adil itu. Mereka setuju untuk membantu
dan bubar untuk
mengumpulkan uang. Muhammad dan teman-temannya duduk di bawah
dinding, menunggu.
Ini bukanlah apa yang direncanakan Muhammad. Dia telah datang
membawa permintaan
yang sangat tidak adil dengan harapan akan menerima reaksi negatif
dan karenanya dapat
melaksanakan rencana busuknya. Sekarang dia harus membuat strategi
baru.
42
Tiba-tiba dia mendapat “inspirasi” baru. Dia berdiri dan tanpa
mengucap sepatah katapun
kepada para pengikutnya, dia meninggalkan tempat itu dan pulang ke
rumah. Ketika para
pengikutnya menanyainya kemudian, dia berkata bahwa malaikat
Jibril memberitahu dia
bahwa orang-orang Yahudi bersekongkol untuk menjatuhkan batu ke
kepalanya dari atas
dinding di mana mereka sedang duduk. Dengan alasan ini dia mulai
menyiapkan serangannya
atas Banu Nadir.
Tidak ada satupun pengikut Muhammad yang melihat orang memanjat
dinding itu atau
mendengar rencana pengancaman jiwa mereka. Namun orang-orang ini
yang telah banyak
mendapat keuntungan keuangan dengan mengikuti dia, percaya apa
saja yang dikatakannya,
tidak punya alasan ataupun kehendak untuk meragukan apa yang
dikatakannya.
Orang berakal yang mana saja bisa melihat kemustahilan cerita
Muhammad. Jika Banu Nadir
benar-benar mau dan berani membunuhnya, mereka tidak perlu
memanjat dinding untuk
menjatuhkan batu. Muhammad hanyalah didampingi segelintir
pengikutnya, Abu Bakr, Omar,
Ali dan mungkin satu atau dua lainnya lagi. Sangatlah mudah untuk
membunuh mereka
semua, jika memang ini yang mereka kehendaki. Tuduhan ini
jelas-jelas palsu.
Nabi yang percaya bahwa Allah itu khairul maakereen (penipu paling ulung),
(Q.3:54) sendirinya adalah orang yang licik. Cerita tentang Jibril memberitahu dia tentang
rencana orang Yahudi untuk mencabut nyawanya sama kredibelnya
seperti cerita tentang
kunjungannya ke neraka dan surga. Namun para pengikutnya yang
gampang dibodohi itu
percaya padanya dan sangat marah mendengar dongeng karangannya
itu. Bersamanya
merekapun maju menumpahkan darah orang-orang yang tidak berdosa.
Maududi menutup ceritanya dengan berkata: “Sekarang tidak ada alasan untuk memberi
mereka kemurahan hati lagi. Nabi suci segera memberi mereka
ultimatum bahwa
pengkhianatan terencana mereka terhadapnya telah diketahuinya;
dan karena itu mereka harus
meninggalkan Madinah dalam sepuluh hari. Jika mereka terdapati
masih tinggal di tempat
tinggal mereka, mereka akan dibunuh dengan pedang.” Maududi memberi contoh yang
sempurna akan logika Muslim dengan menceritakan dongeng
pengkhianatan Muhammad
seakan-akan itu hal yang alami dan semestinya orang bertindak.
Abdullah bin Ubayy berusaha keras membantu Banu Nadir, tetapi saat
itu pengaruhnya terlalu
lemah dan pengikut-pengikut Muhammad telah terbutakan oleh iman
mereka. Mereka tidak
mengizinkan bin Ubayy memasuki tenda Muhammad dan malahan
menyerangnya dan
melukai wajahnya dengan pedang.
Setelah beberapa hari, Banu Nadir berunding untuk meninggalkan
semua harta benda mereka
bagi Muhammad dan meninggalkan kota. Beberapa di antara mereka
pergi ke Suriah dan
yang lainnya pergi ke Khaibar dan beberapa tahun kemudian dibunuh
ketika Muhammad
mengincar kekayaan kaum Yahudi di sana.
Walaupun Muhammad membiarkan orang-orang ini pergi, rencananya
yang pertama adalah
untuk membantai mereka. Berikut ini adalah kutipan dari Sirat
(Sejarah hidup Muhammad)
yang membuat hal ini sangat jelas:
Mengenai Banu al-Nadir, Surat al Mujadila diturunkan di mana
dikisahkan bagaimana Allah
membalas dendam pada mereka dan memberi Rasulnya kekuasaan atas
mereka dan
bagaimana Dia memperlakukan mereka. Allah berkata: “Dia-lah yang
mengeluarkan orangorang
kafir di antara ahli Kitab dari kampung-kampung mereka pad saat
pengusiran kali yang
pertama. ….Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran,
hai orang-orang yang
mempunyai pandangan. Dan jika tidaklah karena Allah telah
menetapkan pengusiran terhadap
43
mereka,” yang merupakan balas dendam dari Allah. “Benar-benar
Allah mengazab mereka di
duniaini, yaitu dengan pedang, dan di akhirat neraka
jahanam." [69]
[69] Ibn Ishaq irat, hal. 438
Dalam pengepungan ini Muhammad memerintahkan penebangan dan
pembakaran pohonpohon
milik Banu Nadir. Kekejian ini tidak pernah dilakukan bahkan oleh
orang-orang
primitif Arab. Yang perlu dilakukannya untuk membenarkan
kekejiannya ini hanyalah
membuat teman khayalannya menyetujui apa yang telah dia lakukan.
Ini sangat mudah
dilakukan jika Allah tunduk pada kehendakmu.
Apa saja yang kamu tebang dari pohon kurma (milik orang-orang
kafir) atau yang kamu
biarkan (tumbuh) berdiri di atas pokoknya, maka (semua itu)
adalah izin Allah; dan karena
Dia hendak memberikan kehinaan kepada orang-orang fasik. (Q. 59:5)
Sangat mudah membayangkan mengapa di lingkungan kering kerontang
padang pasir, para
penghuni padang pasir menganggap penebangan pohon dan peracunan
sumur sebagai
kejahatan terhadap kemanusiaan dan juga melanggar perjanjian
perdamaian dan adat lokal.
Seorang cendekiawan Muslim, Al-Mubarkpouri, berkata: “Rasul Allah (saw) menyita senjata
mereka, tanah, rumah dan harta kekayaan mereka. Di antara
rampasan itu dia berhasil menyita
50 baju pelindung, 50 helmet dan 340 pedang. Rampasan ini
semuanya milik Nabi semata,
karena tidak ada perang yang terlibat dalam penyitaannya. Dia
membagikan rampasan itu
sesuai kehendaknya di antara para Muhajirin dan dua orang miskin
Ansar, Abu Dujana dan
Suhail bin Haneef. Rasul Allah menghabiskan sebagian dari harta
ini untuk keluarganya untuk
kehidupan mereka sepanjang tahun. Sisanya digunakan untuk
melengkapi tentara Muslim
dengan senjata bagi perang-perang berikutnya dalam jalan Allah.
Hampir semua ayat dalam
surat al Hashr mengambarkan pengusiran kaum Yahudi dan
menyingkapkan kelakuan
memalukan kaum munafik. Ayat-ayat itu mewujudkan peraturan
berkenaan dengan harta
rampasan. Dalam surat ini, Allah yang maha kuasa memuji para
Muhajirin dan Ansar. Surat
ini juga menunjukkan kehalalan menebang dan membakar lahan musuh
dan pohon-pohon
untuk tujuan militer. Tindakan ini tidak bisa dianggap sebagai
perusakan asalkan dilakukan
dalam jalan Allah.”
Seperti halnya Maududi, Mubarakpouri juga menunjukkan ketidak
adanya hati nurani dan
etika yang menjadi ciri khas ummah. Muslim melakukan apa yang nabi
mereka lakukan.
Mereka menganggap membakar dan merajah harta orang-orang non
Muslim sebagai tindakan
halal dalam perang, karena itu disetujui dan dilakukan sendiri
oleh Muhammad. Berdasarkan
tindakan Muhammad, dapat disimpulkan bahwa kekejaman dalam Islam,
dengan sangat
disayangkan, bukanlah penyimpangan dari Islam yang sejati.
Pembunuhan, perampokan,
pemerkosaan dan pembunuhan adalah praktek Islam. Tidak ada yang
melampaui batas dalam
memajukan agama Allah.
Anehnya, surat al-Hashrs diakhiri dengan menyuruh muslim bertakwa
kepada Tuhan, yang
membuatnya jelas bahwa ketakwaan bagi Muslim mempunyai arti yang
sangat lain. Pembela
Islam berkata bahwa moralitas jaman sekarang tidak boleh dipakai
untuk menilai Muhammad
yang hidup 1400 tahun yang lalu. Ironisnya, mereka menggunakan
moralitas itu sebagai
standar dan mencoba memaksakannya pada semua manusia setiap waktu.