Sabtu, 08 Juni 2013

Nama Allah SWT adalah Hasil Akal-akalan Muhammad



Definisi Tuhan yang paling sederhana agaknya adalah Dia yang mencipta segala apa yang ada; Dia yang ikut mengatur keberadaan dan perjalanan dari segala yang diciptakan-Nya;­ Dan Dia yang umumnya mengetahui segala sesuatu tentang mahluk ciptaan-Nya.

Sebaliknya mahluk ciptaan-Nya samasekali tidak dapat mencipta, tidak mengatur dan tidak mengetahui Dia secuilpun. Kekecualian hanya satu, yaitu kita sebagai mahluk-Nya hanya bisa mengetahui secuil tentang Dia, apabila dan hanya apabila Dia sendiri berkenan memberitahukan yang secuil itu kepada kita. Dan ternyata memang begitu, Dia lewat Nabi-nabi-Nya telah mengungkapkan secuil siapa Dia, apa nama PribadiNya, kehendak-Nya, rencana-Nya, dan janji-janji-Nya­ kepada manusia. Dengan demikian maka kita diharapkan oleh Tuhan agar bisa dengan mudah memilah mana Tuhan Pencipta Sejati, dan mana Ilah Berhala jadi-jadian yang diciptakan oleh manusia dengan akal-akalan! Rumusan sederhananya adalah sbb:

NAMA-DIRI Tuhan hanya bisa dikenalkan oleh Tuhan sendiri kepada mahluk-Nya. Nama-Nya tidak bisa datang dari karya atau tradisi manusia, itu hanyalah nama Ilah, hasil sebuah perolehan dari manusia yang terlanjur percaya bahwa itulah nama pribadi Tuhan-Nya.

Tuhan Pencipta sendirilah yang memperkenalkan diri-Nya kepada ciptaan-Nya. Tanpa itu tak ada satupun yang tahu nama-Nya yang melekat dan kekal dengan diri-Nya. Lalu Tuhan manakah yang pernah memperkenalkan nama dan jati diri-Nya? Dan jikalau Tuhan itu dipercaya Esa, maka Tuhan yang pernah mengumumkan nama-Nya sendiri itulah satu-satunya Tuhan Semesta Alam, bukan?.

Diakui, Allah SWT islamik tidak pernah memperkenalkan dirinya dan nama-Nya kepada siapapun termasuk Muhammad. Hanya seorang ruh asing (yang belakangan hari dianggap sama dan dinamakan dengan “Jibril”) yang DIKLAIM menyampaikan nama “Allah”, padahal Jibril inipun juga tidak memperkenalkan namanya sendiri kepada Muhammad pada keseluruhan wahyu-Nya di Mekah! (Nama Jibril baru muncul belasan tahun kemudian dan hanya tercantum dalam 3 ayat surat Madaniyah saja, 66:4, 2:97, 98, dan itupun bukan ayat untuk memperkenalkan nama-diri!). Jadi, baik Jibril maupun terlebih-lebih Allah, tak pernah ada wahyu-Nya yang memperkenalkan jati-dirinya, melainkan tiba-tiba dan diam-diam dimunculkan Quran dalam konteks yang tak berkaitan dengan pemberitaan tentang nama-Nya kepada Nabi atau umat-Nya! Suatu kesengajaan? Ayat berikut menjawabnya.

Kita bacakan pewahyuan-Nya yang paling awal kepada Muhammad, yaitu ditahun 610, di gua Hira (Surat 96), tatkala mana Tuhan Pewahyu berjanji kepada Muhammad untuk mengajarkan apa-apa yang tidak diketahuinya:

“Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.

Karena barusan berjanji, maka absennya ajaran Tuhan yang paling pokok (yaitu memperkenalkan siapa Dia agar tidak disangka Setan) pasti bukan karena kealpaan Tuhan, dan betapapun, mustahil Tuhan bisa alpa. Karena tidak diperkenalkan Tuhan maka Muhammad pasti tidak tahu siapa nama Tuhannya dikala itu ditengah-tengah­ begitu banyak tuhan-tuhan selainnya dari Arab pagan dikala itu. Itu sebabnya Muhammad dalam kebingungannya (Surat 93:7) lalu menyebut secara umum istilah “Rabb” bagi Tuhannya! Harap diperhatikan bahwa Rasul Allah tidak/belum bisa menyebut nama ALLAH pada hampir 30 Surat diantara 50 surat-surat yang paling awal diturunkan kepadanya (!) Lihat a.l. Surat 54, 55, 56, 68, 75, 78, 83, 89, 92, 93, 94, 99, 100, 105, 106, 108, 113, 114 dst. semuanya absen dari nama Allah!

Surat 96 Al-Alaq dimana ruh (yang mencekik Muhammad di gua Hira) hanya menurunkan 1 unit wahyu berupa 5 ayat pertamanya juga tanpa nama Allah. Kemudian ruh pewahyu itu pergi tanpa pamit. Ruh akhirnya datang kembali, tetapi BUKAN untuk melanjutkan dan menyelesaikan pewahyuan Surat Al-Alaq yang tertunda, melainkan justru menurunkan 5 ayat lain kedalam Sura Al-Muddatstsir!­ Yang juga tanpa nama ALLAH, melainkan lagi-lagi Rabb (bahkan hingga ayat ke-30). Pantaskah cara pewahyuan begini diberi respek sebagai wahyu sempurna surgawi? Dalam absennya nama Allah, Muhammad sempat “meminjam” sesaat nama “Ar-Rahman” sebagai nama pribadi Tuhannya, yaitu menirukan nama Tuhan-nya orang-orang Yemen dikala itu.

“…mereka kafir kepada Tuhan Yang Maha Pemurah ( Ar-Rahman). Katakanlah: “Dia-lah Tuhanku tidak ada Tuhan selain Dia; hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya aku bertaubat.” (13;30)

“Dan apahila orang-orang yang kafir itu melihat engkau, mereka hanya menjadikan engkau sebagai ejekan (dengan berkata): “Apakah ini yang menyebut-nyebut­ tuhan-tuhan kamu?” Sedang mereka untuk menyebut Yang Maha Pengasih (Ar-Rahman) mereka ingkar”. (21;36)

Katakanlah: “Siapakah yang dapat memelihara kamu di waktu malam dan siang hari dari Yang Maha Pemurah (Ar-Rahman)?” Sebenarnya mereka adalah orang-orang yang berpaling dari mengingati Tuhan mereka. (21;42).

Cari artikel Blog Ini

copy right