Minggu, 14 Februari 2016

Fundamentalisme atau Islamisme. Manakah yang Benar?

Secara umum, kaum fundamentalis mendeklarasikan Islam orisinil pada masa Muhammad adalah yang ideal, dan menuntut untuk kembali kepada jalan-jalan tersebut. Kaum islamis menekankan fondasi-fondasi iman mereka namun hanya sedikit dari masyarakat orisinil ini yang diteliti oleh para cendekiawan Islam. Tidak ada pemikiran yang
jelas mengenai karakteristik “Islam Orisinil” seperti ini. Hanya semata-mata menekankan bahwa pada hari-hari itu Islam diyakini “telah sempurna”. Orang Muslim moderat mengklaim bahwa Islam yang sejati adalah “Muhammad di Mekkah”, sedangkan orang Muslim radikal atau militan mengklaim Islam yang sejati adalah “Muhammad di Medinah”.

 
Fundamentalisme Islam adalah sebuah ideologi yang menjunjung:
• Penafsiran-penafsiran harafiah terhadap teks-teks sakral Islam
• Implementasi Syariah
• Negara Islam
Fundamentalisme Islam adalah istilah yang lebih tua dan kurang disukai untuk Islamisme, sebuah sekte ideologi-ideologi politik yang mengkonfirmasi bahwa Islam bukan hanya sebuah agama, tetapi juga sebuah sistem politik yang mengatur hukum, ekonomi, dan masalah-masalah sosial negara berdasarkan penafsirannya terhadap hukum Islam. Dengan demikian, islamisme adalah sebuah versi modern dari Islam yang berusaha untuk menafsirkan Islam ke dalam dunia modern.
Untuk memahami cara berpikir Islamis, kita harus memahami sejarahnya. Islamisme berkembang selama abad 19 dan 20 di seluruh Afrika Utara, Timur Tengah, serta Asia Tengah dan Tenggara, di negara-negara yang pernah menjadi koloni negara-negara Barat. Islamisme seringkali digambarkan sebagai sebuah reaksi terhadap kolonialisme atau sebagai efek dari post-kolonialisme. Ini hanyalah satu sisi dari mata uang. Kebanyakan orang Muslim adalah orang-orang Timur yang memiliki sistem nilai yang bukan berdasarkan pada benar atau salah, kebenaran atau dosa, melainkan pada kehormatan dan aib juga kekuasaan dan rasa takut. Sehingga, tidaklah penting untuk bersikap benar, namun terlihat benar. Tertangkap basah adalah sebuah tragedi yang dapat membawa aib dan malu terhadap diri sendiri serta keluarga, bangsa atau bahkan Islam. Bagi semua orang Muslim sangatlah memalukan jika wilayah-wilayah Muslim ditundukkan dan diperintah oleh bangsa-bangsa yang menurut mereka kafir. Itu adalah aib, bukan hanya bagi orang Muslim namun juga bagi Allah.
Dengan kata lain, Islamisme adalah sebuah gerakan modern yang berkembang selama abad 20 sebagai reaksi terhadap rasa malu atau aib karena diperintah oleh kafir. Setelah Perang Dunia I, jatuhnya Kekaisaran Ottoman dan kekhalifahan melalui Mustafa Kemal Ataturk (pendiri Turki), banyak orang Muslim menganggap Islam mengalami kemunduran. Mereka merasa ide-ide Barat menyebar di seluruh masyarakat Muslim. Ini menyebabkan munculnya fundamentalisme Islam atau Islamisme. Ini adalah sebuah gerakan yang melahirkan sejumlah organisasi dengan sejumlah karakteristik:
1). Mereka yakin bahwa hukum Islam (Syariah) berlaku untuk semua aspek kehidupan sosial, politik, dan ekonomi.
2). Mereka memperjuangkan kesatuan komunitas Islam.
3). Mereka berpandangan para cendekiawan bebas menafsirkan Quran dan tradisi untuk situasi tertentu.
4). Mereka percaya bahwa wahyu yang diturunkan kepada Muhammad satu-satunya koneksi antara Allah dan manusia.
5). Mereka percaya bahwa bagsa-bangsa Islam yang ada sekarang tidak sejalan dengan pengajaran-pengajaran orisinil Muhammad.
Secara umum, kaum fundamentalis mendeklarasikan Islam orisinil pada masa Muhammad adalah yang ideal, dan menuntut untuk kembali kepada jalan-jalan tersebut. Kaum islamis menekankan fondasi-fondasi iman mereka namun hanya sedikit dari masyarakat orisinil ini yang diteliti oleh para cendekiawan Islam. Tidak ada pemikiran yang jelas mengenai karakteristik “Islam Orisinil” seperti ini. Hanya semata-mata menekankan bahwa pada hari-hari itu Islam diyakini “telah sempurna”. Orang Muslim moderat mengklaim bahwa Islam yang sejati adalah “Muhammad di Mekkah”, sedangkan orang Muslim radikal atau militan mengklaim Islam yang sejati adalah “Muhammad di Medinah”.
Inferioritas militer Mesir dalam perang-perang dengan Israel, ditambah perlindungan Barat terhadap Israel telah menimbulkan kemarahan dari gerakan-gerakan fundamentalis yang membentuk kelompok-kelompok rahasia dengan sistem hirarki organisasi yang ketat. Para anggotanya mempraktikkan penyangkalan diri dan bersedia melakukan pengorbanan pribadi yang besar, termasuk memberi nyawa mereka (martir/syahid) jika diperlukan. Dengan ketaatan religius yang kuat, setiap orang berharap dapat berkontribusi demi transformasi masyarakat.
Dua tren dalam Islamisme dapat dijabarkan sebagai berikut:
1). Kelompok-kelompok Islam yang bertujuan untuk mengadakan reformasi religius dengan cara-cara damai.
2). Kelompok-kelompok Islam yang menginginkan reformasi dengan menggunakan semua sarana yang ada, termasuk terorisme.
Peristiwa-peristiwa besar yang membawa kepada terbentuknya Fundamentalisme Islam:
1). Pada akhir Perang Dunia I (1918) Kekaisaran Ottoman yang telah menguasai semua negara Islam di Timur Tengah dan Afrika Utara runtuh dan dibagi oleh Liga Bangsa-bangsa, dalam beberapa kasus tidak berdasarkan hukum, menjadi sejumlah negara. Umumnya berada di bawah kontrol Inggris dan Perancis, yang oleh dunia Muslim tidak dapat ditolerir.
2). Pada tahun 1924, Ataturk mendirikan sebuah negara sekuler di Turki, menggantikan sistem islami dengan sistem Barat. Banyak orang Muslim bereaksi secara negatif terhadap hal ini.
3). Peristiwa-peristiwa yang terjadi di Turki ini memicu Mesir ke arah fundamentalisme Islam. Seorang pemimpin spiritual, Sheikh Hassan al-Banna, memulai gerakan Persaudaraan Muslim pada tahun 1928, ia disebut El-Kharij. Ia bertujuan untuk menerapkan kembali hukum Islam di Mesir. Persaudaraan ini sangat militan, agresif dan penuh kebencian terhadap pemimpin negara itu dan siapapun yang tidak sejalan dengan hukum Islam. Mereka menggunakan terorisme untuk mengguncang masyarakat dan mencapai agenda mereka yakni kembali kepada “kemuliaan Islam yang mula-mula”.
4). Setelah Israel dibentuk sebagai sebuah bangsa pada tahun 1948, kelompok-kelompok fundamentalis radikal semakin bermunculan. Kelompok-kelompok fundamentalis ini menciptakan banyak kelompok sel pemberontakan, orang-orang Muslim yang penuh kebencian yang bersedia mati demi tujuan mereka. Hasrat ini diarahkan kepada orang Yahudi, para pemimpin Mesir dan siapapun yang bukan orang “Muslim sejati”! Mereka memfokuskan kegiatan-kegiatan mereka pada pembunuhan.

Profil sebuah kelompok Jihad:
• Pemurnian di dalam: mengeliminasi semua sumber yang bersaingan dengan Allah dan Quran. Ini mencakup menghancurkan buku-buku dan komentari-komentari islami buatan manusia.
• Mereka hanya menerima otoritas Allah atas segala sesuatu.
• Mereka mengharapkan perlawanan dari pihak berwenang dan masyarakat.
• Mereka menggunakan pasukan bersenjata untuk menggulingkan pemerintah dan sistem apapun yang menentang mereka, sama seperti yang dilakukan Muhammad dengan menggunakan kekerasan fisik.
• Tidak kenal ampun atau kompromi dalam perang ini.
• Awalnya sulit, namun tidak lama kemudian para pemercaya sejati akan mendengar panggilan itu dan mereka akan bertambah banyak.
• Jihad harus ditekankan: Islam harus berubah dari agama yang hanya berbicara menjadi agama yang bertindak.
• Mereka bertujuan untuk mendirikan bangsa Islam yang besar yang terentang di seluruh dunia. Satu-satunya sistem politik hanyalah hukum Islam.

Cari artikel Blog Ini

copy right