Jumat, 12 Februari 2016

Muhammad dan Nasib Para Pengkritiknya. Bacalah ini agar anda Tahu..


Perlakuan Muhammad terhadap Asma Binti Marwan sangat konsisten dengan insiden-insiden yang dipaparkan dalam kumpulan hadith  yang sangat sahih. Ini juga membuktikan dugaan bahwa
Muhammad memerintahkan pembunuhan penyair tersebut semata-mata karena alasan strategis karena disini ia merestui pembunuhan terhadap budak sederhana yang kemungkinan besar tidak mempunyai pengaruh apapun di luar rumahnya sendiri.


Kita dapat belajar banyak mengenai karakter seseorang dari caranya meresponi kritik. Berdasarkan pengujian terhadap bukti yang ada, harus dikatakan bahwa teladan Muhammad berkenaan dengan hal ini menunjukkan bahwa ia adalah seorang yang sangat tidak mengenal konsep “hidup dan biarkanlah hidup”. Alih-alih ia berusaha membungkam kritik dan perbedaan pendapat, sedapat mungkin dengan cara yang kasar.
Barangkali kritik yang paling terkenal terhadap Muhammad selama masa hidupnya adalah kritik dari seorang penyair bernama Asma binti Marwan yang menulis bait-bait satiris menentang Muhammad. Secara halus dapat dikatakan Muhammad tidak mengapresiasi hal ini dan memastikan bahwa ia dibungkam dengan cara yang paling brutal yang dapat dilakukan. Demikianlah Ibn Ishaq memaparkan kisah ini:
“Ketika Rasul mendengar apa yang dikatakannya Rasul berkata: ‘Siapakah yang akan menyingkirkan bagiku anak perempuan Marwan?’ ‘Umayr bin ‘Adiy al-Khatmi yang bersamanya mendengarnya, dan malam itu juga ia pergi ke rumahnya dan membunuhnya. Pada pagi hari ia pergi menemui Rasul dan menceritakan apa yang telah dilakukannya dan ia (Muhammad) berkata, ‘Engkau telah menolong Allah dan Rasul-Nya, wahai ‘Umayr!’ Ketika ia bertanya apakah ia akan mendapatkan konsekuensi buruk Rasul berkata, ‘Dua ekor kambing tidak akan membenturkan kepala mereka mengenai dia’. Lalu ‘Umayr kembali kepada kaumnya”.
Teror dan ketakutan yang disebabkan oleh tindakan-tindakan Muhammad dengan cepat meyakinkan orang dari suku perempuan itu untuk memeluk Islam. Apakah karena keyakinan yang kuat? Ibn Ishaq tidak mengemukakannya demikian: “Sehari setelah Binti Marwan terbunuh, orang-orang dari Bani Khatma menjadi Muslim karena mereka melihat kekuatan Islam”. Berdasarkan Sahih Bukhari (4:52:220) Muhammad mengumumkan: “Aku telah [dijadikan] berkemenangan melalui teror [yang ditebarkan ke dalam hati musuh]”. Nampaknya sesungguhnya inilah yang terjadi pada orang-orang dari suku Asma Binti Marwan. Kematiannya menebarkan teror ke dalam hati mereka, sehingga dengan segera mereka berpaling kepada Islam.
Orang Muslim jelas sangat tidak nyaman dengan kisah ini, dan ada yang berusaha untuk mengklaim bahwa kisah itu didasarkan pada rantai transmisi yang lemah. Sebagai tanggapan untuk itu dapat dikatakan bahwa kisah ini ditemukan dalam Ibn Ishaq, yang merupakan biografi Muhammad yang paling sahih. Ada pula yang akan mengklaim bahwa pembunuhan Asma Binti Marwan merupakan kebutuhan politis oleh karena ia adalah tokoh penting dan pengkritik yang vokal terhadap Muhammad. Namun demikian, ini sama sekali tidak dapat dipandang sebagai sebuah pembenaran terhadap tindakan-tindakan Muhammad. Lebih jauh lagi, ada pula hadith lainnya yang mengkonfirmasi bahwa para pengkritik yang tidak mempunyai pengaruh yang besar (dalam masyarakat) juga disingkirkan secara brutal. Ini ditemukan dalam sebuah kumpulan hadith yang sahih (Sunan Abu Dawud 38:4348). Hadith ini memaparkan sebuah kisah mengenai seorang pria yang membunuh budaknya (yang juga merupakan ibu dari anak-anaknya) karena perempuan itu menghina Muhammad:
Si pembunuh (duduk) di hadapan Muhammad dan berkata: ‘Rasul Allah! Aku adalah majikannya; ia selalu menghinamu dan mempermalukanmu. Aku melarangnya, tetapi ia tidak berhenti, dan aku menegurnya, tetapi ia tidak meninggalkan kebiasaannya itu. Aku mempunyai dua anak laki-laki yang bagai mutiara darinya, dan ia adalah pendampingku. Semalam ia mulai menghina dan mempermalukanmu. Lalu aku mengambil sebilah belati, menusuk perutnya dan menekannya hingga aku menghabisinya’. Mendengar hal itu Rasul berkata: ‘Jadilah saksiku, tidak ada pembalasan yang harus dibayarkan untuk darahnya’”.
Tulisan ini membuktikan bahwa perlakuan Muhammad terhadap Asma Binti Marwan sangat konsisten dengan insiden-insiden yang dipaparkan dalam kumpulan hadith  yang sangat sahih. Ini juga membuktikan dugaan bahwa Muhammad memerintahkan pembunuhan penyair tersebut semata-mata karena alasan strategis karena disini ia merestui pembunuhan terhadap budak sederhana yang kemungkinan besar tidak mempunyai pengaruh apapun di luar rumahnya sendiri.
Pertanyaan harus diajukan
Harus kita jadikan apa ‘Nabi’ yang sangat tidak memiliki rasa aman sehingga ia memerintahkan pembunuhan terhadap orang-orang yang mengkritiknya alih-alih meresponi tantangan mereka dengan melakukan debat?

Cari artikel Blog Ini

copy right