TEL AVIV, SATUHARAPAN.COM
- Sebuah fenomena baru muncul di Arab Saudi yang selama ini dikenal
ketat dalam menyensor tulisan di media yang mengkritik pemerintah.
Seorang mantan pemimpin redaksi dua surat kabar pemerintah dengan
blak-blakan mengeritik kerajaan di Teluk Arab itu dan justru dimuat di
koran pemerintah pula.
Dalam
sebuah artikel dua bagian yang diterbitkan dalam harian milik
pemerintah Saudi, Al-Watan dan diterjemahkan oleh MEMRI dan kemudian
dilansir oleh Breitbart News, Qenan Al-Ghamdi, mantan pemimpin redaksi
Al-Watan dan koran pemerintah Al-Sharq, menulis bahwa ekstremisme hadir
di setiap masjid dan sekolah di Arab Saudi. Dia juga mengecam pemerintah
Saudi yang tidak menegakkan hukum untuk mengkriminalisasi promosi
ideologi teroris.
Para pelaku
serangan teror 11 September yang menewaskan 3000 warga sipil Amerika -
kecuali Muhammad Atta (warga Mesir) seluruhnya adalah warga Saudi Arabia
Al-Ghamdi
menulis bahwa Arab Saudi memberikan kontribusi jumlah tertinggi anak
muda dalam terorisme di seluruh dunia. Ia juga mencatat bahwa anak-anak
sekolah begitu diindoktrinasi dengan fanatisme oleh "ibu dan nenek buta
huruf" mereka, dan menuduh rekan-rekan mereka bi'dah bila menonton film.
Dia
juga mengatakan bahwa Saudi telah menjadi terobsesi dengan hal-hal
sepele yang berkaitan dengan kesopanan Muslim seperti bagaimana berpakaian yang sopan, bagaimana seorang pria harus mencukur jenggotnya, atau bagaimana perempuan mencukur alisnya.
Dia mencatat bahwa meskipun fakta bahwa Arab Saudi "mempertahankan hubungan damai dengan semua negara di dunia, termasuk dengan Zionis Israel, "negara masih belum menemukan alasan yang logis dan intelektual untuk mengkriminalisasi fanatisme."