Isu hakiki dari “ayat-ayat setan” ini adalah, bagaimana
mungkin suara Jibril yang mewakili Allah bisa rentan terhadap intrusi
suara setan? Bagaimana mungkin Muhammad kebablasan terkacau dalam
membedakan mana suara Allah dan mana suara setan? Ini hanya mungkin
bila Jibril tidak seluruhnya membawa suara Tuhan! Dan senang atau tidak
senang – memang itulah yang telah terjadi!
Salah
satu maksud dari Tuhan Elohim yang berfirman langsung dengan para
nabi-Nya (secara dialog interaktif) adalah agar tak ada nabi yang
mengkelirukan firmanNya dengan ayat dengar-dengaran dari setan.
Nabi
yang sejati tahu akan suara Tuhannya karena mereka “mengenal suaraNya”
(Yoh.10:3-4), dan mustahil setan mampu meniru ciri suaraNya. Jadi ayat
Tuhan yang maha kudus mustahil bisa disandingkan kepada ayat setan yang
maha-najis, walau sesaat saja. Penyandaran ayat setan yang