Perkataan Allah merupakan ekspresi kehendak Allah,
kuasa Allah merupakan penggenapan kehendak-Nya. Antara perkataan dan
kuasa Allah tidak ada jarak. Namun dalam banyak gereja dewasa ini, nyata
sekali bahwa kuasa tidak terkandung di dalam perkataan (khotbah) yang
disampaikan. Ini disebabkan karena teori kita banyak,
tetapi tidak
menuntut kuasa yang seimbang dengan teori. Saya selalu mengagumi
sebagian penginjil yang memiliki kuasa dalam menghibur, menegur, dan
mendidik. Yesus berjanji, "Kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus
turun ke atas kamu." (Kisah Para Rasul 1:8) Janji ini harus kita terima
dengan iman, supaya kita dapat mengalami kuasa itu.
Apa yang kita kabarkan mencakup kebenaran terpenting
untuk menyelesaikan segala masalah hidup manusia. Itulah sebabnya, kita
perlu mengerti firman Tuhan terlebih dulu sebelum kita dapat
menyatakannya dengan jelas, bahkan dapat menyatakan kesetiaan kepada
kebenaran melalui hidup kita. Dengan demikian, kuasa Allah dapat
dinyatakan melalui kita karena Allah hanya dapat setia kepada diri-Nya
sendiri. Barang siapa tidak setia kepada-Nya, tidak dapat dipakai Allah
sebagai saksi-Nya.
Paulus berkata, "Harta ini kami punyai dalam bejana
tanah liat." (2 Korintus 4:7) Sebenarnya, berapa pentingnya dan berapa
nilainya firman ini? Sesungguhnya, firman inilah yang menguasai semua
makhluk. Filsafat-filsafat di Timur dan Barat meraba-raba secara kabur,
ada Firman di dalam alam semesta yang disebut Logos dalam pikiran
Yunani, juga disebut Brahma dalam filsafat India, atau disebut Tao
(jalan) dalam filsafat Tiongkok. Tetapi, tidak satu pun dari mereka
dapat menjelaskan secara sempurna apakah Firman itu. Alkitab memberi
jawaban, Kristuslah firman Allah. Jika kita sungguh merasakan bahwa
jalan ke surga telah Kristus bukakan bagi kita, maka tak seorang pun
dapat merasakan kemiskinan hidup karena mengenal Kristus, dan tidak ada
satu orang pun dapat menjadi mundur karena menerima Kristus. Allah tidak
akan membunuh rasio manusia! Berdasarkan pengenalan ini, kita dapat
berdiri dengan tegak dan memberitakan Injil dengan berani di hadapan
kaum intelektual dan segala macam kebudayaan manusia.
Kita akan menanyakan satu pertanyaan: ketika firman
Allah diberitakan, kuasa apakah yang dinyatakan dalam pemberitaan Injil?
Jika kita tinjau dari gejala umum, Injil memunyai kuasa untuk mengubah
dan menyelamatkan manusia. Tetapi bila dipikirkan lebih mendalam, kuasa
apakah yang sebenarnya terkandung di dalam firman Allah. Ketika Injil
diberitakan, apakah yang terjadi dalam proses pemberitaan itu, sehingga
manusia yang tidak bisa diubah melalui usaha pendidikan selama puluhan
tahun, diperbarui secara total dalam satu hari karena firman Allah?
Kuasa apakah yang tampak dalam pemberitaan Injil?
Kuasa Menembus
Injil dapat menerangi segala kenajisan yang terdapat
dalam hati manusia. Alkitab bagaikan cermin; ketika kebenaran Allah
diberitakan, akan timbul dengan sendirinya kuasa menembus, yang
menyatakan keadaan hati manusia. Ini mutlak tidak mungkin dilakukan oleh
semua kebudayaan. Perempuan Samaria merasa heran bagaimana Yesus
mengetahui segala sesuatu tentang dirinya; itulah kuasa menembus yang
tersedia dalam Injil.
Ada satu hal yang aneh: ketika orang yang belum
percaya kepada Kristus mendengarkan firman Tuhan dan menyadari bahwa
dirinya adalah orang berdosa, maka selain ia mencucurkan air mata dan
bertobat, ia dapat merasa berterima kasih kepada penginjil yang
memberitakan firman Tuhan kepadanya. Tetapi sebaliknya, orang Kristen
yang sudah lama percaya Tuhan, ketika mendengar pendeta menegur dosanya
dalam khotbah, akan marah sekali dan membenci pendeta itu. Kebenaran
apakah ini? Masakan orang yang tidak percaya Tuhan lebih rohani daripada
orang Kristen? Tidak. Kenyataan ini membuktikan bahwa keselamatan kita
bukan berdasarkan kuasa Allah. Allah-lah yang telah menelanjangi manusia
di bawah terang-Nya, sehingga manusia tidak dapat melarikan diri.
Apakah saat kita memberitakan Injil, kita dapat melihat kuasa itu? Orang
Kristen mula-mula yang bertobat pada zaman rasul-rasul berteriak dengan
suara nyaring: apakah yang dapat kami perbuat supaya beroleh selamat?
Karena semua kebobrokan sifat mereka telah dinyatakan oleh terang,
mereka membutuhkan kesembuhan dari Tuhan.
Kuasa Merobohkan
Sebelum Allah membangun, Allah pasti merobohkan dan
membongkar hal-hal yang tidak berkenan kepada-Nya. Inilah prinsip
pekerjaan Allah yang penting. Tanpa merobohkan yang lama, tidak dapat
dibangun yang baru. Sebab itu, ketika Injil diberitakan, manusia merasa
terancam karena menerima Injil berarti merobohkan hal-hal yang dimiliki
sebelumnya. Inilah perbedaan Injil dengan agama pada umumnya dan
merupakan salah satu penyebab mengapa Injil sulit diterima oleh manusia.
Setelah Adam dan Hawa berdosa, Allah harus menutupi keaiban mereka
dengan pakaian yang terbuat dari kulit binatang. Ini berarti bahwa yang
terlebih dulu mati bukanlah manusia. Upah dosa adalah maut, namun bukan
adam yang terlebih dulu mati, melainkan binatang. Sebelum mengenakan
pakaian kulit, bukankah Adam harus terlebih dulu menanggalkan daun-daun
penutup tubuhnya yang sudah mengering dan menguning, yang melambangkan
kebudayaan manusia yang tidak mungkin menutupi keaiban ini? Ini tidak
berarti saya menghina kebudayaan. Kebudayaan sama sekali tidak dapat
menyelamatkan manusia, kebudayaan hanya bisa menutupi untuk sementara,
tetapi sama sekali tidak menolong. Sebab itu, Allah menuntut
ditanggalkannya semua ini terlebih dulu. Jika tidak, jubah kebenaran
juga tidak dapat dikenakan.
Salah satu sebab kebanyakan orang membenci Injil
adalah karena Injil merupakan ancaman bagi kebudayaan mereka. Richard
Niebuhr dalam bukunya "Kristus dan Kebudayaan" berkata, "Mengapa orang
Yahudi harus menyalibkan Yesus? Karena jika Kristus ada, maka kebudayaan
Yahudi akan dimusnahkan; sebaliknya jika kebudayaan Yahudi harus ada,
maka Kristus pasti harus dienyahkan." Pernyataan tersebut telah
menyebutkan titik beratnya. Saya tidak mengatakan bahwa di mana ada
kekristenan, maka kebudayaan setempat harus dimusnahkan, tetapi hal-hal
dalam kebudayaan yang berlawanan dengan Injil harus ditinggalkan.
Saya percaya bahwa di dalam kebudayaan, ada
bagian-bagian yang tidak berlawanan dengan Injil karena kristalisasi
kebijaksanaan kebudayaan, merupakan salah satu akibat dari wahyu umum.
Meskipun demikian, kita tidak boleh lupa bahwa setelah manusia jatuh ke
dalam dosa, sudah tidak ada cara bagi kita untuk menghasilkan kebudayaan
yang sempurna tanpa cacat cela. Sebab itu, ketika kebenaran Kristus
bercahaya, kebenaran itu akan menerangi dan membersihkan kebudayaan,
serta membawa kebudayaan lebih dekat kepada firman Tuhan.
Di bawah kuasa Injil akan roboh segala hal yang
didirikan oleh manusia, yang tidak sanggup menyelamatkan manusia keluar
dari kuasa dosa. Di bawah kuasa Injil robohlah agama yang palsu,
robohlah jasa yang didirikan oleh manusia yang berdosa, robohlah impian
kosong di dalam kebudayaan. Injil mengandung kuasa merobohkan karena
Injil mengandung unsur yang melampaui segala hal yang didirikan oleh
manusia yang berdosa.
Kuasa Menghakimi
Tuhan Yesus mengatakan bahwa pada waktu Roh Kudus
datang, Ia akan menerangi manusia tentang dosa, kebenaran, dan
penghakiman. Dalam terjemahan Alkitab yang lain dikatakan bahwa Roh
Kudus datang untuk mengakibatkan manusia menegur diri di dalam dosa,
keadilan, dan penghakiman. Di sini, kita melihat bahwa penginjilan yang
disertai Roh Kudus memiliki kuasa penghakiman, sehingga yang mendengar
Injil merasa dirinya dipaparkan di hadapan penghakiman yang besar.
Konsepnya tentang dosa, kebenaran, dan hak pelaksanaan penghakiman yang
tidak normal dihakimi dan ditegur oleh Roh Kudus, sehingga orang berdosa
itu menjadi malu dan menegur dirinya sendiri. Inilah akibat pekerjaan
Roh Kudus yang besar pada saat Injil diberitakan. Dalam penginjilan,
jika hanya kita yang menegur orang berdosa, pasti tidak menghasilkan
apa-apa, bahkan mengakibatkan kebencian mereka terhadap kita.
Sebaliknya, jika pemberitaan kita disertai dengan kuasa penghakiman dari
Roh Kudus, maka akan mengakibatkan pertobatan dari orang berdosa itu.
Pada saat kuasa penghakiman itu tiba, manusia bukan saja berubah konsep,
melainkan juga mulai berpaling kepada Tuhan. Puji syukur kepada Allah
karena Dia yang menunjukkan pikiran dan jalan-Nya kepada manusia, telah
menolong manusia untuk mengadili diri dan meninggalkan jalan yang salah,
serta kembali kepada-Nya.
Kuasa Menantang
Setelah Roh Kudus menyatakan kuasa penghakiman yang
mengakibatkan manusia berubah konsep dan sadar akan kebutuhannya akan
Allah, maka Injil yang sudah digenapi oleh Kristus menjadi tantangan
bagi pendengar melalui kuasa Roh Kudus. Roh Kudus akan mendesak manusia
dengan tantangan yang dahsyat untuk mengambil keputusan. Setelah
memberitakan Injil, kita berhak mendesak atau menantang pendengar apakah
mereka mau menerima Yesus, apakah mereka mau bertobat. Sifat ini juga
mengubah seluruh pelayanan kristiani dari sifat negatif menjadi positif,
sifat defensif menjadi ofensif. Dengan demikian, orang Kristen tidak
seharusnya hanya menerima tantangan zaman, tantangan dunia, atau
tantangan kebutuhan manusia saja, melainkan menantang mereka untuk
kembali kepada rencana dan kehendak Allah. Mari kita memberanikan diri
menantang kebudayaan, politik sistem pikiran manusia, dan zaman kita.
Kuasa Mengutubkan
Kuasa menantang dari Injil mengharuskan mereka yang
pernah mendengar Injil mengalami krisis yang bersifat eksistensial,
sehingga respons mereka mengakibatkan suatu pengutuban. Mereka yang
sudah mendengar Injil harus bertanggung jawab kepada Injil yang sudah
diberitakan kepadanya. Mereka tidak mungkin melarikan diri dari tanggung
jawab yang besar ini (Ibrani 2:3). Lebih celakalah mereka yang sudah
mendengar dan menolak, daripada mereka yang belum pernah mendengarnya.
Tetapi, merupakan kebahagiaan yang besar bagi mereka yang menanti Roh
Kudus dan menerima Injil, karena merekalah yang akan memiliki dan
mengalami segala berkat surgawi, yang dijanjikan dan digenapkan Allah di
dalam Kristus. Kedua jenis respons ini bersifat mengutub. Dan, ini
merupakan hasil dari kuasa Injil itu sendiri, sehingga hanya ada dua
alternatif: binasa atau hidup kekal. Ketika kita mengabarkan Injil,
tidak mungkin semua orang mau menerimanya. Sebagaimana Anak Allah yang
dipaku di atas kayu salib memisahkan manusia menjadi dua kelompok,
demikian juga ketika pemberitaan Injil dilaksanakan, banyak orang yang
akan dibangkitkan, namun juga banyak orang yang akan dijatuhkan.
Keharuman Kristus ini menjadi keharuman yang menghidupkan, juga menjadi
keharuman yang mematikan. Inilah kuasa Injil yang mengutubkan.
Kuasa Membangun Kembali
Prinsip keselamatan Allah bagi orang berdosa adalah
merobohkan lebih dulu, baru kemudian membangunnya kembali. Allah tidak
pernah melaksanakan sesuatu yang tidak sempurna. Di dalam keselamatan,
Injil bukan hanya merobohkan segala benteng yang salah, melainkan juga
membangun kembali iman yang sejati di dalam hidup setiap orang yang
menerima Injil. Kuasa membangun kembali ini adalah kuasa Roh Kudus yang
memperanakkan manusia dan membawa manusia kepada pengharapan yang baru,
pembentukan karakter yang baru, pengenalan konsep yang baru, dan
pembangunan moral yang baru. Sebagaimana ciptaan lama sudah dirusakkan
oleh dosa, maka ciptaan baru sudah dibangkitkan oleh kuasa Roh Kudus. (2
Korintus 5:17-18; Efesus 2:10)
Melalui pribadi-pribadi sebagai ciptaan baru, gereja
menjadi saksi kuasa Allah untuk menciptakan lingkungan yang baru pula,
untuk membangun kembali masyarakat, kebudayaan, dan sistem pemikiran
manusia yang pernah dicemarkan oleh dosa.
Kuasa Memberitakan Injil
Orang yang pernah mengalami kuasa Injil akan
memperoleh juga keberanian yang besar, untuk menginjili jiwa-jiwa yang
memerlukan Injil. Segala perbedaan konsep, hambatan kebudayaan, batasan
agama, tidak akan menghentikannya dari keberanian menginjili ini. Kuasa
Roh Kudus yang ada padanya akan memenuhi dia, sehingga dia berani
menghadapi segala kesulitan dalam penginjilan. Ini disebabkan oleh cinta
Allah yang telah mencengkeramnya sedemikian rupa, sehingga ia mengalami
kebenaran (1 Yohanes 4:18). Orang semacam inilah yang selalu mendekati
manusia dan memberikan kehangatan kepada manusia lain, serta efisien
dalam pemberitaan Injil.
Diambil dari:Makalah seminar | : | Konsultasi Pelayanan, 28 - 31 Maret 1995, Bandung |
Penulis | : | Pdt. Dr. Stephen Tong |
Penyelenggara | : | Lembaga Pelayanan Mahasiswa Indonesia dan Gereja-gereja Mitra |
Halaman | : | 32 -- 36 |