Pages

Jumat, 24 Agustus 2012

MENGHADAPI SAKSI-SAKSI YEHUWA part 2



 Posted by Teguh Hindarto
Mungkin Anda sering mendapat kunjungan dari beberapa orang yang menamakan dirinya Perkumpulan Siswa-Siswa Alkitab atau Saksi-Saksi Yehuwa. Mereka biasanya datang berpasangan. Membawa sejumlah buku untuk dijual atau dibagikan secara cuma-cuma dengan sampul buku dan isi buku yang berwarna menarik. Siapakah mereka dan apakah isi kepercayaan mereka mencerminkan iman Kristen yang berlandaskan Kitab Suci?

Siapakah Saksi Yehuwa itu?

Saksi-Saksi Yehuwa adalah suatu denominasi Kristen, milenarian (cenderung pada ajaran Kerajaan 1000 Tahun Damai), restorasionis (pemulihan) yang dahulu bernama Siswa-Siswa Alkitab hingga pada tahun 1931. Agama ini diorganisasi secara internasional, lebih dikenal di dunia Barat sebagai Jehovah's Witnesses, yang mencoba mewujudkan pemulihan dari gerakan Kekristenan abad pertama yang dilakukan oleh para pengikut Yesus Kristus. Saksi-Saksi Yehuwa sendiri bukanlah suatu sekte, mereka tidak pernah memisahkan diri dari gereja atau kelompok besar manapun. Wewenang tertinggi kehidupan mereka berdasarkan hukum-hukum dan prinsip-prinsip dari Kitab Suci atau Alkitab[1].

Secara resmi pengajaran Saksi-Saksi Yehuwa di Indonesia dilarang melalui Surat Keputusan Jaksa Agung Nomor 129 Tahun 1976, lewat SK itu, Jaksa Agung telah melarang kegiatan Saksi Yehuwa atau Siswa Alkitab di seluruh wilayah Indonesia. Sebab, Saksi Yehuwa memuat hal-hal yang bertentangan dengan ketentuan hukum yang berlaku, seperti menolak salut bendera dan menolak ikut berpolitik. Ajaran yang mereka yakini juga dianggap bertentangan dan menyimpang dari kebijaksanaan dan politik pemerintah RI dan dianggap meresahkan karena perilaku penyebaran agama. Pengikut yang cukup rajin mendatangi orang-orang dari rumah ke rumah, hal ini telah menimbulkan keresahan di kalangan umat beragama umumnya karena praktek kunjungan-kunjungan ini dilakukan ke rumah-rumah masyarakat yang sudah beragama. Mereka juga melakukan antitesa terhadap beberapa aspek pemerintahan . Pada Februari 1994 ada upaya untuk mencabut SK ini dengan berlandaskan Pasal 29 UUD 1945, Tap MPR Nomor XVII/1998 tentang HAM, dan Instruksi Presiden No. 26 Tahun 1998. Pada 1 Juni 2001 SK ini kemudian dicabut. Walaupun begitu, sebenarnya sejak tanggal 19 Juli 1996, Saksi-Saksi Yehuwa telah membuka kantor cabang Indonesia berupa gedung yang dipergunakan sebagai tempat pertemuan dan pusat kegiatan[2].  

Para Pendiri Saksi Yehuwa

Charles Taze Russell 

Lahir Tgl 16 Februari 1852 dan wafat Tgl 31 Oktober 1916. Dikenal sebagai orang Kristen Restorasi terkemuka di awal Abad XX yang memulai pelayanannya di Pittsburgh, Pennsylvania Amerika dan pendiri dari apa yang sekarang disebut Gerakan Siswa Alkitab darimana Saksi Yehuwa dan sejumlah kelompok Siswa Alkitab bermunculan setelah kematiannya.



Dimulai pada bulan Juli tahun 1879 ketika dia mulai menerbitkan jurnal keagamaan bulanan dengan nama Zion's Watch Tower and Herald of Christ's Presence (Menara Pengawal Sion dan Kehadiran Bentara Kristus). Jurnal ini sekarang berubah nama The Watchtower Announcing Jehovah's Kingdom (Deklarasi Menara Pengawal dari Kerajaan Yehuwa) dan diterbitkan setengah bulan sekali. Pada tahun 1881 dia menjadi asisten pendiri Zion's Watch Tower Tract Society (Risalah Masyarakat Menara Pengawal Sion) dan pada tahun 1884 badan hukum organisasi tersebut secara resmi didaftarkan ulang kembali dimana Russel terpilih sebagai direktur. Russel banyak menuliskan artikel, buku, brosur, pamflet dan kotbah yang keseluruhannya diperkirakan ada 50.000 cetakan. Dari tahun 1886 sampai 1904 Russel menerbitkan enam volume pelajaran Kitab Suci berseri yang semula dinamakan Millennial Dawn (Permulaan Milenium) yang kemudian diberi nama baru Studies in the Scriptures (Pelajaran-pelajaran dalam Kitab Suci) yang menghabiskan hampir 20 juta copi yang telah dicetak dan disebarluaskan ke seluruh penjuru dunia dalam berbagai bahasa selama hidupnya (Volume ketujuh telah dituliskan dan diterbitkan oleh Joseph Rutherford pada tahun 1917). Masyarakat Menara Pengawal (The Watch Tower Society) menyatakan secara resmi bahwa penerbitan tulisan-tulisan Russel berhenti pada tahun 1927 meskipun buku-bukunya berlanjut diterbitkan oleh beberapa kelompok independen semenjak tahun itu.

Russel adalah figur kharismatik (seorang yang memiliki karisma) namun mengklaim tidak memiliki pewahyuan khusus atau penglihatan bagi pengajarannya dan tidak memiliki otoritas khusus atas apa yang dimilikinya. Dia menyatakan bahwa dia tidak hendak mendirikan denominasi baru namun sebaliknya hany berniat mengumpulkan bersama-sama diantara mereka yang mencari kebenaran Firman Tuhan “selama masa penuaian”. Dia menuliskan bahwa “kebenaran nyata yang dibentangkan” dalam ajarannya berkaitan dengan “fakta sederhana bahwa waktu Tuhan telah datang dan jika saya tidak berbicara dan tidak ada perantara lain ditemukan maka batu-batu itu akan berteriak”. Dia melihat dirinya sendiri – dan semua orang-orang Kristen diurapi oleh Roh Kudus- sebagai “penyambung lidah Tuhan” (God's mouthpiece) dan sebagai Duta Mesias. Dalam karirnya di kemudian hari dia menerima tanpa sangkalan bahwa banyak Siswa Alkitab memandang dirinya sebagai “pelayan yang setia dan bijaksana” sebagaimana dikatakan dalam Matius 24:25 dan dia digambarkan oleh Menara Pengawal (Watch Tower), setelah kematiannya sebagai yang telah menjadi “pemimpin dari semua Tuan yang baik”. 

Setelah Russel meninggal, krisis kepemimpinan mengitari direktur baru dari komunitas tersebut. Joseph Rutherford kemudian menghasilkan perpecahan gerakan secara luas. Sebanyak tiga per empat dari Siswa Alkitab yang diperkirakan berjumlah 50.000 yang telah bergabung pada tahun 1917 telah meninggalkan organisasi tersebut pada tahun 1931 dan menghasilkan formasi kelompok baru yang mempertahankan nama Siswa Alkitab (Bible Students) secara bervariasi. Mereka yang tetap mempertahankan persekutuan dengan Masyarakat Menara Pengawal (Watch Tower Society) kemudian mengadopsi nama dengan Saksi Yehuwa (Jehovah's witnesses) pada tahun 1931. Sementara itu beberapa dari antara mereka yang bertalian dengan komunitas tersebut membentuk kelompok mereka sendiri termasuk Pastoral Bible Institute (Institut Penggembalaan Alkitab) pada tahun 1918, the Layman's Home Missionary Movement (Gerakan Pelayanan Rumah dari Golongan Awam) pada tahun 1919 serta Dawn Bible Students Association (Asosiasi Siswa Alkitab Permulaan) pada 1929[3].

Namun kehidupan pribadi Russel banyak berhadapan dengan sejumlah persoalan yang bertentangan dengan ajarannya sendiri. Istri Russel pernah menuntut cerai karena Russel memiliki hubungan dengan seorang wanita bernama Rose Ball. Istrinya tidak diperkenankan bercerai atas dasar perzinahan, tetapi boleh atas dasar “keangkuhan” dan “tindakan sewenang-wenang” dari pihak sang suami, yang menjadikan hidup sang istri tak tertahankan”[4]. Beberapa masalah lainnya adalah penangkapan Russel karena dia memindahkan hak milik harta bendanya kepada perseroan-perseroan dan lembaga-lembaga yang dikuasainya secara mutlak. Hal itu dilakukan untuk menghindarkan diri dari membayar biaya penyelesaian cerai dengan istrinya. Tidak hanya itu, salah satu surat kabar di New York pernah menuduh bahwa Russel menjual “gandum ajaib” seharga empat kali lipat dari harga pasaran. Ketika dia diperkarakan ke pengadilan dia mengakui bahwa dakwaan itu mengandung unsur-unsur kebenaran[5]

Joseph Franklin Rutherford

Lahir Tgl 8 November 1869 dan wafat pada Tgl 8 januari 1942 dan dikenal sebagai “Hakim” Rutherford yang merupakan direktur ketiga dari Watch Tower Bible and Tract Society dan memainkan peranan penting dalam perkembangan organisasi dan doktrin dari Saksi Yehuwa yang muncul dari gerakan Siswa Alkitab yang didirikan oleh Charles Taze Russell.


Rutherford memulai karir dalam bidang hukum, bekerja sebagai penulis cepat di pengadilan, pengacara (trial lawyer) dan jaksa penuntut. Dia mulai menaruh minat dalam doktrin dari direktur Watch Tower Society bernama Charles Taze Russell yang menuntunnya bergabung dengan gerakan Siswa Alkitab dan dibaptis pada tahun 1906. Dia ditetapkan sebagai penasihat hukum (legas counsel) bagi Watch Tower Society pada tahun 1907 dalam perjalanannya kemudian membawa dia sebagai direktur terpilih pada tahun 1917. Awal kepemimpinannya ditandai oleh perselisihan diantara dewan direktur Watch Tower Society, dalam mana empat dari tujuh anggota dewan direktur mengecam sikap otoriter Rutherforf dan meminta dia mengurangi kekuasaanya. Hasil dari krisis kepemimpinan tersebut memisahkan komunitas Siswa Alkitab tersebut dan menyumbangkan hilangnya sepertujuh pengikut sejak 1919 sebanyak 75% pada tahun 1931. Rutherford dan enam eksekutif lainnya dari Watch Tower pernah dipenjara pada tahun 1918 setelah adanya tuntutan terhadap penerbitan The Finished Mystery yaitu sebuah buku yang dianggap “membangkang” (seditious) karena komentar-komentar anti perangnya. 

Rutherford memperkenalkan banyak perubahan di bidang organisasi dan doktrin yang menyumbangkan  bentuk kepercayaan dari Saksi Yehuwa. Dia mengadakan struktur administrasi terpusat dalam gerakan  Siswa Alkitab di seluruh dunia yang kemudian dia namakan sebuah Teokrasi yang menuntut semua pengikut untuk mengedarkn literatur melalui kotbah pintu ke pintu dan menyediakan laporan berkala dari aktifitas mereka. Dia juga mendirikan program pelatihan untuk berbicara di depan umum sebagai bagian dari pertemuan ibadah mingguan. Dia menetapkan bahwa tahun 1914 sebagai saat kembalinya Mesias secara tidak nampak dan menyatakan bahwa kematian Mesias bukan di kayu salib melainkan di atas pohon. Kemudian memformulasi konsep Saksi Yehuwa mengenai Harmagedon sebagai peperangan Tuhan terhadap orang fasik dan memperkuat kepercayaan bahwa pemerintahan Kerajaan Seribu Tahun dari Mesias telah dekat. Dia memerintahkan kepada para pengikutnya agar tidak memelihara perayaan tradisional seperti Christmass (Natal) dan perayaan Ulang Tahun Kelahiran. Melarang menghormat kepada bendera atau menyanyikan lagu kebangsaan. Dia memperkenalkan nama “Saksi Yehuwa” pada tahun 1931 dan istilah “Balai Kerajaan” sebagai rumah peribadahan pada tahun 1935. Dia telah menulis sebanyak dua puluh satu buku dan dihargai oleh Watch Tower pada tahun 1942 dengan penyebaran hampir 400 juta buku dan buklet. Meskipun terjadi pengurangan signifikan selama tahun 1920-an, secara keseluruhan anggota berkembang lebih dari enam kali lipat pada akhir dua puluh lima tahun Rutherford menjabat sebagai direktur[6].

Pokok Ajaran Saksi Yehuwa

Saya akan batasi pokok pembahasan ajaran Saksi Yehuwa dalam hal “Nama Tuhan”, “Kristologi” (dokrin tentang Mesias), ”Soteriologi” (doktrin tentang Keselamatan) ”Eskatologi” (doktrin tentang Akhir Zaman), “Pneumatologi” (doktrin Roh Kudus) dan beberapa aspek ajaran lainnya. Berikut pokok ajaran Saksi Yehuwa: 

1.  Ketuhanan

Saksi Yehuwa menolak istilah Tritunggal dan menolak essensi kesetaraan Bapa, Anak, Roh Kudus sebagai personifikasi YHWH, Firman dan Roh-Nya.

Jadi, ke-39 buku dari Kitab-Kitab Ibrani ataupun kanon dari ke-27 buku yang terilham dari Kitab-Kitab Yunani Kristen tidak ada memuat ajaran yang jelas mengenai Tritunggal...Jadi bukti dari Alkitab dan dari sejarah membuat jelas bahwa Tritunggal tidak dikenal sepanjang zaman Alkitab dan selama beberapa abad setelahnya...Jadi dibutuhkan waktu berabad-abad sejak zaman Kristus bagi Tritunggal untuk dapat diterima secara luas dalam susunan Kristen. Dan dalam semua hal tersebut, apa yang membimbing keputusan-keputusannya? Apakah Firman (Tuhan) atau apakah pertimbangan para pendeta dan politik? Dalam Origin and Evolution of Religion, E.W. Hopkins menjawab: Definisi ortodoks yang terakhir dari tritunggal sebagian besar adalah masalah politik gereja”[7] 

2. Nama Tuhan

Saksi Yehuwa memperjuangkan eksistensi nama Tuhan bernama Yehuwa yang termuat dalam 7000 tempat di Kitab Suci TaNaKh atau lazim disebut Perjanjian Lama oleh Kekristenan.

Demikian pula dengan nama (Tuhan). Tidak diketahui dengan tepat bagaimana kata itu diucapkan, meskipun beberapa sarjana berpikir bahwa ‘Yahweh’ itu benar. Namun bentuk ‘Jehovah’ (Yehuwa) telah dipakai berabad-abad dan paling luas dikenal. Akan tetapi apakah kita seharusnya menggunakan nama (Tuhan) meskipun kita mungkin tidak mengucapkannya dengan tepat sebagaimana ucapan-ucapan semua? Kita menggunakan nama-nama orang lain dalam Alkitab meskipun tidak diucapkan dengan cara yang sama seperti dalam bahasa Ibrani asli. Misal, nama Yesus diucapkan ‘Yeshua’ dalam bahasa Ibrani. Demikian pula sepatutnya orang menggunakan nama (Tuhan) yang dinyatakan dalam Alkitab, tidak soal apakah kita mengucapkan ‘Yahweh’, ‘Yehuwa’ atau dengan cara lain yang umum dalam bahasa kita”[8] 

“(Tuhan) memberi diri-Nya sebuah nama yang penuh makna. Nama-Nya, Yehuwa, menunjukkan bahwa (Tuhan) dapat memenuhi janji apapun yang Ia buat dan dapat melaksanakan apapun yang telah Ia tetapkan. Nama (Tuhan) itu unik, lain daripada yang lain. Hanya Dialah yang memiliki nama itu. Yehuwa unik dalam banyak hal”[9]  

3.  Kristologi

Sekalipun Yesus Sang Mesias mendapat tempat terhormat dalam pengajaran Saksi Yehuwa dan menjalankan fungsi penebusan yang menyediakan kehidupan kekal, namun kedudukan Yesus hanyalah mahluk ciptaan pertama yang keberadaannya sudah terlebih dahulu ada sebelum langit dan bumi ada dan setara dengan malaikat ciptaan Yehuwa. Dalam derajat tertentu, Yesus disetarakan dengan Hikmat dalam Kitab Amsal.

Jadi sebelum dilahirkan di bumi sebagai manusia, Yesus sudah ada di surga sebagai pribadi roh yang penuh kuasa. Ia mempunyai tubuh yang tidak dapat dilihat manusia seperti halnya (Tuhan)...Sebelum datang ke bumi, Yesus disebut Firman dari (Tuhan). Gelar ini memperlihatkan bahwa di Surga ia melayani sebagai pribadi yang berbicara mewakili Tuhan. Ia juga disebut ‘Anak yang sulung’ dari (Tuhan) maupun Anak-Nya “yang tunggal” (Yoh 1:14; 3:16, Ibr 1:6). Ini berarti bahwa ia diciptakan sebelum dunia semua putra rohani lainnya dari Tuhan dan bahwa ia adalah satu-satunya yang langsung diciptakan oleh Tuhan. Alkitab menjelaskan bahwa Putra ‘yang sulung’ ini ikut bersama Yehuwa dalam menciptakan perkara-perkara lain (Kol 1:15-16)”[10]

 “Alkitab mengajarkan bahwa Yesus hidup di surga sebelum ia datang k’e bumi. Mikha menubuatkan bahwa Mesias akan lahir di Betlehem dan bahwa ia sudah ada ‘sejak purbakala’ (Mik 5:2) Yesus sendiri beberapa kali mengatakan bahwa sebelum lahir sebagai manusia, ia hidup di surga (Yoh 3:13; 6:38,62; 17:4-5). Sebagai mahluk roh di surga, Yesus mempunyai hubungan istimewa dengan Yehuwa. Yesua adalah Putra yang paling Yehuwa kasihi-dan ada alasan yang kuat untuk itu. Ia disebut ‘yang sulung dari antara semua ciptaan’, sebab ia adalah ciptaan (Tuhan) yang pertama (Kol 1:15). Ada lagi yang membuat Yesus menjadi Putra yang istimewa. Ia adalah ‘Putra satu-satunya yang diperanakkan’ (Yoh 3:16). Itu berarti Yesus sajalah yang diciptakan oleh (Tuhan) sendiri. Selain itu, Yesuslah satu-satunya yang (Tuhan) gunakan ketika ia menciptakan semua hal lain (Kol 1:16). Selanjutnya, Yesus disebut ‘Firman’ (Yoh 1:14). Sebutan itu menunjukkan bahwa ia berbicara mewakili (Tuhan), tentunya untuk menyampaikan berbagai pesan dan instruksi kepada putra-putra lainnya, baik mahluk roh maupun manusia”[11] 

Perhatikan betapa erat hubungan antara acuan-acuan kepada asal usul Yesus dengan pernyataan-pernyataan yang diungkapkan oleh ‘hikmat’ kiasan dalam buku Amsal di Alkitab: TUHAN (Yahweh, New Jerusalem Bible) telah menciptakan aku sebagai permulaan pekerjaan-Nya, sebagai perbuatan-Nya yang pertama dahulu kala. Sebelum gunung-gunung tertanam dan lebih dahulu daripada bukit-bukit, aku telah lahir; sebelum ia membuat bumi dengan padang-padangnya atau debu dataran yang pertama’ (Ams 8:12,22,25,26). Meskipun istilah ‘hikmat’ digunakan untuk mempersonifikasi pribadi yang (Tuhan) ciptakan, kebanyakan sarjana setuju bahwa ini sebenarnya adalah kata kiasan untuk Yesus sebagai mahluk roh sebelum hidup sebagai manusia”[12] 

4. Soteriologi

Saksi Yehuwa mengenal konsep penebusan yang dikerjakan oleh Yesus Sang Mesias untuk menggenapi gambaran penebusan dalam Perjanjian Lama yang diwakili oleh hewan korban. Namun demikian Sang Penebus tersebut bukan penebus yang Ilahi melainkan manusiawi belaka.

Bahkan sekarang korban tebusan Yesus dapat memberi manfaat bagi kita. Cara bagaimana? Dengan menjalankan iman di dalamnya kita dapat menikmati kedudukan yang bersih di hadapan (Tuhan) dan berada di bawah pemeliharaan-Nya yang pengasih dan lembut (Why 7:9-10, 13-15). Banyak di antara kita mungkin telah melakukan dosa-dosa luar biasa sebelum belajar tentang (Tuhan). Bahkan sekarang kita membuat kesalahan-kesalahan, kadang-kadang sangat serius. Akan tetapi, kita dapat dengan leluasa meminta pengampunan dari (Tuhan) atas dasar tebusan, dengan keyakinan bahwa Ia akan mendengarkan kita (1 Yoh 2:1-2; 1 Kor 6:9-11). Demikian pula, di masa-masa mendatang, tebusan kan membuka jalan bagi kita untuk menerima karunia (Tuhan) yaitu hidup kekal dalam sistem baru-Nya yang adil-benar (2 Ptr 3:13). Pada masa itu, semua orang yang menjalankan iman dalam tebusan akan dibebaskan sepenuhnya dari perbuadakan dosa dan kematian. Mereka dapat mengharapkan kehidupan kekal dalam kesempurnaan”[13]

Yehuwa bertindak untuk menyelamatkan umat manusia melalui tebusan...Bagaimana Yehuwa menyediakan tebusan? Ia mengutus seorang putra rohani-Nya yang sempurna ke bumi. Tetapi Yehuwa tidak mengutus sembarang malaikat. Ia mengutus pribadi yang paling Ia kasihi, yaitu Putra Tunggal-Nya (1 Yoh 4:9-10)”[14] 

5. Pneumatologi

Saksi Yehuwa meyakini Roh Kudus bukanlah Roh Tuhan melainkan hanya sekedar kekuatan seperti listrik dengan fungsi dan tujuan yang tertentu.

Roh Kudus yang digunakan dalam Alkitab menyatakan bahwa ini adalah suatu kekuatan atau tenaga yang dikendalikan yang digunakan oleh (Tuhan) Yehuwa untuk melaksanakan berbagai maksud dan tujuan-Nya. Sampai taraf tertentu, ini dapat disamakan dengan listrik, tenaga yang dapat digunakan untuk melakukan beragam fungsi...Kata Yunani untuk ‘Roh’ ialah berjenis netral dan walaupun kita menggunakan kata gnti nama pribadi dalam bahasa Inggris (He, His, Him), kebanyakan MSS (manuskrip) Yunani menggunakan kata (bahasa Inggris) ‘It’. Jadi bila Alkitab menggunakan kata ganti nama pribadi berjenis laki-laki sehubungan dengan ‘parakletos’ dalam Yohanes 16:7, 8 hal ini sesuai dengan peraturan tata bahasa, bukan menyatakan suatu doktrin”[15]
6.      Eskatologi
Saksi Yehuwa gemar melakukan kajian eskatologis dan tergoda untuk selalu melakukan ramalan dan prediksi mengenai kedatangan Yesus kedua kali dan akhir dunia, meskipun selalu terbukti keliru.
Kita telah belajar bahwa “zaman bangsa-bangsa” mulai pada tahun 607 SM. Jadi dengan menghitung 2.520 tahun sejak tahun itu, kita sampai pada tahun 1914. Pada tahun itulah “zaman” yang ditetapkan ini berakhir. Jutaan orang yang masih hidup mengingat peristiwa-peristiwa yang terjadi pada tahun 1914. Pada tahun itulah “zaman” yang ditetapkan ini berakhir. Jutaan orang yang masih hidup mengingat peristiwa-peristiwa yang terjadi pada tahun 1914. Pada tahun itu, Perang Dunia I memulai suatu masa kesusahan luar biasa yang telah berlangsung sampai zaman kita. Ini berarti bahwa Kristus Yesus mulai memerintah sebagai raja dari pemerintahan surgawi (Tuhan) pada tahun 1914”[16] 

7. Kematian 

Saksi Yehuwa mempercayai bahwa kematian setara dengan tidur panjang tanpa aktivitas dan tanpa sebuah kesadaran di dalamnnya.

Sekarang coba pikirkan hal ini: Bagaimanakah keadaan Lazarus ketika ia mati selama empat hari? (Yoh 11:11-44, red) Apakah ia ada di surga? Ia seorang yang baik. Namun Lazarus tidak mengatakan apapun bahwa ia ada di surga, yang pasti akan dikatakannya jika ia memang pernah ke sana. Tidak, Lazarus benar-benar mati, seperti yang dikatakan Yesus. Maka, mengapa Yesus mula-mula mengatakan kepada murid-muridnya bahwa Lazarus hanya tidur? Yesus tahu bahwa Lazarus yang mati itu tidak sadar, seperti dikatakan Alkitab: “Orang yang mati itu tidak tahu apa-apa”. “Orang yang mati itu...tidak sadar akan apapun” (Pengkh 9:5, terjemahan New World Translation). Akan tetapi, orang yang hidup dapat dibangunkan dari tidur nyenyak. Jadi Yesus ingin menunjukkan bahwa, melalui kuasa (Tuhan) yang diberikan kepadanya, Lazarus, sahabatnya dapat dibangunkan dari kematian. Apabila seseorang tidur nyenyak, ia tidak ingat apa-apa. Demikian pula halnya orang mati. Mereka tidak mempunyai perasaan sama sekali. Mereka tidak ada lagi”[17]

Yesus Kristus menggambarkan keadaan orang mati. Ketika Lazarus, teman baiknya meninggal, Yesus memberi tahu murid-muridnya, ‘Lazarus sahabat kita telah pergi beristirahat’. Murid-murid mengira bahwa Yesus memaksudkan Lazarus sedang beristirahat atau tidur agar ia dapat sembuh. Tetapi mereka keliru. Yesus menjelaskan, ‘Lazarus telah mati’ (Yoh 11:11-14). Perhatikan bahwa Yesus menyamakan kematian dengan istirahat dan tidur. Lazarus tidak berada di surga ataupun di neraka yang menyala-nyala. Ia tidak sedang bersama malaikat atau leluhurnya. Lazarus tidak dilahirkan kembali sebagai manusia lain. Ia sedang beristirahat dalam kematian, seolah-olah tidur nyenyak tanpa bermimpi”[1

8. Kebangkitan dari Kematian

Saksi Yehuwa mengakui adanya kebangkitan orang mati namun bukan kebangkitan di alam roh melainkan kebangkitan di dunia ini layaknya orang bangun dari tidur panjangnya. Saksi Yehuwa membagi kebangkitan menjadi dua bagian, kebangkitan pertama dimana orang yang turut ambil bagian dalam kebangkitan pertama ini hidup di Surga sementara kebangkitan kedua bagi mereka yang ditentukan untuk hidup di dunia yang sudah diperbarui ini.

 “Jadi setelah Kristus dibangkitkan, ke-144.000 (Why 14:1, red) inilah yang akan dibangkitkan berikutnya. Mereka mendapat bagian dalam ‘kebangkitan pertama’ atau ‘kebangkitan yang lebih awal’ (Fil 3:11, terjemahan New World Translation). Kapan ini terjadi? ‘Pada waktu kedatangan-Nya’ (kehadiran-Nya, New World Translation), kata Alkitab. Seperti yang telah kita pelajari dalam pasal-pasal sebelumnya, Kristus mulai hadir pada tahun 1914. Jadi ‘hari’ untuk ‘kebangkitan pertama’ dari umat Kristen yang setia ke surga telah tiba. Pasti rasul-rasul dan umat Kristen mula-mula yang lainnya sudah dibangkitkan kepada kehidupan surgawi (2 Tim 4:8). Akan tetapi, selama kehadiran Kristus yang tidak kelihatan ini, ada umat Kristen yang masih hidup yang mempunyai harapan yang sama untuk memerintah di surga bersama Kristus. Mereka adalah sisanya, sisa dari 144.000. kapan mereka akan dibangkitkan? Mereka tidak perlu tidur dalam kematian, tetapi mereka akan segera pada waktu mereka mati. Alkitab menjelaskan: Kita tidak akan akan mati semaunya, tetapi kita semaunya akan diubah, dalam sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir. Sebab nafiri akan berbunyi dan orang-orang mati akan dibangkitkan” (1 Kor 15:51-52; 1 Tes 4:15-17)[19] 

Siapakah yang akan dibangkitkan? Yesus mengatakan bahwa ‘semua orang dalam makam peringatan akan mendengar suara Yesus lalu keluar’ (Yoh 5:28-29). Demikian pula Penyingkapan (Why) 20:13 mengatakan, ‘Laut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya dan kematian dan hades menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya’. Semua kuburan akan dikosongkan. Miliaran orang yang beristirahat di sana akan hidup kembali. Rasul paulus mengatakan, ‘Akan ada kebangkitan untuk orang-orang yang adil-benar maupun yang tidak adil-benar’”(Kis 24:15)...Alkitab juga menyebutkan kebangkitan lain, yaitu untuk hidup sebagai mahluk roh di surga. Alkitab hanya mencatat satu  contoh dari kebangkitan ini yaitu kebangkitan Yesus Kristus...Yesus tahu bahwa ia tidak lama lagi akan kembali ke surga, maka ia memberi tahu para pengikutnya yang setia bahwa ia akan ‘menyiapkan tempat’ bagi mereka (Yoh 14:2)...Ke-144.000 orang Kristen itu, termasuk rasul-rasul Yesus yang setia, dibangkitkan untuk hidup di surga. Kapan mereka dibangkitkan? Rasul Paulus menulis bahwa hal itu akan terjadi pada masa kehadiran Kristus (1 Kor 15:23)”[20] 

9. Mengenai Neraka & Surga

Saksi Yehuwa menolak keberadaan neraka karena Yehuwa yang pada dasarnya Kasih tidak mungkin menyediakan tempat sejahat itu. Saksi Yehuwa melakukan penafsiran simbolis terhadap kata Ibrani “Sheol” atau kata Yunani “Hades” dan kata Ibrani “Gehinom” atau kata Yunani “Gehenna” sebagai tempat kuburan dan tempat pembakaran di Yerusalem timur.

Jutaan orang diajar oleh agama mereka bahwa ‘neraka’ adalah suatu tempat siksaan kekal dan bahwa orang-orang jahat pergi ke sana...Hal ini menimbulkan pertanyaan: Apakah (Tuhan) Yang Maha Kuasa menciptakan tempat siksaan demikian?...Dalam menyebutkan tempat yang dituju oleh umat manusia pada waktu ia mati, Alkitab memakai kata ‘Sheol’ dalam Kitab-Kitab Ibrani dan ‘Hades’ dalam Kitab-Kitab Yunani...Dalam Alkitab, disemua ayat dimana ‘sheol’ muncul, tempat itu tidak pernah dihubungkan dengan kehidupan, kegiatan atau siksaan. Sebaliknya, sering dihubungkan dengan kematian dan ketidakaktifan...Jadi jawabannya  menjadi sangat jelas. Misalnya, pikirkan tentang Pengkhotbah 9:10 yang berbunyi: ‘Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati (Sheol, New World Translation), ke mana engkau akan pergi’. Sheol dan Hades tidak memaksudkan suatu tempat siksaan melainkan kuburan umum umat manusia (Mzm 139:8). Orang-orang baik maupun jahat pergi ke Sheol atau Hades”[21]

Maka apa artinya Gehenna? Dalam Alkitab Ibrani, Gehenna tak lain dari ‘Lembah Ben Hinom’. Ingat, Hinom ialah nama sebuah lembah di luar tembok-tembok Yerusalem. Di tempat itulah orang-orang Israel mengorbankan anak-anak mereka dalam api. Pada waktunya, Raja Yosia yang baik membuat tempat ini menjadi tidak cocok untuk digunakan bagi praktik yang begitu mengerikan (2 Raj 23:10). Tempat ini diubah menjadi tempat sampah yang sangat besar...Kalau begitu apa yang dimaksudkan dengan ‘lautan api’ yang disebut di Alkitab dalam buku Wahyu? Kata itu mempunyai arti yang sama dengan Gehenna. Kata itu tidak berarti siksaan dalam keadaan sadar melainkan kematian atau kebinasaan kekal. Perhatikan bagaimana Alkitab sendiri mengatakan hal itu dalam Wahyu 20:14: “Lalu maut dan kerajaan maut (Hades, New World Translation) itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan api”. Ya, lautan api berarti ‘kematian kedua’. Dari dalam kematian ini tidak ada kebangkitan. Tak dapat disangkal bahwa ‘lautan’ ini adalah lambang, karena maut dan kerajaan maut tidak dapat dibakar secara aksara. Akan tetapi hal-hal itu dapat dan akan dilenyapkan atau dimusnahkan”[22] 

10.  Hermeneutik Saksi Yehuwa

Hermeneutik adalah “suatu bagian teologi yang bersifat ilmiah dan seni yang memperhatikan hukum tertentu bahkan melibatkan diri penafsir sepenuhnya dengan tujuan mencari maksud yang ingin disampaikan oleh penulis Alkitab”[23]. Namun Saksi Yehuwa tidak menggunakan kaidah hermeneutik yang lazimnya dipergunakan di sekolah-sekolah teologia. Mereka memiliki kaidah penafsiran sendiri yang lebih menekankan aspek simbolis (lambang). Untuk menafsirkan lambang-lambang yang sulit mereka biasanya memiliki kelompok penafsir yang dijuluki “hamba yang setia dan bijaksana” (faithfull and discreet slave class)[24] 

11. Metode Pengajaran Saksi Yehuwa

Apa yang disebut “metode” tidak lebih dari sebuah “pelajaran buku” atau “indoktrinasi” bahkan “cuci otak”[25]. Mereka biasanya membacakan keras-keras materi dalam buku terbitan Saksi Yehuwa dan diadakan pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya sudah tersedia dalam buku panduan tersebut. Kevin R. Quick seorang mantan Saksi Yehuwa yang sudah berpaling pada Yesus Sang Mesias memberikan kesaksiannya sbb: “Saya sering heran mengapa kami memakai metode semacam itu. ‘Kalau apa yang kami pelajari adalah suatu kebenaran’, pikir saya, ‘mengapa harus cuci otak seperti ini? Mengapa tidak berdiskusi saja secara terbuka? Mengapa mengulang-ulang penyajian yang sama, pengajaran yang sama tentang tema yang sama pula?’ Saya lalu berkesimpulan bahwa karena sebagian besar Saksi Yehuwa tidak tinggi pendidikannya, rupanya itulah satu-satunya cara belajar yang efektif bagi mereka”[26] 

12. Terjemahan Kitab Suci Saksi Yehuwa

 Kelompok Saksi Yehuwa atau Wacth Tower menjunjung tinggi kitab suci terjemahan mereka sendiri dan merendahkan terjemahan lainnya. Pada mulanya mereka menerjemahkan kitab suci dan menerbitkannya dengan nama The New Translation of the Christian Greek Scriptures diterbitkan oleh New World Translation Commiittee pada tahun 1950. Kemudian disusul dengan The New World Translation of the Hebrew Aramaic Scriptures dalam lima jilid. Jilid pertama selesai tahun 1953 dan jilid terakhir selesai pada tahun 1960[27]. Sekarang mereka menyatukan semua jilid dan dikenal dengan nama The New World Translation

Tujuh Langkah Indoktrinasi Saksi Yehuwa
Saksi Yehuwa menggunakan tujuh langkah indoktrinasi atau rentetan pengajaran dan latihan yang bertujuan menjangkau dan meyakinkan penganut-penganut baru. Cara-cara mereka hendaknya dipelajari oleh orang Kristen agar memahami sepenuhnya metode ‘penginjilan’ yang digunakan oleh aliran yang menyesatkan itu[28]. Adapun tujuh langkah tersebut adalah sbb: 

Menjual Bahan Cetakan

Ada banyak buku-buku kecil dan menarik serta full color yang mempromosikan ajaran Saksi Yehuwa. Jika tahun 1970-an menggunakan buku utama Saudara Dapat Hidup Kekal Dalam Firdaus di Bumi sekarang berganti dengan judul Apa Yang Sebenarnya Alkitab Ajarakan? Dan masih ada majalah Sedarlah dan brosur-brosur lainnya. 

Kunjungan kepada Pembeli
Setelah ada pembeli literatur mereka, biasanya Saksi Yehuwa akan menindaklanjuti dengan melakukan perkunjungan dan tanya jawab. 

Pelajaran di Rumah

Jika pembeli berminat dan merespon ajaran Saksi Yehuwa, maka akan diadakan pertemuan berkala di rumah tersebut

Pelajaran Sedaerah

Kelompok belajar ini  merupakan satu kumpulan dari semua calon anggota di daerah yang berdekatan, yaitu perhimpunan orang-orang yang sudah lebih dahulu belajar di rumah masing-masing.

Undangan ke Balai Kerajaan 

Pertemuan dalam Balai Kerajaan berisikan pelajaran yang tidak ada batasnya dan belum pernah ada satu orangpun yang menamatkannya. Ada pelajaran berpidato dan pendalaman Kitab Suci yang bersifat indoktrinatif dengan bekal buku-buku panduan dari Watch Tower dan tanpa diskusi kritis.

Calon itu Diutus Sebagai Penjual 

Setelah dirasa cukup pengetahuannya mereka akan diutus keluar untuk menjual literatur-literatur dengan didampingi senior dan membuat laporan atas hasil pekerjaannya tersebut.

Calon Dibaptiskan Dalam Teokrasi

Setelah mereka matang dan layak maka mereka akan dibaptiskan dan masuk dalam Teokrasi. Mereka menganggap bahwa teokrasi atau Kerajaan Tuhan itu tiada lain adalah organisasi mereka sendiri.

Tanggapan Atas Ajaran Saksi Yehuwa

Patut kita akui bahwa dalam pengajaran yang disampaikan oleh Saksi Yehuwa ada unsur-unsur kebenaran yang bersumber dalam pengajaran Kitab Suci TaNaKh (Torah, Neviim, Ketuvim) atau Perjanjian Lama dan Kitab Perjanjian Baru seperti kebaikan moral, menjauhi kejahatan dan perbuatan terkutuk. Merekapun mempercayai keberadaan Tuhan, keberadaan Yesus Sang Mesias. Namun jika dikaji secara seksama dan mendalam ada perbedaan yang tajam antara keyakinan Saksi Yehuwa dengan apa yang diimani oleh gereja sepanjang abad mengenai pokok-pokok keimanan khususnya terhadap Yesus Sang Mesias. 

Tanggapan Mengenai Istilah Tritunggal

Kita sependapat dengan Saksi Yehuwa bahwa istilah “Tritunggal” tidak terdapat dalam Kitab Suci baik TaNaKh (Torah, Neviim, Ketuvim) maupun Kitab Perjanjian Baru. Namun sayang Saksi Yehuwa menolak essensi kesetaraan, kesehakikatan YHWH, Firman dan Roh (Kej 1:1-3) yang dipersonifikasikan dalam sebutan Sang Bapa, Sang Putra dan Sang Roh Kudus (Mat 28:19-20).

Darimanakah istilah Tritunggal? Perlukah kita menggunakan istilah Tritunggal? Kekristenan mengungkapkan misteri relasi ontologis (hakikat) antara Bapa, Putra dan Roh Kudus, dengan istilah Tritunggal atau trinitas. Terminologi ini tidak tertulis dalam Kitab Suci. Istilah ini secara historis merupakan perspektif orang beriman Abad 2 Ms.

Abad 2 Ms merupakan perpindahan titik berat pola berteologia, dari teologia Palestina yang kontemplatif, menjadi Teologia Hellenis yang rasionalistik dan metafisik[29] Akibatnya, dibutuhkan suatu penjelasan yang rasional kepada kaum pagan Yunani, mengenai realitas Tuhan. Bernhard Lohse memberikan komentar, “Karena itu, sedikitpun tidak mengherankan bahwa gereja terkadang meraba-raba dalam upayanya memformulasikan imannya secara intelrktual dan konseptual kepada (Tuhan) Bapa, (Yesus Sang Mesias) dan Roh Kudus”[30]. Sejumlah teolog dan Bapa Gereja (Church Fathers) yang telah lebih dahulu menggumuli persoalan relasi ontologis antara Bapa, Putra dan Roh Kudus, adalah Yustinus martyr, Theophilus dari Anthiokhia, Adamatinus , Origenes, Arius, Athanisius, Agustinus serta Tertulianus.

Dari sekian teolog yang merumuskan formula relasi intologis antara Bapa, Putra dan Roh Kudus, adalah tertulianus. Beliau merumuskan dalam bentuk ungkapan Yunani, “Mono Ousia Tress Hypostasis” atau dalam ungkapan Latin, “Una Substantiae Tress Persona”, yang jika diterjemahkan adalah, “Satu Keberadaan Tiga pribadi”. DR. Harun Hadiwyono mensinyalir ada pengaruh Filsafat Platonik tentang konsep “Divine nature” (Tabiat Ketuhanan) dalam perumusan konsep Trinitas[31][32]”. “Ousia” atau “Substantiae” adalah: “apa yang membedakan satu macam atau satu rumpun dengan macam rumpun yang lain, serta yang memberi ciri khas kepada macam atau rumpun itu”. Contoh : ‘rumpun mangga berbeda dengan rumpun jambu. Rumpun manusia berbeda dengan rumpun binatang’. Ousia (Tuhan) adalah apa yang membedakan (Tuhan) daripada manusia”[33] 

Hampir semua teolog mengakui bahwa istilah “Trinitas/Tritunggal”, tidak terdapat secara literal dalam Kitab Suci. Namun essensi yang mengarah pada pengertian tersebut memang terpampang dalam banyak ayat. DR. Andar Tobing, mengakui kenyataan tersebut dan mengatakan:

 “kita terpaksa memakai istilah Trinitas itu untuk menolak adjaran-adjaran dan pendapat-pendapat yang salah dan bertentangan dengan isi Alkitab. Biarpun istilah itu tidak sempurna…”[34] 

Berdasarkan beberapa kajian diatas, maka penulis mengusulkan suatu formula teologis untuk menggambarkan relasi ontologis Bapa, Putra dan Roh Kudus, sbb : “Tuhan yang esa dengan tiga maha karya yaitu mencipta dipanggil sebagai Bapa, menyelamatkan dipanggil sebagai Putra, menghibur dalam diri orang percaya disebut Roh Kudus”.

Mengapa digunakan istilah “Keesaan Bapa, Putra, dan Roh Kudus?” Pertama, istilah Keesaan adalah istilah yang firmaniah dan secara literal tertulis dalam TaNaKh dan Kitab Perjanjian Baru. Ortodoksi Yudaisme, sebagai akar Kekristenan mendasarkan pada “Shema (Shema Yisrael, YHWH Eloheinu YHWH Ekhad” yang artinya, “Dengarlah Israel, YHWH itu Tuhan kita, YHWH itu Esa”,Ul 6:4). Rabbi Hayim Ha Levy Donin, memberikan keterangan: “The Shema is declaration of faith, a pledge of allegiance to One God, an affirmation of Judaism. It is the first prayer that children are taught to say”(Shema adalah deklarasi iman, janji setia kepada satu Tuhan, sebuah penegasan iman Yudaisme. Ini adalah doa pertama dari seorang anak yang diajarkan untuk diucapkan) [35]

Dalam Kitab Perjanjian Baru, Yesus kembali mengutip “Shema” (Mrk 12:29). Berulang kali, dalam suratnya, Rasul Paul mengungkapkan sebutan Bapa, Putra, Roh Kudus bersamaan dengan kata Esa (1 Tim 1:17, 1 Tim 2:5-6, 1 Kor 8:5-6, Gal 3:20), demikian pula Rasul Yohanes menyebutkan mengenai keesaan (Yoh 5:45) serta rasul Yudas (Yud 1:25). Secara literal, istilah “Keesaan” adalah Firmaniah atau Skriptural. Kedua, makna Keesaan dalam sudut pandang Skriptural adalah bahwa orang beriman harus menyembah kepada satu-satunya Tuhan yang benar, yaitu Bapa, Putra dan Roh Kudus serta bukan kepada Tuhan yang lain. Hanya Dia lah fokus ibadah (Ul 6:13), fokus kasih (Ul 11:1), fokus doa (Mzm 143:1), fokus pujian (Mzm 66:2). Jadi, kata “Ekhad”, bukan bermakna aritmetis semata namun bermakna metafisik. Tuhan yang mengatasi ruang dan waktu dan yang satu-satunya berhak menerima penyembahan. Ketiga, baik Bapa, Putra dan Roh Kudus adalah sehakikat, setara dalam kekekalan. Bapa, Putra dan Roh Kudus, keluar dari hakikat Bapa (Yoh 8:42, Yoh 15:26).

Tuhan yang Esa, yang dalam zaman hidup nabi-nabi di Perjanjian Lama, dikenal dengan nama YHWH (Yahweh, Kel 3:15), maka dalam Perjanjian Baru telah menyatakan diri-Nya kepada manusia (Ibr 1:3), melalui Firman-Nya yang menjadi manusia (Yoh 1:1,14) serta mengambil rupa manusia (Fil 2:7) yang bernama, Yesus (Mat 1:21) serta mengajar manusia melaluii Roh-Nya yang berdiam dalam diri orang beriman (Yoh 14:16-17).

YHWH disebut sebagai Bapa Surgawi (Yes 64:8, Mat 6:9) dan Pencipta Langit serta Bumi (Yes 40:28, Mzm 121:1-2). Yahshua disebut sebagai Putera Tuhan (Mat 16:16). Roh Bapa atau Roh YHWH, disebut juga Roh Kudus atau Roh kebenaran (Yoh 14:26, Yoh 15:26).

Baik YHWH, Firman dan Roh bukanlah tiga melainkan satu. Karena Firman dan Roh berdiam bersama dalam kekekalan bersama YHWH (Yoh 1:1). Bukanlah tiga melainkan satu, karena Firman keluar dan datang dari hakikat Bapa (Yoh 8:42). Demikianpula Roh keluar dari Bapa (Yoh 15:26). Bukanlah tiga melainkan satu, karena Firman tidak diciptakan, melainkan menciptakan dan menyebabkan adanya ciptaan (Mzm 33:6, Yoh 1:3, Kol 1:16). Demikian pula Roh Kudus yang menyebabkan semua ciptaan menjadi hidup dan bernafas (Ayub 34:14).

Bukan pula tiga pribadi melainkan satu pribadi dengan tiga karya dan manifestasi kuasa. Mengapa satu pribadi? Bapa, Putra dan Roh Kudus (YHWH, Firman-Nya, Roh-Nya) adalah satu pribadi dalam kekekalan, karena yang satu tidak ada dan diadakan lebih dahulu oleh yang lain. Kata “satu” dalam ulasan ini bukan bermakna aritmetik melainkan ontologik, karena kita sedang membicarakan Tuhan yang mengatasi dan berada didalam segala sesuatu yang Dia ciptakan.

Sekalipun kita seharusnya meredefinisi penggunaan istilah Tritunggal karena memang tidak dituliskan dalam Kitab Suci dan dapat menimbulkan biasa pemahaman mengenai jumlah Tuhan namun kita tidak menolak essensi kesetaraan dan kesehakitan YHWH, Firman dan Roh-Nya yang dipersonifikasikan dengan sebutan Bapa, Anak dan Roh Kudus. Sementara Saksi Yehuwa menolak keduanya, baik istilah sekaligus essensinya.

Tanggapan Mengenai Nama Tuhan

Kita pun sepakat dengan Saksi Yehuwa bahwa Tuhan memiliki nama. Rujukan penting mengenai nama Tuhan terdapat dalam Keluaran 3:1-22 pada peristiwa perjumpaan Musa dengan kehadiran Tuhan dalam api di semak duri yang tidak membakar semak duri tersebut. Saat Musa hendak diutus untuk membebaskan bangsa Israel keluar dari Mesir, Musa bertanya mengenai nama Tuhan sbb: “Lalu Musa berkata kepada Tuhan: "Tetapi apabila aku mendapatkan orang Israel dan berkata kepada mereka: Tuhan nenek moyangmu telah mengutus aku kepadamu, dan mereka bertanya kepadaku: bagaimana tentang nama-Nya? -- apakah yang harus kujawab kepada mereka?" (Kel 3:13). Lalu Tuhan menjawab demikian: “Firman Tuhan kepada Musa: "AKU ADALAH AKU." Lagi firman-Nya: "Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu."(Kel 3:14). Jawaban ini kerap disalahpahami sebagai bentuk penolakan Tuhan menyatakan nama dan arti yang terkandung dalam nama-Nya. Seolah-olah Tuhan hendak menyembunyikan misteri diri-Nya dengan pernyataan tersebut sebagaimana dikatakan Stefan Leks demikian, “Maka jelaslah ungkapan Alkitabiah ini menegaskan akan adanya Tuhan, tetapi sebenarnya tidak memberi jawaban siapakah nama Tuhan itu”[36]

Penyingkapan tabir hakikat dan nama Sang Pencipta tertulis dalam Keluaran 3:15, "Yahweh Elohe avotekem, Elohe Avraham we Elohe Yishaq we Elohe Yaaqov, shelakhmi aleikem, ze shemi le olam we ze zikri le dor dor" (Yahweh Tuhan nenek moyangmu Tuhan Abraham, Tuhan Ishak dan Tuhan Yakub Telah mengutus aku kepadamu Inilah nama-Ku untuk selamanya Dan inilah pengingat-Ku turun temurun). Perhatikan frasa Ibrani Keluaran 3:15 sbb:

יהוה אלהי אבתיכם אלהי אברהם אלהי יצחק ואלהי יעקב
 שׁלחני אליכם זה־שׁמי לעלם וזה זכרי לדר דר׃

Frasa “zeh shemi leolam” (inilah nama-Ku Yang Kekal), menunjuk kepada nama Yahweh. Ada yang berpendapat, bahwa Yahweh adalah kata kerja imperfek orang ketiga tunggal. Ini pendapat yang keliru. Sekalipun akar kata Yahweh adalah hayah, sehingga Yahweh bermakna “Dia Ada”. Namun bentuk kata kerja orang ketiga tunggal dari hayah adalah yihyeh. Adapun Yahweh”adalah nama dari Tuhan Abraham, Ishak dan Yakub. Makna nama Yahweh sendiri adalah YANG SENANTIASA ADA, HADIR, BERBUAT, BERKARYA, BERTINDAK.

Keluaran 3:14 menyingkapkan “sifat dan keberadaan” Sang Pencipta, melalui bentuk kata kerja imperfek orang pertama tunggal, “Ehyeh”. Sementara Keluaran 3:15 menyingkapkan bahwa nama Tuhan Abraham, Ishak dan Yakub bernama Yahweh. Nama ini bukan hasil penelitian Musa atau penjelajahan Musa dalam dunia esoteris sehingga berhasil mendapatkan nama Sang Pencipta, melainkan penyingkapan nama Sang Pencipta adalah INISIATIF Sang Pencipta sendiri, untuk memperkenalkan jati diri-Nya pada Musa dan Yisrael. Berbeda dengan agama-agama yang menamakan berbagai gejala alam (angin, hujan, badai, panas, dll) menjadi nama tuhan mereka, maka Yudaisme dan Kekristenan, berangkat dari keyakinan bahwa Tuhan telah memperkenalkan nama pribadi-Nya, karena Dia berkehendak untuk dikenal oleh umat-Nya.

Pada Abad I Ms pelarangan pengucapan nama Yahweh di tempat umum menjadi suatu ketetapan dikalangan Yudaisme di Yerusalem. Setiap mereka mengucapkan nama Yahweh, mereka akan mengganti dengan bentuk euphemisme (penghalusan) al. Shamayim (langit), Adonai (tuan), ha Kadosh (yang kudus). Sebagaimana tercatat dalam literatur Yahudi pra Mesias, yaitu Misnah sbb: “…di tempat suci, seseorang mengucapkan Sang Nama sebagaimana tertulis, namun di luar tempat itu, harus dengan bentuk euphemisme”[37]. Setelah penghancuran Yerusalem pada tahun 70 Ms, mazhab Yahudi Farisi melarang penggunaan nama itu. Berdasarkan “halakha” (keputusan rabinik), mereka menyatakan bahwa nama itu “tersembunyi”[38] dan “harus dirahasiakan”[39]. Setidaknya semua orang Yahudi tahu bahwa Yahweh adalah nama Tuhan dan tidak dilupakan sama sekali. Dan literatur modern merekam peristiwa tersebut dan memberikan deskripsi sbb:

New World Encyclopedia: “In Judaism, pronunciation of the Tetragrammaton is taboo. Usually, Adonai ("the Lord") is used as a substitute in prayers or readings from the Torah. When used in everyday speaking the Tetragrammaton is often replaced by HaShem ("the Name"). According to rabbinic tradition, the name was pronounced by the high priest on Yom Kippur, the only day when the Holy of Holies of the Temple would be entered. With the destruction of the Second Temple in the year 70 C.E., this use also vanished, explaining the loss of the correct pronunciation.” (Dalam Yudaisme, pengucapan Tetragrammaton adalah terlarang. Biasanya kata Adonai dipergunakan sebagai pengganti dalam doa-doa atau pembacaan dari Kitab Torah. Ketika dipergunakan dalam percakapan harian maka Tetragrammaton terkadang diganti dengan Ha Shem [Sang Nama]. Menurut tradisi rabinik nama tersebut diucapkan oleh Imam Besar saat perayaan Yom Kipur hanya satu hari saat imam memasuki ruang Maha Suci).

Jewish Encyclopedia menuliskan: “About 300 B.C., therefore, the word "Yhwh" was not pronounced in its original form. For several reasons Jacob ("Im Namen Gottes," p. 167) assigns the "disuse of the word 'Yhwh' and the substitution of 'Adonai' to the later decades of the Babylonian exile." (Sekitar tahun 300 SM, kata YHWH tidak pernah diucapkan dalam bentuk aslinya. Oleh karena beberapa alasan maka Yakub menetapkan penghindaran kata YHWH dan memberikan sebutan pengganti Adonai pada dekade berikutnya setelah pembuangan Babilonia).

Jewish Encylopedia: “Rabbinical Literatur-the name Yahweh is considered the name proper” (Literatur rabinik menyatakan bahwa nama Yahweh dianggap sebagai nama yang tepat).

Seventh Day Adventist Bible Commentary : “And the name above all other that was looked upon as the name of God was Yahweh” (Dan nama di atas segala yang layak disebut sebagai nama Tuhan adalah Yahweh).

The Encylopedia Judaica: “The true pronounciation of the name YHWH was never lost. Several Greek writers of the Christian Church testify that name was pronounced Yahweh” (pengucapan yang benar nama YHWH tidak pernah dilupakan. Beberapa penulis Yunani awal dari gereja Kristen bersaksi bahwa nama tersebut diucapkan Yahweh).

Unger’s Bible Dictionary: “Yahweh, the Hebrew tetragrammaton (YHWH) traditionally pronounced Jehovah is now known to be correctly vocalized to be correctly vocalized Yahweh” (Yahweh, bentuk tetragrammaton [YHWH] secara tradisional diucapkan Jehovah sekarang lebih dikenal dengan tepat sebagai Yahweh).

Encylopedia Britanica menyatakan sbb: “Early Christian writers such as Clement of Alexandria in the 2nd century, had used the form Yahweh, thus this pronunciation of the Tetragrammaton was never really lost. Greek transcription also indicated that YHWH should be pronounced Yahweh” (Penulis Kristen awal seperti Klement dari Alexandria di Abad 2 M telah mempergunakan bentuk nama Yahweh sehingga pengucapan dari Tetragrammaton ini tidak pernah hilang. Tulisan Yunani juga mengindikasikan bahwa YHWH seharusnya diucapkan Yahweh).

Eerdman’s Bible Dictionary (1979, p.478): “The pronunciation Yahweh is indicated by transliterations of the name into Greek in early Christian literature, in the form IAOUE (Clement of Alexandria) or IABE (Theodoret, by this time Gk “b” had the pronunciation of “v”)...Strictly speaking, Yahweh is the only name of God. In Genesis wherever the word sem (name) is associated with the divine being that name is YAHWEH” (Pengucapan nama Yahweh diindikasikan dengan pemindahan tulisan dalam nama Yunani dalam literatur Kristen awal dalam bentuk IAOUE (Klemen dari Alexandria) atau IABE (Theodoret, pada zaman itu bentuk huruf Yunani ‘b’ diucapkan ‘v’)...pada hakikatnya, Yahweh adalah nama Tuhan. Dalam Kitab Kejadian dimanapun kata Ibrani ‘shem’ selalu dihubungkan dengan keberadaan ilahi yang bernama Yahweh). 

Nama Tuhan bernama Yahweh terbentang dari Kitab Kejadian hingga Maleaki sebanyak kurang lebih 7000 tempat. Dalam naskah Peshitta Aramaik Perjanjian Baru nama YHWH muncul dalam bentuk Mar-Ya yang merupakan bentuk singkat dari Tuan Yahweh. Namun mengapa nama YHWH tidak muncul dalam naskah Kitab Perjanjian Baru berbahasa Yunani dan bahasa-bahasa di dunia ini?

Sejak adanya keputusan rabinik paska pembuangan dari Babilonia sebagaimana diinformasikan sebelumnya maka nama YHWH akhirnya tidak disebutkan dalam percakapan umum dan diganti dengan Adonai. Namun dalam doa pribadi atau saat Imam Besar melayankan doa di hari raya Yom Kippur (Pendamaian) di Bait Suci maka nama Yahweh diucapkan. Sekalipun mereka menghindari pengucapan nama Yahweh di hadapan umum namun naskah Kitab Suci dalam bahasa Ibrani tetap menuliskan nama tersebut. Ini terbukti dari naskah Ibrani Masoretik yang memiliki tanda baca sebagai bentuk salinan paska pembuangan Babilonia dan naskah Laut Mati yang ditulis dalam bentuk Paleo Ibrani tanpa tanda baca tetap menuliskan nama YHWH dalam bagian-bagian teks Kitab Suci TaNaKh.

Ketika ada kebutuhan untuk menerjemahkan Kitab TaNaKh ke dalam bahasa Yunani di Alexandria Mesir untuk memenuhi kebutuhan orang-orang Yahudi yang sudah tidak fasih berbicara dalam bahasa Ibrani, maka diputuskan bahwa pengucapan nama YHWH tidak dituliskan melainkan ditulis berdasarkan sebutan yang sudah lazim yaitu Adonai yang diterjemahkan dalam bahasa Yunani Kurios. Kitab ini bernama Septuaginta yang konon disusun oleh 70 sarjana Kitab Suci Yahudi dengan sponsor dari Kaisar Ptolemaus Philadhelpus.

Untuk pertama kalinya nama YHWH disalin dalam bentuk nama pengganti Kurios dalam bahasa Yunani. Langkah ini kemudian diadaptasi oleh para penyalin Kitab Perjanjian Baru dalam bahasa Yunani dengan mengutip Kitab Septuaginta untuk berbagai nubuatan dalam TaNaKh dan nama Kurios pun disematkan dalam terjemahan Kitab Perjanjian Baru berbahasa Yunani.

Berangkat dari data sejarah tersebut maka ketika Kitab Suci TaNaKh dan Perjanjian Baru diterjemahkan dalam berbagai bahasa maka nama YHWH yang telah ditulis dengan Kurios dalam bahasa Yunani, kemudian diterjemahkan menjadi Heer (Belanda), Lord (Inggris), Senior (Spanyol), Domini (Latin), Rabb (Arab). 

Di Indonesia yang mayoritas mempergunakan terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia, nama YHWH dapat ditemukan dalam bentuk TUHAN dan ALLAH dalam huruf kapital seluruhnya. Contoh:

Aku ini TUHAN, itulah nama-Ku; Aku tidak akan memberikan kemuliaan-Ku kepada yang lain atau kemasyhuran-Ku kepada patung” (Yes 42:8).

Singa telah mengaum, siapakah yang tidak takut? Tuhan ALLAH telah berfirman, siapakah yang tidak bernubuat?" (Am 3:8)

Lembaga Alkitab Indonesia memberikan keterangan pada kamus bagian akhir terjemahan Kitab Suci mengenai TUHAN sbb: “Nama (Tuhan) Israel

Dengan menggunakan alur penjelasan dan penelitian bahasa sumber maka setiap kita membaca teks terjemahan Kitab Perjanjian Lama maka setiap tulisan TUHAN dan ALLAH seharusnya dibaca dengan YHWH atau YAHWEH. Demikian pula jika kita menemukan kutipan Perjanjian Lama dalam Kitab Perjanjian Baru hasil terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia, selayaknya nama YHWH diucapkan. Contoh:

Tetapi Yang Mahatinggi tidak diam di dalam apa yang dibuat oleh tangan manusia, seperti yang dikatakan oleh nabi: Langit adalah takhta-Ku, dan bumi adalah tumpuan kaki-Ku. Rumah apakah yang akan kamu dirikan bagi-Ku, demikian firman Tuhan, tempat apakah yang akan menjadi perhentian-Ku? Bukankah tangan-Ku sendiri yang membuat semuanya ini? (Kis 7:48-50).

Dalam urgensi penggunaan nama Tuhan kita sepakat dengan misi dan perjuangan Saksi Yehuwa namun dalam hal pronunsiasi yang tepat dari nama Tuhan kita tidak sepakat. Pengucapan “Jehovah” tidak memenuhi kaidah bahasa Ibrani karena huruf Ibrani tidak mengenal huruf “J”. Sementara pengucapan “Yehuwah” lebih dipengaruhi oleh tanda baca yang dibuat oleh ahli Masoretik terhadap empat huruf Ibrani YHWH (יהוה) yaitu menyematkan tanda baca “shewa” (e, taling) “patakh” (a) yang seharusnya terbaca “Yehwah” sehingga menjadi “Yehuwa”. Pemberian tanda baca pada empat huruf YHWH sebenarnya bukan memberikan petunjuk mengenai pengucapan namanya yang tepat melainkan hanya untuk menghindarkan agar umat tidak mengucapkan nama itu sebagaimana kebiasaan pada waktu itu paska pembuangan Babilonia dimana nama YHWH tidak diucapkan di hadapan umum.

Tanggapan Mengenai Kristologi

Pemahaman Saksi Yehuwa terhadap Yesus Sang Mesias lebih menggemakan kembali pandangan bidat gereja bernama Arius. Arius adalah presbiter di Alexandria. Dia adalah murid dari Lucian yang merupakan murid dari Paul dari Samosata yang mengajarkan konsep Adopsionisme. Konsep Adopsionisme mengajarkan bahwa Logos atau Akal Tuhan berdiam dalam diri Yesus sebagaimana pernah berdiam dalam diri para nabi seperti Musa. Ketika Yesus disalibkan dan bangkit, Paul mengajarkan bahwa Tuhan Sang Bapa mengadopsi Yesus dan memberikan dia status keilahian. Pandangan Paul dari Samosata berpengaruh pada Arius yang mengajarkan bahwa Sang Bapa tidak memiliki permulaan sementara Sang Putra (Logos) memiliki permulaan karena dia adalah ciptaan[40]. Konsep bahwa Yesus yang merupakan Sang Logos atau Sang Firman adalah ciptaan bergema kembali dalam ajaran Saksi Yehuwa. Kristologi Saksi Yehuwa menyangkal keilahian Yesus dan menganggap Yesus hanya manusia belaka tanpa keilahian. Kita akan mengurai kesalahan berpikir Saksi Yehuwa mengenai hakikat Sang Firman.

Kita akan memfokuskan pada pengkajian Yohanes 1:1-18. Yohanes 1: 1 dibuka dengan kalimat, “en arkhe en ho Logos, (Westcott and Hort New Testament) “bereshit haya ha Davar, (Hebrew New Testament). Apa arti pernyataan tersebut? Logos, dalam arti filsafatnya sudah lama di pakai sebelum penggunaannya di dalam Kitab Yohanes, baik dalam konteks pemikiran Yunani maupun Mesir bahkan pemikir Yahudi bernama Philo[41]. 

Heraklitus (500 SM) mula-mula menggunakan istilah Logos. Menurutnya, dunia selalu mengalami perubahan. Daya penggerak perubahan tersebut adalah Logos. Logos adalah pikiran yang benar dan bersifat kekal Anaxagoras (400 SM) beranggapan bahwa LogosLogos tidak berkepribadian dan Logos tidak dapat berubah menjadi manusia. adalah jiwa manusia yang menjadi pengantara antara Tuhan dan manusia. Logos berdiam di dalam dunia. Philo (20 SM-20 Ms) seorang Yahudi Alexandria menyatakan bahwa Logos adalah akal tuhan yang menjadi pengantara antara Tuhan dan manusia.

Pendapat beberapa ahli mengenai penggunaan kata Logos dalam Kitab Perjanjian Baru sbb: “Rasul Yohanes tanpa ragu-ragu memakai kata Logos sebagai sarana untuk memperkenalkan Tuhan Yesus. Tetapi Logos yang di maksudkan oleh Yohanes tidak sama dengan Logos yang di artikan oleh orang lain[42]. Selanjutnya Purnawan menambahkan, “Rasul Yohanes telah menyimak suasana pikiran zamannya, mengambil istilah yang umum di pakai dan tumpuan harapan orang sesamanya, serta memberi arti baru yang lebih dalam  sesuai dengan ilham Roh Kudus kepadanya”[43]. Penggunaan Logos dalam Injil Yohanes di karenakan istilah itu sudah di kenal dalam lingkungan Yahudi dan Yunani, namun penggunaan Logos harus di mengerti latar belakangnya dalam penyataan Tuhan dalam Perjanjian Lama[44]. 

Jika ditinjau dari sudut pandang Hebraik atau akar Semitik naskah Yunani, maka kata LogosDavar. DR. David Stern mengulas sbb: “The language echoes the first sentence of Genesis…thus the TaNaKh lays the groundwork for Yochanan’s  statement that the Word was with God and was God’s”[45](bahasa tersebut menggemakan kalimat pertama dari Kitab Kejadian…sehingga TaNaKh meletakkan dasar bagi pernyataan Yohanes bahwa Sang Firman bersama Tuhan dan Firman adalah Tuhan). memiliki akar Semitiknya yang berasal dari penggunaan kata 

Apa yang dikatakan Yohanes mengenai Sang Firman?  

Dia bersama Tuhan” (ay 1).
Artinya, sang Firman berdiam dan sehakikat dengan Tuhan YHWH. Kata yang di terjemahkan “bersama dengan” adalah “pros”. Marcus Doods memberikan komentar mengenai penggunaan kata pros sbb : “pros, implies not merely existence alongside with but personal intercourse” (kata pros menunjukkan bukan hanya berada di samping melainkan sebuah hubungan pribadi)[46]

Dia adalah Tuhan” (ay 1).
Artinya, sang Firman adalah manifestasi, ekspresi dari pikiran dan kehendak Tuhan. Dia adalah daya Kreatif, Daya Cipta yang menciptakan sesuatu menjadi ada dan bukan ciptaan. Dengan kalimat ini hendak ditegaskan bahwa Sang Firman bukan ciptaan yang menyebabkan terciptanya segala sesuatu.

Dia menjadikan segala sesuatu” (ay 3).
Artinya, dari segala yang ada dan hidup, Sang Firmanlah yang menyebabkan adanya sesuatu. Dalam Kitab Kejadian 1:3, 6, 9, 11, 14 ,20, 24, 26, 29, di tegaskan bahwa Firman “menjadikan segala sesuatu”, sebagaimana ungkapan “yehi wa yehi” (jadilah ada maka jadilah ada). Ungkapan tersebut sejajar dengan istilah Qur’an, “kun fa yakun”.
  
Dia kekal” (ay 4).
Artinya, Dia tidak akan mengalami kemusnahan atau eksistensi yang temporal. Dia adalah eternal. Pernyataan ini tersirat di balik istilah Yunani “zoe” atau Ibrani “khay” yang bermakna “kehidupan yang berkualitas kekekalan”.

Penjelasan Yohanes menggemakan kembali hakikat Sang Firman dalam TaNaKh sbb:

Firman adalah Daya Cipta Tuhan
bi devar YHWH shamaym naasyu, ube ruakh piw, kal tsevaam” (Mzm 33:6) yang artinya, “Oleh Firman YHWH langit telah di buat dan oleh nafas dari mulut-Nya, terbentuklah semua tentara-Nya” (Mzm 33:6). Dalam Sefer Beresyit atau Kitab Kejadian, sebanyak 9 kali istilah “Amar” (Firman) di hubungkan dengan terjadinya ciptaan. Di tuliskan, “wayomer Elohim, ‘yehi wa yehi’, artinya, “jadi maka jadilah”. 

Firman adalah Utusan Tuhan
yislakh devaru we yirpaem…” (Mzm 107:20) artinya, “Dia mengutus Firman-Nya dan di sembuhkannya mereka” (Mzm 107:20) 

Firman adalah Pelaksana Kehendak Tuhan
“ken yihye devari asher yetse mipiy. Lo yashuv elay reqam. Ki imasha et asher khapatsti we hitsliyakh asher shelakhtiw”  (Yes 55:11) yang artinya, “demikianlah Dia, Firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku tidak akan kembali kepada-Ku dengan kehampaan namun Dia akan melaksanakan dengan sempurna apa yang Aku inginkan dan akan memperoleh tujuan-Nya sebagaimana Aku mengutus-Nya” (Yes 55:11). 

Firman adalah Kehendak Tuhan yang di komunikasikan pada para nabi-Nya
wa yomer et YHWH el YesaYah..” (Yes 38:4) “Maka berfirmanlah YHWH kepada Yesaya..” (Yes 38:4).

Dari penjelasan di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa secara hakikat Yesus Sang Mesias adalah Ilahi karena Dia adalah Sang Firman. Firman tidak diciptakan melainkan menjadi perantara terjadinya ciptaan. Jika Firman diciptakan maka dengan apa Firman itu diciptakan? Yesus bukan hanya Ilahi namun Dia sepenuhnya Manusiwi karena Sang Firman telah menjadi manusia Yesus sebagaimana dikatakan dalam

 Yohanes 1:14, “Firman itu telah menjadi daging dan di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Putra Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran”. 

Apa arti Sang Firman menjadi manusia? Bahwa Sang Firman BENAR-BENAR atau SEUTUHNYA menjadi manusia, takluk kepada tabiat alamiah kemanusiaan (lapar, haus, sedih, takut, marah, mati). Apa yang membedakan kemanusiaan Yesus dengan kemanusiaan pada umumnya?
  • Yesus tidak berdosa, karena Dia dilahirkan bukan dari benih manusia melainkan Sang Firman yang menjadi manusia melalui kuasa Roh Kudus dengan meminjam rahim Miryam (Ibr 4:15)
  • Yesus berkuasa atas maut (1 Kor 15:26)
Apakah karena Sang Firman itu adalah Tuhan, maka dapatkah dikatakan bahwa YHWH yang menjadi manusia? Sekalipun Firman adalah Tuhan, bukan berarti yang menjadi manusia adalah YHWH. Mengapa? Karena Sang Firman adalah Daya Cipta YHWH. Dia sehakikat dan setara serta melekat dalam kekekalan bersama  YHWH dan Roh-Nya (Kej 1:1-3). Sang Firman bukan keberadaan yang berbeda dengan YHWH namun juga bukan keberadaan yang sama begitu saja dengan YHWH. Meminjam terminologi Islam mengenai Tuhan dengan Sifat-Nya, digambarkan dengan istilah “Dzat” dan “Sifat”. Persamaan dalam bahasa Greeknya, “Ousia” dan “Hupostasis”. Ahmad Daudy dalam “Allah dan Manusia dalam Konsepsi Syekh Nuruddin Ar Raniry menjelaskan, “…qadimatun azaliyyatun, laisat hiya dzat wa laa hiya ghaairuhha” (sama-sama kadim, azali, tidak sama dengan Dzat Tuhan tetapi juga tidak berbeda dengan-Nya)[47] Yang menjadi manusia adalah Sang Firman (Sifat Tuhan) bukan YHWH itu sendiri (Dzat Tuhan).

Pemahaman di atas diperlukan untuk menghindari kesalahpahaman dalam menalar Tuhan. Dengan penjelasan di atas, kita dapat memberikan penjelasan yang masuk akal terhadap kasus-kasus berikut
  • Yesus berdoa kepada Bapa-Nya (Mat 26:36-46)
  • Yesus berseru melepas nyawa-Nya kepada Bapa-Nya (Mat 27:45-46)
  • Yesus di baptis di sungai Yordan dan ada realitas Bapa yang hadir dalam wujud suara, ada realitas Roh Kudus yang hadir dalam wujud burung merpati (Mat 3:13-17)
Peristiwa di atas dapat dijelaskan bahwa Yesus sebagai perwujudan Sang Firman (Sifat Tuhan), sepenuhnya, seutuhnya sebagai manusia yang berdoa kepada YHWH, Bapa-Nya yang berseru menyerahkan nyawa-Nya kepada Bapa-Nya, yang diteguhkan Keputraan-Nya oleh Bapa-Nya (Dzat Tuhan). Hampir semua buku kajian khususnya dari kaum Muslim, lebih menekankan sifat antropologis (kemanusiaan) dari Yesus, khususnya ketika mengutip dan membahas ayat-ayat di atas dan sejenisnya. Mereka gagal melihat sifat Keilahian dan memfokuskan diri pada sifat kemanusiaan dan menggunakan sifat kemanusiaan Yesus untuk menolak, menyangkal sifat Ketuhanan Yesus sebagai Sang Firman Tuhan.

Bagaimana memahami Yohanes 14:9 yang menyatakan, “ho eorakos eme eoraken ton patera” (WHO) “haroe Oti roe et ha Av” (HNT), “barangsiapa melihat Aku telah melihat Bapa?” Perkataan Mesias ini tidak memaksudkan bahwa diri-Nya adalah Sang Bapa, melainkan Yahshua secara ontologis memiliki kesetaraan, kesehakikatan dengan Sang Bapa. Wujud kemanusiaan Yesus mengekspresikan kebagaimanaan Sang Bapa yang tidak nampak, melalui ajaran dan perilaku Yesus yang berlandaskan kasih, sehingga barangsiapa yang telah melihat Yesus, baik perkataan dan perilaku-Nya, secara tidak langsung telah melihat Bapa. Namun bukan berarti Yesus adalah Sang Bapa itu sendiri. Penjelasan ini dikuatkan dengan perkataan Yesus selanjutnya, “ego en toi patri kai ho pater en emoi estin” (WHO) “Ani ba Av we ha Av bi”, (HNT), “Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku” (Yoh 14:10). 

Yohanes 8:42 memberikan penegasan mengenai kesehakikatan dan kesetaraan serta kemelekatan Sang Firman dan Sang Bapa, hingga dalam konteks sejarah penyelamatan, Sang Firman keluar dari Sang Bapa, “ego gar ek tou Theo” (WHO) “meet Elohim yatsati” (HNT). “keluar-Nya” Sang Firman dari Tuhan menunjukkan ada pembedaan antara Tuhan dan Sang Firman. Maka menyamakan begitu saja bahwa Firman menjadi manusia berarti YHWH menjadi manusia adalah kesalahan dalam menalar hubungan antara Dzat, Ousia, Essensi Tuhan dengan Sifat, Hupostasis, Energi Tuhan.

Sehubungan dengan bunyi teks Kitab Yohanes naskah Yunani, “kai Theos en ho Logos” (Yoh 1:1) ada beberapa terjemahan yang berbeda sesuai dengan asumsi masing-masing penerjemah. Dalam The New Testament in An Improved Version di terjemahkan demikian : “dan Firman itu adalah suatu (tuhan)”, 1808. Sementara The Emphatic Diaglot menerjemahkan, “dan suatu (tuhan) Firman itu”, 1864. Lalu La Bible du Centenaire L’Evangile selon Jean menerjemakan, “dan Firman itu adalah suatu pribadi tuhan”, 1928. Dan akhirnya The Bible An Ammerican Translation menerjemahkan, “dan Firman itu tuhan”, 1935.[48] Saksi Yehuwa kerap mempersoalkan akurasi terjemahan ini dan menjadikannya titik berangkat untuk mengecilkan status keilahian Yesus sebagai Sang Firman. 

Mengapa beberapa terjemahan di atas berbeda dengan terjemahan pada umumnya (dan Firman itu adalah Tuhan)? Donald Guthrie membahas kesalahpahaman banyak orang terhadap frasa naskah Yokhanan berbahasa Greek, sbb : “Dalam Yohanes 1:1 dalam bahasa Yunani, kata Theos tidak mempunyai kata sandang, hal ini telah menyesatkan banyak orang yang berpikir bahwa pengertian yang benar dari pernyataan itu ialah, ‘Firman itu adalah seorang tuhan’, tetapi secara tata bahasa pengertian itu tidak dapat di pertahankan, karena kata Theos merupakan predikat. Tidak dapat di ragukan bahwa Yokhanan bermaksud agar para pembacanya mengerti bahwa Firman itu memiliki sifat (Ketuhanan), tetapi ia tidak bermaksud bahwa Firman dan Tuhan merupakan istilah yang sama artinya, karena pernyataan sebelumnya dengan jelas membedakan keduannya. Seharusnya pernyataan ini berarti bahwa walaupun Firman itu adalah Tuhan, namun pengertian tentang (Ketuhanan) mencakup lebih dari Firman…dengan beberapa kata ia telah memberi kesan mengenai sikap dan kedudukan Ketuhanan dari Firman yang selalu bersama-sama dengan (Tuhan)[49] 

Terhadap Istilah “Permulaan Dari Ciptaan Tuhan”

Dalam Kitab Wahyu 3:14 dikatakan: "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Laodikia: Inilah firman dari Amin, Saksi yang setia dan benar, permulaan dari ciptaan Tuhan:…” Dalam naskah Yunani dituliskan “he arkhe tes ktiseos tou Theou”. Sekalipun terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia tidak terlalu keliru, namun dapat menimbulkan konotasi bahwa Yesus adalah ciptaan Tuhan. Padahal Yesus adalah perwujudan Firman Tuhan dan Firman tidak diciptakan melainkan menciptakan (Mzm 33:6; Yoh 1:3). Yesus dilahirkan namun tidak diciptakan. Istilah arkhe mengandung pengertian “permulaan dari segala sesuatu” (Yoh 1:1). Namun disisi lain dapat pula bermakna “pengatur, penguasa, pemerintah” (Rm 8:38). Kata arkhe dalam Wahyu 3:14, setara dengan Wahyu 21:6 dan Wahyu 22:13. Kata arkheAlef dan Taw atau Alfa dan Omega. Yesus adalah “Yang Memulai” dan “Yang Mengakhiri”. dihubungkan dengan kekekalan sebagai 

DR. David Stern menerjemahkan, “…The Ruler of God’s creation”[50] sementara Rabbi Moshe Yoseph Koniuchowsky The menerjemahkan, “…the first cause of all the creation ofthe chief of the creation of God;...”[52] Dengan terjemahan di atas, hendak menunjuk pada hakikat Yesus sebagai “pengatur”, “penguasa”, “permulaan yang menciptakan” dalam konteks sebagai Sang Firman. YHWH[51]. Sementara Young’s Literal Translation, 1901 menerjemahkan dengan, “…

Tanggapan Terhadap Istilah “Yang Sulung Dari Ciptaan Tuhan

Dalam Kolose 1:15 dikatakan: “Ia adalah gambar Tuhan yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan”. Terjemahan ini menimbulkan kesan bahwa Yesus adalah ciptaan yang paling utama. Dalam teks Yunani dikatakan: “prototokos paseos ktiseos”. Kata prototokos memiliki makna secara literal berarti “anak sulung” (Luk 2:7; Ibr 11:28), namun secara simbolis bermakna “sifat kekekalan Yesus sebagai Putra Tuhan” (Ibr 1:6). DR. David Stern menerjemahkan dengan, “Supreme over all creation”[53]. Dalam komentarnya mengenai Kolose 1:15 DR. David Stern menjelaskan:  “The Messiah is the firstborn of a new humanity through being the first to be resurrected from the dead; this is clearly the sense of “prototokos” in v.18. But this sense does not fit here because of what follows in vv.16-17, even though it is consistent with the preceding allusion to Adam. If one chooses, ‘firstborn of’ instead of ‘supreme over’, the phrase, ‘firstborn of all creation’ does not mean that Yeshua was the first created being but speaks of the eternal sonship”[54] (Mesias adalah yang sulung dari manusia baru, melalui yang sulung yang mengalami kebangkitan dari kematian; inilah makna sesungguhnya dari kata prototokos dalam ayat 18. Namun makna ini tidak ditopang pada ayat ini, dikarenakan diikuti oleh ayat selanjutnya yaitu 16-17, meskipun ini terlihat konsisten dengan kiasan mengenai Adam. Jika seseorang memilih menerjemahkan dengan “yang sulung” daripada “yang menguasai”, maka frase “yang sulung dari semua ciptaan”, janganlah dimaknai bahwa Yesus adalah yang pertama diciptakan, namun mengenai Kekekalan Sang Putra).

Dengan demikian, sekalipun diterjemahkan dengan “yang sulung dari segala yang diciptakan”, bukan bermakna bahwa Dia adalah ciptaan, melainkan dijelaskan dalam ayat 16-17 sbb: “karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia”.

Tanggapan Mengenai Yesus setara dengan Hikmat yang diciptakan dalam Amsal 8:22 

Kalangan Saksi-saksi Yehuwa menggunakan Amsal 8:22-31 sebagai pernyataan bahwa Yesus adalah ciptaan, dengan suatu konklusi bahwa Yesus bukan Tuhan yang menciptakan. Yesus setara dengan Hikmat yang diciptakan YHWH.
  • TUHAN telah menciptakan aku sebagai permulaan pekerjaan-Nya, sebagai perbuatan-Nya yang pertama-tama dahulu kala” (LAI, TB)
  • The LORD possessed me in the beginning of his way, before his works of old” (KJV)
  • The LORD made me as the beginning of His way, the first of His works of old” (JPST)
  • YHWH qanani resyit darko qedem mifalaw meoz” (BHS)
  • Kurios ektisen me arkhên hodôn autou eis erga autou” (LXX)
Terjemahan "telah menciptakan aku" dari kata Ibrani קנני - Qanani itu tidak tepat karena kata "menciptakan" biasanya menggunakan kata Ibrani  ברא - Bara atau  עשׂה - Asah. Kata Ibrani Qanah cenderung berarti "membeli" atau "memiliki (posses)". Perhatikan perbandingan ayat berikut:

Pengkhotbah 2:7
  • Aku membeli budak-budak laki-laki dan perempuan, dan ada budak-budak yang lahir di rumahku; aku mempunyai juga banyak sapi dan kambing domba melebihi siapapun yang pernah hidup di Yerusalem sebelum aku” (LAI TB)
  • I got me servants and maidens, and had servants born in my house; also I had great possessions of great and small cattle above all that were in Jerusalem before me” (KJV)
  • Qaniti avadim usyefakhot uveney vayit hayah li gam miqneh vaqar vatson harbeh hayah mikol syehayu lefanay birusyalaim” (Biblia Hebraica Stuttgartensia - BHS)
Yesaya 1:3
  • Lembu mengenal pemiliknya, tetapi Israel tidak; keledai mengenal palungan yang disediakan tuannya, tetapi umat-Ku tidak memahaminya” (LAI TB)
  • The ox knoweth his owner, and the ass his master's crib: but Israel doth not know, my people doth not consider” (KJV)
  • Ya’da syor qonehu wakhamor evus be’alay Yisrael lo yada ami lo hitbonan” (Biblia Hebraica Stuttgartensia - BHS)
Zakharia 13:5
  • Tetapi masing-masing akan berkata: Aku ini bukan seorang nabi, melainkan seorang pengusaha tanah, sebab tanah adalah harta kepunyaanku sejak kecil” (LAI TB)
  • But he shall say, I am no prophet, I am an husbandman; for man taught me to keep cattle from my youth” (KJV)
  • Weamar lo navi anoki isy oved adamah anoki ki adam hiqnani mine’uray” (Biblia Hebraica Stuttgartensia - BHS)
Dari segi konteks perikop, Kitab Amsal 8:1-22 tidak membicarakan nubuat mengenai Mesias melainkan Hikmat sebagai perantara terjadinya segala sesuatu dan barangsiapa yang mengejar dan mendapatkan Hikmat maka dia akan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang bermanfaat dalam kehidupannya. Jadi ayat ini tidak menunjuk kepada Yesus Sang Mesias.

Tanggapan Mengenai Soteriologi

Sekalipun Saksi Yehuwa mengakui karya Penebusan Yesus Sang Mesias, namun tetap saja memandang bahwa karya penebusan itu dilakukan oleh Yesus yang manusiawi belaka tanpa mengakui keilahian Yesus sebagai Sang Firman. Nilai penting kemanusiaan Yesus bagi penebusan bahwasanya Dia mewakili manusia yang ditebusnya. Nilai penting keilahian Yesus bagi penebusan bahwasanya Dia mewakili Tuhan Sang Bapa yang menerima penebusan. Bagaimana Yesus akan menjalankan karya penebusan dan menjadi perantara antara manusia dengan Tuhan jika Yesus hanya memiliki salah satu aspek dalam dirinya yaitu kemanusiaannya belaka?

Tanggapan Mengenai Pneumatologi

Adalah kekeliruan besar jika menganggap Roh Kudus yang adalah Roh YHWH sendiri sebagai tenaga aktif Tuhan semata-mata. Pernyataan ini menempatkan Roh Kudus - sebagaimana Sang Firman – hanya sebatas mahluk ciptaan Tuhan belaka. Jika Roh Kudus yang adalah Roh YHWH adalah ciptaan belaka, bagaimana Roh YHWH mampu memberikan kehidupan sebagaimana dikatakan dalam Ayub 33:4 sbb: “Roh Tuhan telah membuat aku, dan nafas Yang Mahakuasa membuat aku hidup”? Jika Roh Kudus atau Roh YHWH adalah ciptaan bagaimana mungkin Roh Kudus “keluar dan datang dari Bapa” sebagaimana dikatakan dalam Yohanes 15:26, “Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku?” 

Sekalipun dipergunakan kata ganti εκεινος (ekeinos) yang secara hurufiah artinya “itu” namun berdasarkan konteksnya kata ini menunjuk pada kata ganti jenis kelamin maskulin singular (laki-laki tunggal) sehingga semua terjemahan bahasa Inggris menerjemahkannya dengan “He” dan bukan “It” sebagaimana anggapan Saksi Yehuwa. Kita lihat perbandingan ayat ini dalam beberapa terjemahan bahasa Inggris sbb:

And when the Comforter may come, whom I will send to you from the Father -- the Spirit of truth, who from the Father doth come forth, he will testify of me” (Joh 15:26 YLT)

But when the Comforter is come, whom I will send unto you from the Father, even the Spirit of truth, which proceedeth from the Father, he shall testify of me” (Joh 15:26 KJV)

"When the Counselor comes, whom I will send you from the Father- the Spirit of Truth, who keeps going out from the Father- he will testify on my behalf (Joh 15:26 CJB)

Tanggapan Mengenai Eskatologi

Saksi Yehuwa mempertahankan kebiasaan pemimpinnya dalam hal ini Russel yang gemar melakukan prediksi dan ramalan mengenai kapan Yesus akan datang ke dunia untuk menghakimi dan kapan akhir zaman terjadi sebagaimana dikatakan: “Sebenarnya Saksi-Saksi Yehuwa telah terpaksa berkali-kali mengubah ‘penjelasan’ mereka mengenai dunia dan akhirat. Mula-mula Pdt. Russel, pendiri bidat ini meramalkan kesudahan dunia pada tahun 1874. Kemudian ia menghitung lagi dan menentukan tahun 1914. Lantas menyusul tahun 1918, 1920 1925, 1975 dan akhir-akhir ini 1975. Menurut seorang sarjana Kristen yang banyak menyelidiki doktrin Saksi-Saksi Yehuwa, mereka telah memilih 1992 sebagai ‘tahun kesudahan’ yang berikutnya, setelah nubuat-nubuat mereka yang lama itu semuanya sudah meleset”[55]. Prinsip dasar hermeneutik yang sehat mengenai penafsiran akhir zaman, seharusnya meletakkan peringatan Yesus Sang Mesias berikut ini sebagai yang utama yaitu: “Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorang pun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa sendiri." (Mat 24:36). Yesus hanya memerintahkan kepada kita untuk memperhatikan tanda-tanda akhir zaman dan kedatanganya yang kedua kali. Ketika para muridnya bertanya: “Ketika Yesus duduk di atas Bukit Zaitun, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya untuk bercakap-cakap sendirian dengan Dia. Kata mereka: "Katakanlah kepada kami, bilamanakah itu akan terjadi dan apakah tanda kedatangan-Mu dan tanda kesudahan dunia?" (Mat 24:3). Berangkat dari pertanyaan itu Yesus Sang Mesias memberikan penjabaran panjang lebar dari Matius 24:4-35 dan ditutup dengan ayat 36 di atas dimana Dia sendiri tidak memberitahukan kepastian tanggal atau hari kedatangannya. Yesus hanya meminta kita semua untuk berjaga dan waspada sebagaimana dikatakan: “Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang. Tetapi ketahuilah ini: Jika tuan rumah tahu pada waktu mana pada malam hari pencuri akan datang, sudahlah pasti ia berjaga-jaga, dan tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar. Sebab itu, hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga” (Mat 24:42-44).

 Meramal dan memastikan hari dan tanggal berakhirnya zaman dan datangnya Yesus yang kedua kali untuk menghakimi dunia ini selain akan menemui kegagalan yang menyesatkan, maka mereka yang melakukannya telah memperlakukan diri mereka seolah-olah lebih tahu dari Yesus Sang Mesias. 

Tanggapan Mengenai Kematian dan Kebangkitan

Memang benar bahwa manusia yang mengalami kematian “tidak memiliki kekuatan” (lo yekhelash), “tidak bangkit dari kematian” (lo yaqum), “tidak terjaga” (lo yaqishu), “tidak bangun dari tidurnya” (lo ye’oru) (Ayb 14:10-12, 14). Namun menafsirkan kata Ibrani Sheol dan kata Yunani Hades dengan “kuburan” adalah kesalahan yang fatal. Kuburan tidak identik dengan dunia orang mati. Secara kebahasaan, kata kuburan dipergunakan kata Ibrani קבר (Qavar) dan diterjemahkan dalam naskah Septuaginta dengan ταφὴν (taphen) sebagaimana muncul dalam beberapa ayat sbb: 

Dan dikuburkan-Nyalah (wayiqbor)dia di suatu lembah di tanah Moab, di tentangan Bet-Peor, dan tidak ada orang yang tahu kuburnya sampai hari ini” (Ul 34:6)   

Yakub mendirikan tugu di atas kuburnya (qevuratah); itulah tugu kubur Rahel sampai sekarang” (Kej 35:20) 

Oleh sebab itu, bernubuatlah dan katakan kepada mereka: Beginilah firman Tuan YHWH: Sungguh, Aku membuka kubur-kuburmu (qivroteykem) dan membangkitkan kamu, hai umat-Ku, dari dalamnya, dan Aku akan membawa kamu ke tanah Israel” (Yekhz 37:12)

Jika kita berbicara “dunia” tentu saja kita memiliki pemahaman akan adanya suatu aktifitas. Jika kita mendengar istilah “dunia kerja” maka itu bermakna suatu aktifitas lika lika dalam pekerjaan. Jika kita mendengar istilah “dunia keilmuan” maka itu bermakna suatu seluk beluk dalam keilmuan. Maka ketika kita mendengar istilah “dunia orang mati” (Ibr: Sheol/Yun: Hades) maka kita tentu saja memaknai suatu kehidupan di alam yang berbeda dengan kita. Kitab Suci memang tidak memberikan informasi aktifitas apa saja yang ada dalam dunia orang mati. Namun kisah pengemis dan orang kaya yang disampaikan oleh Yesus untuk memberikan gambaran mengenai kebangkitan orang mati dalam Lukas 16:19-31 mematahkan khayalan Saksi Yehuwa yang menyangkal adanya kehidupan dalam dunia orang mati. Kita perhatikan kisah tersebut sbb:

"Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan. Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu, dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilat boroknya. Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini. Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita. Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang. Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini. Tetapi kata Abraham: Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu. Jawab orang itu: Tidak, Bapa Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat. Kata Abraham kepadanya: Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati."
 
Tanggapan Mengenai Neraka


Saksi Yehuwa nampaknya takut akan keberadaan Neraka sehingga harus menghapus makna literal akan keberadaan neraka dalam terjemahan dan penafsiran mereka. Secara literal kata Ibrani Gehinom atau kata Yunani Gehenna menunjuk pada suatu lokasi pembuangan sampah dimana ada api yang membakar sampah-sampah tersebut di Yerusalem Timur. Namun kata Gehinom atau Gehenna bukan bermakna simbolik melainkan suatu tempat dan keadaan yang akan dialami secara nyata bagi mereka yang menberontak dan menyangkal Tuhan dan Firman-Nya sebagaimana dikatakan: “

Maka tertangkaplah binatang itu dan bersama-sama dengan dia nabi palsu, yang telah mengadakan tanda-tanda di depan matanya, dan dengan demikian ia menyesatkan mereka yang telah menerima tanda dari binatang itu dan yang telah menyembah patungnya. Keduanya dilemparkan hidup-hidup ke dalam lautan api yang menyala-nyala oleh belerang” (την λιμνην του πυρος την καιομενης καιομενην εν τω θειω :ten limenen tou puros ten kaiomenes kaiomenen en tooi theiooi, Why 19:20)

dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang (την λιμνην του πυρος και θειου οπου :ten limenen tou puros kai theiou opou), yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya” (Why 20:10)

Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang (τη λιμνη τη καιομενη πυρι και θειω: ten limene te kaiomene puri kai theiooi) inilah kematian yang kedua." (Why 21:8)

Kesimpulan


Dari pengkajian ajaran dan analisis kritis terhadap sejumlah teks dan ayat yang dijadikan landasan ajaran dan penafsiran Saksi-Saksi Yehuwa, dapat dibuktikan bahwa semua penafsiran mereka tentang aspek-aspek teologi Kristen seperti Kristologi, Pneumatologi, Eskatologi dan doktrin-doktrin utama Kekristenan telah menyimpang dari maksud yang tertulis dalam Kitab Suci. Rasul Paul mengingatkan kepada Jemaat Korintus sbb:  “Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain dari pada yang telah kamu terima” (2 Kor 11:4). Frasa αλλον ιησουν (allon Iesoun) atau “Yesus yang lain” dan η πνευμα ετερον (he pneuma heteron) atau “Injil yang lain” serta η ευαγγελιον ετερον (he Euanggelion heteron) atau “roh yang lain”, mengingatkan kita akan kewaspdaan akan adanya bidat dan penyesat yang menyimpangkan berita Injil yang telah disampaikan dari mulut para rasul yang kemudian dituliskan dalam Kitab Injil serta surat-surat rasuli.


Berita Injil mengakui bahwa Yesus Sang Mesias adalah sepenuhnya Ilahi dan Manusiawi. Yesus bukan ciptaan yang lebih rendah dari Tuhan. Yesus adalah Firman Tuhan yang menjadi manusia. Dia adalah sumber dan perantara terjadinya ciptaan.


Berita Injil mengakui bahwa Bapa, Anak, Roh Kudus adalah setara, sehakikat, sederajat dalam kekekalan sebagai personifikasi dari YHWH, Firman dan Roh-Nya yang kekal. Sekalipun kita tidak menyebut dengan Tritunggal namun bukan berarti keberadaan kesehakikatan Bapa Anak Roh ditolak


Berita Injil mengakui bahwa Roh Kudus datang dari YHWH Sang Bapa dan bukan ciptaan yang lebih rendah dari Tuhan. Roh Kudus adalah Roh yang menghidupkan dan menyertai orang beriman sampai Yesus Sang Msias datang kembali.


Berita Injil mengakui bahwa kematian bukan semata-mata tidur panjang tanpa aktifitas. Ada aktifitas yang tidak diberitakan secara gamblang dalam Kitab Suci. Orang benar (tsadiq) dan orang fasik (reshaim) dipisahkan keberadaannya di dunia alam kematian. Yang satu di Firdaus dan yang satu di Hades.


Berita Injil mengakui bahwa neraka sebagaimana sorga adalah ada dan nyata. Sebagaimana sorga mewakili suatu tempat yang penuh kemuliaan dan keindahan demikianlah neraka sebuah tempat kehinaan dan mengerikan tempat hukuman dan upah orang fasik.


Marilah kita hadapi Saksi-Saksi Yehuwa dengan kasih dan argumentasi yang baik supaya mereka kembali kepada Sang Gembala Agung pemimpin domba-domba Mesias yaitu Yahshua ha Mashiakh atau Yesus Sang Mesias. Akan tetapi kamu, saudara-saudaraku yang kekasih, bangunlah dirimu sendiri di atas dasar imanmu yang paling suci dan berdoalah dalam Roh Kudus. Marilah kita amalkan pesan rasuli berikut: “Peliharalah dirimu demikian dalam kasih Tuhan sambil menantikan rahmat Junjungan Agung  kita, Yesus Sang Mesias, untuk hidup yang kekal.Tunjukkanlah belas kasihan kepada mereka yang ragu-ragu, selamatkanlah mereka dengan jalan merampas mereka dari api. Tetapi tunjukkanlah belas kasihan yang disertai ketakutan kepada orang-orang lain juga, dan bencilah pakaian mereka yang dicemarkan oleh keinginan-keinginan dosa” (Yud 1:21-23)