Mungkin
Anda sering mendapat kunjungan dari beberapa orang yang menamakan
dirinya Perkumpulan Siswa-Siswa Alkitab atau Saksi-Saksi Yehuwa. Mereka
biasanya datang berpasangan. Membawa sejumlah buku untuk dijual atau
dibagikan secara cuma-cuma dengan sampul buku dan isi buku yang
berwarna menarik. Siapakah mereka dan apakah isi kepercayaan mereka
mencerminkan iman Kristen yang berlandaskan Kitab Suci?
Siapakah Saksi Yehuwa itu?
Saksi-Saksi Yehuwa adalah suatu denominasi
Kristen, milenarian (cenderung pada ajaran Kerajaan 1000 Tahun Damai),
restorasionis (pemulihan) yang dahulu bernama Siswa-Siswa Alkitab
hingga pada tahun 1931. Agama ini diorganisasi secara internasional,
lebih dikenal di dunia Barat sebagai Jehovah's Witnesses, yang
mencoba mewujudkan pemulihan dari gerakan Kekristenan abad pertama yang
dilakukan oleh para pengikut Yesus Kristus. Saksi-Saksi Yehuwa sendiri
bukanlah suatu sekte, mereka tidak pernah memisahkan diri dari gereja
atau kelompok besar manapun. Wewenang tertinggi kehidupan mereka
berdasarkan hukum-hukum dan prinsip-prinsip dari Kitab Suci atau
Alkitab[1].
Secara
resmi pengajaran Saksi-Saksi Yehuwa di Indonesia dilarang melalui
Surat Keputusan Jaksa Agung Nomor 129 Tahun 1976, lewat SK itu, Jaksa
Agung telah melarang kegiatan Saksi Yehuwa atau Siswa Alkitab di
seluruh wilayah Indonesia. Sebab, Saksi Yehuwa memuat hal-hal yang
bertentangan dengan ketentuan hukum yang berlaku, seperti menolak salut
bendera dan menolak ikut berpolitik. Ajaran yang mereka yakini juga
dianggap bertentangan dan menyimpang dari kebijaksanaan dan politik
pemerintah RI dan dianggap meresahkan karena perilaku penyebaran agama.
Pengikut yang cukup rajin mendatangi orang-orang dari rumah ke rumah,
hal ini telah menimbulkan keresahan di kalangan umat beragama umumnya
karena praktek kunjungan-kunjungan ini dilakukan ke rumah-rumah
masyarakat yang sudah beragama. Mereka juga melakukan antitesa terhadap
beberapa aspek pemerintahan . Pada Februari 1994 ada upaya untuk
mencabut SK ini dengan berlandaskan Pasal 29 UUD 1945, Tap MPR Nomor
XVII/1998 tentang HAM, dan Instruksi Presiden No. 26 Tahun 1998. Pada 1
Juni 2001 SK ini kemudian dicabut. Walaupun begitu, sebenarnya sejak
tanggal 19 Juli 1996, Saksi-Saksi Yehuwa telah membuka kantor cabang
Indonesia berupa gedung yang dipergunakan sebagai tempat pertemuan dan
pusat kegiatan[2].
Para Pendiri
Saksi Yehuwa
Charles Taze Russell
Lahir Tgl 16 Februari 1852 dan wafat Tgl 31
Oktober 1916. Dikenal sebagai orang Kristen Restorasi terkemuka di awal
Abad XX yang memulai pelayanannya di Pittsburgh, Pennsylvania Amerika
dan pendiri dari apa yang sekarang disebut Gerakan Siswa Alkitab
darimana Saksi Yehuwa dan sejumlah kelompok Siswa Alkitab bermunculan
setelah kematiannya.
Dimulai pada bulan Juli tahun 1879 ketika dia
mulai menerbitkan jurnal keagamaan bulanan dengan nama Zion's Watch
Tower and Herald of Christ's Presence (Menara Pengawal Sion dan
Kehadiran Bentara Kristus). Jurnal ini sekarang berubah nama The
Watchtower Announcing Jehovah's Kingdom (Deklarasi Menara Pengawal
dari Kerajaan Yehuwa) dan diterbitkan setengah bulan sekali. Pada tahun
1881 dia menjadi asisten pendiri Zion's Watch Tower Tract Society (Risalah
Masyarakat Menara Pengawal Sion) dan pada tahun 1884 badan hukum
organisasi tersebut secara resmi didaftarkan ulang kembali dimana Russel
terpilih sebagai direktur. Russel banyak menuliskan artikel, buku,
brosur, pamflet dan kotbah yang keseluruhannya diperkirakan ada 50.000
cetakan. Dari tahun 1886 sampai 1904 Russel menerbitkan enam volume
pelajaran Kitab Suci berseri yang semula dinamakan Millennial Dawn (Permulaan
Milenium) yang kemudian diberi nama baru Studies in the Scriptures
(Pelajaran-pelajaran dalam Kitab Suci) yang menghabiskan hampir 20
juta copi yang telah dicetak dan disebarluaskan ke seluruh penjuru
dunia dalam berbagai bahasa selama hidupnya (Volume ketujuh telah
dituliskan dan diterbitkan oleh Joseph Rutherford pada tahun 1917).
Masyarakat Menara Pengawal (The Watch Tower Society) menyatakan secara
resmi bahwa penerbitan tulisan-tulisan Russel berhenti pada tahun 1927
meskipun buku-bukunya berlanjut diterbitkan oleh beberapa kelompok
independen semenjak tahun itu.
Russel
adalah figur kharismatik (seorang yang memiliki karisma) namun
mengklaim tidak memiliki pewahyuan khusus atau penglihatan bagi
pengajarannya dan tidak memiliki otoritas khusus atas apa yang
dimilikinya. Dia menyatakan bahwa dia tidak hendak mendirikan denominasi
baru namun sebaliknya hany berniat mengumpulkan bersama-sama diantara
mereka yang mencari kebenaran Firman Tuhan “selama masa penuaian”. Dia
menuliskan bahwa “kebenaran nyata yang dibentangkan” dalam ajarannya
berkaitan dengan “fakta sederhana bahwa waktu Tuhan telah datang dan
jika saya tidak berbicara dan tidak ada perantara lain ditemukan maka
batu-batu itu akan berteriak”. Dia melihat dirinya sendiri – dan semua
orang-orang Kristen diurapi oleh Roh Kudus- sebagai “penyambung lidah
Tuhan” (God's mouthpiece) dan sebagai Duta Mesias. Dalam karirnya di
kemudian hari dia menerima tanpa sangkalan bahwa banyak Siswa Alkitab
memandang dirinya sebagai “pelayan yang setia dan bijaksana” sebagaimana
dikatakan dalam Matius 24:25 dan dia digambarkan oleh Menara Pengawal (Watch
Tower), setelah kematiannya sebagai yang telah menjadi “pemimpin
dari semua Tuan yang baik”.
Setelah
Russel meninggal, krisis kepemimpinan mengitari direktur baru dari
komunitas tersebut. Joseph Rutherford kemudian menghasilkan perpecahan
gerakan secara luas. Sebanyak tiga per empat dari Siswa Alkitab yang
diperkirakan berjumlah 50.000 yang telah bergabung pada tahun 1917
telah meninggalkan organisasi tersebut pada tahun 1931 dan menghasilkan
formasi kelompok baru yang mempertahankan nama Siswa Alkitab (Bible
Students) secara bervariasi. Mereka yang tetap mempertahankan
persekutuan dengan Masyarakat Menara Pengawal (Watch Tower Society)
kemudian mengadopsi nama dengan Saksi Yehuwa (Jehovah's witnesses) pada
tahun 1931. Sementara itu beberapa dari antara mereka yang bertalian
dengan komunitas tersebut membentuk kelompok mereka sendiri termasuk Pastoral
Bible Institute (Institut Penggembalaan Alkitab) pada tahun 1918,
the Layman's Home Missionary Movement (Gerakan Pelayanan Rumah
dari Golongan Awam) pada tahun 1919 serta Dawn Bible Students
Association (Asosiasi Siswa Alkitab Permulaan) pada 1929[3].
Namun kehidupan pribadi Russel banyak
berhadapan dengan sejumlah persoalan yang bertentangan dengan ajarannya
sendiri. Istri Russel pernah menuntut cerai karena Russel memiliki
hubungan dengan seorang wanita bernama Rose Ball. Istrinya tidak
diperkenankan bercerai atas dasar perzinahan, tetapi boleh atas dasar
“keangkuhan” dan “tindakan sewenang-wenang” dari pihak sang suami, yang
menjadikan hidup sang istri tak tertahankan”[4]. Beberapa masalah
lainnya adalah penangkapan Russel karena dia memindahkan hak milik
harta bendanya kepada perseroan-perseroan dan lembaga-lembaga yang
dikuasainya secara mutlak. Hal itu dilakukan untuk menghindarkan diri
dari membayar biaya penyelesaian cerai dengan istrinya. Tidak hanya
itu, salah satu surat kabar di New York pernah menuduh bahwa Russel
menjual “gandum ajaib” seharga empat kali lipat dari harga pasaran.
Ketika dia diperkarakan ke pengadilan dia mengakui bahwa dakwaan itu
mengandung unsur-unsur kebenaran[5]
Joseph Franklin Rutherford
Lahir Tgl 8 November 1869 dan wafat pada Tgl 8
januari 1942 dan dikenal sebagai “Hakim” Rutherford yang merupakan
direktur ketiga dari Watch Tower Bible and Tract Society dan memainkan
peranan penting dalam perkembangan organisasi dan doktrin dari Saksi
Yehuwa yang muncul dari gerakan Siswa Alkitab yang didirikan oleh
Charles Taze Russell.
Rutherford
memulai karir dalam bidang hukum, bekerja sebagai penulis cepat di
pengadilan, pengacara (trial lawyer) dan jaksa penuntut. Dia mulai
menaruh minat dalam doktrin dari direktur Watch Tower Society bernama
Charles Taze Russell yang menuntunnya bergabung dengan gerakan Siswa
Alkitab dan dibaptis pada tahun 1906. Dia ditetapkan sebagai penasihat
hukum (legas counsel) bagi Watch Tower Society pada tahun 1907 dalam
perjalanannya kemudian membawa dia sebagai direktur terpilih pada tahun
1917. Awal kepemimpinannya ditandai oleh perselisihan diantara dewan
direktur Watch Tower Society, dalam mana empat dari tujuh anggota dewan
direktur mengecam sikap otoriter Rutherforf dan meminta dia mengurangi
kekuasaanya. Hasil dari krisis kepemimpinan tersebut memisahkan
komunitas Siswa Alkitab tersebut dan menyumbangkan hilangnya sepertujuh
pengikut sejak 1919 sebanyak 75% pada tahun 1931. Rutherford dan enam
eksekutif lainnya dari Watch Tower pernah dipenjara pada tahun 1918
setelah adanya tuntutan terhadap penerbitan The Finished Mystery
yaitu sebuah buku yang dianggap “membangkang” (seditious) karena
komentar-komentar anti perangnya.
Rutherford
memperkenalkan banyak perubahan di bidang organisasi dan doktrin yang
menyumbangkan bentuk kepercayaan dari Saksi Yehuwa. Dia mengadakan
struktur administrasi terpusat dalam gerakan Siswa Alkitab di seluruh
dunia yang kemudian dia namakan sebuah Teokrasi yang menuntut semua
pengikut untuk mengedarkn literatur melalui kotbah pintu ke pintu dan
menyediakan laporan berkala dari aktifitas mereka. Dia juga mendirikan
program pelatihan untuk berbicara di depan umum sebagai bagian dari
pertemuan ibadah mingguan. Dia menetapkan bahwa tahun 1914 sebagai saat
kembalinya Mesias secara tidak nampak dan menyatakan bahwa kematian
Mesias bukan di kayu salib melainkan di atas pohon. Kemudian
memformulasi konsep Saksi Yehuwa mengenai Harmagedon sebagai peperangan
Tuhan terhadap orang fasik dan memperkuat kepercayaan bahwa
pemerintahan Kerajaan Seribu Tahun dari Mesias telah dekat. Dia
memerintahkan kepada para pengikutnya agar tidak memelihara perayaan
tradisional seperti Christmass (Natal) dan perayaan Ulang Tahun
Kelahiran. Melarang menghormat kepada bendera atau menyanyikan lagu
kebangsaan. Dia memperkenalkan nama “Saksi Yehuwa” pada tahun 1931 dan
istilah “Balai Kerajaan” sebagai rumah peribadahan pada tahun 1935. Dia
telah menulis sebanyak dua puluh satu buku dan dihargai oleh Watch
Tower pada tahun 1942 dengan penyebaran hampir 400 juta buku dan
buklet. Meskipun terjadi pengurangan signifikan selama tahun 1920-an,
secara keseluruhan anggota berkembang lebih dari enam kali lipat pada
akhir dua puluh lima tahun Rutherford menjabat sebagai direktur[6].
Pokok Ajaran Saksi Yehuwa
Saya akan batasi pokok pembahasan ajaran Saksi
Yehuwa dalam hal “Nama Tuhan”, “Kristologi” (dokrin tentang Mesias),
”Soteriologi” (doktrin tentang Keselamatan) ”Eskatologi” (doktrin
tentang Akhir Zaman), “Pneumatologi” (doktrin Roh Kudus) dan beberapa
aspek ajaran lainnya. Berikut pokok ajaran Saksi Yehuwa:
1.
Ketuhanan
Saksi
Yehuwa menolak istilah Tritunggal dan menolak essensi kesetaraan Bapa,
Anak, Roh Kudus sebagai personifikasi YHWH, Firman dan Roh-Nya.
“Jadi, ke-39 buku dari Kitab-Kitab Ibrani
ataupun kanon dari ke-27 buku yang terilham dari Kitab-Kitab Yunani
Kristen tidak ada memuat ajaran yang jelas mengenai Tritunggal...Jadi
bukti dari Alkitab dan dari sejarah membuat jelas bahwa Tritunggal
tidak dikenal sepanjang zaman Alkitab dan selama beberapa abad
setelahnya...Jadi dibutuhkan waktu berabad-abad sejak zaman Kristus
bagi Tritunggal untuk dapat diterima secara luas dalam susunan Kristen.
Dan dalam semua hal tersebut, apa yang membimbing
keputusan-keputusannya? Apakah Firman (Tuhan) atau apakah pertimbangan
para pendeta dan politik? Dalam Origin and Evolution of Religion, E.W.
Hopkins menjawab: Definisi ortodoks yang terakhir dari tritunggal
sebagian besar adalah masalah politik gereja”[7]
2.
Nama Tuhan
Saksi
Yehuwa memperjuangkan eksistensi nama Tuhan bernama Yehuwa yang
termuat dalam 7000 tempat di Kitab Suci TaNaKh atau lazim disebut
Perjanjian Lama oleh Kekristenan.
“Demikian
pula dengan nama (Tuhan). Tidak diketahui dengan tepat bagaimana kata
itu diucapkan, meskipun beberapa sarjana berpikir bahwa ‘Yahweh’ itu
benar. Namun bentuk ‘Jehovah’ (Yehuwa) telah dipakai berabad-abad dan
paling luas dikenal. Akan tetapi apakah kita seharusnya menggunakan
nama (Tuhan) meskipun kita mungkin tidak mengucapkannya dengan tepat
sebagaimana ucapan-ucapan semua? Kita menggunakan nama-nama orang lain
dalam Alkitab meskipun tidak diucapkan dengan cara yang sama seperti
dalam bahasa Ibrani asli. Misal, nama Yesus diucapkan ‘Yeshua’ dalam
bahasa Ibrani. Demikian pula sepatutnya orang menggunakan nama (Tuhan)
yang dinyatakan dalam Alkitab, tidak soal apakah kita mengucapkan
‘Yahweh’, ‘Yehuwa’ atau dengan cara lain yang umum dalam bahasa kita”[8]
“(Tuhan)
memberi diri-Nya sebuah nama yang penuh makna. Nama-Nya, Yehuwa,
menunjukkan bahwa (Tuhan) dapat memenuhi janji apapun yang Ia buat dan
dapat melaksanakan apapun yang telah Ia tetapkan. Nama (Tuhan) itu
unik, lain daripada yang lain. Hanya Dialah yang memiliki nama itu.
Yehuwa unik dalam banyak hal”[9]
3.
Kristologi
Sekalipun
Yesus Sang Mesias mendapat tempat terhormat dalam pengajaran Saksi
Yehuwa dan menjalankan fungsi penebusan yang menyediakan kehidupan
kekal, namun kedudukan Yesus hanyalah mahluk ciptaan pertama yang
keberadaannya sudah terlebih dahulu ada sebelum langit dan bumi ada dan
setara dengan malaikat ciptaan Yehuwa. Dalam derajat tertentu, Yesus
disetarakan dengan Hikmat dalam Kitab Amsal.
“Jadi sebelum dilahirkan di bumi sebagai
manusia, Yesus sudah ada di surga sebagai pribadi roh yang penuh kuasa.
Ia mempunyai tubuh yang tidak dapat dilihat manusia seperti halnya
(Tuhan)...Sebelum datang ke bumi, Yesus disebut Firman dari (Tuhan).
Gelar ini memperlihatkan bahwa di Surga ia melayani sebagai pribadi
yang berbicara mewakili Tuhan. Ia juga disebut ‘Anak yang sulung’ dari
(Tuhan) maupun Anak-Nya “yang tunggal” (Yoh 1:14; 3:16, Ibr 1:6). Ini
berarti bahwa ia diciptakan sebelum dunia semua putra rohani lainnya
dari Tuhan dan bahwa ia adalah satu-satunya yang langsung diciptakan
oleh Tuhan. Alkitab menjelaskan bahwa Putra ‘yang sulung’ ini ikut
bersama Yehuwa dalam menciptakan perkara-perkara lain (Kol 1:15-16)”[10]
“Alkitab
mengajarkan bahwa Yesus hidup di surga sebelum ia datang k’e bumi.
Mikha menubuatkan bahwa Mesias akan lahir di Betlehem dan bahwa ia
sudah ada ‘sejak purbakala’ (Mik 5:2) Yesus sendiri beberapa kali
mengatakan bahwa sebelum lahir sebagai manusia, ia hidup di surga (Yoh
3:13; 6:38,62; 17:4-5). Sebagai mahluk roh di surga, Yesus mempunyai
hubungan istimewa dengan Yehuwa. Yesua adalah Putra yang paling Yehuwa
kasihi-dan ada alasan yang kuat untuk itu. Ia disebut ‘yang sulung dari
antara semua ciptaan’, sebab ia adalah ciptaan (Tuhan) yang pertama
(Kol 1:15). Ada lagi yang membuat Yesus menjadi Putra yang istimewa. Ia
adalah ‘Putra satu-satunya yang diperanakkan’ (Yoh 3:16). Itu berarti
Yesus sajalah yang diciptakan oleh (Tuhan) sendiri. Selain itu,
Yesuslah satu-satunya yang (Tuhan) gunakan ketika ia menciptakan semua
hal lain (Kol 1:16). Selanjutnya, Yesus disebut ‘Firman’ (Yoh 1:14).
Sebutan itu menunjukkan bahwa ia berbicara mewakili (Tuhan), tentunya
untuk menyampaikan berbagai pesan dan instruksi kepada putra-putra
lainnya, baik mahluk roh maupun manusia”[11]
“Perhatikan
betapa erat hubungan antara acuan-acuan kepada asal usul Yesus dengan
pernyataan-pernyataan yang diungkapkan oleh ‘hikmat’ kiasan
dalam buku Amsal di Alkitab: TUHAN (Yahweh, New Jerusalem Bible) telah
menciptakan aku sebagai permulaan pekerjaan-Nya, sebagai perbuatan-Nya
yang pertama dahulu kala. Sebelum gunung-gunung tertanam dan lebih
dahulu daripada bukit-bukit, aku telah lahir; sebelum ia membuat bumi
dengan padang-padangnya atau debu dataran yang pertama’ (Ams
8:12,22,25,26). Meskipun istilah ‘hikmat’ digunakan untuk
mempersonifikasi pribadi yang (Tuhan) ciptakan, kebanyakan sarjana
setuju bahwa ini sebenarnya adalah kata kiasan untuk Yesus sebagai
mahluk roh sebelum hidup sebagai manusia”[12]
4.
Soteriologi
Saksi Yehuwa mengenal konsep penebusan yang
dikerjakan oleh Yesus Sang Mesias untuk menggenapi gambaran penebusan
dalam Perjanjian Lama yang diwakili oleh hewan korban. Namun demikian
Sang Penebus tersebut bukan penebus yang Ilahi melainkan manusiawi
belaka.
“Bahkan sekarang korban tebusan Yesus dapat
memberi manfaat bagi kita. Cara bagaimana? Dengan menjalankan iman di
dalamnya kita dapat menikmati kedudukan yang bersih di hadapan (Tuhan)
dan berada di bawah pemeliharaan-Nya yang pengasih dan lembut (Why
7:9-10, 13-15). Banyak di antara kita mungkin telah melakukan dosa-dosa
luar biasa sebelum belajar tentang (Tuhan). Bahkan sekarang kita
membuat kesalahan-kesalahan, kadang-kadang sangat serius. Akan tetapi,
kita dapat dengan leluasa meminta pengampunan dari (Tuhan) atas dasar
tebusan, dengan keyakinan bahwa Ia akan mendengarkan kita (1 Yoh 2:1-2; 1
Kor 6:9-11). Demikian pula, di masa-masa mendatang, tebusan kan
membuka jalan bagi kita untuk menerima karunia (Tuhan) yaitu hidup
kekal dalam sistem baru-Nya yang adil-benar (2 Ptr 3:13). Pada masa
itu, semua orang yang menjalankan iman dalam tebusan akan dibebaskan
sepenuhnya dari perbuadakan dosa dan kematian. Mereka dapat
mengharapkan kehidupan kekal dalam kesempurnaan”[13]
“Yehuwa bertindak untuk menyelamatkan umat
manusia melalui tebusan...Bagaimana Yehuwa menyediakan tebusan? Ia
mengutus seorang putra rohani-Nya yang sempurna ke bumi. Tetapi Yehuwa
tidak mengutus sembarang malaikat. Ia mengutus pribadi yang paling Ia
kasihi, yaitu Putra Tunggal-Nya (1 Yoh 4:9-10)”[14]
5.
Pneumatologi
Saksi
Yehuwa meyakini Roh Kudus bukanlah Roh Tuhan melainkan hanya sekedar
kekuatan seperti listrik dengan fungsi dan tujuan yang tertentu.
“Roh Kudus yang digunakan dalam Alkitab
menyatakan bahwa ini adalah suatu kekuatan atau tenaga yang
dikendalikan yang digunakan oleh (Tuhan) Yehuwa untuk melaksanakan
berbagai maksud dan tujuan-Nya. Sampai taraf tertentu, ini dapat
disamakan dengan listrik, tenaga yang dapat digunakan untuk melakukan
beragam fungsi...Kata Yunani untuk ‘Roh’ ialah berjenis netral dan
walaupun kita menggunakan kata gnti nama pribadi dalam bahasa Inggris
(He, His, Him), kebanyakan MSS (manuskrip) Yunani menggunakan kata
(bahasa Inggris) ‘It’. Jadi bila Alkitab menggunakan kata ganti nama
pribadi berjenis laki-laki sehubungan dengan ‘parakletos’ dalam Yohanes
16:7, 8 hal ini sesuai dengan peraturan tata bahasa, bukan menyatakan
suatu doktrin”[15]
6. Eskatologi
Saksi Yehuwa gemar
melakukan kajian eskatologis dan tergoda untuk selalu melakukan
ramalan dan prediksi mengenai kedatangan Yesus kedua kali dan akhir
dunia, meskipun selalu terbukti keliru.
“Kita telah belajar bahwa “zaman
bangsa-bangsa” mulai pada tahun 607 SM. Jadi dengan menghitung 2.520
tahun sejak tahun itu, kita sampai pada tahun 1914. Pada tahun itulah
“zaman” yang ditetapkan ini berakhir. Jutaan orang yang masih hidup
mengingat peristiwa-peristiwa yang terjadi pada tahun 1914. Pada tahun
itulah “zaman” yang ditetapkan ini berakhir. Jutaan orang yang masih
hidup mengingat peristiwa-peristiwa yang terjadi pada tahun 1914. Pada
tahun itu, Perang Dunia I memulai suatu masa kesusahan luar biasa yang
telah berlangsung sampai zaman kita. Ini berarti bahwa Kristus Yesus
mulai memerintah sebagai raja dari pemerintahan surgawi (Tuhan) pada
tahun 1914”[16]
7.
Kematian
Saksi
Yehuwa mempercayai bahwa kematian setara dengan tidur panjang tanpa
aktivitas dan tanpa sebuah kesadaran di dalamnnya.
“Sekarang coba pikirkan hal ini:
Bagaimanakah keadaan Lazarus ketika ia mati selama empat hari? (Yoh
11:11-44, red) Apakah ia ada di surga? Ia seorang yang baik. Namun
Lazarus tidak mengatakan apapun bahwa ia ada di surga, yang pasti akan
dikatakannya jika ia memang pernah ke sana. Tidak, Lazarus benar-benar
mati, seperti yang dikatakan Yesus. Maka, mengapa Yesus mula-mula
mengatakan kepada murid-muridnya bahwa Lazarus hanya tidur? Yesus tahu
bahwa Lazarus yang mati itu tidak sadar, seperti dikatakan Alkitab:
“Orang yang mati itu tidak tahu apa-apa”. “Orang yang mati itu...tidak
sadar akan apapun” (Pengkh 9:5, terjemahan New World Translation). Akan
tetapi, orang yang hidup dapat dibangunkan dari tidur nyenyak. Jadi
Yesus ingin menunjukkan bahwa, melalui kuasa (Tuhan) yang diberikan
kepadanya, Lazarus, sahabatnya dapat dibangunkan dari kematian. Apabila
seseorang tidur nyenyak, ia tidak ingat apa-apa. Demikian pula halnya
orang mati. Mereka tidak mempunyai perasaan sama sekali. Mereka tidak
ada lagi”[17]
“Yesus Kristus menggambarkan keadaan orang
mati. Ketika Lazarus, teman baiknya meninggal, Yesus memberi tahu
murid-muridnya, ‘Lazarus sahabat kita telah pergi beristirahat’.
Murid-murid mengira bahwa Yesus memaksudkan Lazarus sedang beristirahat
atau tidur agar ia dapat sembuh. Tetapi mereka keliru. Yesus
menjelaskan, ‘Lazarus telah mati’ (Yoh 11:11-14). Perhatikan bahwa
Yesus menyamakan kematian dengan istirahat dan tidur. Lazarus tidak
berada di surga ataupun di neraka yang menyala-nyala. Ia tidak sedang
bersama malaikat atau leluhurnya. Lazarus tidak dilahirkan kembali
sebagai manusia lain. Ia sedang beristirahat dalam kematian,
seolah-olah tidur nyenyak tanpa bermimpi”[1
8.
Kebangkitan dari Kematian
Saksi
Yehuwa mengakui adanya kebangkitan orang mati namun bukan kebangkitan
di alam roh melainkan kebangkitan di dunia ini layaknya orang bangun
dari tidur panjangnya. Saksi Yehuwa membagi kebangkitan menjadi dua
bagian, kebangkitan pertama dimana orang yang turut ambil bagian dalam
kebangkitan pertama ini hidup di Surga sementara kebangkitan kedua bagi
mereka yang ditentukan untuk hidup di dunia yang sudah diperbarui ini.
“Jadi
setelah Kristus dibangkitkan, ke-144.000 (Why 14:1, red) inilah yang
akan dibangkitkan berikutnya. Mereka mendapat bagian dalam ‘kebangkitan
pertama’ atau ‘kebangkitan yang lebih awal’ (Fil 3:11, terjemahan New
World Translation). Kapan ini terjadi? ‘Pada waktu kedatangan-Nya’
(kehadiran-Nya, New World Translation), kata Alkitab. Seperti yang
telah kita pelajari dalam pasal-pasal sebelumnya, Kristus mulai hadir
pada tahun 1914. Jadi ‘hari’ untuk ‘kebangkitan pertama’ dari umat
Kristen yang setia ke surga telah tiba. Pasti rasul-rasul dan umat
Kristen mula-mula yang lainnya sudah dibangkitkan kepada kehidupan
surgawi (2 Tim 4:8). Akan tetapi, selama kehadiran Kristus yang tidak
kelihatan ini, ada umat Kristen yang masih hidup yang mempunyai harapan
yang sama untuk memerintah di surga bersama Kristus. Mereka adalah
sisanya, sisa dari 144.000. kapan mereka akan dibangkitkan? Mereka tidak
perlu tidur dalam kematian, tetapi mereka akan segera pada waktu
mereka mati. Alkitab menjelaskan: Kita tidak akan akan mati semaunya,
tetapi kita semaunya akan diubah, dalam sekejap mata, pada waktu bunyi
nafiri yang terakhir. Sebab nafiri akan berbunyi dan orang-orang mati
akan dibangkitkan” (1 Kor 15:51-52; 1 Tes 4:15-17)[19]
“Siapakah
yang akan dibangkitkan? Yesus mengatakan bahwa ‘semua orang dalam
makam peringatan akan mendengar suara Yesus lalu keluar’ (Yoh 5:28-29).
Demikian pula Penyingkapan (Why) 20:13 mengatakan, ‘Laut menyerahkan
orang-orang mati yang ada di dalamnya dan kematian dan hades
menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya’. Semua kuburan akan
dikosongkan. Miliaran orang yang beristirahat di sana akan hidup
kembali. Rasul paulus mengatakan, ‘Akan ada kebangkitan untuk
orang-orang yang adil-benar maupun yang tidak adil-benar’”(Kis
24:15)...Alkitab juga menyebutkan kebangkitan lain, yaitu untuk hidup
sebagai mahluk roh di surga. Alkitab hanya mencatat satu contoh dari
kebangkitan ini yaitu kebangkitan Yesus Kristus...Yesus tahu bahwa ia
tidak lama lagi akan kembali ke surga, maka ia memberi tahu para
pengikutnya yang setia bahwa ia akan ‘menyiapkan tempat’ bagi mereka
(Yoh 14:2)...Ke-144.000 orang Kristen itu, termasuk rasul-rasul Yesus
yang setia, dibangkitkan untuk hidup di surga. Kapan mereka
dibangkitkan? Rasul Paulus menulis bahwa hal itu akan terjadi pada masa
kehadiran Kristus (1 Kor 15:23)”[20]
9.
Mengenai Neraka & Surga
Saksi
Yehuwa menolak keberadaan neraka karena Yehuwa yang pada dasarnya
Kasih tidak mungkin menyediakan tempat sejahat itu. Saksi Yehuwa
melakukan penafsiran simbolis terhadap kata Ibrani “Sheol” atau
kata Yunani “Hades” dan kata Ibrani “Gehinom” atau kata
Yunani “Gehenna” sebagai tempat kuburan dan tempat pembakaran di
Yerusalem timur.
“Jutaan orang diajar oleh agama mereka
bahwa ‘neraka’ adalah suatu tempat siksaan kekal dan bahwa orang-orang
jahat pergi ke sana...Hal ini menimbulkan pertanyaan: Apakah (Tuhan)
Yang Maha Kuasa menciptakan tempat siksaan demikian?...Dalam
menyebutkan tempat yang dituju oleh umat manusia pada waktu ia mati,
Alkitab memakai kata ‘Sheol’ dalam Kitab-Kitab Ibrani dan ‘Hades’ dalam
Kitab-Kitab Yunani...Dalam Alkitab, disemua ayat dimana ‘sheol’
muncul, tempat itu tidak pernah dihubungkan dengan kehidupan, kegiatan
atau siksaan. Sebaliknya, sering dihubungkan dengan kematian dan
ketidakaktifan...Jadi jawabannya menjadi sangat jelas. Misalnya,
pikirkan tentang Pengkhotbah 9:10 yang berbunyi: ‘Segala sesuatu yang
dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga,
karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam
dunia orang mati (Sheol, New World Translation), ke mana engkau akan
pergi’. Sheol dan Hades tidak memaksudkan suatu tempat siksaan
melainkan kuburan umum umat manusia (Mzm 139:8). Orang-orang baik
maupun jahat pergi ke Sheol atau Hades”[21]
“Maka apa artinya Gehenna? Dalam Alkitab
Ibrani, Gehenna tak lain dari ‘Lembah Ben Hinom’. Ingat, Hinom ialah
nama sebuah lembah di luar tembok-tembok Yerusalem. Di tempat itulah
orang-orang Israel mengorbankan anak-anak mereka dalam api. Pada
waktunya, Raja Yosia yang baik membuat tempat ini menjadi tidak cocok
untuk digunakan bagi praktik yang begitu mengerikan (2 Raj 23:10).
Tempat ini diubah menjadi tempat sampah yang sangat besar...Kalau
begitu apa yang dimaksudkan dengan ‘lautan api’ yang disebut di Alkitab
dalam buku Wahyu? Kata itu mempunyai arti yang sama dengan Gehenna.
Kata itu tidak berarti siksaan dalam keadaan sadar melainkan kematian
atau kebinasaan kekal. Perhatikan bagaimana Alkitab sendiri mengatakan
hal itu dalam Wahyu 20:14: “Lalu maut dan kerajaan maut (Hades, New
World Translation) itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah
kematian yang kedua: lautan api”. Ya, lautan api berarti ‘kematian
kedua’. Dari dalam kematian ini tidak ada kebangkitan. Tak dapat
disangkal bahwa ‘lautan’ ini adalah lambang, karena maut dan kerajaan
maut tidak dapat dibakar secara aksara. Akan tetapi hal-hal itu dapat
dan akan dilenyapkan atau dimusnahkan”[22]
10.
Hermeneutik Saksi Yehuwa
Hermeneutik
adalah “suatu bagian teologi yang bersifat ilmiah dan seni yang
memperhatikan hukum tertentu bahkan melibatkan diri penafsir sepenuhnya
dengan tujuan mencari maksud yang ingin disampaikan oleh penulis
Alkitab”[23]. Namun Saksi Yehuwa tidak menggunakan kaidah
hermeneutik yang lazimnya dipergunakan di sekolah-sekolah teologia.
Mereka memiliki kaidah penafsiran sendiri yang lebih menekankan aspek
simbolis (lambang). Untuk menafsirkan lambang-lambang yang sulit mereka
biasanya memiliki kelompok penafsir yang dijuluki “hamba yang setia dan
bijaksana” (faithfull and discreet slave class)[24]
11.
Metode Pengajaran Saksi Yehuwa
Apa
yang disebut “metode” tidak lebih dari sebuah “pelajaran buku” atau
“indoktrinasi” bahkan “cuci otak”[25]. Mereka biasanya membacakan
keras-keras materi dalam buku terbitan Saksi Yehuwa dan diadakan
pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya sudah tersedia dalam buku panduan
tersebut. Kevin R. Quick seorang mantan Saksi Yehuwa yang sudah
berpaling pada Yesus Sang Mesias memberikan kesaksiannya sbb: “Saya
sering heran mengapa kami memakai metode semacam itu. ‘Kalau apa yang
kami pelajari adalah suatu kebenaran’, pikir saya, ‘mengapa harus cuci
otak seperti ini? Mengapa tidak berdiskusi saja secara terbuka? Mengapa
mengulang-ulang penyajian yang sama, pengajaran yang sama tentang tema
yang sama pula?’ Saya lalu berkesimpulan bahwa karena sebagian besar
Saksi Yehuwa tidak tinggi pendidikannya, rupanya itulah satu-satunya
cara belajar yang efektif bagi mereka”[26]
12.
Terjemahan Kitab Suci Saksi Yehuwa
Kelompok
Saksi Yehuwa atau Wacth Tower menjunjung tinggi kitab suci terjemahan
mereka sendiri dan merendahkan terjemahan lainnya. Pada mulanya mereka
menerjemahkan kitab suci dan menerbitkannya dengan nama The New
Translation of the Christian Greek Scriptures diterbitkan oleh New
World Translation Commiittee pada tahun 1950. Kemudian disusul
dengan The New World Translation of the Hebrew Aramaic Scriptures
dalam lima jilid. Jilid pertama selesai tahun 1953 dan jilid terakhir
selesai pada tahun 1960[27]. Sekarang mereka menyatukan semua jilid dan
dikenal dengan nama The New World Translation.
Tujuh
Langkah Indoktrinasi Saksi Yehuwa
Saksi Yehuwa menggunakan tujuh langkah
indoktrinasi atau rentetan pengajaran dan latihan yang bertujuan
menjangkau dan meyakinkan penganut-penganut baru. Cara-cara mereka
hendaknya dipelajari oleh orang Kristen agar memahami sepenuhnya metode
‘penginjilan’ yang digunakan oleh aliran yang menyesatkan itu[28].
Adapun tujuh langkah tersebut adalah sbb:
Menjual
Bahan Cetakan
Ada
banyak buku-buku kecil dan menarik serta full color yang mempromosikan
ajaran Saksi Yehuwa. Jika tahun 1970-an menggunakan buku utama Saudara
Dapat Hidup Kekal Dalam Firdaus di Bumi sekarang berganti dengan
judul Apa Yang Sebenarnya Alkitab Ajarakan? Dan masih ada
majalah Sedarlah dan brosur-brosur lainnya.
Kunjungan
kepada Pembeli
Setelah ada pembeli literatur mereka, biasanya
Saksi Yehuwa akan menindaklanjuti dengan melakukan perkunjungan dan
tanya jawab.
Pelajaran
di Rumah.
Jika
pembeli berminat dan merespon ajaran Saksi Yehuwa, maka akan diadakan
pertemuan berkala di rumah tersebut
Pelajaran
Sedaerah
Kelompok
belajar ini merupakan satu kumpulan dari semua calon anggota di
daerah yang berdekatan, yaitu perhimpunan orang-orang yang sudah lebih
dahulu belajar di rumah masing-masing.
Undangan
ke Balai Kerajaan
Pertemuan
dalam Balai Kerajaan berisikan pelajaran yang tidak ada batasnya dan
belum pernah ada satu orangpun yang menamatkannya. Ada pelajaran
berpidato dan pendalaman Kitab Suci yang bersifat indoktrinatif dengan
bekal buku-buku panduan dari Watch Tower dan tanpa diskusi kritis.
Calon
itu Diutus Sebagai Penjual
Setelah
dirasa cukup pengetahuannya mereka akan diutus keluar untuk menjual
literatur-literatur dengan didampingi senior dan membuat laporan atas
hasil pekerjaannya tersebut.
Calon
Dibaptiskan Dalam Teokrasi
Setelah
mereka matang dan layak maka mereka akan dibaptiskan dan masuk dalam
Teokrasi. Mereka menganggap bahwa teokrasi atau Kerajaan Tuhan itu
tiada lain adalah organisasi mereka sendiri.
Tanggapan Atas Ajaran Saksi Yehuwa
Patut
kita akui bahwa dalam pengajaran yang disampaikan oleh Saksi Yehuwa
ada unsur-unsur kebenaran yang bersumber dalam pengajaran Kitab Suci
TaNaKh (Torah, Neviim, Ketuvim) atau Perjanjian Lama dan Kitab
Perjanjian Baru seperti kebaikan moral, menjauhi kejahatan dan
perbuatan terkutuk. Merekapun mempercayai keberadaan Tuhan, keberadaan
Yesus Sang Mesias. Namun jika dikaji secara seksama dan mendalam ada
perbedaan yang tajam antara keyakinan Saksi Yehuwa dengan apa yang
diimani oleh gereja sepanjang abad mengenai pokok-pokok keimanan
khususnya terhadap Yesus Sang Mesias.
Tanggapan
Mengenai Istilah Tritunggal
Kita sependapat dengan Saksi Yehuwa bahwa
istilah “Tritunggal” tidak terdapat dalam Kitab Suci baik TaNaKh
(Torah, Neviim, Ketuvim) maupun Kitab Perjanjian Baru. Namun sayang
Saksi Yehuwa menolak essensi kesetaraan, kesehakikatan YHWH, Firman dan
Roh (Kej 1:1-3) yang dipersonifikasikan dalam sebutan Sang Bapa, Sang
Putra dan Sang Roh Kudus (Mat 28:19-20).
Darimanakah istilah Tritunggal? Perlukah kita
menggunakan istilah Tritunggal? Kekristenan mengungkapkan misteri
relasi ontologis (hakikat) antara Bapa, Putra dan Roh Kudus, dengan
istilah Tritunggal atau trinitas. Terminologi ini tidak tertulis dalam
Kitab Suci. Istilah ini secara historis merupakan perspektif orang
beriman Abad 2 Ms.
Abad 2 Ms merupakan perpindahan titik berat
pola berteologia, dari teologia Palestina yang kontemplatif, menjadi
Teologia Hellenis yang rasionalistik dan metafisik[29] Akibatnya,
dibutuhkan suatu penjelasan yang rasional kepada kaum pagan Yunani,
mengenai realitas Tuhan. Bernhard Lohse memberikan komentar, “Karena
itu, sedikitpun tidak mengherankan bahwa gereja terkadang meraba-raba
dalam upayanya memformulasikan imannya secara intelrktual dan
konseptual kepada (Tuhan) Bapa, (Yesus Sang Mesias) dan Roh Kudus”[30].
Sejumlah teolog dan Bapa Gereja (Church Fathers) yang telah lebih
dahulu menggumuli persoalan relasi ontologis antara Bapa, Putra dan Roh
Kudus, adalah Yustinus martyr, Theophilus dari Anthiokhia, Adamatinus ,
Origenes, Arius, Athanisius, Agustinus serta Tertulianus.
Dari
sekian teolog yang merumuskan formula relasi intologis antara Bapa,
Putra dan Roh Kudus, adalah tertulianus. Beliau merumuskan dalam bentuk
ungkapan Yunani, “Mono Ousia Tress Hypostasis” atau dalam
ungkapan Latin, “Una Substantiae Tress Persona”, yang jika
diterjemahkan adalah, “Satu Keberadaan Tiga pribadi”. DR. Harun
Hadiwyono mensinyalir ada pengaruh Filsafat Platonik tentang konsep “Divine
nature” (Tabiat Ketuhanan) dalam perumusan konsep
Trinitas[31][32]”. “Ousia” atau “Substantiae” adalah: “apa
yang membedakan satu macam atau satu rumpun dengan macam rumpun yang
lain, serta yang memberi ciri khas kepada macam atau rumpun itu”.
Contoh : ‘rumpun mangga berbeda dengan rumpun jambu. Rumpun manusia
berbeda dengan rumpun binatang’. Ousia (Tuhan) adalah apa yang
membedakan (Tuhan) daripada manusia”[33]
Hampir
semua teolog mengakui bahwa istilah “Trinitas/Tritunggal”,
tidak terdapat secara literal dalam Kitab Suci. Namun essensi yang
mengarah pada pengertian tersebut memang terpampang dalam banyak ayat.
DR. Andar Tobing, mengakui kenyataan tersebut dan mengatakan:
“kita
terpaksa memakai istilah Trinitas itu untuk menolak adjaran-adjaran
dan pendapat-pendapat yang salah dan bertentangan dengan isi Alkitab.
Biarpun istilah itu tidak sempurna…”[34]
Berdasarkan
beberapa kajian diatas, maka penulis mengusulkan suatu formula
teologis untuk menggambarkan relasi ontologis Bapa, Putra dan Roh
Kudus, sbb : “Tuhan yang esa dengan tiga maha karya yaitu mencipta
dipanggil sebagai Bapa, menyelamatkan dipanggil sebagai Putra,
menghibur dalam diri orang percaya disebut Roh Kudus”.
Mengapa digunakan istilah “Keesaan Bapa,
Putra, dan Roh Kudus?” Pertama, istilah Keesaan adalah istilah
yang firmaniah dan secara literal tertulis dalam TaNaKh dan Kitab
Perjanjian Baru. Ortodoksi Yudaisme, sebagai akar Kekristenan
mendasarkan pada “Shema (Shema Yisrael, YHWH Eloheinu YHWH
Ekhad” yang artinya, “Dengarlah Israel, YHWH itu Tuhan kita, YHWH itu
Esa”,Ul 6:4). Rabbi Hayim Ha Levy Donin, memberikan keterangan: “The
Shema is declaration of faith, a pledge of allegiance to One God, an
affirmation of Judaism. It is the first prayer that children are taught
to say”(Shema adalah deklarasi iman, janji setia kepada satu Tuhan,
sebuah penegasan iman Yudaisme. Ini adalah doa pertama dari seorang
anak yang diajarkan untuk diucapkan) [35]
Dalam Kitab Perjanjian Baru, Yesus kembali
mengutip “Shema” (Mrk 12:29). Berulang kali, dalam suratnya, Rasul Paul
mengungkapkan sebutan Bapa, Putra, Roh Kudus bersamaan dengan kata Esa
(1 Tim 1:17, 1 Tim 2:5-6, 1 Kor 8:5-6, Gal 3:20), demikian pula Rasul
Yohanes menyebutkan mengenai keesaan (Yoh 5:45) serta rasul Yudas (Yud
1:25). Secara literal, istilah “Keesaan” adalah Firmaniah atau
Skriptural. Kedua, makna Keesaan dalam sudut pandang Skriptural
adalah bahwa orang beriman harus menyembah kepada satu-satunya Tuhan
yang benar, yaitu Bapa, Putra dan Roh Kudus serta bukan kepada Tuhan
yang lain. Hanya Dia lah fokus ibadah (Ul 6:13), fokus kasih (Ul 11:1),
fokus doa (Mzm 143:1), fokus pujian (Mzm 66:2). Jadi, kata “Ekhad”,
bukan bermakna aritmetis semata namun bermakna metafisik. Tuhan yang
mengatasi ruang dan waktu dan yang satu-satunya berhak menerima
penyembahan. Ketiga, baik Bapa, Putra dan Roh Kudus adalah
sehakikat, setara dalam kekekalan. Bapa, Putra dan Roh Kudus, keluar
dari hakikat Bapa (Yoh 8:42, Yoh 15:26).
Tuhan yang Esa, yang dalam zaman hidup
nabi-nabi di Perjanjian Lama, dikenal dengan nama YHWH (Yahweh, Kel
3:15), maka dalam Perjanjian Baru telah menyatakan diri-Nya kepada
manusia (Ibr 1:3), melalui Firman-Nya yang menjadi manusia (Yoh 1:1,14)
serta mengambil rupa manusia (Fil 2:7) yang bernama, Yesus (Mat 1:21)
serta mengajar manusia melaluii Roh-Nya yang berdiam dalam diri orang
beriman (Yoh 14:16-17).
YHWH disebut sebagai Bapa Surgawi (Yes 64:8,
Mat 6:9) dan Pencipta Langit serta Bumi (Yes 40:28, Mzm 121:1-2).
Yahshua disebut sebagai Putera Tuhan (Mat 16:16). Roh Bapa atau Roh
YHWH, disebut juga Roh Kudus atau Roh kebenaran (Yoh 14:26, Yoh 15:26).
Baik YHWH, Firman dan Roh bukanlah tiga
melainkan satu. Karena Firman dan Roh berdiam bersama dalam kekekalan
bersama YHWH (Yoh 1:1). Bukanlah tiga melainkan satu, karena Firman
keluar dan datang dari hakikat Bapa (Yoh 8:42). Demikianpula Roh keluar
dari Bapa (Yoh 15:26). Bukanlah tiga melainkan satu, karena Firman
tidak diciptakan, melainkan menciptakan dan menyebabkan adanya ciptaan
(Mzm 33:6, Yoh 1:3, Kol 1:16). Demikian pula Roh Kudus yang menyebabkan
semua ciptaan menjadi hidup dan bernafas (Ayub 34:14).
Bukan pula tiga pribadi melainkan satu pribadi
dengan tiga karya dan manifestasi kuasa. Mengapa satu pribadi? Bapa,
Putra dan Roh Kudus (YHWH, Firman-Nya, Roh-Nya) adalah satu pribadi
dalam kekekalan, karena yang satu tidak ada dan diadakan lebih dahulu
oleh yang lain. Kata “satu” dalam ulasan ini bukan bermakna aritmetik
melainkan ontologik, karena kita sedang membicarakan Tuhan yang
mengatasi dan berada didalam segala sesuatu yang Dia ciptakan.
Sekalipun kita seharusnya meredefinisi
penggunaan istilah Tritunggal karena memang tidak dituliskan dalam
Kitab Suci dan dapat menimbulkan biasa pemahaman mengenai jumlah Tuhan
namun kita tidak menolak essensi kesetaraan dan kesehakitan YHWH,
Firman dan Roh-Nya yang dipersonifikasikan dengan sebutan Bapa, Anak
dan Roh Kudus. Sementara Saksi Yehuwa menolak keduanya, baik istilah
sekaligus essensinya.
Tanggapan Mengenai Nama Tuhan
Kita pun sepakat dengan Saksi Yehuwa bahwa
Tuhan memiliki nama. Rujukan penting mengenai nama Tuhan terdapat dalam
Keluaran 3:1-22 pada peristiwa perjumpaan Musa dengan kehadiran Tuhan
dalam api di semak duri yang tidak membakar semak duri tersebut. Saat
Musa hendak diutus untuk membebaskan bangsa Israel keluar dari Mesir,
Musa bertanya mengenai nama Tuhan sbb: “Lalu Musa berkata kepada
Tuhan: "Tetapi apabila aku mendapatkan orang Israel dan berkata kepada
mereka: Tuhan nenek moyangmu telah mengutus aku kepadamu, dan mereka
bertanya kepadaku: bagaimana tentang nama-Nya? -- apakah yang harus
kujawab kepada mereka?" (Kel 3:13). Lalu Tuhan menjawab demikian: “Firman
Tuhan kepada Musa: "AKU ADALAH AKU." Lagi firman-Nya: "Beginilah
kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku
kepadamu."(Kel 3:14). Jawaban ini kerap disalahpahami sebagai
bentuk penolakan Tuhan menyatakan nama dan arti yang terkandung dalam
nama-Nya. Seolah-olah Tuhan hendak menyembunyikan misteri diri-Nya
dengan pernyataan tersebut sebagaimana dikatakan Stefan Leks demikian, “Maka
jelaslah ungkapan Alkitabiah ini menegaskan akan adanya Tuhan, tetapi
sebenarnya tidak memberi jawaban siapakah nama Tuhan itu”[36]
Penyingkapan tabir hakikat dan nama Sang
Pencipta tertulis dalam Keluaran 3:15, "Yahweh Elohe avotekem, Elohe
Avraham we Elohe Yishaq we Elohe Yaaqov, shelakhmi aleikem, ze shemi
le olam we ze zikri le dor dor" (Yahweh Tuhan nenek moyangmu Tuhan
Abraham, Tuhan Ishak dan Tuhan Yakub Telah mengutus aku kepadamu Inilah
nama-Ku untuk selamanya Dan inilah pengingat-Ku turun temurun).
Perhatikan frasa Ibrani Keluaran 3:15 sbb:
יהוה אלהי אבתיכם אלהי אברהם אלהי יצחק ואלהי
יעקב
שׁלחני אליכם זה־שׁמי לעלם וזה זכרי לדר דר׃
Frasa “zeh shemi leolam” (inilah
nama-Ku Yang Kekal), menunjuk kepada nama Yahweh. Ada yang berpendapat,
bahwa Yahweh adalah kata kerja imperfek orang ketiga tunggal. Ini
pendapat yang keliru. Sekalipun akar kata Yahweh adalah hayah,
sehingga Yahweh bermakna “Dia Ada”. Namun bentuk kata kerja orang
ketiga tunggal dari hayah adalah yihyeh. Adapun
Yahweh”adalah nama dari Tuhan Abraham, Ishak dan Yakub. Makna nama
Yahweh sendiri adalah YANG SENANTIASA ADA, HADIR, BERBUAT, BERKARYA,
BERTINDAK.
Keluaran 3:14 menyingkapkan “sifat dan
keberadaan” Sang Pencipta, melalui bentuk kata kerja imperfek orang
pertama tunggal, “Ehyeh”. Sementara Keluaran 3:15 menyingkapkan bahwa
nama Tuhan Abraham, Ishak dan Yakub bernama Yahweh. Nama ini bukan
hasil penelitian Musa atau penjelajahan Musa dalam dunia esoteris
sehingga berhasil mendapatkan nama Sang Pencipta, melainkan
penyingkapan nama Sang Pencipta adalah INISIATIF Sang Pencipta sendiri,
untuk memperkenalkan jati diri-Nya pada Musa dan Yisrael. Berbeda
dengan agama-agama yang menamakan berbagai gejala alam (angin, hujan,
badai, panas, dll) menjadi nama tuhan mereka, maka Yudaisme dan
Kekristenan, berangkat dari keyakinan bahwa Tuhan telah memperkenalkan
nama pribadi-Nya, karena Dia berkehendak untuk dikenal oleh umat-Nya.
Pada Abad I Ms pelarangan pengucapan nama
Yahweh di tempat umum menjadi suatu ketetapan dikalangan Yudaisme di
Yerusalem. Setiap mereka mengucapkan nama Yahweh, mereka akan mengganti
dengan bentuk euphemisme (penghalusan) al. Shamayim
(langit), Adonai (tuan), ha Kadosh (yang kudus).
Sebagaimana tercatat dalam literatur Yahudi pra Mesias, yaitu Misnah
sbb: “…di tempat suci, seseorang mengucapkan Sang Nama sebagaimana
tertulis, namun di luar tempat itu, harus dengan bentuk euphemisme”[37].
Setelah penghancuran Yerusalem pada tahun 70 Ms, mazhab Yahudi Farisi
melarang penggunaan nama itu. Berdasarkan “halakha” (keputusan
rabinik), mereka menyatakan bahwa nama itu “tersembunyi”[38] dan “harus
dirahasiakan”[39]. Setidaknya semua orang Yahudi tahu bahwa Yahweh
adalah nama Tuhan dan tidak dilupakan sama sekali. Dan literatur modern
merekam peristiwa tersebut dan memberikan deskripsi sbb:
New World Encyclopedia: “In Judaism,
pronunciation of the Tetragrammaton is taboo. Usually, Adonai ("the
Lord") is used as a substitute in prayers or readings from the Torah.
When used in everyday speaking the Tetragrammaton is often replaced by
HaShem ("the Name"). According to rabbinic tradition, the name was
pronounced by the high priest on Yom Kippur, the only day when the Holy
of Holies of the Temple would be entered. With the destruction of the
Second Temple in the year 70 C.E., this use also vanished, explaining
the loss of the correct pronunciation.” (Dalam Yudaisme, pengucapan
Tetragrammaton adalah terlarang. Biasanya kata Adonai dipergunakan
sebagai pengganti dalam doa-doa atau pembacaan dari Kitab Torah. Ketika
dipergunakan dalam percakapan harian maka Tetragrammaton terkadang
diganti dengan Ha Shem [Sang Nama]. Menurut tradisi rabinik nama
tersebut diucapkan oleh Imam Besar saat perayaan Yom Kipur hanya satu
hari saat imam memasuki ruang Maha Suci).
Jewish Encyclopedia menuliskan:
“About 300 B.C., therefore, the word "Yhwh" was not pronounced in its
original form. For several reasons Jacob ("Im Namen Gottes," p. 167)
assigns the "disuse of the word 'Yhwh' and the substitution of 'Adonai'
to the later decades of the Babylonian exile." (Sekitar tahun 300
SM, kata YHWH tidak pernah diucapkan dalam bentuk aslinya. Oleh karena
beberapa alasan maka Yakub menetapkan penghindaran kata YHWH dan
memberikan sebutan pengganti Adonai pada dekade berikutnya setelah
pembuangan Babilonia).
Jewish Encylopedia: “Rabbinical
Literatur-the name Yahweh is considered the name proper” (Literatur
rabinik menyatakan bahwa nama Yahweh dianggap sebagai nama yang
tepat).
Seventh Day Adventist Bible Commentary :
“And the name above all other that was looked upon as the name of
God was Yahweh” (Dan nama di atas segala yang layak disebut sebagai
nama Tuhan adalah Yahweh).
The Encylopedia Judaica: “The true
pronounciation of the name YHWH was never lost. Several Greek writers of
the Christian Church testify that name was pronounced Yahweh”
(pengucapan yang benar nama YHWH tidak pernah dilupakan. Beberapa
penulis Yunani awal dari gereja Kristen bersaksi bahwa nama tersebut
diucapkan Yahweh).
Unger’s Bible Dictionary: “Yahweh,
the Hebrew tetragrammaton (YHWH) traditionally pronounced Jehovah is
now known to be correctly vocalized to be correctly vocalized Yahweh”
(Yahweh, bentuk tetragrammaton [YHWH] secara tradisional diucapkan
Jehovah sekarang lebih dikenal dengan tepat sebagai Yahweh).
Encylopedia Britanica menyatakan sbb: “Early
Christian writers such as Clement of Alexandria in the 2nd century,
had used the form Yahweh, thus this pronunciation of the Tetragrammaton
was never really lost. Greek transcription also indicated that YHWH
should be pronounced Yahweh” (Penulis Kristen awal seperti Klement
dari Alexandria di Abad 2 M telah mempergunakan bentuk nama Yahweh
sehingga pengucapan dari Tetragrammaton ini tidak pernah hilang.
Tulisan Yunani juga mengindikasikan bahwa YHWH seharusnya diucapkan
Yahweh).
Eerdman’s
Bible Dictionary (1979, p.478): “The pronunciation Yahweh is
indicated by transliterations of the name into Greek in early Christian
literature, in the form IAOUE (Clement of Alexandria) or IABE
(Theodoret, by this time Gk “b” had the pronunciation of
“v”)...Strictly speaking, Yahweh is the only name of God. In Genesis
wherever the word sem (name) is associated with the divine being that
name is YAHWEH” (Pengucapan nama Yahweh diindikasikan dengan
pemindahan tulisan dalam nama Yunani dalam literatur Kristen awal dalam
bentuk IAOUE (Klemen dari Alexandria) atau IABE (Theodoret, pada zaman
itu bentuk huruf Yunani ‘b’ diucapkan ‘v’)...pada hakikatnya, Yahweh
adalah nama Tuhan. Dalam Kitab Kejadian dimanapun kata Ibrani ‘shem’
selalu dihubungkan dengan keberadaan ilahi yang bernama Yahweh).
Nama
Tuhan bernama Yahweh terbentang dari Kitab Kejadian hingga Maleaki
sebanyak kurang lebih 7000 tempat. Dalam naskah Peshitta Aramaik
Perjanjian Baru nama YHWH muncul dalam bentuk Mar-Ya yang merupakan
bentuk singkat dari Tuan Yahweh. Namun mengapa nama YHWH tidak muncul
dalam naskah Kitab Perjanjian Baru berbahasa Yunani dan bahasa-bahasa di
dunia ini?
Sejak adanya keputusan rabinik paska
pembuangan dari Babilonia sebagaimana diinformasikan sebelumnya maka
nama YHWH akhirnya tidak disebutkan dalam percakapan umum dan diganti
dengan Adonai. Namun dalam doa pribadi atau saat Imam Besar melayankan
doa di hari raya Yom Kippur (Pendamaian) di Bait Suci maka nama Yahweh
diucapkan. Sekalipun mereka menghindari pengucapan nama Yahweh di
hadapan umum namun naskah Kitab Suci dalam bahasa Ibrani tetap
menuliskan nama tersebut. Ini terbukti dari naskah Ibrani Masoretik
yang memiliki tanda baca sebagai bentuk salinan paska pembuangan
Babilonia dan naskah Laut Mati yang ditulis dalam bentuk Paleo Ibrani
tanpa tanda baca tetap menuliskan nama YHWH dalam bagian-bagian teks
Kitab Suci TaNaKh.
Ketika ada kebutuhan untuk menerjemahkan Kitab
TaNaKh ke dalam bahasa Yunani di Alexandria Mesir untuk memenuhi
kebutuhan orang-orang Yahudi yang sudah tidak fasih berbicara dalam
bahasa Ibrani, maka diputuskan bahwa pengucapan nama YHWH tidak
dituliskan melainkan ditulis berdasarkan sebutan yang sudah lazim yaitu
Adonai yang diterjemahkan dalam bahasa Yunani Kurios.
Kitab ini bernama Septuaginta yang konon disusun oleh 70 sarjana Kitab
Suci Yahudi dengan sponsor dari Kaisar Ptolemaus Philadhelpus.
Untuk pertama kalinya nama YHWH disalin dalam
bentuk nama pengganti Kurios dalam bahasa Yunani. Langkah ini kemudian
diadaptasi oleh para penyalin Kitab Perjanjian Baru dalam bahasa Yunani
dengan mengutip Kitab Septuaginta untuk berbagai nubuatan dalam TaNaKh
dan nama Kurios pun disematkan dalam terjemahan Kitab Perjanjian Baru
berbahasa Yunani.
Berangkat
dari data sejarah tersebut maka ketika Kitab Suci TaNaKh dan
Perjanjian Baru diterjemahkan dalam berbagai bahasa maka nama YHWH yang
telah ditulis dengan Kurios dalam bahasa Yunani, kemudian
diterjemahkan menjadi Heer (Belanda), Lord (Inggris), Senior
(Spanyol), Domini (Latin), Rabb (Arab).
Di
Indonesia yang mayoritas mempergunakan terjemahan Lembaga Alkitab
Indonesia, nama YHWH dapat ditemukan dalam bentuk TUHAN dan ALLAH dalam
huruf kapital seluruhnya. Contoh:
“Aku ini TUHAN, itulah nama-Ku; Aku tidak
akan memberikan kemuliaan-Ku kepada yang lain atau kemasyhuran-Ku
kepada patung” (Yes 42:8).
“Singa telah
mengaum, siapakah yang tidak takut? Tuhan ALLAH telah berfirman,
siapakah yang tidak bernubuat?" (Am 3:8)
Lembaga Alkitab Indonesia memberikan
keterangan pada kamus bagian akhir terjemahan Kitab Suci mengenai TUHAN
sbb: “Nama (Tuhan) Israel”
Dengan menggunakan alur penjelasan dan
penelitian bahasa sumber maka setiap kita membaca teks terjemahan Kitab
Perjanjian Lama maka setiap tulisan TUHAN dan ALLAH seharusnya dibaca
dengan YHWH atau YAHWEH. Demikian pula jika kita menemukan kutipan
Perjanjian Lama dalam Kitab Perjanjian Baru hasil terjemahan Lembaga
Alkitab Indonesia, selayaknya nama YHWH diucapkan. Contoh:
“Tetapi Yang Mahatinggi tidak diam di dalam
apa yang dibuat oleh tangan manusia, seperti yang dikatakan oleh nabi:
Langit adalah takhta-Ku, dan bumi adalah tumpuan kaki-Ku. Rumah apakah
yang akan kamu dirikan bagi-Ku, demikian firman Tuhan, tempat apakah
yang akan menjadi perhentian-Ku? Bukankah tangan-Ku sendiri yang
membuat semuanya ini? (Kis 7:48-50).
Dalam urgensi penggunaan nama Tuhan kita
sepakat dengan misi dan perjuangan Saksi Yehuwa namun dalam hal
pronunsiasi yang tepat dari nama Tuhan kita tidak sepakat. Pengucapan
“Jehovah” tidak memenuhi kaidah bahasa Ibrani karena huruf Ibrani tidak
mengenal huruf “J”. Sementara pengucapan “Yehuwah” lebih dipengaruhi
oleh tanda baca yang dibuat oleh ahli Masoretik terhadap empat huruf
Ibrani YHWH (יהוה) yaitu menyematkan tanda baca “shewa” (e, taling)
“patakh” (a) yang seharusnya terbaca “Yehwah” sehingga menjadi
“Yehuwa”. Pemberian tanda baca pada empat huruf YHWH sebenarnya bukan
memberikan petunjuk mengenai pengucapan namanya yang tepat melainkan
hanya untuk menghindarkan agar umat tidak mengucapkan nama itu
sebagaimana kebiasaan pada waktu itu paska pembuangan Babilonia dimana
nama YHWH tidak diucapkan di hadapan umum.
Tanggapan Mengenai Kristologi
Pemahaman Saksi Yehuwa terhadap Yesus Sang
Mesias lebih menggemakan kembali pandangan bidat gereja bernama Arius.
Arius adalah presbiter di Alexandria. Dia adalah murid dari Lucian yang
merupakan murid dari Paul dari Samosata yang mengajarkan konsep Adopsionisme.
Konsep Adopsionisme mengajarkan bahwa Logos atau Akal Tuhan
berdiam dalam diri Yesus sebagaimana pernah berdiam dalam diri para
nabi seperti Musa. Ketika Yesus disalibkan dan bangkit, Paul
mengajarkan bahwa Tuhan Sang Bapa mengadopsi Yesus dan memberikan dia
status keilahian. Pandangan Paul dari Samosata berpengaruh pada Arius
yang mengajarkan bahwa Sang Bapa tidak memiliki permulaan sementara
Sang Putra (Logos) memiliki permulaan karena dia adalah ciptaan[40].
Konsep bahwa Yesus yang merupakan Sang Logos atau Sang Firman adalah
ciptaan bergema kembali dalam ajaran Saksi Yehuwa. Kristologi Saksi
Yehuwa menyangkal keilahian Yesus dan menganggap Yesus hanya manusia
belaka tanpa keilahian. Kita akan mengurai kesalahan berpikir Saksi
Yehuwa mengenai hakikat Sang Firman.
Kita
akan memfokuskan pada pengkajian Yohanes 1:1-18. Yohanes 1: 1 dibuka
dengan kalimat, “en arkhe en ho Logos, (Westcott and Hort New
Testament) “bereshit haya ha Davar, (Hebrew New Testament). Apa
arti pernyataan tersebut? Logos, dalam arti filsafatnya sudah
lama di pakai sebelum penggunaannya di dalam Kitab Yohanes, baik dalam
konteks pemikiran Yunani maupun Mesir bahkan pemikir Yahudi bernama
Philo[41].
Heraklitus
(500 SM) mula-mula menggunakan istilah Logos. Menurutnya, dunia
selalu mengalami perubahan. Daya penggerak perubahan tersebut adalah Logos.
Logos adalah pikiran yang benar dan bersifat kekal Anaxagoras
(400 SM) beranggapan bahwa LogosLogos tidak berkepribadian
dan Logos tidak dapat berubah menjadi manusia. adalah jiwa
manusia yang menjadi pengantara antara Tuhan dan manusia. Logos berdiam
di dalam dunia. Philo (20 SM-20 Ms) seorang Yahudi Alexandria
menyatakan bahwa Logos adalah akal tuhan yang menjadi pengantara antara
Tuhan dan manusia.
Pendapat beberapa ahli mengenai penggunaan
kata Logos dalam Kitab Perjanjian Baru sbb: “Rasul Yohanes
tanpa ragu-ragu memakai kata Logos sebagai sarana untuk memperkenalkan
Tuhan Yesus. Tetapi Logos yang di maksudkan oleh Yohanes tidak sama
dengan Logos yang di artikan oleh orang lain”[42].
Selanjutnya Purnawan menambahkan, “Rasul Yohanes telah menyimak
suasana pikiran zamannya, mengambil istilah yang umum di pakai dan
tumpuan harapan orang sesamanya, serta memberi arti baru yang lebih
dalam sesuai dengan ilham Roh Kudus kepadanya”[43]. Penggunaan Logos
dalam Injil Yohanes di karenakan istilah itu sudah di kenal dalam
lingkungan Yahudi dan Yunani, namun penggunaan Logos harus di mengerti
latar belakangnya dalam penyataan Tuhan dalam Perjanjian Lama[44].
Jika
ditinjau dari sudut pandang Hebraik atau akar Semitik naskah Yunani,
maka kata LogosDavar. DR. David Stern mengulas sbb: “The
language echoes the first sentence of Genesis…thus the TaNaKh lays the
groundwork for Yochanan’s statement that the Word was with God and
was God’s”[45](bahasa tersebut menggemakan kalimat pertama dari
Kitab Kejadian…sehingga TaNaKh meletakkan dasar bagi pernyataan Yohanes
bahwa Sang Firman bersama Tuhan dan Firman adalah Tuhan).
memiliki akar Semitiknya yang berasal dari penggunaan kata
Apa yang dikatakan Yohanes mengenai Sang
Firman?
“Dia
bersama Tuhan” (ay 1).
Artinya, sang
Firman berdiam dan sehakikat dengan Tuhan YHWH. Kata yang di
terjemahkan “bersama dengan” adalah “pros”. Marcus Doods
memberikan komentar mengenai penggunaan kata pros sbb : “pros,
implies not merely existence alongside with but personal intercourse”
(kata pros menunjukkan bukan hanya berada di samping melainkan sebuah
hubungan pribadi)[46]
“Dia
adalah Tuhan” (ay 1).
Artinya, sang
Firman adalah manifestasi, ekspresi dari pikiran dan kehendak Tuhan.
Dia adalah daya Kreatif, Daya Cipta yang menciptakan sesuatu menjadi
ada dan bukan ciptaan. Dengan kalimat ini hendak ditegaskan bahwa Sang
Firman bukan ciptaan yang menyebabkan terciptanya segala sesuatu.
“Dia
menjadikan segala sesuatu” (ay 3).
Artinya, dari
segala yang ada dan hidup, Sang Firmanlah yang menyebabkan adanya
sesuatu. Dalam Kitab Kejadian 1:3, 6, 9, 11, 14 ,20, 24, 26, 29, di
tegaskan bahwa Firman “menjadikan segala sesuatu”, sebagaimana ungkapan
“yehi wa yehi” (jadilah ada maka jadilah ada). Ungkapan
tersebut sejajar dengan istilah Qur’an, “kun fa yakun”.
“Dia kekal”
(ay 4).
Artinya, Dia tidak akan mengalami kemusnahan
atau eksistensi yang temporal. Dia adalah eternal. Pernyataan ini
tersirat di balik istilah Yunani “zoe” atau Ibrani “khay”
yang bermakna “kehidupan yang berkualitas kekekalan”.
Penjelasan Yohanes menggemakan kembali hakikat
Sang Firman dalam TaNaKh sbb:
Firman
adalah Daya Cipta Tuhan
“bi devar YHWH
shamaym naasyu, ube ruakh piw, kal tsevaam” (Mzm 33:6) yang
artinya, “Oleh Firman YHWH langit telah di buat dan oleh nafas dari
mulut-Nya, terbentuklah semua tentara-Nya” (Mzm 33:6). Dalam Sefer
Beresyit atau Kitab Kejadian, sebanyak 9 kali istilah “Amar”
(Firman) di hubungkan dengan terjadinya ciptaan. Di tuliskan, “wayomer
Elohim, ‘yehi wa yehi’, artinya, “jadi maka jadilah”.
Firman
adalah Utusan Tuhan
“yislakh devaru we yirpaem…” (Mzm
107:20) artinya, “Dia mengutus Firman-Nya dan di sembuhkannya mereka”
(Mzm 107:20)
Firman
adalah Pelaksana Kehendak Tuhan
“ken yihye
devari asher yetse mipiy. Lo yashuv elay reqam. Ki imasha et asher
khapatsti we hitsliyakh asher shelakhtiw” (Yes 55:11) yang
artinya, “demikianlah Dia, Firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku tidak
akan kembali kepada-Ku dengan kehampaan namun Dia akan melaksanakan
dengan sempurna apa yang Aku inginkan dan akan memperoleh tujuan-Nya
sebagaimana Aku mengutus-Nya” (Yes 55:11).
Firman
adalah Kehendak Tuhan yang di komunikasikan pada para nabi-Nya
“wa yomer et
YHWH el YesaYah..” (Yes 38:4) “Maka berfirmanlah YHWH kepada
Yesaya..” (Yes 38:4).
Dari penjelasan di atas kita dapat mengambil
kesimpulan bahwa secara hakikat Yesus Sang Mesias adalah Ilahi karena
Dia adalah Sang Firman. Firman tidak diciptakan melainkan menjadi
perantara terjadinya ciptaan. Jika Firman diciptakan maka dengan apa
Firman itu diciptakan? Yesus bukan hanya Ilahi namun Dia sepenuhnya
Manusiwi karena Sang Firman telah menjadi manusia Yesus sebagaimana
dikatakan dalam
Yohanes 1:14, “Firman itu telah menjadi
daging dan di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu
kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Putra Tunggal Bapa, penuh
kasih karunia dan kebenaran”.
Apa
arti Sang Firman menjadi manusia? Bahwa Sang Firman BENAR-BENAR atau
SEUTUHNYA menjadi manusia, takluk kepada tabiat alamiah kemanusiaan
(lapar, haus, sedih, takut, marah, mati). Apa yang membedakan
kemanusiaan Yesus dengan kemanusiaan pada umumnya?
- Yesus tidak berdosa, karena Dia dilahirkan bukan dari benih manusia melainkan Sang Firman yang menjadi manusia melalui kuasa Roh Kudus dengan meminjam rahim Miryam (Ibr 4:15)
- Yesus berkuasa atas maut (1 Kor 15:26)
Apakah
karena Sang Firman itu adalah Tuhan, maka dapatkah dikatakan bahwa
YHWH yang menjadi manusia? Sekalipun Firman adalah Tuhan, bukan berarti
yang menjadi manusia adalah YHWH. Mengapa? Karena Sang Firman adalah
Daya Cipta YHWH. Dia sehakikat dan setara serta melekat dalam kekekalan
bersama YHWH dan Roh-Nya (Kej 1:1-3). Sang Firman bukan keberadaan
yang berbeda dengan YHWH namun juga bukan keberadaan yang sama begitu
saja dengan YHWH. Meminjam terminologi Islam mengenai Tuhan dengan
Sifat-Nya, digambarkan dengan istilah “Dzat” dan “Sifat”. Persamaan
dalam bahasa Greeknya, “Ousia” dan “Hupostasis”. Ahmad
Daudy dalam “Allah dan Manusia dalam Konsepsi Syekh Nuruddin Ar
Raniry menjelaskan, “…qadimatun azaliyyatun, laisat hiya dzat wa
laa hiya ghaairuhha” (sama-sama kadim, azali, tidak sama dengan
Dzat Tuhan tetapi juga tidak berbeda dengan-Nya)[47] Yang menjadi
manusia adalah Sang Firman (Sifat Tuhan) bukan YHWH itu sendiri (Dzat
Tuhan).
Pemahaman di atas diperlukan untuk menghindari
kesalahpahaman dalam menalar Tuhan. Dengan penjelasan di atas, kita
dapat memberikan penjelasan yang masuk akal terhadap kasus-kasus
berikut
- Yesus berdoa kepada Bapa-Nya (Mat 26:36-46)
- Yesus berseru melepas nyawa-Nya kepada Bapa-Nya (Mat 27:45-46)
- Yesus di baptis di sungai Yordan dan ada realitas Bapa yang hadir dalam wujud suara, ada realitas Roh Kudus yang hadir dalam wujud burung merpati (Mat 3:13-17)
Peristiwa
di atas dapat dijelaskan bahwa Yesus sebagai perwujudan Sang Firman
(Sifat Tuhan), sepenuhnya, seutuhnya sebagai manusia yang berdoa kepada
YHWH, Bapa-Nya yang berseru menyerahkan nyawa-Nya kepada Bapa-Nya,
yang diteguhkan Keputraan-Nya oleh Bapa-Nya (Dzat Tuhan). Hampir semua
buku kajian khususnya dari kaum Muslim, lebih menekankan sifat
antropologis (kemanusiaan) dari Yesus, khususnya ketika mengutip dan
membahas ayat-ayat di atas dan sejenisnya. Mereka gagal melihat sifat
Keilahian dan memfokuskan diri pada sifat kemanusiaan dan menggunakan
sifat kemanusiaan Yesus untuk menolak, menyangkal sifat Ketuhanan Yesus
sebagai Sang Firman Tuhan.
Bagaimana
memahami Yohanes 14:9 yang menyatakan, “ho eorakos eme eoraken ton
patera” (WHO) “haroe Oti roe et ha Av” (HNT), “barangsiapa
melihat Aku telah melihat Bapa?” Perkataan Mesias ini tidak memaksudkan
bahwa diri-Nya adalah Sang Bapa, melainkan Yahshua secara ontologis
memiliki kesetaraan, kesehakikatan dengan Sang Bapa. Wujud kemanusiaan
Yesus mengekspresikan kebagaimanaan Sang Bapa yang tidak nampak,
melalui ajaran dan perilaku Yesus yang berlandaskan kasih, sehingga
barangsiapa yang telah melihat Yesus, baik perkataan dan perilaku-Nya,
secara tidak langsung telah melihat Bapa. Namun bukan berarti Yesus
adalah Sang Bapa itu sendiri. Penjelasan ini dikuatkan dengan perkataan
Yesus selanjutnya, “ego en toi patri kai ho pater en emoi estin” (WHO)
“Ani ba Av we ha Av bi”, (HNT), “Aku di dalam Bapa dan Bapa di
dalam Aku” (Yoh 14:10).
Yohanes
8:42 memberikan penegasan mengenai kesehakikatan dan kesetaraan serta
kemelekatan Sang Firman dan Sang Bapa, hingga dalam konteks sejarah
penyelamatan, Sang Firman keluar dari Sang Bapa, “ego gar ek tou
Theo” (WHO) “meet Elohim yatsati” (HNT). “keluar-Nya” Sang
Firman dari Tuhan menunjukkan ada pembedaan antara Tuhan dan Sang
Firman. Maka menyamakan begitu saja bahwa Firman menjadi manusia
berarti YHWH menjadi manusia adalah kesalahan dalam menalar hubungan
antara Dzat, Ousia, Essensi Tuhan dengan Sifat, Hupostasis, Energi
Tuhan.
Sehubungan
dengan bunyi teks Kitab Yohanes naskah Yunani, “kai Theos en ho
Logos” (Yoh 1:1) ada beberapa terjemahan yang berbeda sesuai dengan
asumsi masing-masing penerjemah. Dalam The New Testament in An
Improved Version di terjemahkan demikian : “dan Firman itu
adalah suatu (tuhan)”, 1808. Sementara The Emphatic Diaglot
menerjemahkan, “dan suatu (tuhan) Firman itu”, 1864. Lalu La
Bible du Centenaire L’Evangile selon Jean menerjemakan, “dan
Firman itu adalah suatu pribadi tuhan”, 1928. Dan akhirnya The
Bible An Ammerican Translation menerjemahkan, “dan Firman itu
tuhan”, 1935.[48] Saksi Yehuwa kerap mempersoalkan akurasi
terjemahan ini dan menjadikannya titik berangkat untuk mengecilkan
status keilahian Yesus sebagai Sang Firman.
Mengapa beberapa
terjemahan di atas berbeda dengan terjemahan pada umumnya (dan Firman
itu adalah Tuhan)? Donald Guthrie membahas kesalahpahaman banyak orang
terhadap frasa naskah Yokhanan berbahasa Greek, sbb : “Dalam Yohanes
1:1 dalam bahasa Yunani, kata Theos tidak mempunyai kata sandang, hal
ini telah menyesatkan banyak orang yang berpikir bahwa pengertian yang
benar dari pernyataan itu ialah, ‘Firman itu adalah seorang tuhan’,
tetapi secara tata bahasa pengertian itu tidak dapat di pertahankan,
karena kata Theos merupakan predikat. Tidak dapat di ragukan bahwa
Yokhanan bermaksud agar para pembacanya mengerti bahwa Firman itu
memiliki sifat (Ketuhanan), tetapi ia tidak bermaksud bahwa Firman dan
Tuhan merupakan istilah yang sama artinya, karena pernyataan sebelumnya
dengan jelas membedakan keduannya. Seharusnya pernyataan ini berarti
bahwa walaupun Firman itu adalah Tuhan, namun pengertian tentang
(Ketuhanan) mencakup lebih dari Firman…dengan beberapa kata ia telah
memberi kesan mengenai sikap dan kedudukan Ketuhanan dari Firman yang
selalu bersama-sama dengan (Tuhan)[49]
Terhadap
Istilah “Permulaan Dari Ciptaan Tuhan”
Dalam Kitab Wahyu 3:14 dikatakan: "Dan
tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Laodikia: Inilah firman dari
Amin, Saksi yang setia dan benar, permulaan dari ciptaan Tuhan:…”
Dalam naskah Yunani dituliskan “he arkhe tes ktiseos tou Theou”.
Sekalipun terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia tidak terlalu keliru,
namun dapat menimbulkan konotasi bahwa Yesus adalah ciptaan Tuhan.
Padahal Yesus adalah perwujudan Firman Tuhan dan Firman tidak
diciptakan melainkan menciptakan (Mzm 33:6; Yoh 1:3). Yesus dilahirkan
namun tidak diciptakan. Istilah arkhe mengandung pengertian
“permulaan dari segala sesuatu” (Yoh 1:1). Namun disisi lain dapat pula
bermakna “pengatur, penguasa, pemerintah” (Rm 8:38). Kata arkhe
dalam Wahyu 3:14, setara dengan Wahyu 21:6 dan Wahyu 22:13. Kata arkheAlef
dan Taw atau Alfa dan Omega. Yesus adalah “Yang Memulai”
dan “Yang Mengakhiri”. dihubungkan dengan kekekalan sebagai
DR. David Stern menerjemahkan, “…The Ruler
of God’s creation”[50] sementara Rabbi Moshe Yoseph Koniuchowsky
The menerjemahkan, “…the first cause of all the creation ofthe
chief of the creation of God;...”[52] Dengan terjemahan di atas,
hendak menunjuk pada hakikat Yesus sebagai “pengatur”, “penguasa”,
“permulaan yang menciptakan” dalam konteks sebagai Sang Firman.
YHWH[51]. Sementara Young’s Literal Translation, 1901 menerjemahkan
dengan, “…
Tanggapan Terhadap Istilah “Yang Sulung
Dari Ciptaan Tuhan”
Dalam Kolose 1:15 dikatakan: “Ia adalah
gambar Tuhan yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih
utama dari segala yang diciptakan”. Terjemahan ini menimbulkan
kesan bahwa Yesus adalah ciptaan yang paling utama. Dalam teks Yunani
dikatakan: “prototokos paseos ktiseos”. Kata prototokos
memiliki makna secara literal berarti “anak sulung” (Luk 2:7; Ibr
11:28), namun secara simbolis bermakna “sifat kekekalan Yesus sebagai
Putra Tuhan” (Ibr 1:6). DR. David Stern menerjemahkan dengan, “Supreme
over all creation”[53]. Dalam komentarnya mengenai Kolose 1:15 DR.
David Stern menjelaskan: “The Messiah is the firstborn of a new
humanity through being the first to be resurrected from the dead; this
is clearly the sense of “prototokos” in v.18. But this sense does not
fit here because of what follows in vv.16-17, even though it is
consistent with the preceding allusion to Adam. If one chooses,
‘firstborn of’ instead of ‘supreme over’, the phrase, ‘firstborn of all
creation’ does not mean that Yeshua was the first created being but
speaks of the eternal sonship”[54] (Mesias adalah yang sulung dari
manusia baru, melalui yang sulung yang mengalami kebangkitan dari
kematian; inilah makna sesungguhnya dari kata prototokos dalam
ayat 18. Namun makna ini tidak ditopang pada ayat ini, dikarenakan
diikuti oleh ayat selanjutnya yaitu 16-17, meskipun ini terlihat
konsisten dengan kiasan mengenai Adam. Jika seseorang memilih
menerjemahkan dengan “yang sulung” daripada “yang menguasai”, maka frase
“yang sulung dari semua ciptaan”, janganlah dimaknai bahwa Yesus
adalah yang pertama diciptakan, namun mengenai Kekekalan Sang Putra).
Dengan demikian, sekalipun diterjemahkan
dengan “yang sulung dari segala yang diciptakan”, bukan bermakna
bahwa Dia adalah ciptaan, melainkan dijelaskan dalam ayat 16-17 sbb: “karena
di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan
yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik
singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala
sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. Ia ada terlebih dahulu dari
segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia”.
Tanggapan Mengenai Yesus setara dengan
Hikmat yang diciptakan dalam Amsal 8:22
Kalangan Saksi-saksi Yehuwa menggunakan Amsal
8:22-31 sebagai pernyataan bahwa Yesus adalah ciptaan, dengan suatu
konklusi bahwa Yesus bukan Tuhan yang menciptakan. Yesus setara dengan
Hikmat yang diciptakan YHWH.
- “TUHAN telah menciptakan aku sebagai permulaan pekerjaan-Nya, sebagai perbuatan-Nya yang pertama-tama dahulu kala” (LAI, TB)
- “The LORD possessed me in the beginning of his way, before his works of old” (KJV)
- “The LORD made me as the beginning of His way, the first of His works of old” (JPST)
- “YHWH qanani resyit darko qedem mifalaw meoz” (BHS)
- “Kurios ektisen me arkhên hodôn autou eis erga autou” (LXX)
Terjemahan "telah menciptakan aku" dari
kata Ibrani קנני - Qanani itu tidak tepat karena kata "menciptakan"
biasanya menggunakan kata Ibrani ברא - Bara atau עשׂה - Asah.
Kata Ibrani Qanah cenderung berarti "membeli" atau "memiliki
(posses)". Perhatikan perbandingan ayat berikut:
Pengkhotbah 2:7
- “Aku membeli budak-budak laki-laki dan perempuan, dan ada budak-budak yang lahir di rumahku; aku mempunyai juga banyak sapi dan kambing domba melebihi siapapun yang pernah hidup di Yerusalem sebelum aku” (LAI TB)
- “I got me servants and maidens, and had servants born in my house; also I had great possessions of great and small cattle above all that were in Jerusalem before me” (KJV)
- “Qaniti avadim usyefakhot uveney vayit hayah li gam miqneh vaqar vatson harbeh hayah mikol syehayu lefanay birusyalaim” (Biblia Hebraica Stuttgartensia - BHS)
Yesaya 1:3
- “Lembu mengenal pemiliknya, tetapi Israel tidak; keledai mengenal palungan yang disediakan tuannya, tetapi umat-Ku tidak memahaminya” (LAI TB)
- “The ox knoweth his owner, and the ass his master's crib: but Israel doth not know, my people doth not consider” (KJV)
- “Ya’da syor qonehu wakhamor evus be’alay Yisrael lo yada ami lo hitbonan” (Biblia Hebraica Stuttgartensia - BHS)
Zakharia 13:5
- “Tetapi masing-masing akan berkata: Aku ini bukan seorang nabi, melainkan seorang pengusaha tanah, sebab tanah adalah harta kepunyaanku sejak kecil” (LAI TB)
- “But he shall say, I am no prophet, I am an husbandman; for man taught me to keep cattle from my youth” (KJV)
- “Weamar lo navi anoki isy oved adamah anoki ki adam hiqnani mine’uray” (Biblia Hebraica Stuttgartensia - BHS)
Dari segi konteks perikop, Kitab Amsal 8:1-22
tidak membicarakan nubuat mengenai Mesias melainkan Hikmat sebagai
perantara terjadinya segala sesuatu dan barangsiapa yang mengejar dan
mendapatkan Hikmat maka dia akan memiliki pengetahuan dan keterampilan
yang bermanfaat dalam kehidupannya. Jadi ayat ini tidak menunjuk kepada
Yesus Sang Mesias.
Tanggapan Mengenai Soteriologi
Sekalipun Saksi Yehuwa mengakui karya
Penebusan Yesus Sang Mesias, namun tetap saja memandang bahwa karya
penebusan itu dilakukan oleh Yesus yang manusiawi belaka tanpa mengakui
keilahian Yesus sebagai Sang Firman. Nilai penting kemanusiaan Yesus
bagi penebusan bahwasanya Dia mewakili manusia yang ditebusnya. Nilai
penting keilahian Yesus bagi penebusan bahwasanya Dia mewakili Tuhan
Sang Bapa yang menerima penebusan. Bagaimana Yesus akan menjalankan
karya penebusan dan menjadi perantara antara manusia dengan Tuhan jika
Yesus hanya memiliki salah satu aspek dalam dirinya yaitu
kemanusiaannya belaka?
Tanggapan Mengenai Pneumatologi
Adalah
kekeliruan besar jika menganggap Roh Kudus yang adalah Roh YHWH
sendiri sebagai tenaga aktif Tuhan semata-mata. Pernyataan ini
menempatkan Roh Kudus - sebagaimana Sang Firman – hanya sebatas mahluk
ciptaan Tuhan belaka. Jika Roh Kudus yang adalah Roh YHWH adalah ciptaan
belaka, bagaimana Roh YHWH mampu memberikan kehidupan sebagaimana
dikatakan dalam Ayub 33:4 sbb: “Roh Tuhan telah membuat aku, dan
nafas Yang Mahakuasa membuat aku hidup”? Jika Roh Kudus atau Roh
YHWH adalah ciptaan bagaimana mungkin Roh Kudus “keluar dan datang dari
Bapa” sebagaimana dikatakan dalam Yohanes 15:26, “Jikalau Penghibur
yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari
Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku?”
Sekalipun
dipergunakan kata ganti εκεινος (ekeinos) yang secara hurufiah artinya
“itu” namun berdasarkan konteksnya kata ini menunjuk pada kata ganti
jenis kelamin maskulin singular (laki-laki tunggal) sehingga semua
terjemahan bahasa Inggris menerjemahkannya dengan “He” dan bukan “It”
sebagaimana anggapan Saksi Yehuwa. Kita lihat perbandingan ayat ini
dalam beberapa terjemahan bahasa Inggris sbb:
“And when the Comforter may come, whom I
will send to you from the Father -- the Spirit of truth, who from the
Father doth come forth, he will testify of me”
(Joh 15:26 YLT)
“But when the Comforter is come, whom I will send unto you
from the Father, even the Spirit of truth, which proceedeth from the
Father, he shall testify of me” (Joh 15:26 KJV)
"When the
Counselor comes, whom I will send you from the Father- the Spirit of
Truth, who keeps going out from the Father- he will testify on
my behalf” (Joh 15:26 CJB)
Tanggapan Mengenai Eskatologi
Saksi Yehuwa mempertahankan kebiasaan
pemimpinnya dalam hal ini Russel yang gemar melakukan prediksi dan
ramalan mengenai kapan Yesus akan datang ke dunia untuk menghakimi dan
kapan akhir zaman terjadi sebagaimana dikatakan: “Sebenarnya
Saksi-Saksi Yehuwa telah terpaksa berkali-kali mengubah ‘penjelasan’
mereka mengenai dunia dan akhirat. Mula-mula Pdt. Russel, pendiri bidat
ini meramalkan kesudahan dunia pada tahun 1874. Kemudian ia menghitung
lagi dan menentukan tahun 1914. Lantas menyusul tahun 1918, 1920 1925,
1975 dan akhir-akhir ini 1975. Menurut seorang sarjana Kristen yang
banyak menyelidiki doktrin Saksi-Saksi Yehuwa, mereka telah memilih
1992 sebagai ‘tahun kesudahan’ yang berikutnya, setelah nubuat-nubuat
mereka yang lama itu semuanya sudah meleset”[55]. Prinsip dasar
hermeneutik yang sehat mengenai penafsiran akhir zaman, seharusnya
meletakkan peringatan Yesus Sang Mesias berikut ini sebagai yang utama
yaitu: “Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorang pun yang
tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa
sendiri." (Mat 24:36). Yesus hanya memerintahkan kepada kita untuk
memperhatikan tanda-tanda akhir zaman dan kedatanganya yang kedua kali.
Ketika para muridnya bertanya: “Ketika Yesus duduk di atas Bukit
Zaitun, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya untuk bercakap-cakap
sendirian dengan Dia. Kata mereka: "Katakanlah kepada kami, bilamanakah
itu akan terjadi dan apakah tanda kedatangan-Mu dan tanda kesudahan
dunia?" (Mat 24:3). Berangkat dari pertanyaan itu Yesus Sang Mesias
memberikan penjabaran panjang lebar dari Matius 24:4-35 dan ditutup
dengan ayat 36 di atas dimana Dia sendiri tidak memberitahukan
kepastian tanggal atau hari kedatangannya. Yesus hanya meminta kita
semua untuk berjaga dan waspada sebagaimana dikatakan: “Karena itu
berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang.
Tetapi ketahuilah ini: Jika tuan rumah tahu pada waktu mana pada malam
hari pencuri akan datang, sudahlah pasti ia berjaga-jaga, dan tidak
akan membiarkan rumahnya dibongkar. Sebab itu, hendaklah kamu juga siap
sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga”
(Mat 24:42-44).
Meramal
dan memastikan hari dan tanggal berakhirnya zaman dan datangnya Yesus
yang kedua kali untuk menghakimi dunia ini selain akan menemui
kegagalan yang menyesatkan, maka mereka yang melakukannya telah
memperlakukan diri mereka seolah-olah lebih tahu dari Yesus Sang
Mesias.
Tanggapan
Mengenai Kematian dan Kebangkitan
Memang benar bahwa manusia yang mengalami
kematian “tidak memiliki kekuatan” (lo yekhelash), “tidak bangkit dari
kematian” (lo yaqum), “tidak terjaga” (lo yaqishu), “tidak bangun dari
tidurnya” (lo ye’oru) (Ayb 14:10-12, 14). Namun menafsirkan kata Ibrani
Sheol dan kata Yunani Hades dengan “kuburan” adalah
kesalahan yang fatal. Kuburan tidak identik dengan dunia orang mati.
Secara kebahasaan, kata kuburan dipergunakan kata Ibrani קבר (Qavar)
dan diterjemahkan dalam naskah Septuaginta dengan ταφὴν (taphen)
sebagaimana muncul dalam beberapa ayat sbb:
“Dan dikuburkan-Nyalah (wayiqbor)dia di suatu
lembah di tanah Moab, di tentangan Bet-Peor, dan tidak ada orang yang
tahu kuburnya sampai hari ini” (Ul 34:6)
“Yakub mendirikan tugu di atas kuburnya
(qevuratah); itulah tugu kubur Rahel sampai sekarang” (Kej 35:20)
“Oleh sebab itu, bernubuatlah dan katakan kepada mereka:
Beginilah firman Tuan YHWH: Sungguh, Aku membuka kubur-kuburmu
(qivroteykem) dan membangkitkan kamu, hai umat-Ku, dari dalamnya, dan
Aku akan membawa kamu ke tanah Israel” (Yekhz 37:12)
Jika
kita berbicara “dunia” tentu saja kita memiliki pemahaman akan adanya
suatu aktifitas. Jika kita mendengar istilah “dunia kerja” maka itu
bermakna suatu aktifitas lika lika dalam pekerjaan. Jika kita mendengar
istilah “dunia keilmuan” maka itu bermakna suatu seluk beluk dalam
keilmuan. Maka ketika kita mendengar istilah “dunia orang mati” (Ibr:
Sheol/Yun: Hades) maka kita tentu saja memaknai suatu kehidupan di alam
yang berbeda dengan kita. Kitab Suci memang tidak memberikan informasi
aktifitas apa saja yang ada dalam dunia orang mati. Namun kisah
pengemis dan orang kaya yang disampaikan oleh Yesus untuk memberikan
gambaran mengenai kebangkitan orang mati dalam Lukas 16:19-31
mematahkan khayalan Saksi Yehuwa yang menyangkal adanya kehidupan dalam
dunia orang mati. Kita perhatikan kisah tersebut sbb:
"Ada seorang kaya yang selalu berpakaian
jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam
kemewahan. Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh
dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu, dan ingin
menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu.
Malahan anjing-anjing datang dan menjilat boroknya. Kemudian matilah
orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan
Abraham. Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia
menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari
jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. Lalu ia
berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus,
supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan
lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini. Tetapi
Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala
yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk.
Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita. Selain dari
pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak
terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu
ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat
menyeberang. Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa,
supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, sebab masih ada lima orang
saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar
mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini. Tetapi kata
Abraham: Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka
mendengarkan kesaksian itu. Jawab orang itu: Tidak, Bapa Abraham,
tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati
kepada mereka, mereka akan bertobat. Kata Abraham kepadanya:
Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka
tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari
antara orang mati."
Tanggapan Mengenai Neraka
Saksi Yehuwa nampaknya takut akan keberadaan Neraka sehingga harus menghapus makna literal akan keberadaan neraka dalam terjemahan dan penafsiran mereka. Secara literal kata Ibrani Gehinom atau kata Yunani Gehenna menunjuk pada suatu lokasi pembuangan sampah dimana ada api yang membakar sampah-sampah tersebut di Yerusalem Timur. Namun kata Gehinom atau Gehenna bukan bermakna simbolik melainkan suatu tempat dan keadaan yang akan dialami secara nyata bagi mereka yang menberontak dan menyangkal Tuhan dan Firman-Nya sebagaimana dikatakan: “
“Maka tertangkaplah binatang itu dan bersama-sama dengan dia nabi palsu, yang telah mengadakan tanda-tanda di depan matanya, dan dengan demikian ia menyesatkan mereka yang telah menerima tanda dari binatang itu dan yang telah menyembah patungnya. Keduanya dilemparkan hidup-hidup ke dalam lautan api yang menyala-nyala oleh belerang” (την λιμνην του πυρος την καιομενης καιομενην εν τω θειω :ten limenen tou puros ten kaiomenes kaiomenen en tooi theiooi, Why 19:20)
“dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang (την λιμνην του πυρος και θειου οπου :ten limenen tou puros kai theiou opou), yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya” (Why 20:10)
“Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang (τη λιμνη τη καιομενη πυρι και θειω: ten limene te kaiomene puri kai theiooi) inilah kematian yang kedua." (Why 21:8)
Kesimpulan
Dari pengkajian ajaran dan analisis kritis terhadap sejumlah teks dan ayat yang dijadikan landasan ajaran dan penafsiran Saksi-Saksi Yehuwa, dapat dibuktikan bahwa semua penafsiran mereka tentang aspek-aspek teologi Kristen seperti Kristologi, Pneumatologi, Eskatologi dan doktrin-doktrin utama Kekristenan telah menyimpang dari maksud yang tertulis dalam Kitab Suci. Rasul Paul mengingatkan kepada Jemaat Korintus sbb: “Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain dari pada yang telah kamu terima” (2 Kor 11:4). Frasa αλλον ιησουν (allon Iesoun) atau “Yesus yang lain” dan η πνευμα ετερον (he pneuma heteron) atau “Injil yang lain” serta η ευαγγελιον ετερον (he Euanggelion heteron) atau “roh yang lain”, mengingatkan kita akan kewaspdaan akan adanya bidat dan penyesat yang menyimpangkan berita Injil yang telah disampaikan dari mulut para rasul yang kemudian dituliskan dalam Kitab Injil serta surat-surat rasuli.
Berita Injil mengakui bahwa Yesus Sang Mesias adalah sepenuhnya Ilahi dan Manusiawi. Yesus bukan ciptaan yang lebih rendah dari Tuhan. Yesus adalah Firman Tuhan yang menjadi manusia. Dia adalah sumber dan perantara terjadinya ciptaan.
Berita Injil mengakui bahwa Bapa, Anak, Roh Kudus adalah setara, sehakikat, sederajat dalam kekekalan sebagai personifikasi dari YHWH, Firman dan Roh-Nya yang kekal. Sekalipun kita tidak menyebut dengan Tritunggal namun bukan berarti keberadaan kesehakikatan Bapa Anak Roh ditolak
Berita Injil mengakui bahwa Roh Kudus datang dari YHWH Sang Bapa dan bukan ciptaan yang lebih rendah dari Tuhan. Roh Kudus adalah Roh yang menghidupkan dan menyertai orang beriman sampai Yesus Sang Msias datang kembali.
Berita Injil mengakui bahwa kematian bukan semata-mata tidur panjang tanpa aktifitas. Ada aktifitas yang tidak diberitakan secara gamblang dalam Kitab Suci. Orang benar (tsadiq) dan orang fasik (reshaim) dipisahkan keberadaannya di dunia alam kematian. Yang satu di Firdaus dan yang satu di Hades.
Berita Injil mengakui bahwa neraka sebagaimana sorga adalah ada dan nyata. Sebagaimana sorga mewakili suatu tempat yang penuh kemuliaan dan keindahan demikianlah neraka sebuah tempat kehinaan dan mengerikan tempat hukuman dan upah orang fasik.
Marilah kita hadapi Saksi-Saksi Yehuwa dengan kasih dan argumentasi yang baik supaya mereka kembali kepada Sang Gembala Agung pemimpin domba-domba Mesias yaitu Yahshua ha Mashiakh atau Yesus Sang Mesias. Akan tetapi kamu, saudara-saudaraku yang kekasih, bangunlah dirimu sendiri di atas dasar imanmu yang paling suci dan berdoalah dalam Roh Kudus. Marilah kita amalkan pesan rasuli berikut: “Peliharalah dirimu demikian dalam kasih Tuhan sambil menantikan rahmat Junjungan Agung kita, Yesus Sang Mesias, untuk hidup yang kekal.Tunjukkanlah belas kasihan kepada mereka yang ragu-ragu, selamatkanlah mereka dengan jalan merampas mereka dari api. Tetapi tunjukkanlah belas kasihan yang disertai ketakutan kepada orang-orang lain juga, dan bencilah pakaian mereka yang dicemarkan oleh keinginan-keinginan dosa” (Yud 1:21-23)
Tanggapan Mengenai Neraka
Saksi Yehuwa nampaknya takut akan keberadaan Neraka sehingga harus menghapus makna literal akan keberadaan neraka dalam terjemahan dan penafsiran mereka. Secara literal kata Ibrani Gehinom atau kata Yunani Gehenna menunjuk pada suatu lokasi pembuangan sampah dimana ada api yang membakar sampah-sampah tersebut di Yerusalem Timur. Namun kata Gehinom atau Gehenna bukan bermakna simbolik melainkan suatu tempat dan keadaan yang akan dialami secara nyata bagi mereka yang menberontak dan menyangkal Tuhan dan Firman-Nya sebagaimana dikatakan: “
“Maka tertangkaplah binatang itu dan bersama-sama dengan dia nabi palsu, yang telah mengadakan tanda-tanda di depan matanya, dan dengan demikian ia menyesatkan mereka yang telah menerima tanda dari binatang itu dan yang telah menyembah patungnya. Keduanya dilemparkan hidup-hidup ke dalam lautan api yang menyala-nyala oleh belerang” (την λιμνην του πυρος την καιομενης καιομενην εν τω θειω :ten limenen tou puros ten kaiomenes kaiomenen en tooi theiooi, Why 19:20)
“dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang (την λιμνην του πυρος και θειου οπου :ten limenen tou puros kai theiou opou), yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya” (Why 20:10)
“Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang (τη λιμνη τη καιομενη πυρι και θειω: ten limene te kaiomene puri kai theiooi) inilah kematian yang kedua." (Why 21:8)
Kesimpulan
Dari pengkajian ajaran dan analisis kritis terhadap sejumlah teks dan ayat yang dijadikan landasan ajaran dan penafsiran Saksi-Saksi Yehuwa, dapat dibuktikan bahwa semua penafsiran mereka tentang aspek-aspek teologi Kristen seperti Kristologi, Pneumatologi, Eskatologi dan doktrin-doktrin utama Kekristenan telah menyimpang dari maksud yang tertulis dalam Kitab Suci. Rasul Paul mengingatkan kepada Jemaat Korintus sbb: “Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain dari pada yang telah kamu terima” (2 Kor 11:4). Frasa αλλον ιησουν (allon Iesoun) atau “Yesus yang lain” dan η πνευμα ετερον (he pneuma heteron) atau “Injil yang lain” serta η ευαγγελιον ετερον (he Euanggelion heteron) atau “roh yang lain”, mengingatkan kita akan kewaspdaan akan adanya bidat dan penyesat yang menyimpangkan berita Injil yang telah disampaikan dari mulut para rasul yang kemudian dituliskan dalam Kitab Injil serta surat-surat rasuli.
Berita Injil mengakui bahwa Yesus Sang Mesias adalah sepenuhnya Ilahi dan Manusiawi. Yesus bukan ciptaan yang lebih rendah dari Tuhan. Yesus adalah Firman Tuhan yang menjadi manusia. Dia adalah sumber dan perantara terjadinya ciptaan.
Berita Injil mengakui bahwa Bapa, Anak, Roh Kudus adalah setara, sehakikat, sederajat dalam kekekalan sebagai personifikasi dari YHWH, Firman dan Roh-Nya yang kekal. Sekalipun kita tidak menyebut dengan Tritunggal namun bukan berarti keberadaan kesehakikatan Bapa Anak Roh ditolak
Berita Injil mengakui bahwa Roh Kudus datang dari YHWH Sang Bapa dan bukan ciptaan yang lebih rendah dari Tuhan. Roh Kudus adalah Roh yang menghidupkan dan menyertai orang beriman sampai Yesus Sang Msias datang kembali.
Berita Injil mengakui bahwa kematian bukan semata-mata tidur panjang tanpa aktifitas. Ada aktifitas yang tidak diberitakan secara gamblang dalam Kitab Suci. Orang benar (tsadiq) dan orang fasik (reshaim) dipisahkan keberadaannya di dunia alam kematian. Yang satu di Firdaus dan yang satu di Hades.
Berita Injil mengakui bahwa neraka sebagaimana sorga adalah ada dan nyata. Sebagaimana sorga mewakili suatu tempat yang penuh kemuliaan dan keindahan demikianlah neraka sebuah tempat kehinaan dan mengerikan tempat hukuman dan upah orang fasik.
Marilah kita hadapi Saksi-Saksi Yehuwa dengan kasih dan argumentasi yang baik supaya mereka kembali kepada Sang Gembala Agung pemimpin domba-domba Mesias yaitu Yahshua ha Mashiakh atau Yesus Sang Mesias. Akan tetapi kamu, saudara-saudaraku yang kekasih, bangunlah dirimu sendiri di atas dasar imanmu yang paling suci dan berdoalah dalam Roh Kudus. Marilah kita amalkan pesan rasuli berikut: “Peliharalah dirimu demikian dalam kasih Tuhan sambil menantikan rahmat Junjungan Agung kita, Yesus Sang Mesias, untuk hidup yang kekal.Tunjukkanlah belas kasihan kepada mereka yang ragu-ragu, selamatkanlah mereka dengan jalan merampas mereka dari api. Tetapi tunjukkanlah belas kasihan yang disertai ketakutan kepada orang-orang lain juga, dan bencilah pakaian mereka yang dicemarkan oleh keinginan-keinginan dosa” (Yud 1:21-23)