“AL-QURAN BUKANLAH WAHYU
ALLAH TETAPI PERKATAAN MUHAMMAD SENDIRI YANG DIKATAKANNYA WAHYU ALLAH”
Islam adalah ajaran
tauhid,
yang meyakini bahwa Allah adalah Esa, tunggal, satu secara
kuantitas/jumlah.
Tiada Tuhan Selain Allah. Jadi, jika ada ajaran yang bertentangan dengan
ke”satu”an Tuhan, ajaran itu dianggap syirik, kafir. Syirik adalah dosa
terbesar dalam Islam.
Didalam Quran, Allah
banyak menggunakan kata “KAMI” untuk membahasakan dirinya! Dalam bahasa
Indonesia,
kami adalah kata ganti orang jamak, lebih dari satu. Para penafsir awal
menyatakan bahwa kami di Quran adalah Allah sendiri, tanpa pribadi lain.
Namun
setelah banyak kerancuan, penggunaan “KAMI” dalam Quran lalu ditafsirkan
sebagai berikut :
Konteks
penggunaan pertama.
Kata Kami bermakna bahwa dalam
mengerjakan tindakan tersebut, Allah melibatkan unsur-unsur makhluk
(selain
diri-Nya sendiri). Dalam kasus nuzulnya Qur'an, makhluk-makhluk yang
terlibat
dalam pewahyuan dan pelestarian keasliannya adalah sejumlah malaikat,
terutama
Jibril; kedua Nabi sendiri; ketiga para pencatat/penulis wahyu; keempat,
para
huffadz [penghafal] dll.
Konteks
penggunaan kedua.
Kata Kami secara
sosio-linguistik Arab bermakna "ta'dzim" [kata-kata yang sopan untuk
menghilangkan kesan keakuan terutama ketika kita bicara kepada orang
besar,
atau orang banyak]. Nah dalam arti ini, ketika dipakai kata Kami, ayat
tersebut
menggambarkan proses komunikasi dengan etika yang lebih sopan (mungkin
seperti
cara ngomong orang jawa dengan bahasa "krama")
Konteks
penggunaan ketiga.
Ayat yang menggunakan kata
Kami biasanya menceritakan sebuah peristiwa besar yang berada di luar
kemampuan
jangkauan nalar manusia, seperti penciptaan Adam, penciptaan bumi, dan
langit.
Di sini, selain peristiwa itu sendiri yang nilai besar, Allah sendiri
ingin
menokohkan/memberi kesan "Kemahaan-Nya" kepada manusia, agar manusia
dapat menerima/mengimani segala sesuatu yang berada di luar jangkauan
nalar
manusia.
Jadi, KAMI disini
dapat diartikan Allah sendiri, atau Allah beserta makluk lain,
tergantung
konteksnya. Yang pasti harus ada unsur Allah disitu. Tidak boleh
Malaikat
sendiri, atau Muhammad sendiri.
Sebab Kaum
Muslim meyakini bahwa Quran dari halaman pertama hingga terakhir
merupakan
kata-kata Allah yang diturunkan kepada Muhammad secara verbal, baik
kata-katanya (lafdhan) maupun maknanya (ma’nan). Sehingga Quran haruslah
dibaca
seakan-akan Allah mengucapkan sendiri kata-kata di dalamnya. Jika “Kami”
diartikan malaikat sendiri, atau Muhammad sendiri, berarti kebenaran
Quran akan runtuh, karena kebenaran itu berasal dari makhluk ciptaan,
dan itu
berarti bertentangan dengan apa yang diyakini selama ini bahwa Quran
berasal
dari Allah.
Tapi benarkah seperti
itu?
Benarkah panggunaan Kami adalah kontekstual? Bukan dalam arti jamak,
lebih dari
satu? Ayat-ayat dibawah hanya 2 dari ratusan ayat yang memakai kata Aku
dan
Kami.
“Maka Aku bersumpah dengan
Tuhan Yang Mengatur tempat terbit dan terbenamnya matahari, bulan
dan
bintang; sesungguhnya Kami benar-benar Maha Kuasa”. (QS 70:40)
Siapakah
aku disini?
Malaikat kah? Muhammadkah kah? Kalau kata "AKU" ditafsirkan sebagai
"Allah", apa pantas "tuhan" bersumpah dengan Tuhan? Tuhan
yang mana lagi? Lalu siapakah “KAMI” yang benar-benar maha kuasa?
“Demi Allah,
sesungguhnya
Kami telah mengutus rasul-rasul Kami kepada umat-umat sebelum kamu,
tetapi
syaitan menjadikan umat-umat itu memandang baik perbuatan mereka (yang
buruk),
maka syaitan menjadi pemimpin mereka di hari itu dan bagi mereka azab
yang
pedih”. (QS 16:63)
Siapakah Kami disini?
Malaikat kah? Muhammadkah kah? Kalau kata "KAMI" ditafsirkan sebagai
"Allah", apa pantas "Allah" bersumpah dengan Allah? Allah
yang mana lagi? Jika “KAMI” ditafsirkan sebagai malaikat, ini berarti
kita
telah mengingkari keyakinan kita sendiri bahwa Quran adalah ucapan
ALLAH.
Bahkan
ALLAH menantang
manusia untuk menunjukkan kekurangan, kesalahan, dan kejanggalan dalam
Quran,
jika ternyata Quran bukan berasal dari Allah. Secara spesifik Allah
menantang
untuk dibuatkan satu saja surah seperti yang ada dalam Quran.
Dan jika kamu (tetap)
dalam
keraguan tentang Al Qur'an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami
(Muhammad),
buatlah satu surat
(saja) yang semisal Al Qur'an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain
Allah,
jika kamu orang-orang yang benar. (QS 2:23)
Bahkan mereka mengatakan:
"Muhammad telah membuat-buat Al Qur'an itu", Katakanlah: "(Kalau
demikian), maka datangkanlah sepuluh surah-surah yang dibuat-buat yang
menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya)
selain
Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar". (QS 11:13)
Katakanlah: "Sesungguhnya
jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Qur'an ini,
niscaya
mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun
sebagian
mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain". (QS 17:88)
Maka apakah mereka tidak
memperhatikan Al Qur'an? Kalau kiranya Al Qur'an itu bukan dari sisi
Allah,
tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. (QS 4:82)
MUNGKINKAH
ALLAH YANG MAHA KUASA MENANTANG MANUSIA HANYA UNTUK
MEMBUKTIKAN KEBENARAN UCAPANNYA. DIMANAKAH OTORITASNYA SEBAGAI ALLAH?
Hanya manusialah yang
mempunyai sifat sombong, dan takabur. Tuhan tidak mungkin bersifat dan
bersikap
demikian. Kurang masuk akal kiranya Tuhan menantang manusia dalam hal
tulis-menulis sedangkan adalah hal yang mudah bagi Tuhan untuk menjamah
hati
manusia untuk menerima FirmanNya. Tidak perlu tantang menantang, ALLAH
VS
MANUSIA. Itulah usaha Muhammad untuk meyakinkan pengikutnya bahwa
Quran
benar2 berasal dari Allah, bukan dari dirinya sendiri.
Terlalu
banyak bukti dan
fakta bahwa Al Quran penuh dengan kesalahan baik internal maupun
external, baik
konseptual maupun gramatikal. Salah satu contoh nyata adalah masalah
Maryam
(ibunda Yesus) yang disebutkan sebagai anak Imran dan saudara perempuan
Harun.
Padahal kita semua tahu bahwa Harun saudara Musa mempunyai ayah kandung
bernama
Imran dan saudara perempuan kandung bernama Maryam. Sudah tidak ada
keraguan
bahwa Muhammad mengira kedua Maryam adalah sama, atau tidak mengetahui
sama
sekali bahwa ada dua Maryam.
LIHAT TOPIK SELENGKAPNYA : KONTRADIKSI AL QURAN
Tantangan untuk membuatkan surah
seperti dalam Al Quran
adalah permainan Muhammad untuk membodohi pengikutnya. Orang-orang di
tantang
untuk membuatkan satu saja surah sepeti Quran, tetapi kalau ada yang
berhasil
membuatnya akan langsung di ancam hukuman mati karena dituduh telah
membuat
surah palsu yang menyesatkan. (Bandingkan dengan Ahmadiah)
Surah seperti dalam Quran
tidaklah susah untuk dibuat. Bukannya susah, tetapi kebanyakan orang
enggan
untuk merespon tantangan ini karena hadiahnya sangatlah tidak menarik,
yaitu
hukuman mati. Dengan kemajuan internet yang begitu pesat, ancaman dari
para
Muslim tidak lagi terlalu efektif. Ada
yang berhasil membuatkan surah seperti dalam Al Quran dan bisa diakses
online:
Tantangan dalam Al Quran sebagaimana disebutkan dalam ayat-ayat diatas
bukanlah
hal yang sulit untuk dipenuhi. Berikut beberapa Surah yang sudah
memenuhi
tatangan tersebut:
The True Furqan http://www.islam-exposed.org/furqan/contents.html
Suralikeit
http://www.suralikeit.com/
Kita seharusnya dengan
rendah
hati mengakui bahwa QURAN BUKAN HANYA PERKATAAN DARI ALLAH SAJA,
namun
juga perkataan dari makluk seperti malaikat dan Muhammad. Berikut adalah
salah
satu ayat yang mengklaim bahwa Quran hanyalah berasal dari Allah
sendiri;
“Tidaklah mungkin Al Qur'an ini
dibuat oleh selain Allah;
akan tetapi (Al Qur'an itu) membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan
menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di
dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan semesta alam”. (QS 10:37)
Namun mari kita bandingkan
ayat diatas dengan ayat2 dibawah ini:
A. PERKATAAN MUHAMMAD
“Aku hanya diperintahkan untuk
menyembah Tuhan negeri ini
(Mekah) Yang telah menjadikannya suci dan kepunyaan-Nya-lah segala
sesuatu, dan
aku diperintahkan supaya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.”
(QS
27:91)
Ayat ini jelas adalah
ucapan Muhammad. Jika memang itu adalah kalimat Tuhan, seharusnya ada
perintah
“Katakanlah”. Ayat awal ini saja sudah membuktikan bahwa Quran hanyalah
perkataan Muhammad, bukan perkataan Allah.
“Sesungguhnya telah datang
dari Tuhanmu bukti-bukti yang terang; maka Barang siapa melihat
(kebenaran
itu), maka (manfaatnya) bagi dirinya sendiri; dan barang siapa buta
(tidak
melihat kebenaran itu), maka kemudaratannya kembali kepadanya. Dan aku
(Muhammad) sekali-kali bukanlah pemelihara (mu).” (QS 6:104)
Dalam ayat ini, jelas sekali
yang mengatakan “..aku sekali-kali bukanlah pemelihara..” adalah
Muhammad.
Bahkan Dawood dalam terjemahannya menambahkan tulisan kaki bahwa “Aku”
merujuk
pada Muhammad. (Ed - Kata Muhammad dalam terjemahan bahasa Indonesia ini
ditambahkan oleh pihak penterjemah http://quran.al-islam.com/ dan karena
itu
ditulis dalam kurung)
Dan masih banyak ayat
lainnya; (QS 6:114, 27:92, 42:10, 81:15, 84:16-19). Setiap orang waras
bisa
melihat bahwa ayat2 diatas bukanlah kata-kata Tuhan, tetapi kata-kata
ucapan
Muhammad sendiri. Sekali lagi, jika memang itu adalah kalimat Tuhan,
seharusnya
ada kata perintah “Katakanlah”, yang dalam versi bahasa Arab memang
tidak tercantum.
B. PERKATAAN MALAIKAT
Dalam Quran juga terdapat
kata-kata yang diucapkan oleh malaikat;
“Dan tidaklah kami (Jibril)
turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu.” (QS19.64)
“Tiada seorang pun di antara kami
(malaikat) melainkan
mempunyai kedudukan yang tertentu, dan sesungguhnya Kami benar-benar
bersaf-saf
(dalam menunaikan perintah Allah). Dan sesungguhnya kami benar-benar
bertasbih
(kepada Allah).” (QS 37:164-166)
Jadi
malaikat berkata bagi
diri mereka sendiri dalam ayat diatas dan tidak diilhami oleh perkataan
Tuhan
(hal ini juga disebutkan dalam ‘the perfection in the quran sciences’
oleh
Al-Syouty).
C. PERKATAAN MANUSIA, ENTAH
SIAPA?
Surat AL FAATIHAH adalah doa
seorang manusia kepada Tuhannya;
“Dengan
menyebut nama Allah
Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan
semesta
alam, Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, Yang menguasai hari pembalasan.
Hanya
kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon
pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang
yang
telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang
dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat”. (QS 1:1-7)
SEKALI
LAGI KITA TELAH DIBODOHI! Karena
semua penjelasan diatas menjelaskan bahwa “AKU” dan “KAMI” dalam Quran
dapat
diartikan bermacam-macam, yaitu: 1. Allah sendiri 2. Muhammad sendiri 3.
Malaikat sendiri, atau 4. Pencampuran ketiganya. Penjelasan diatas juga
membuktikan bahwa Quran bukanlah perkataan Allah saja, namun juga
perkataan
dari Muhammad dan Malaikat. Dapatkah kita mempercayai kebenaran ucapan
Muhammad, melihat perilakunya yang barbar? Dapatkah kita mempercayai
ucapan
malaikat, bagaimana jika ternyata malaikat itu adalah setan yang
menyamar dan
ingin menjerumuskan kita dalam jurang kebencian?
Lihatlah ayat pembelaan Allah
terhadap Muhammad;
“Tetapi mengapa mereka
(orang
kafir) mengatakan: "Dia
Muhammad mengada-adakannya". Sebenarnya Al Qur'an itu adalah kebenaran
(yang datang) dari Tuhanmu, agar kamu memberi peringatan kepada kaum
yang belum
datang kepada mereka orang yang memberi peringatan sebelum kamu;
mudah-mudahan
mereka mendapat petunjuk”. (QS 32:3)
Tak perlu menjadi seorang
Einstein untuk mengerti bahwa kata
“KAMI” dalam Quran hanyalah Allah rekaan Muhammad sendiri. Allah dalam
Quran
hanyalah boneka ciptaan Muhammad saja, karena dia adalah seorang
psikopat
narsisis, manusia yang gila hormat. Mungkin anda menuduh kami mengada2,
tapi
marilah dengan bijak kita cermati ayat2 berikut:
QS
4:18 Dan barang
siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar
ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka
sedang
ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan.
QS 33:36 Dan tidaklah
patut bagi
laki-laki yang mukmin dan
tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya
telah
menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain)
tentang
urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka
sungguhlah
dia telah sesat, sesat yang nyata.
QS
72:23 Akan tetapi
(aku hanya) menyampaikan (peringatan) dari Allah dan risalah-Nya. Dan
barang
siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya baginyalah
neraka
Jahanam, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.
Dan masih banyak ayat
lainnya
(QS 3:32, 3:132, 4:13, 4:14, 4:59, 4:69, 4:80, 4:92, 8:20, 8:46, 9:71,
24:47,
24:51, 24:52, 24:54, 24:56, 33:33, 33:71, 47:33, 48:17, 49:14, 58:13,
64:12 ).
Itulah Muhammad, yang menduetkan namanya disisi Allah. Hanya manusia
yang
narsis dan gila hormat saja yang menjajarkan namanya sendiri dengan nama
Allah.
Durhaka
pada Muhammad = durhaka pada Allah
Tidak
taat pada Muhammad = tidak taat pada Allah
Tidak
hormat pada Muhammad = tidak hormat pada Allah
Menentang
Muhammad = menentang Allah
Tidakkah kita melihat KEGANJILAN di sini?
Siapakah
Muhammad
itu? Jika dia hanya rasul penyampai berita saja, mengapa pula manusia
harus
memperlakukannya sama seperti memperlakukan Tuhan agar bisa masuk surga?
Dalam Quran Muhammad
tidak
meminta para pengikutnya untuk
memujanya. Malah dia mengklaim “hanya utusan saja”. Sebagai gantinya dia
menuntut kepatuhan, namun dengan cerdiknya dia meminta para pengikutnya
untuk
taat pada “Allah dan Rasul-Nya.” Dalam sebuah ayat Quran, dia taruh
perkataan
berikut dalam mulut Allahnya:
“Mereka
menanyakan kepadamu tentang
(pembagian) harta rampasan perang. Katakanlah: "Harta rampasan perang
itu
kepunyaan Allah dan Rasul, sebab itu bertakwalah kepada Allah dan
perbaikilah
perhubungan di antara sesamamu, dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya
jika
kamu adalah orang-orang yang beriman" (Q 8.1)
Mana
ada Tuhan yang
menginginkan atau memerlukan barang2 hasil perampokan? Muhammad
menggunakan
“Allah” sebagai bonekanya. Akan sungguh memalukan jika dia katakan,
“harta
rampasan perang itu kepunyaanku”. Oleh karena itu Muhammad selalu
meletakkan
nama Allah di depan namanya.
Dan karena tidak ada
seorangpun yang bisa melihat atau mendengar Allah, semua kepatuhan
adalah
kepada Muhammad sebagai wakil Allah. Dialah yang harus di taati dan
takuti
karena hanya dia satu-satunya perantara dari tuhan, yang mana hal
tersebut
telah dia tanamkan kepada pengikutnya bahwa tuhan harus dihormati dan
ditakuti.
“Supaya kamu sekalian beriman
kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkanNya, membesarkan-Nya. Dan
bertasbih
kepada-Nya di waktu pagi dan petang.” (QS 48.9)
Sekali
lagi, Muhammad
selalu meletakkan namanya (rasulnya) dibelakang kata Allah. Mungkinkah
Allah
membutuhkan penguatan dari makluk ciptaannya? Muhammadlah sebenarnya
yang ingin
dikuatkan dan dibesarkan!
Dan barang siapa yang mendurhakai
Allah dan Rasul-Nya dan
melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam
api
neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan.
(QS
4:14)
Ayat di atas
menunjukkan EGO, dan bukan menunjukkan kemurnian dari seorang utusan
Tuhan.
Akan sangat TINGGI NILAINYA
bila ayat tersebut tertulis begini:
Dan
barangsiapa yang
mendurhakai Allah dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah
memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan
baginya
siksa yg menghinakan. (Surat Murtadin ayat 1)
Coba kita simak satu ayat
lagi, sebagai contoh.
Dan tidaklah patut bagi
laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin,
apabila
Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi
mereka pilihan
(yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah
dan
Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. (QS 33:36)
Ayat-ayat itu sangat sarat dengan
EGO seorang manusia yang
ingin diakui, dipatuhi dan ditakuti. Muhammad telah menyetarakan dirinya
dengan
allah buatannya sendiri.
Akan LEBIH MULIA
bila ayat
tersebut tertulis begini:
Dan tidaklah patut
bagi
laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin,
apabila
Allah telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan
(yang
lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah maka
sungguhlah
dia telah sesat, sesat yang nyata. (Surat Murtadin ayat 2)
Dibawah
ini adalah
salah satu ayat yang membuktikan bahwa “KAMI” dalam Quran adalah Allah
dan
Muhammad sendiri.
Katakanlah: "Hai
hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri,
janganlah
kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni
dosa-dosa
semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(QS
39:53)
Siapapun anda, coba tafsirkan
kata “Ku” pada ayat diatas? Jika anda mengerti bahasa Arab, pasti anda
mengatakan “Ku” tersebut adalah Muhammad.
Dalam Quran, dari awal hingga
akhir, menegaskan konsep bahwa manusia adalah hamba Allah saja, dan
semua
pesannya berputar pada maksud bahwa mereka harus menyembah hanya pada
Allah
saja. Muhammad sendiri adalah hamba Allah. Namun ayat diatas menyatakan
bahwa
Muhammad menjadi Tuan atas pengikut2nya. Itulah ucapan seseorang yang
gila
hormat. Hanya ada 2 penjelasan mengenai ayat tersebut, pertama, Allah
kepleset
dalam menurunkan ayat tersebut! Atau, kedua, Muhammad lah Allah itu
sendiri,
hamba Allah=hamba Muhammad!
Sesungguhnya
orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya pasti mendapat kehinaan.
Sesungguhnya
KAMI telah menurunkan bukti-bukti yang nyata. Dan bagi orang-orang kafir
ada
siksa yang menghinakan. (QS 58:5)
Muhammad selalu menuliskan
dirinya berdampingan dengan
allah, (allah dan rasulnya), dan kemudian pada kalimat selanjutnya dia
memakai kata
ganti KAMI.
Coba simak ayat di atas.
Allah
dan Rasul-Nya = KAMI
Seorang nabi haruslah
rendah hati dan tidak menempatkan dirinya sejajar dengan Allah yang
telah
mengutusnya.
Malaikat
saja tak berani
menempatkan dirinya sejajar dengan nama Allah, misal : Patuhlah pada
Allah dan
Malaikatnya; atau kalau malaikat itu menyampaikan firman kepada manusia:
Patuhlah kepada Allah dan aku (malaikat). Apalagi seorang manusia biasa!
Tidak ada model
firman Allah
seperti ini dalam sejarah
Yahudi dan Nasrani, yang mensejajarkan Allah dan Nabi-Nya.
Lebih lanjut, ada beberapa
bukti dalam Quran dan hadis yang menyebutkan motif penurunan ayat-ayat
dan
menunjukkan bahwa "INTEGRITAS" MUHAMMAD DALAM PEWAHYUAN QURAN sangat
diragukan. Ya Allah dalam Islam adalah ego Muhammad sendiri.
Ketika Muhammad berkunjung
kerumah Zaid, anak angkatnya, beliau melihat Zainab (istri Zaid) dengan
tubuh
moleknya yang hanya ditutupi oleh pakaian tipis. Gelora birahi nabipun
memuncak, dan beliau berniat untuk mengawini Zainab, MENANTUNYA! Lalu
sim
salabim, muncullah ayat yang menghalalkan Muhammad untuk mengawini
MENANTUNYA
SENDIRI. (Sumber: Abbas Jamal Hal 55*, Hadis Bukhari 60:310)
Dan (ingatlah), ketika kamu
berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan ni'mat kepadanya dan
kamu
(juga) telah memberi ni'mat kepadanya: "Tahanlah terus isterimu dan
bertakwalah kepada Allah", sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu
apa
yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang
Allah-lah
yang lebih berhak untuk kamu takuti. MAKA TATKALA ZAID TELAH MENGAKHIRI
KEPERLUAN TERHADAP ISTRINYA (MENCERAIKANNYA) , KAMI KAWINKAN KAMU DENGAN
DIA
supaya tidak ada keberatan bagi orang mu'min untuk (mengawini)
isteri-isteri
anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah
menyelesaikan keperluannya
daripada isterinya. Dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi. (QS 33
: 37)
Ketika Muhammad mengadakan jamuan
makan pernikahannya dengan
Zainab, ia memberikan kode agar tamu yang diundang segera pulang, tapi
masih
ada TIGA TAMU dan Anas yang ngeyel tak mau segera pulang. Nabi
mengulangi lagi
tindakan dan kodenya, akhirnya ketiganya pun pulang. Namun Anas masih
saja
tetap ingin bersama nabi. Karena GELORA MALAM PERTAMA nya sudah sangat
membara,
nabi akhirnya menempuh cara terang-terangan dengan cara menutup tirai di
antara
mereka berdua. Tidak cukup hanya itu, nabi juga mengeluarkan JURUS
PAMUNGKAS nya dengan mengeluarkan ayat
33:53! (SUMBER HADIS BUKHARI 60:314)
Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu memasuki rumah-rumah Nabi kecuali bila kamu diizinkan
untuk
makan dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak (makanannya), tetapi jika
kamu
diundang maka masuklah dan bila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa
asyik
memperpanjang percakapan. Sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu
Nabi
lalu Nabi malu kepadamu (untuk menyuruh kamu ke luar), dan Allah tidak
malu
(menerangkan) yang benar. Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan)
kepada
mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang
demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. Dan tidak boleh
kamu
menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak (pula) mengawini istri-istrinya
selama-lamanya sesudah ia wafat. Sesungguhnya perbuatan itu adalah amat
besar
(dosanya) di sisi Allah. (QS 33:53)
Dan masih
banyak lagi ayat
seperti ayat2 diatas yang
membuktikan bahwa Quran hanyalah ego Muhammad sendiri. Bukankah itu
sebuah
KEANEHAN. Bukankah kita seharusnya mempunyai pertanyaan seperti Aisah,
ketika
banyak wanita yang menawarkan tubuhnya kepada sang nabi?
Sahih Bukhari, Volume 6, Book 60, Number
311
Diceritakan oleh Aisha: Aku memandang rendah
wanita2 yang
memberikan dirinya kepada rasulullah dan aku katakan, "Dapatkah seorang
wanita memberikan dirinya kepada seorang laki2 ? Tetapi ketika Allah
mengungkapkan: "Kamu ( O Muhammad) dapat menunda giriran kepada saja
yang
kamu kehendaki atas istrimu, dan kamu boleh menerima siapapun yang kamu
inginkan…" ( 33.51) Aku berkata ( kepada Nabi), " Aku merasakan bahwa
ALLAHMU BERTINDAK CEPAT UNTUK MEMENUHI NAFSU DAN KEINGINANMU”
Apa yang dikatakan Aisha?
"KUKIRA ALLAH BERTINDAK CEPAT UNTUK MEMENUHI KEINGINAN DAN NAFSUMU
(MUHAMMAD)”!
Belajar
Islam ( Islamologi) Dalam Konteks : “Membedah Islam”