sambungan dari part I
<<<======
Diposkan
oleh Ali Sina Pada Tanggal 14 Desember 2010
Sang
Nabi jadi Garong
Maka
sang Nabi jadi seorang penggarong dan meskipun begitu dia tidak berhenti
berkhotbah, “Bicaralah yang baik terhadap orang-orang …” 2:83 atau
“Sabarlah pada apa yang mereka ucapkan, dan menjauhlah dari mereka
dengan halus”. .73:10 dan mulailah kata darah “qateloo” (bunuh)
terdengar sebagai pesan-pesan Allah selanjutnya. Selama enam bulan
pertama kedatangan Muhammad di Medina, tidak ada hal penting terjadi.
Para pendatang termasuk Muhammad sendiri harus berjuang untuk membeli
sandang, pangan, papan.
Tapi
pikiran-pikiran Muhammad bukanlah pikiran damai. Dia punya rencana,
rencana-rencana yang besar. Jumlah pengikutnya bertambah, sebagian
menyeberang dari Mekah untuk bergabung dan beberapa memeluk Islam di
Medina. Sekarang dia bisa memerintah sekelompok prajurit. Tapi
orang-orang Medina bersumpah hanya akan membantu Muhammad mempertahankan
diri jika dia diserang, dan tidak mau ikut dia untuk menyerang
orang-orang Quraish.
Jadi
Muhammad bukannya menyerang Mekah, tapi di bulan Desember 622 M, saat
Ramadhan, tujuh bulan setelah kedatangannya, sang Nabi memanggil
pamannya Hamza untuk memimpin 30 prajurit menyerang mendadak kafilah
orang-orang Mekah yang baru kembali dari Syria di bawah pengawalan Abul
Hakam (Abu Jahl). Kafilah ini dijaga oleh kira-kira 300 orang.
Prajurit-prajurit Hamza harus kembali dengan tangan kosong ke Medina dan
Abul Hakam melanjutkan perjalanan ke Mekah. Ini adalah pertempuran
pertama yang dimulai oleh Muhammad, yang lalu ditinggalkan karena
kekurangan orang dan perencanaan yang jelek. Tuhan yang memberitahu
Muhammad untuk menyerang dan merampok kafilah-kafilah tidak memberitahu
cara melakukan hal itu. Dan sang Nabi pun harus belajar dari
kegagalannya sama seperti garong kemarin sore.
Kejadian
berikutnya terjadi sebulan kemudian di bulan Januari 623 M. Pada saat
ini Muhammad mengirim pasukan yang dua kali lebih kuat daripada
penyerangan pertama, di bawah pimpinan Obeida, ibn Harith, untuk
menyerang kafilah yang dikawal oleh Abu Sofian dengan 200 pengawal. Kali
ini orang-orang Quraish dikejutkan kala unta-unta mereka sedang
merumput dekat mata air di lembah Rabigh. Beberapa panah berterbangan ke
dua belah pihak tapi akhirnya para penyerang mundur setelah menyadari
jumlah mereka terlalu sedikit dibandingkan dengan orang-orang kafilah
tersebut.
Sebulan
kemudian, penyerangan ketiga dilakukan dan dipimpin oleh Sa’d yang
masih muda, dengan duapuluh prajurit, ke arah serangan yang sama. Dia
ingin bergerak sejauh Kharrar, yakni lembah yang terletak di jalan ke
Mekah, dan tiarap di sana sambil menunggu kafilah datang ke sana.
Seperti kebanyakan perampok yang mau menyerang tiba-tiba, mereka
bergerak di malam hari dan tiarap bersembunyi di siang hari. Meskipun
begitu, ketika mereka sampai di tujuan di pagi hari kelima, mereka
menemukan bahwa kafilah telah berlalu sehari sebelumnya, dan mereka
kembali dengan tangan kosong ke Medina.
Darmawisata
ini terjadi di musim dingin dan semi di tahun 623 M. Di setiap
kejadian, Muhammad mengikatkan sebuah bendera putih pada tongkat atau
lembing, dan menyerahkannya pada pemimpin kelompok pada saat
keberangkatan. Nama-nama yang membawa bendera ini, dan juga nama-nama
ketua kelompok, dicatat dengan teliti di Hadith-hadith dan juga
perjalanan-perjalanan lain yang penting.
Terdapa
tiga kali lagi kegagalan perampokan yang diusahakan sang Nabi dan
orang-orangnya di Abwa, Bowat, dan Osheira.
Keberhasilan
di Nakhlah
Lebih
dari setahun berlalu, dan meskipun telah melakukan beberapa kali usaha
dan perjalanan, tak ada satupun dari usaha-usaha penggarongan sang Nabi
suci yang berhasil. Rasul Allah yang megalomaniak ini akhirnya sadar
kalau dia harus mencoba menyerang kafilah yang lebih kecil dulu. Jadi
waktu ia mendengar kabar bahwa ada kafilah pedagang yang pergi dari
Mekah ke Taif dan hanya dijaga oleh empat orang saja, dia cepat
mengambil kesempatan ini dan mengirim Abdallah ibn Jahsh, bersama tujuh
prajurit untuk merampok kafilah ini.
Gerombolan
garong ini pergi ke Nakhla yang merupakan sebuah lembah diantara Mekah
dan Taif yang terkenal dengan perkebunan kormanya dan mereka menunggu di
sana. Dalam waktu singkat tibalah sebuah kafilah mengangkut minuman
anggur, kismis, dan kulit. Kafilah ini dijaga oleh empat orang Quraish,
yang jadi berhenti dan waspada melihat orang-orang asing di hadapannya.
Untuk mengalihkan kecurigaan mereka, salah satu anak buah Abdallah
mencukur rambut kepalanya, yang merupakan tanda bahwa mereka baru
kembali dari naik haji, karena ini adalah bulan-bulan di saat upacara
itu dilakukan. Para kafilah lalu jadi tenang dan mengantar unta-unta
mereka ke padang rumput, dan mulai menyiapkan makanan bagi mereka
sendiri. Lalu seorang dari prajurit Abdallah menyerang dan melepas
sebuah anak panah, membunuh seorang dari kafilah di tempat itu juga.
Lalu yang lain menyerang para kafilah, membunuh dua orang, dan lainnya
disandera dan dibawa bersama barang-barang curian ke Medina. Satu orang
berhasil melarikan diri.
Sewaktu
tiba di Medina, pengikut-pengikut Muhammad kecewa karena Abdallah dkk.
telah melanggar tradisi kokoh bahwa tidak boleh ada permusuhan di
bulan-bulan suci. Ini adalah hal yang memalukan bagi sang utusan Allah
dan dia pura-pura marah. Dia ambil semua barang-barang curian dan
memenjarakan orang-orang Quraish yang ditawan dan dia menunjukkan rasa
tak senang. Tapi tak lama kemudian sang Nabi yang penuh firman ini
mengeluarkan sebuah firman baru dari balik bajunya yang katanya dari
Allah dan memaafkan pelanggaran itu:
“Mereka
akan bertanya padamu mengenai bulan-bulan Suci, apakah mereka boleh
berperang. KATAKANLAH: Berperang adalah menyedihkan; tapi merintangi
jalan Tuhan, atau menyangkalNya, dan menghalangi orang ke mesjid, dan
lalu mengusir orang-orangNya, adalah lebih menyedihkan bagi Tuhan.
Tergoda (untuk menyembah berhala) adalah lebih menyedihkan daripada
membunuh. Mereka tidak akan berhenti memerangimu sampai engkau
meninggalkan keyakinanmu, jika keyakinanmu itu melemahkan mereka; tapi
siapapun diantaramu yang menyangkal imanmu dan mati sebagai orang yang
tak percaya, maka pastilah jasa- jasanya tak dihitung di kehidupan kini
dan kemudian. Merekalah penghuni neraka, untuk selama-lamanya. Tapi bagi
mereka yang percaya, dan mereka yang pindah tempat demi kepentingan
imannya, dan berjuang tulus dalam jalan Tuhan, maka biarlah mereka
berharap pengampunan Tuhan; karena Tuhan pemaaf dan pengampun.” (Q.2:
217)
Setelah
mengumumkan ayat ini, Muhamad menyerahkan barang jarahan pada Abdallah
dkk, yang kemudian setelah memberikan seperlimanya pada Muhammad,
membagi sisanya diantara mereka. Sebelum Abdallah sampai di Nakhla, dua
orangnya, Sa’d dan Otba, kehilangan unta-unta mereka yang berkeliaran di
gurun pasir. Mereka mengejar unta-unta itu dan terlambat ikut
pertempuran di Nakhla.
Ketika
Abdallah kembali ke Medina, dua orang ini belum datang. Muhamad takut
mereka ditangkap orang-orang Quraish dan tidak mau membayar tebusan
sampai dia yakin bahwa dua orang itu masih hidup: “Jika kau membunuh dua
orangku, “katanya, “pasti aku akan membunuhmu pula.” Tapi kemudian
kedua orang itu muncul dan sang Nabi menerima uang tebusan bagi mereka,
40 ons perak untuk setiap orang dan lalu membebaskan mereka.
Menyerang
kafilah pedagang, berkelahi di bulan suci, menipu, dan membunuh
orang-orang tak bersalah, merampas, menculik orang untuk disandera,
meminta uang tebusan, mengancam untuk membunuh, dll, semua ini adalah
tingkah laku yang tidak bisa diharapkan dari seorang utusan Tuhan. Yang
dilakukan sang Nabi di sini adalah tindakan kriminal. Tidak ada
pembenaran apapun dari tindakan tersebut.
Baru
saat itulah orang-orang Quraish jadi sadar bahwa musuh mereka tidak
menghormati aturan apapun. Menarik untuk diperhatikan bahwa penumpahan
darah pertama antara orang Muslim dan non-Muslim dilakukan oleh seorang
Muslim. Tidak bisa dikatakan bahwa pihak Muslim adalah korban dari
persengketaan ini. Merekalah yang selalu jadi penyerang, pelawan, dan
pemancing permasalahan.
Ibn
Hisham menegaskan hal ini, “Ini adalah barang rampasan pertama yang
diambil orang-orang Muhammad, sandera-sandera pertama yang ditawannya,
dan nyawa pertama yang mereka ambil.” Sang Nabi menentukan Abdallah,
ketua penyamun Nakhah, dengan sebutan Amir al Mominin, ” Pemimpin
orang-orang yang Setia ” yang inilah sebutan yang kemudian dipakai oleh
sang Kalifah (pemimpin umat Islam) sejak saat itu…
Penyerangan
ini menunjukkan bahwa sang Nabi dan para pengikutnya sama sekali tidak
menghormati baik nyawa manusia maupun bulan-bulan suci yang dihormati
oleh seluruh orang. Meskipun begitu, orang Quraish tidak pula membalas.
Meskipun beberapa Muslim masih tinggal di Mekah, orang Quraish tidak
membalas dendam atau memperlakukan mereka dengan kejam. Ini sungguh
berbeda dengan sikap Nabi dalam menghukum yang orang yang melawannya.
Ketika pengikutnya menangkap penjaga kafilah di Nakhlah, dia sudah
bersiap untuk membunuh mereka hanya karena dikiranya dua prajuritnya
tertangkap dan dibunuh di Mekah. Juga meskipun hal ini benar, bagaimana
mungkin seorang utusan Tuhan membunuh orang tak bersalah atas dosa orang
lain? Akan tetapi, tindakan semena-mena sang Nabi yang paling keji
adalah ketika dia membantai seluruh orang Quraish sebagai pembalasan
dendam atas pembunuhan satu orang Muslim yang sebelumnya telah membunuh
orang Yahudi.
Setelah
keberhasilan perampokan di Nakhlah, sang Nabi menambah kekayaannya dari
usaha perampokan yang lebih banyak dan menjadi seorang ahli di bidang
penjarahan dan peperangan. Lebih banyak kafilah diserang dan lebih
banyak lagi barang-barang rampasan yang mengisi peti-peti mati sang Nabi
dan memperkaya pengikutnya. Pada saat inilah sang Nabi mulai
mengeluarkan ayat-ayat yang menganjurkan orang untuk berperang dan
membunuh. Ini contohnya:
“Bawalah
kabar-kabar baik bagi orang budiman. Sebenarnya Tuhan akan menahan
musuh dari mereka yang percaya, karena Tuhan tidak suka orang murtad
yang tak beriman. Diperbolehkan untuk berperang (melawan para murtad)
karena mereka (pengikut Muhammad) telah dirugikan; dan pasti Tuhan yang
Maha Perkasa membantu mereka yang diusir dari ruma-rumah mereka tapi
alasan yang adil, – tidak ada alasan lain selain mereka berkata bahwa
Tuhanlah Tuan kami. Dan sebenarnya jika tidak karena Tuhan menahan umat
manusia, sebagian dari mereka berhutang pada yang lain”. (Q.22: 41)
Lihatlah
bagaimana sang Nabi suci memutar balik kenyataan untuk mendorong
pengikutnya membunuh membabi-buta. Seperti yang kita lihat, orang Muslim
tidak “dirugikan” dan mereka tidak diusir dari rumah-rumah mereka.
Orang Quraish tidak menindas mereka karena kepercayaan pada Tuhan.
Ayat-ayat yang menghasut ini bohong belaka. Tapi ia ingin mendorong
mereka untuk menjadi prajuritnya dan menolongnya mewujudkan impiannya
untuk menguasai Arabia dan menundukkan Ajam (Persia).
Perjanjian
yang dibuat di Media mengharuskan penduduk kota itu untuk melindungi
Muhammad jika dia diserang orang-orang Mekah, tapi penduduk Medina tidak
perlu ikut dalam melakukan serangan-serangan, merampok, dan memperkaya
sang Nabi dengan barang-barang hasil rajahan perang. Tapi Muhammad butuh
partisipasi mereka dalam perjalanannya. Pemecahan masalahnya, seperti
biasa, ditemukan dalam penglihatan illahi.
“Perang
ditakdirkan bagimu, meskipun (perang) itu menjengkelkanmu. Secara
kebetulan kau tidak suka apa yang baik untukmu, dan menyukai yang jahat
bagimu. Tapi Tuhan mengetahui, dan kalian tidak.”
Pada
titik ini kita bertanya pada diri kita sendiri apa yang membuat seorang
menjadi utusan Tuhan jika bukan karena perbuatan2 dan tingkahlakunya
yang baik? Dalam hal apa sang Nabi lebih baik daripada penyamun biasa,
gangster, perampok, pengacau, penjahat dan kriminal?
Pertanyaan
akhir
Wahai
Ayatollah, di suratmu engkau tampaknya menyetujui bahwa yang sang Nabi
lakukan adalah karena hasil akhir menentukan tujuan perbuatan. Engkau
tidak merasa terganggu bahwa yang dia lakukan sangat tak bernorma, tidak
jujur dan kejam karena ia adalah seorang utusan Tuhan dan karena itu,
apapun yang dilakukannya, meskipun nyata-nyata jahat, dianggap baik.
Pokok
utamanya bukan, siapakah Muhammad dan apa yang dilakukannya. Muhammad
telah mati dan apa yang dilakukannya sudah berlalu (jadi bagian
sejarah). Masalah utamanya adalah siapakah KITA? Apa yang dapat
dikatakan dari sebuah masyarakat yang menganggap seorang penjahat,
pembantai, dan penggarong sebagai pemimpin agamanya? Apa yang dapat
dikatakan tentang kita, nilai-nilai dan moral kita, jika kita mengangkat
orang seperti Muhammad sebagai guru kita? Bagaimana kita bisa jadi
masyarakat berakhlak jika Nabi kita tercinta ini adalah seorang
pembunuh? Bagaimana kita bisa mendirikan nilai-nilai kemanusiaan yang
penuh toleransi, persamaan hak, keadilan dan belas kasihan jika pemimpin
kita tidak memiliki semua ini? Inilah pertanyaan yang harus dijawab
negara kita (Iran) dalam waktu genting sekarang. Inilah pertama kali
sejak hidup selama 1.400 tahun di bawah ancaman terror dan dibutakan
matanya, kita punya kesempatan untuk melihat diri kita sendiri, bertanya
dan menghadapi kenyataan.
Kita
adalah hasil pemikiran kita dan kita berpikir tergantung apa yang kita
percayai. Dapatkah kita menjadi negara yang damai, menyayangi, dan
bermartabat jika kita percaya pada seorang yang ternyata adalah
pembantai masal, pembohong, pencuri, penjagal, pemerkosa, penyamun,
orang yang penuh nafsu birahi pada wanita, suka berperang dengan penuh
kebencian? Dapatkah kita mengenyam kedamaian jika Nabi kita tak mengajar
apapun selain perang? Dapatkan kita bertoleransi satu sama lain dan
menghargai perbedaan, jika orang yang kita muliakan ternyata melecehkan
semuanya yang berbeda dari dia? Dapatkah kita menghormati para wanita
dalam masyarakat kita jika pemimpin spiritual kita, yang kita anggap tak
pernah salah, menyatakan bahwa wanita kurang cerdas, wanita adalah
tulang-tulang iga yang bengkok, wanita adalah malapetaka dan dikuasai
Setan? Dapatkah kita mengganti kebencian yang membara dalam hati kita
pada kaum minoritas di sekitar, jika Nabi kita bilang mereka itu najis,
harus dibunuh, ditekan, dihina dan bayar Jizyah? Dapatkan kita mencintai
satu sama lain jika Nabi kita mengharuskan kita membenci? Bukankah
sebenarnya seorang Pemimpin itu lebih maju daripada pengikutnya?
Bagaimana kita dapat maju jika pemimpin kita begitu terkebelakang?
Tujuan
untuk mengetahui Islam dan kebenarannya pada akhirnya adalah untuk
mengetahui siapa kita, mengapa sejarah bangsa kita jadi seperti ini dan
bagaimana sampai kita bisa begini. Jika suatu jenis penyakit telah
diketahui dokter, maka dokter itu sebentar lagi akan mampu menemukan
obatnya. Inilah saatnya masyarakat kita menaruh perhatian atas penyakit
kita. Mungkin dengan ini kita sebentar lagi bisa mendapatkan obat
penyembuhnya.
______________________________________________
Pembantaian Orang2 Yahudi
Pertanyaan
Nomer 4
Sang
Nabi memperkenalkan kebencian agama di Arabia dan, seperti Hitler,
iapun menghabisi orang2 Yahudi di Arabia melalui pembersihan rasial
(Yahudi) yang keji. Haruskah seorang utusan Tuhan bertindak begitu
kejam?
Ayatollah
Montazeri
Membandingkan
perlakuan Nabi terhadap orang Yahudi di Medina dengan pembersihan ras
(genosida) oleh Hitler adalah tidak adil dan sangat kejam. Setelah
pindah ke Medina, sang Nabi memperlakukan orang2 Yahudi dengan sangat
ramah. Perjanjian2 dan persetujuan2 persahabatan ditandatangani
diantara orang2 Yahudi dan sang Nabi Suci. Adalah pihak kaum Yahudi
yang bersekongkol dengan orang2 Mekah dan merekalah yang melanggar
beberapa persetujuan. Bukti terinci dari masalah2 ini tidak bisa
dituliskan di surat ini (karena terlalu banyak).
Sina
Sungguh
mengherankan bahwa Yang Mulia Ayatollah Ozma menyebutku “kejam”
(zalim) karena membandingkan pembantaian orang2 Yahudi di Medina dengan
pembantaian orang2 Yahudi oleh Hitler (dikenal sebagai holokaus) tapi
tidak melihat kekejaman apapun pada pembunuhan berdarah dingin terhadap
900 orang, pengasingan ribuan orang2 Yahudi, perbudakan kaum wanitanya
dan pembasmian total dari orang2 Yahudi di Arabia yang telah menyebut
Medina sebagai tempat tinggalnya selama 2.000 tahun. Hitler membantai
kaum Yahudi karena alasan ras. Muhammad membantai kaum Yahudi karena
alasan ras. Hitler berencana untuk membersihkan Jerman dari seluruh
kaum Yahudi. Muhammad berhasil membersihkan Arabia dari seluruh kaum
Yahudi. Apa bedanya? Kenapa aku disebut kejam karena membanding dua
kejadian yang serupa?
Penyerangan
Terhadap Orang2 Yahudi
Terdapat
tiga suku Yahudi di Medina, yakni Bani Qaynuqa, Bani Nadir, dan Bani
Quraiza. Setiap suku ini bersekutu dengan suku2 Arab lainnya dan jika
ada pertempuran diantara suku Arab sekutunya dengan suku Yahudi lain,
maka suku Yahudi ini akan memihak suku Arab sekutunya tersebut. Ini
merupakan bukti bahwa di Medina sebelum Islam tidak ada perselisihan
agama. Semua sikap tak bertoleransi agama diperkenalkan oleh sang Nabi.
Ketika
sang Nabi masuk ke Medina, dia berharap orang2 Yahudi mau memeluk
agamanya. Dia berkhotbah tentang tuhan yang sama dengan tuhan orang
Yahudi, mengakui nabi2 mereka dan menceritakan kisah2 para nabi
tersebut. Dia telah memilih tanah suci orang Yahudi sebagai kiblat (arah
sembahyang) dan mengecoh mereka untuk mendapat kesetiaan kaum Yahudi.
W.N.
ARAFAT yang menyangkal terjadinya holokaus pertama menulis: “Secara
umum telah diakui bahwa pada awalnya Nabi Muhammad berharap orang2
Yahudi di Yathrib, yang merupakan penganut agama illahi, akan mengerti
agama monotheism yang baru, yakni Islam.” (1)
Tapi
Muhammad heran sekali waktu kaum Yahudi, sama seperti kaum Quraish,
mengejeknya dan tidak peduli akan ajakannya. Setelah harapannya pupus
dan kesabarannya habis, sang Nabi jadi makin memusuhi orang2 Yahudi dan
semakin tampak jelas bahwa dia suatu hari akan membalas dendam.
PENYERANGAN
TERHADAP BANI QAYNUQA:
Suku
Yahudi pertama yang ditimpa kemurkaan sang Nabi adalah Bani Qaynuqa.
Mereka hidup di dalam beberapa bagian kota Madinah. Sebagai mata
pencaharian, mereka bekerja sebagai penambang emas, pandai besi dan
pertukangan untuk membuat alat2 kebutuhan rumah tangga. Inilah sebabnya
terdapat banyak peralatan perang di sebagian besar rumah2 mereka.
Saifur
Rahman al-Mubarakpuri di AR-Raheeq Al-Makhtum menulis;
“Mereka (Bani Qaynuqa) mulai cari gara2 dengan mencemooh orang2 Muslim, menyakiti hati orang2 Muslim yang sering datang pasar2 mereka, dan bahkan mengancam kaum wanita Muslim. Perilaku ini mulai membuat panas seluruh keadaan, sehingga sang Nabi (damai menyertainya) bertemu dengan orang2 Yahudi tersebut, mengingatkan dan mengajak mereka untuk bertindak waras, bijaksana, berpedoman, dan ber-hati2 agar tidak terjadi pelanggaran hukum lagi. Meskipun begitu, mereka tidak berubah dan tidak mengindahkan peringatannya, dan berkata: “Jangan merasa hebat karena telah bisa mengalahkan orang2 Quraish yang tidak berpengalaman dalam bertempur. Jika kamu bertempur dengan kami, kamu akan menyadari bahwa kami benar2 ahli perang.” (2)
“Mereka (Bani Qaynuqa) mulai cari gara2 dengan mencemooh orang2 Muslim, menyakiti hati orang2 Muslim yang sering datang pasar2 mereka, dan bahkan mengancam kaum wanita Muslim. Perilaku ini mulai membuat panas seluruh keadaan, sehingga sang Nabi (damai menyertainya) bertemu dengan orang2 Yahudi tersebut, mengingatkan dan mengajak mereka untuk bertindak waras, bijaksana, berpedoman, dan ber-hati2 agar tidak terjadi pelanggaran hukum lagi. Meskipun begitu, mereka tidak berubah dan tidak mengindahkan peringatannya, dan berkata: “Jangan merasa hebat karena telah bisa mengalahkan orang2 Quraish yang tidak berpengalaman dalam bertempur. Jika kamu bertempur dengan kami, kamu akan menyadari bahwa kami benar2 ahli perang.” (2)
Apapun
yang dikatakan orang2 Yahudi pada Muhammad bukanlah suara yang
mewakili seluruh masyarakat Yahudi. Tapi bagi seseorang yang mencari
alasan untuk menyerang, ini merupakan kesempatan emas. Maududi berkata,
“Ini jelas merupakan tantangan perang.”
Tapi
ini tidak benar. Kata2 ini tidak dikeluarkan oleh kepala Bani Qaynuqa
dan mereka pun tidak mengancam Muhammad. Kata2 ini diteriakkan oleh
sekelompok pengacau pada seseorang (Muhammad) yang mencoba mengancam
mereka dan mereka pun lalu, sesuai dengan ajaran mereka, membalas balik
mengancam. Hanya orang yang otaknya lumpuh dibius oleh fanatism agama
saja yang dapat mengartikan kata2 ancaman dari segerombolan anak muda
sebagai pernyataan perang seluruh orang2 Yahudi terhadap orang2 Muslim.
Adalah sangat tidak adil untuk menghukum sangat berat seluruh
masyarakat Yahudi dengan alasan karena beberapa dari mereka balas
dendam membunuh seorang Muslim yang telah membunuh seorang Yahudi.
Tindakan Muhammad ini bertentangan dengan kata2nya sendiri bahwa “ …
tidak ada orang berbeban yang dapat menanggung beban orang lain” (Q.
53:38)
Ahli2
sejarah Muslim ingin menyalahkan semuanya pada kaum Yahudi dan
menggambarkan mereka sebagai kaum yang jahat dalam tulisan mereka.
Mencemooh bukanlah tindakan kriminal. Tapi hanya dengan memperhatikan
secara sekilas saja tanggapan orang Yahudi terhadap Muhammad, sudah bisa
terlihat jelas bahwa Muhammad bertemu mereka bukan untuk menasehati
tapi untuk mengancam mereka.
Ayat
berikut dikatakan pada waktu pertemuan dan menunjukkan sikap permusuhan
sang Nabi ketika bertemu dengan orang2 Yahudi.
“Berkatalah
[O Muhammad pada orang2 tak beriman itu: ‘Kamu akan dikalahkan dan
dikumpulkan bersama ke Neraka, dan itu benar2 merupakan tempat yang
paling mengerikan untuk peristirahatan akhir.’ Telah terdapat suatu
Tanda bagimu (O orang2 Yahudi) pada dua pasukan yang bertemu (di
peperangan - perang Badr): Satu pihak bertempur demi Allah, dan pihak
lainnya adalah orang2 tak beriman. Mereka (orang2 yang beriman) melihat
mereka (orang2 yang tidak beriman) dengan mata mereka sendiri (bahwa
mereka) berjumlah dua kali lipat lebih banyak (meskipun sebenarnya
jumlah mereka tiga kali lipat lebih banyak). Dan Allah membantu dengan
KemenanganNya pada orang2 yang disukaiNya. Sesungguhnya, ini merupakan
peringatan bagi mereka yang mengerti.” [Q.3: 22,13]
“Suatu
hari seorang pandai besi Yahudi membuat gusar seorang wanita Muslim
karena mengikat ujung bajunya ke punggungnya sampai bagian kemaluannya
tampak. Seorang pria Muslim kebetulan berada di situ dan dia lalu
membunuh orang Yahudi itu; orang2 Yahudi membalas dengan membunuh pria
Muslim itu. Keluarga pria tersebut memanggil orang2 Muslim untuk
meminta tolong dan perang pun dimulai.” (2)
Kecelakaan
seperti ini sering terjadi di masyarakat primitif. Bahkan kenyataannya
di masyarakat yang sangat berbudaya sekalipun banyak orang terbunuh
hanya gara2 pertengkaran di jalanan. Manusia bukanlah makhluk yang
sangat rasional. Kebanyakan orang bereaksi tanpa dapat diduga dengan
akibat yang mengerikan. Setiap orang yang bijaksana dalam keadaan ini
akan berusaha mengendurkan ketegangan dan menenangkan orang2 banyak
tanpa memihak. Tapi sikap Muhammad jauh daripada itu. Karena sudah
terbiasa dengan perampokannya pada kafilah2 yang sedang lewat, matanya
lalu tertuju pada kekayaan orang2 Yahudi di Yathrib dan dia sedang
mencari alasan untuk bertindak. Kecelakaan ini merupakan kesempatan emas
yang telah di-tunggu2 sang Nabi. Dan di hari Sabut, 15 Shawwal, 2
A.H., dia berangkat dengan para prajuritnya, dan mengepung benteng kaum
Yahudi dalam waktu 15 hari. Tanpa air, Bani Qaynuqa terpaksa menyerah
dan pasrah pada keputusan sang Nabi tentang hidup, kekayaan, wanita dan
anak2 mereka.
Maududi
menulis,”Karena itu, sang Nabi suci menyerang tempat mereka di ujung
Shawwal (dan menurut keterangan yang lain, di Dhi Qa’dah) A.H.2.
Pengepungan berlangsung kurang dari dua minggu waktu orang2 Yahudi
akhirnya menyerah dan semua pria yang bertempur diikat dan dijadikan
tahanan. Sekarang Abdullah bin Ubayy datang untuk mendukung orang2
Yahudi dan memaksa bahwa mereka harus diampuni. Sang Nabi suci setuju
akan permintaannya dan mengambil keputusan bahwa Bani Qaynuqa harus
mengasingkan diri dari Madinah dan meninggalkan semua harta benda,
peralatan perang, dan perlengkapan berdagang. (Ibn Sa’d, Ibn Hisham,
Tarikh Tabari). (3)
Rincian
tentang campur tangan Ubayy dengan sang Nabi ditulis di buku sejarah
Islam pertama, yakni Sirat.
“Asim
b. `Umar b. Qatada berkata bahwa Bani Qaynuqa adalah kelompok Yahudi
pertama yang melanggar perjanjian dengan Nabi dan mau berperang di
daerah antara Badr dan Uhud, dan sang Nabi mengepung mereka sampai
mereka menyerah tanpa syarat. `Abdullah b. Ubayy b. Salul menghadap Nabi
dan berkata,’O Muhammad, bersikaplah baik terhadap orang2 ini (orang2
Yahudi merupakan sekutu Khazraj), tapi ditolak oleh Nabi. Dia
mengulangi perkataannya, tapi Nabi memalingkan tubuhnya, lalu dia
memasukkan tangannya ke dalam kerah jubah Nabi; sang Nabi jadi begitu
marah sampai mukanya tampak hampir hitam. Dia berkata, ‘Kurang ajar
kamu, lepaskan aku.’ Dia menjawab, ‘Tidak, demi Tuhan, aku tidak akan
melepaskanmu sampai kamu berlaku baik terhadap orang2 ini. Empat ratus
orang tanpa pemberitahuan dan tiga ratus orang dengan pemberitahuan
melindungiku dari seluruh musuhku; masakan engkau mau membunuh mereka
semua dalam satu pagi? Demi Tuhan, aku takut keadaannya akan berubah.’
Sang Nabi menjawab, ’Engkau boleh memiliki mereka.’ [Sirat, hal. 363]
Menurut
keterangan al-Mubarakpuri “Bani Qainuqa menyerahkan segala barang2,
kekayaan dan peralatan perang pada sang Nabi (damai menyertainya), yang
lalu mengambil seperlima bagian dan membagi sisanya untuk orang2nya.
Setelah itu Bani Qainuqa diusir dari seluruh tanah Arabia ke Azru’a di
Syria di mana mereka tinggal sebentar dan lalu menghilang.” (2)
Tidak
seorang pun bertanya: mengapa? Mengapa kecelakaan sepele dijadikan
alasan bagi utusan Tuhan untuk membuang seluruh masyarakat dan merampas
semua hartanya. Kejadian pengasingan di Kosovo masih segar di ingatan
kita tapi meskipun begitu Milosovic yang sekarang jadi tawanan perang
tidak mengambil harta para pengungsi perang. Dan kaum Yahudi saat itu
tidak punya tempat pengungsian yang disediakan PBB di luar Medina
dengan pertolongan Palang Merah dan badan kemanusiaan lain yang membantu
meringankan derita mereka. Bagaimana mungkin seorang manusia yang baik
dapat mensahkan tindakan kejam penghapusan ras oleh sang Nabi?
Bagaimana seorang dapat memanggil dirinya Muslim setelah belajar
kebenaran sejarah ini tentang Muhammad? Pada kenyataannya Abdullah bin
Ubayy, yang disebut tanpa ragu oleh al-Mubarakpuri sebagai orang
“munafik”, datang untuk memohon pengampunan pada para tawanan perang
menunjukkan bahwa rencana awal sang Nabi sebenarnya adalah membantai
mereka semua. Ikut campur dari bin Ubayy telah menyelamatkan nyawa
mereka. Bagaimana mungkin dapat dikatakan “munafik” jika dia ternyata
lebih berbelas kasihan daripada Rasul Allah dan Allah itu sendiri?
Bukankah dia orang yang bijaksana dibandingkan Muhammad?
PENYERANGAN ATAS BANI AN-NADIR
Yang
berikut adalah giliran Bani Nadeer. Mereka ini merupakan suku Yahudi
yang lain di Medina. Ketua Bani Nadeer, yakni Ka`b Ibn Ashraf, jadi
khawatir akan keselamatan sukunya setelah menyaksikan nasib Bani
Qaynuqa dan bagaimana sang Nabi mengusir mereka tanpa alasan sama
sekali. Dia sadar bahwa Muhammad tidak akan berhenti untuk memusnahkan
orang2 Yahudi. Sudah jelas baginya bahwa sang Nabi adalah orang kejam
tanpa ampun, tanpa hati nurani, dan tanpa aturan. Dia akan membunuh
orang yang tak bersalah tanpa ragu. Ka`b tahu dia harus berbuat sesuatu
untuk melindungi rakyatnya. Karena inilah dia mulai berhubungan dengan
orang2 Mekah dan mencari perlindungan dari mereka kalau2 orang2 Muslim
berniat untuk menyerang rakyatnya.
Ka`b
bin Ashraf, ketua Bani an-Nadeer, “adalah orang yang kaya yang terkenal
karena ketampanannya, dan seorang penyair, pergi ke Mekah” tulis
Maududi, “dan membujuk orang2 untuk melakukan balas dendam dengan cara
menulis dan membacakan syair sedih yang profokatif bagi pemimpin2
Quraish yang dibunuh di Badr. Lalu dia kembali ke Madinah dan menyusun
ayat2 syair yang menghina keadaan wanita2 Muslim. Pada akhirnya, sang
Nabi suci marah atas kelakuan Ka’b dan mengirim Muhammad bin Maslamah
Ansari di bulan Rabi al-Awwal, A. H. 3, dan membunuh Ka` b.” (Ibn Sad,
Ibn Hisham, Tabari).
Apa
yang harus dilakukan pemimpin rakyat yang bijaksana kala dia melihat
seluruh rakyat suku yang sama dengan sukunya disergap tanpa alasan oleh
seorang tiran baru, dan yang lalu mengusir mereka dari tanah lahirnya
meskipun mereka punya perjanjian diantara keduabelah pihak? Meskipun
orang2 Muslim berkata bahwa orang2 Yahudilah yang melanggar perjanjian,
di tulisan sejarah mereka sendiri menunjukkan dengan jelas bahwa
Muhammad-lah yang harusnya disalahkan karena pelanggaran perjanjian.
Jika kisah2 yang dicatat oleh orang2 Muslim ini benar, Ka`b bin Ashraf
tidak punya pilihan selain pergi ke Mekah dan mencari bantuan untuk
melindungi rakyatnya. Muhammad, dengan kelakuannya terhadap Bani
Qaynuqa, bukanlah orang yang dapat dipercaya.
Apa
yang dilakukan bin Ashraf bukanlah kejahatan. Dia adalah seorang
pemimpin yang khawatir akan keselamatan rakyatnya sendiri. Kejahatannya
adalah menulis puisi. Tidak ada hal yang dapat mensahkan perbuatan
Muhammad mengirim seorang pembunuh di tengah malam hari. Tidak ada
satupun, baik itu karena bin Ashraf menghubungi orang2 Mekah atau karena
puisinya menyindir Muhammad atau memuliakan kaum Quraish. Tidak ada
yang dapat disahkan untuk membunuh orang2 yang tidak setuju denganmu.
Apologis Muslim tidak malu akan pembunuhan yang dilakukan Muhammad dan
mensahkan semua yang dilakukannya tanpa pikir. Mereka berkata bahwa
dengan cara membunuh musuhnya secara pengecut, sebenarnya Muhammad
menyelamatkan banyak nyawa. Ini menunjukkan bahwa agama menghilangkan
kemampuan berpikir korbannya yang sebenarnya merupakan orang normal.
Bagaimana
apologis Muslim yang fanatik ini mensahkan tindakan pembunuhan
Muhammad atas Abu Afak, seorang yang berusia 120 tahun, dan Asma bint
Marwan, seorang penyair wanita dan ibu dari lima anak kecil yang
kejahatannya adalah menyusun syair yang menyinggung sang Rasul Allah
yang suci? Dalam hal apakah dia lebih baik daripada Saddam Hussein, Bin
Laden atau penjahatan manapun? Bukankah pembunuhan para wartawan,
penulis dan ahli pikir di Republik Islam Iran dan rejim Islam lain
diilhami oleh yang dilakukan sang Nabi suci pada pengritiknya?
Kisah
pembunuhan Ka`b ditulis di Hadis berikut.
BUKHARI,
VOLUME 5, #369
Ditulis Jabir Abdullah:
Rasul Allah berkata “Siapakah yang mau membunuh Ka`b bin al-Ashraf yang telah menyakiti Allah dan RasulNya?” Berdirilah Maslama dan berkata,”O Rasul Allah! Maukah kamu agar aku membunuhnya?” Sang Nabi berkata,”Iya”. Maslama berkata, “Maka izinkan saya untuk berkata sesuatu (yang menipu Ka`b).” Sang Nabi berkata, “Silakan katakan.”
Ditulis Jabir Abdullah:
Rasul Allah berkata “Siapakah yang mau membunuh Ka`b bin al-Ashraf yang telah menyakiti Allah dan RasulNya?” Berdirilah Maslama dan berkata,”O Rasul Allah! Maukah kamu agar aku membunuhnya?” Sang Nabi berkata,”Iya”. Maslama berkata, “Maka izinkan saya untuk berkata sesuatu (yang menipu Ka`b).” Sang Nabi berkata, “Silakan katakan.”
Maslama
mengunjungi Ka`b dan berkata,”Orang itu (Muhammad) menuntut Sadaqa
(zakat) darim kami, dan dia telah menyusahkan kami, dan aku datang
untuk meminjam sesuatu dari kamu.” Ka`b menjawab, “Demi Allah, engkau
akan merasa lelah berhubungan dengan dia!” Maslama menjawab,”Sekarang
karena kami sudah mengikuti dia, kami tidak mau meninggalkan dia
kecuali dan sampai kami melihat bagaimana nasibnya akhirnya. Sekarang
kami mau engkau meminjamkan dua ekor unta dengan satu atau dua buah
bekal makanan.” Ka`b berkata, “Iya, tapi kalian harus menggadaikan
sesuatu denganku.” Maslama dan kawannya berkata,”Apa yang kau
inginkan?” Ka’ b menjawab, “Gadaikanlah istri2mu padaku.” Mereka
menjawab, ”Bagaimana kami dapat menggadaikan istri2 kami padamu
sedangkan kamu adalah orang yang paling tampan diantara orang2 Arab?”
Ka`b berkata, “Kalau begitu gadaikan anak2 lakimu padaku.” Mereka
berkata, “Bagaimana kami dapat menggadaikan anak2 laki kami padamu?
Nanti mereka akan diejek orang2 yang mengatakan ini dan itu dan mereka
telah digadaikan dengan seekor unta penuh bekal makanan. Ini akan
membuat kami sangat malu, tapi kami mau menggadaikan senjata2 kami
padamu.”
Maslama
dan kawannya berjanji pada Ka`b bahwa Maslama akan kembali padanya.
Dia kembali pada Ka`b pala malam harinya bersama saudara angkat Ka`b,
yakni Abu Na’ila. Ka`b mengajak mereka ke bentengnya dan dia pergi
bersama mereka. Istrinya bertanya, “Hendak ke manakah kau selarut ini?”
Ka`b menjawab,”Maslama dan saudara (angkat) ku Abu Na’ila telah
datang.” Istrinya menjawab, “Aku mendengar suara seperti darah mengucur
dari dirinya.” Ka`b menjawab, “Mereka tidak lain adalah saudaraku
Maslama dan saudara angkatku Abu Na’ila. Orang dermawan seharusnya
menjawab permintaan (untuk datang) di malam hari meskipun (permintaan
itu) adalah undangan untuk dibunuh.”
Maslama pergi dengan dua orang dan berkata pada mereka, “Jika Ka`b datang, aku akan menyentuh rambutnya dan mengendusnya (menghirup bau rambutnya), dan jika kalian melihat aku telah mencengkeram kepalanya, tusuklah dia. Aku akan biarkan kalian mengendus kepalanya.”
Maslama pergi dengan dua orang dan berkata pada mereka, “Jika Ka`b datang, aku akan menyentuh rambutnya dan mengendusnya (menghirup bau rambutnya), dan jika kalian melihat aku telah mencengkeram kepalanya, tusuklah dia. Aku akan biarkan kalian mengendus kepalanya.”
Ka`b
bin al-Ashraf datang pada mereka, pakaiannya membungkus badannya dan
menebarkan bau parfum. Maslama berkata, “Aku belum pernah mencium bau
yang lebih enak daripada ini.” Ka`b menjawab, “Aku kenal wanita2 Arab
yang tahu bagaimana menggunakan parfum kelas atas.” Maslama minta pada
ka`b, “Maukah engkau mengizinkanku mengendus kepalamu?” Ka`b menjawab,
“Boleh.” Maslama mengendusnya dan mengajak kawannya melakukan hal yang
sama. Lalu ia minta pada Ka`b lagi, “Maukah engkau mengizinkanku
mengendus kepalamu?” Ka`b berkata, “Ya”. Ketika Maslama berhasil
mencengkeram kepala Ka`b erat2, dia berkata (pada kawan2nya), “Bunuh
dia!” Lalu mereka membunuhnya dan pergi melaporkan hal itu pada sang
Nabi.
Kisah
ini semakin lama semakin membuat orang ingin tahu bagaimana akhirnya.
Maududi melanjutkan ceritanya dan berkata “Beberapa saat setelah
hukuman ini (yakni pengusiran Bani Qainuqa dan pembunuhan Ka`b bin
Ashraf), orang2 Yahudi dicekam rasa takut yang hebat sehingga mereka
tidak berani macem2 lagi. Tapi kemudian di bulan Shawwal, A.H.3, orang2
Quraish berusaha membalas dendam atas kekalahan mereka di Badr, dan
mereka berbaris menuju Madinah dengan persiapan besar. Orang2 Yahudi
melihat jumlah prajurit Nabi hanyalah kira2 1.000 orang melawan 3.000
orang Quraish. 300 prajurit munafik telah meninggalkan pasukan Nabi dan
balik menyerang ke Madinah. Orang2 Yahudi duluan melanggar perjanjian
dengan cara menolak untuk bergabung dengan sang Nabi suci untuk
mempertahankan Madinah meskipun sebenarnya mereka telah terikat dengan
perjanjian itu.”
Sungguh
mengherankan jika orang2 Muslim mengharapkan bantuan dari Bani Nadeer
setelah mereka membunuh pemimpinnya yang bijaksana dan menghabisi suku
Yahudi saudara mereka Bani Qaynuqa. Muhammad membuktikan diri sebagai
tiran yang kejam yang tidak akan berhenti untuk alasan apapun. Dia
memerintahkan pembantaian atas musuh2nya dan besoknya dia muncul di
mesjid mengucapkan doa2 se-akan2 tidak terjadi apa2 dan dia memuji
pembantaian itu. Dia tidak memberi ampun orangtua yang berusia 120
tahun dan ibu yang sedang menyusui bayinya dan punya lima anak kecil
yang harus dipelihara. Dia akan mencari alasan untuk menyerang seluruh
masyarakat (yang memusuhinya), merampas semua harta-bendanya, dan
mengusir mereka dari tempat tinggalnya. Jika tidak karena seseorang yang
memohon pengampunan bagi orang2 ini, Muhammad tidak ragu lagi untuk
membantai ribuan masyarakat Bani Qaynuqa. Seperti yang dibualkan oleh
Maududi, orang2 Yahudi malang ini begitu ketakutan dan mereka tentunya
bertanya kapan giliran mereka (dibantai)? Meskipun begitu, orang2 Muslim
menyebut mereka pengkhianat karena tidak mau membantu bertempur
bersama setelah ketua mereka dibunuh. Bukankah membunuh Ka`b ibn Ashraf
dan mengusir Bani Qaynuqa berarti melanggar perjanjian? Atau mungkin
Muhammad mengira perjajiannya hanya berlaku sepihak dan pihak yang harus
mentaatinya adalah orang2 Yahudi, sedangkan dia sendiri bebas untuk
melakukan apapun yang dia inginkan!
Maududi
menceritakan pertemuan Muhammad dengan Bani Nadeer sebagai berikut:
“Maka, ketika bertempur di Perang Uhud, orang2 Muslim kalah sehingga
Bani an-Nadir semakin berani. Mereka sampai2 membuat rencana rahasia
untuk membunuh sang Nabi suci meskipun rencana ini gagal sebelum bisa
dilaksanakan. Menurut rincian kisahnya, setelah kecelakaan Bi’r Maunah
(Safar, A. H. 4) Amr bin Umayyah Damri salah membunuh dua pria dari
Bani Amir dalam sebuah usaha balas dendam. Dua orang dari Bani Amir
sebenarnya merupakan sekutu orang2 Muslim, tapi Amr mengira mereka itu
musuh. Karena kesalahan ini, orang2 Muslim berkewajiban mengganti rugi
darah dua orang itu dengan sejumlah uang. Karena Bani an-Nadir merupakan
sekutu Bani Amir, sang Nabi suci dan gerombolannya menemui mereka
(Bani an-Nadir) untuk minta tolong membayar uang darah tersebut.
Kelihatannya mereka setuju untuk menyumbang, seperti yang diharapkan
Nabi, tapi diam2 mereka mengatur rencana mengirim seorang untuk naik ke
atap rumah Nabi ke tembok di mana Nabi suci biasa duduk dan
menjatuhkan batu untuk membunuhnya. Tapi sebelum mereka dapat
melaksanakan rencana itu, Allah memberitahu dia tepat pada waktunya dan
dia tiba2 berdiri dan kembali ke Madinah.”
Betapa
konyolnya! Per-tama2, sang Nabi sudah melanggar perjanjian apapun
waktu dia membunuh Ka`b bin Ashraf. Dia sudah melanggar semua
perjanjian ketika dia merampas semua hartabenda Bani Qaynuqa dan
membuang mereka berjalan kaki di padang pasir. Sekarang prajuritnya
salah membunuh orang lain, dan lalu Bani Nadeer yang tak bersalah apa2
harus bayar uang ganti ruginya. Perjanjian yang dibuat tidak termasuk
bayar uang ganti rugi atas kejahatan yang dilakukan pihak lain.
Perjanjiannya adalah untuk mempertahankan Yathrib dari serangan kaum
musuh. Kejahatan Muhammad dan kegiatan gerombolannya bukanlah termasuk
isi perjanjian itu. Sungguh sukar dimengerti bahwasanya orang2
berpendidikan begitu bodoh dalam membaca kisah yang terjadi 1.400 tahun
yang lalu dan tidak seorang pun dari mereka yang diam dulu sebentar dan
berpikir. Dapatkan Anda bayangkan jika kisah yang sama terjadi lagi
saat ini diantara dua negara yang telah menandatangani sebuah
perjanjian? Marilah kita bayangkan kalau seorang presiden dari negara2
ini berakhlak begitu rendah seperti Muhammad sehingga dia bertekad
untuk membantai musuh2nya, apakah mungkin dia lalu datang ke sekutunya
dan menuntut mereka untuk membayar ganti rugi kejahatan yang keliru
dilakukannya?
Di
kisah ini, sudah jelas bahwa Muhammad berkunjung ke Bani Nadeer dan
menyatakan permintaannya. Orang2 Yahudi yang ketakutan ini tentu saja
tahu bahwa perjanjian diantara mereka berdua tidak termasuk harus
membayar uang ganti rugi darah atas kekeliruan kejahatan yang dilakukan
Muhammad. Tapi mereka terlalu lemah dan takut untuk melawan tiran ini,
sehingga mereka setuju. Tapi ini bukanlah yang diinginkan dalam benak
Rasul Allah. Dia berharap mereka menolak permintaannya sehingga dia
dapat alasan untuk membasmi mereka sama seperti yang dilakukannya
terhadap Bani Qaynuqa. Bani Nadeer punya tanah yang paling terurus di
Yathrib. Muhammad mengicar perkebunan dan pertanian mereka. Bukhari
Volume 9, Buku 92, Nomer 447 Dia baru saja mulai merasakan enaknya punya
kekuasaan dan dia senang sekali dengan keadaan barunya ini. Maka itu,
dia harus dapat alasan baru. Waktu Bani Nadeer mengecewakannya dengan
setuju untuk bayar uang darah, dia harus cari alasan baru untuk
melaksanakan rencananya dan merampas kekayaan orang2 Yahudi yang kaya
raya ini. Karena itulah, sang Nabi punya “ilham” baru. Sungguh akal2an
yang cemerlang. Dia mengatakan pada orang2nya bahwa orang2 Yahudi
merencanakan untuk membunuhnya. Pengikutnya percaya saja ketika dia
bercerita tentang Miiraj-nya yang ditemani oleh Jibril. Mereka tidak
mendapat kesukaran untuk percaya cerita konyol apapun yang dikarangnya.
Al-Mubarakpouri
menulis: “Suatu ketika sang Nabi dan gerombolannya pergi menemui Bani
Nadeer dan minta tolong mereka untuk mengumpulkan uang darah yang harus
dibayar Muhammad pada Bani Amir karena ‘Amr bin Omaiyah Ad-Damari
salah bunuh dua orang dari mereka (Bani Amir). Semua ini sesuai dengan
ketentuan perjanjian keduabelah pihak yang telah ditandatangani.
Setelah mendengar cerita Muhammad, orang2 Yahudi setuju untuk membantu
membayar uang darah dan minta Muhammad dan kawannya Abu Bakr, ‘Umar,
`Ali dan lainnya untuk duduk di bawah tembok rumah mereka dan menunggu.
Orang2 Yahudi mengadakan rapat dan berencana untuk membunuh sang Nabi.
Yang terkejam dari mereka, `Amr bin Jahsh, bersedia untuk memanjat
tembok dan menjatuhkan sebuah batu besar di kepalanya. Seorang dari
mereka, Salam bin Mashkam, memperingati mereka untuk tidak melakukan
hal itu, karena mengira Allah akan memberitahu Nabi tentang rencana
mereka, dan menambahkan bahwa tindakan seperti itu akan melanggar
perjanjian dengan orang2 Muslim.
Pada
kenyataannya, Jibril memang turun untuk memberitahu sang Nabi tentang
rencana jahat itu, sehingga dia dengan gerombolannya cepat2 balik ke
Madinah. Di tengah jalan, dia bilang pada orang2nya tentang
Pemberitahuan Illahi itu.”
Tentu
saja Bani Nadeer adalah bagian dari perjanjian yang ditandatangi sang
Nabi dengan orang2 Medina. Tapi perjanjian itu adalah untuk berperang
melawan kaum Mekah jika mereka menyerang Medina dan tidak untuk bayar
ganti rugi kekeliruan pembunuhan yang dilakukan utusan Allah. Meskipun
permintaan ini sangat tak berdasar dan meskipun sang Nabi telah
membunuh pemimpin mereka, Bani Nadeer setuju untuk membayar uang darah
itu. Mereka tahu seperti apa Muhammad itu dan tidak mau memberinya
alasan untuk mengenyahkan mereka seperti yang dilakukannya pada Bani
Qaynuqa. Mereka tahu segala macam penolakan akan berarti kematian
mereka dan tidak ada pilihan selain menerima permintaan tak adil ini.
Tapi
sang Nabi yang tadinya jelas berharap permintaannya ditolak sehingga
punya alasan untuk berperang dengan mereka, menjadi kecewa karena
mereka menuruti kemauannya. Sang Rasul Allah tidak punya tujuan lain
selain cari alasan untuk memusnahkan Bani Nadeer.
Sang
Nabi yang percaya bahwa Tuhan adalah khairul maakereen, “yang paling
hebat dalam mengelabui”, adalah sendirinya seorang yang jago
mengelabui. Kisahnya tentang Jibril yang memberitahu dia tentang rencana
pembunuhan orang Yahudi sama bohongnya dengan kisahnya tentang
kunjungannya ke neraka dan surga di malam Mi’raj atau kisah bualannya
ketemu jin dan setan. Kewarasan dan ketulusannya memang bisa diragukan
tapi dia mampu dengan mudah menipu para pengikutnya untuk percaya
padanya dan bersedia membunuh orang2 tak berdosa.
Pada
kenyataannya, bukan orang2 Yahudi yang melanggar persetujuan tapi
Muhammad-lah yang melanggarnya dan dengan ini pula dia juga melanggar
azas kemanusiaan yang paling mendasar. Dia melanngar norma kemanusiaan,
moral kemanusiaan, hukum belas kasihan, aturan2 keadilan, standard
etika, dan prinsip2 kebajikan. Sang Nabi Allah tidak mengindahkan
perdamaian bagi orang2 yang menghalanginya dan selama 1.400 tahun
menjerumuskan kemanusiaan ke dalam perang tiada akhir. Dia menanamkan
kebencian di dunia dan diantara pengikut2nya sehingga akhirnya
kebencian itu menggerogoti mereka dan umat manusia.
Kisah
di atas menimbulkan beberapa pertanyaan yang lebih masuk akal. Jika
orang2 Yahudi ini memang benar2 ingin membunuh Muhammad, tidakkah
mereka dengan mudah menangkap dan membunuhnya beserta gerombolannya?
Kenapa musti menjatuhkan batu segala waktu Muhammad dan gerombolannya
sebenarnya sudah berada di tempat mereka? Dan mengapa Tuhan yang dapat
memperingatkan nabiNya yang tercinta tentang rencana pembunuhan
terhadapnya ternyata tidak membuat `Amr bin Jahsh mati? Kalau ‘Amr bin
Jahsh mati, seluruh orang2 Yahudi dan Nabi jadi selamat dari semua
perkara ini. Tidakkah Tuhan tahu kalau nabiNya itu tidak punya belas
kasihan dan pengampunan terhadap nyawa ribuan orang yang tak berdosa dan
membuat mereka semua membayar kesalahan yang dilakukan beberapa orang?
Jika Tuhan begitu marah pada orang2 Yahudi ini mengapa Dia tidak
membunuh mereka sendiri dengan penyakit? Kenapa Dia tidak memerintahkan
bumi untuk membelah diri dan menelan orang2 Yahudi tersebut seperti
yang ditulis di Alkitab? (Bilangan 16:30). Ini akan jauh lebih mudah
bagi orang2 Yahudi dan orang2 Muslim. Mengapa Tuhan yang pengasih
meminta hamba2nya yang tulus untuk berkelakuan seperti pembunuh biasa
dan penjagal2 yang kejam? Hanya orang beriman buta saja yang tidak
merinding mendengar kisah ini. Setiap orang waras sudah bisa melihat
kalau Muhammad me-ngarang2 semuanya untuk melanjutkan rencana2nya
membersihkan dan menjarah ras Yahudi.
Maududi
menyelesaikan kisahnya dengan mengatakan, “Sekarang tidak ada alasan
lagi untuk memberikan kelonggaran. Sang Nabi suci dengan seketika
mengirim ancaman bahwa rencana pembunuhan yang mereka buat baginya
sudah ketahuan; karena itu, mereka harus pergi dari Madinah dalam waktu
sepuluh hari; jika masih ada yang tinggal setelah sepuluh hari, dia
akan dibunuh pakai pedang. Sementara itu Abdullah bin Ubayy mengirim
pesan pada mereka bahwa dia akan membantu mereka dengan 2.000 orang dan
bahwa Bani Quraizah dan Bani Ghatafan akan juga membantu; karena itu,
mereka harus tetap berdiam diri dan jangan pergi. Karena janji palsu
ini, Bani Nadeer menjawab sang Nabi bahwa mereka tidak akan
meninggalkan Medina dan terserah dia mau apa. Dengan sendirinya, di
bulan Rabi’ al-Awwal, A. H. 4, sang Nabi suci menyerang mereka, dan
setelah dikepung beberapa hari (menurut keterangan2 tradisi pengepungan
berlangsung 6 hari, yang lain berkata 15 hari), Bani Nadeer setuju
untuk meninggalkan Madinah dengan syarat agar mereka dapat membawa
semua harta bendanya yang dapat diangkut oleh onta2 mereka, kecuali
persenjataan. Karena itu, Madinah dibersihkan dari suku pengacau Yahudi
yang kedua. Hanya dua orang dari Bani an-Nadeer yang jadi Muslim dan
tinggal di Madinah. Selebihnya pergi ke Syria dan Khaiber.”
Muhammad
tidak membantai Bani Nadeer seperti yang dilakukannya terhadap Bani
Qurayza, yakni suku Yahudi lain yang tinggal di Medina. Tapi pikiran
untuk melakukan pembantaian jelas muncul di kepalanya seperti yang bisa
kita lihat di tulisan Sirat berikut.
“Mengenai
Bani al-Nadir, keluarlah Sura Pengasingan yang menunjukkan bagaimana
Tuhan menjatuhkan pembalasan dendamNya pada mereka dan memberikan
kekuatan pada NabiNya untuk mengatasi mereka dan bagaimana Dia
bertindak pada mereka. Tuhan berkata: ‘Mereka yang tidak percaya pada
Qur’an diasingkan dari rumah mereka … ‘Maka pikirkan ini, barangsiapa
yang bijaksana. Jika Tuhan tidak menentukan pengasingan bagi mereka,
‘yang adalah pembalasan dari Tuhan,’ Dia sudah akan menghukum mereka di
dunia ini,’ (Q. 59: 3) dengan pedang, ‘dan di dunia akherat mereka
akan dihukum di neraka’ pula.” [Sirat, hal. 438]
Ada
ayat di Qur’an yang berbicara tentang kejadian ini dan menegaskan
tindakan Muhammad untuk membunuh mereka dan menjadikan mereka tawanan2.
“Dia
menyebabkan orang2 yang percaya Qur’an mengeluarkan mereka (Bani
Quraish) ke luar dari benteng2 mereka. Sebagian kau bunuh, sebagian
lagi kaujadikan tawanan.” Q. 33: 26
Di
kejadian inilah Muhammad memerintahkan penebangan dan pembakaran
pohon2, dan bahkan kemudian Allah mengeluarkan sebuah firman yang
merestui tindakan perusakan ini.
“Wahai
kamu (O orang2 Muslim) potonglah pohon2 palem (kepunyaan musuh), atau
kamu biarkan mereka (pohon2) berdiri di tangkai2nya, itu diijinkan
Allah.” Q. 59: 5
Bani
Quraizah dan Bani Ghatafan tidak datang menolong Bani Nadeer dan mereka
dipaksa menyerah dalam beberapa hari dan diasingkan dari Medina.
Sebagian pergi ke Syria dan sebagian ke Khaibar. Huyai Ibd Akhtab yang
merupakan ketua baru Bani Nadeer adalah sebagian orang yang pergi ke
Khaibar. Dia kemudian dibunuh beberapa tahun kemudian tatkala sang Nabi
menyerang Bani Quraiza dan anak perempuannya yang bernama Safiyah
dirampas sang Nabi ketika Khaibar jatuh ke tangan orang2 Muslim.
Al-Mubarkpouri
menulis,
“Rasul Allah merampas senjata2, tanah, rumah2, dan kekayaan. Diantara barang2 rampasan yang berhasil diambilnya terdapat 50 baju baja, 50 pelindung kepala, dan 340 pedang. Semua ini milik sang Nabi karena tidak terjadi pertempuran saat penangkapan terjadi. Dia membagi barang rampasannya diantara para Pendatang dan dua Pembantu miskin Abu Dujana dan Suhail bin Haneef. Sisa bagian ini diberikannya pada keluarganya untuk hidup selama setahun. Sisa seluruh jarahan diberikan kepada prajurit Muslim dengan persenjataan bagi perang2 yang akan datang dalam nama Allah.”
“Rasul Allah merampas senjata2, tanah, rumah2, dan kekayaan. Diantara barang2 rampasan yang berhasil diambilnya terdapat 50 baju baja, 50 pelindung kepala, dan 340 pedang. Semua ini milik sang Nabi karena tidak terjadi pertempuran saat penangkapan terjadi. Dia membagi barang rampasannya diantara para Pendatang dan dua Pembantu miskin Abu Dujana dan Suhail bin Haneef. Sisa bagian ini diberikannya pada keluarganya untuk hidup selama setahun. Sisa seluruh jarahan diberikan kepada prajurit Muslim dengan persenjataan bagi perang2 yang akan datang dalam nama Allah.”
Hampir
semua ayat2 Sûrah Al-Hashr (Bab 59 – Pertemuan) menjabarkan pengusiran
orang2 Yahudi dan memperlihatkan kelakuan rendah orang2 munafik. Ayat2
menunjukkan hukum2 yang sesuai dengan perampasan. Di bagian ini,
Allah, sang Maha Kuasa, memuji para Pendatang dan Pembantu. Di bagian
ini ditunjukkan izin sah untuk memotong dan membakar lahan dan pohon2
musuh untuk keperluan militer. Perlakuan seperti tidak dianggap sebagai
perusakan besar2an selama ini sesuai dengan jalan Allah.
Seperti
yang sudah jelas tampak dan para sejarawan Muslim pun tidak malu untuk
mengakui, tidak ada tindakan kejahatan selama ini dilakukan di jalan
Allah. Inilah contoh yang ditinggalkan sang Nabi bagi pengikut2nya dan
ini pulalah yang dilakukan oleh pengikut2 Islam yang taat sepanjang
sejarah. Ini mungkin bisa memberi penjelasan pada orang2 Barat apa yang
mengilhami fundamentalisme dan terorisme Islam. Membunuh, menjarah,
memperkosa dan membantai adalah praktek2 Islami. Tidak ada batasannya
jika gunanya adalah untuk mengembangkan agama Allah.
Ironisnya,
Surah ini berakhir dengan mendesak penganut Islam untuk jadi suci dan
menyiapkan diri mereka ke dunia akherat. Ini membuat orang bertanya
tentang sintingnya jalan pikiran pengarangnya dan betapa
jungkirbaliknya nilai2 yang dia junjung.
Kita
yang berperasaan modern merasa heran mengapa pengikut2 Muhammad tidak
meninggalkannya setelah melihat kekejaman dan kebiadabannya. Tapi
rupanya melakukan perampasan dan penjarahan merupakan hal yang lumrah di
Arabia. Al-Mubarakpuri menulis, “Masyarakat gurun pasir Bedouin hidup
di tenda2 tak jauh dari daerah Madinah, … tergantung pada usaha
perampasan dan penjarahan sebagai mata pencaharian.” Ini adalah
kebiasaan orang2 Arab untuk hidup. Ketika Muhammad menggunakan cara2
yang sama untuk menimbun kekayaan dan membangun kerajaannya, tak seorang
pun kaget. Cara2 ini lumrah dan semuanya melakukan hal itu. Malah
kalau orang pergi perang untuk membawa jarahan, mereka berdoa dulu pada
dewa2nya. Jika mereka berhasil, mereka me-muja2 dewa2nya dan
mengagungkan mereka karena keperkasaannya. Orang2 Muslim dan Muhammad
merupakan bagian dari budaya primitif ini dan punya pemikiran primitif
yang sama. Mereka memohon Allah, satu2nya dewa mereka, untuk menang dan
karena Muhammad tidak ragu untuk merampok kafilah2 pedagang atau
masyarakat yang tak bersenjata, dia dengan cepat dapat memperkaya
dirinya dan tentaranya.
Orang2
Arab ini menghubungkan kekuatan militer mereka dengan kebesaran Allah.
Apa yang mereka percayai tidak bisa disalahkan. Mereka tidak tahu yang
sebenarnya dan itulah satu2nya jalan hidup yang mereka ketahui. Yang
sungguh tragis mengenaskan adalah melihat di zaman masa kini yang
mengutamakan sains dan pendidikan, masyarakat berpendidikan mengikuti
agama orang yang bermental primitif.
Seperti yang kita ketahui, jika Bani Nadeer benar2 mau membunuh Muhammad dan gerombolannya, mereka tidak perlu repot2 dengan rencana rumit naik tembok segala untuk menjatuhkan batu. Dia sudah ada di kota mereka dan mereka tinggal membunuhnya saja dengan mudah.
Seperti yang kita ketahui, jika Bani Nadeer benar2 mau membunuh Muhammad dan gerombolannya, mereka tidak perlu repot2 dengan rencana rumit naik tembok segala untuk menjatuhkan batu. Dia sudah ada di kota mereka dan mereka tinggal membunuhnya saja dengan mudah.
Tapi
coba lihat andaikata Muhammad benar dan mereka ternyata merencanakan
untuk membunuhnya. Berdasarkan hukum apa ribuan orang dapat dihukum
karena satu usaha pembunuhan gagal yang dilakukan segelintir orang? Apa
salahnya bayi2 yang baru lahir, para wanita yang sedang hamil, kaum
tua Yahudi yang harus meninggalkan semua yang mereka miliki dan jalan
menyelamatkan diri di gurun pasir? Berapa banyak yang mati? Mengapa
mereka yang lemah harus membayar upaya membunuh yang dilakukan
segelintir orang2 suku mereka?
Hal
lain yang penting untuk dipikirkan adalah Muhammad sesungguhnya
membunuh K’ab bin Ashraf ketua Bani Nadir dengan cara yang sangat
curang. Orang2 ini, berdasarkan agama dan tradisinya, punya hak penuh
untuk balas dendam. Mengapa Muhammad percaya bahwa dia boleh saja
membunuh musuhnya tanpa dihukum tapi rencana segelintir orang untuk
membunuhnya harus dihukum sedemikian berat? Apa jadinya dunia ini jika
kita mengikuti contoh tingkah laku Muhammad ini?
Aku
bertanya pada para Muslim untuk menunjukkan satu saja contoh peristiwa
sejarah manusia di mana seluruh populasi ribuan manusia dilenyapkan
karena sebuah rencana pembunuhan gagal yang dilakukan segelintir orang
terhadap nyawa orang lain.
Sebuah
hadis di Bukhari Volume 5, Buku 59, Nomer 362 menegaskan kisah ini.
Penulis berbicara mengenai perlakuan orang2 Yahudi di Medina dan
bagaimana Muhammad “membunuh para pria dan membagi-bagi para wanita,
anak2 dan harta benda diantara para Muslim, tapi beberapa datang pada
sang Nabi dan diberinya pengampunan, dan mereka pun memeluk Islam. Dia
mengasingkan semua orang Yahudi dari Medina.”
Beberapa
Muslim apologis berkata bahwa moralitas saat ini tidak dapat
diterapkan pada Muhammad yang hidup 1.400 tahun yang lalu. Mereka
bersikeras bahwa, “Semua kisah ini jadi masalah bagi banyak orang karena
pengetahuan mereka akan apa yang benar dan yang salah. Asal dari
pikiran (tentang moral) yang sakit ini berasal dari mentalitas Kristen
yang ‘memberikan pipi yang lain,’ dan ‘penebusan dosa Kristus,’ dan
kedua hal ini meracuni pikiran orang Eropa selama ber-abad2, sampai
mereka akhirnya sadar akan hal itu dan membuangnya.”
Aku
tidak percaya bahwa nilai moral adalah suatu penyakit dan ini tidak ada
hubungannya dengan faham Kristiani pula. Moralitas menilai hati nurani
manusia dan penunjuknya adalah Hukum/Prinsip Emas (yakni: perlakukan
orang lain seperti engkau ingin dirimu diperlakukan). Kita tahu apa
yang baik atau salah jika kita membayangkan bagaimana kita ingin
diperlakukan.
PENYERANGAN TERHADAP BANI QURAIZA:
Yang
berikut adalah Bani Quraiza. Tak lama setelah Pertempuran Parit
selesai, Muhammad mengaku bahwa malaikat utama Jibril telah
mengunjunginya untuk “meminta dia menghunus pedangnya dan berangkat ke
tempat tinggal Bani Quraiza yang suka menghasut dan berperang melawan
mereka. Jibril memberitahu bahwa dia dengan pasukan malaikat akan
mengguncangkan benteng pertahanan mereka dan mengakibatkan ketakutan di
hati mereka.” (2) Sahih Bukhari Volume 5, Buku 59, Nomer 443
Tidak
jelas mengapa sang malaikat utama butuh pertolongan orang2 Muslim
untuk menghabisi orang2 Yahudi jika dia sendiri punya “pasukan
malaikat” yang akan menggoncangkan perbentengan orang2 Yahudi. Meskipun
demikian, “Rasul Allah dengan seketika memanggil pembantunya dan
menyuruhnya untuk mengumumkan permusuhan baru melawan Bani Quraiza.” (2)
Muhammad
mengepalai pasukan jalan kaki berjumlah 3.000 orang dan 30 pasukan
berkuda Ansar (Pembantu) dan Muhajireen (Pendatang).
Bani Quraiza diserang karena tidak membantu Muhammad ketika Quraish menyerang Medina. Ali bersumpah bahwa dia tidak akan berhenti sampai dia menghancurkan pasukan musuh atau mati terbunuh. Pertempuran ini berlangsung selama 25 hari. Akhirnya Bani Quraiza menyerah tanpa syarat. Muhammad memerintahkan semua pria diikat tangannya, sedangkan kaum wanita dan anak2 dipisahkan dalam kurungan. Datanglah suku Al-Aws mengetengahi dan memohon sang Nabi untuk berlaku lunak pada orang2 Yahudi. Muhammad menyarankan agar Sa‘d bin Mu‘adh, seorang bekas sekutu, ditunjuk untuk memberikan hukuman bagi orang2 Yahudi, dan orang2 Al-Aws setuju.
Bani Quraiza diserang karena tidak membantu Muhammad ketika Quraish menyerang Medina. Ali bersumpah bahwa dia tidak akan berhenti sampai dia menghancurkan pasukan musuh atau mati terbunuh. Pertempuran ini berlangsung selama 25 hari. Akhirnya Bani Quraiza menyerah tanpa syarat. Muhammad memerintahkan semua pria diikat tangannya, sedangkan kaum wanita dan anak2 dipisahkan dalam kurungan. Datanglah suku Al-Aws mengetengahi dan memohon sang Nabi untuk berlaku lunak pada orang2 Yahudi. Muhammad menyarankan agar Sa‘d bin Mu‘adh, seorang bekas sekutu, ditunjuk untuk memberikan hukuman bagi orang2 Yahudi, dan orang2 Al-Aws setuju.
Sa‘d
telah mengalami luka parah dalam pertempuran sebelumnya yang dikenal
sebagai Pertempuran Sekutu. Dia memberi hukuman “semua pria yang sehat
atau dapat bertempur dari Bani Qurayza harus dibunuh, para wanita dan
anak2 dijadikan tawanan dan harta benda mereka dibagikan diantara
pejuang2 Muslim.” Sahih Bukhari Volume 4, Buku 52, Nomer 280
Adalah mengherankan jikalau Muhammad yang mengaku sebagai utusan Allah ternyata butuh keputusan seorang manusia. Tapi hukuman sangat kejam ini persis dengan apa yang dia inginkan dan dia “menerima keputusan tersebut dan berkata bahwa Sa’d memberi hukuman berdasarkan Perintah Allah.”
Adalah mengherankan jikalau Muhammad yang mengaku sebagai utusan Allah ternyata butuh keputusan seorang manusia. Tapi hukuman sangat kejam ini persis dengan apa yang dia inginkan dan dia “menerima keputusan tersebut dan berkata bahwa Sa’d memberi hukuman berdasarkan Perintah Allah.”
Al-Bubarapouri
menambahkan bahwa “Pada kenyataannya, orang2 Yahudi layak dapat
hukuman berat itu karena pengkhianatan mereka terhadap Islam, dan
banyaknya persenjataan yang mereka miliki yang terdiri dari 1.500
pedang, 2.000 tombak, 300 pakaian perang dan 500 tameng, dan semua ini
jatuh ke tangan para Muslim.” (4)
Para
ahli sejarah Muslim dengan cepat memberi alasan tak berdasar untuk
mensahkan penyerangan ini seperti: mereka tidak “patuh”, menyebabkan
‘perpecahan” atau jadi “pengkhianat” dan “melawan Islam”. Tapi tidak
ada tuduhan yang perbuatan dosa yang sesuai dengan hukuman sekejam itu
dan sampai membantai mereka semua.
Parit2
digali di pasar di Madinah dan sekitar 600 sampai 900 orang dipenggal
kepalanya.
Huyai,
Ibn Akhtab, ketua Bani Nadeer dan dia adalah ayah dari Safiyah,
tertangkap di penyergapan ini dan dibawa menghadap sang Nabi dengan
tangan terikat di lehernya dengan seutas tali. Dengan berani dia
menolak Muhammad dan memilih untuk dipenggal daripada masuk Islam. Dia
diperintahkan duduk dan dipenggal saat itu juga.
Untuk
membedakan pria dengan anak laki, kaum muda diperiksa dan jika mereka
sudah punya bulu kemaluan, maka mereka pun dipenggal.
Sunan
Abu-Dawud Book 38, Nomer 4390
Dikisahkan oleh Atiyyah al-Qurazi:
Aku adalah seorang dari Bani Quraisah yang tertangkap. Mereka (prajurit Muslim) memeriksa kami, dan siapa yang sudah mulai punya bulu kemaluan dibunuh, dan siapa yang belum tidak dibunuh. Aku adalah salah satu dari mereka yang belum punya bulu kemaluan.
Dikisahkan oleh Atiyyah al-Qurazi:
Aku adalah seorang dari Bani Quraisah yang tertangkap. Mereka (prajurit Muslim) memeriksa kami, dan siapa yang sudah mulai punya bulu kemaluan dibunuh, dan siapa yang belum tidak dibunuh. Aku adalah salah satu dari mereka yang belum punya bulu kemaluan.
Jika
orang tidak melihat bahwa BUKAN begini seorang Nabi seharusnya
bertindak, maka orang itu tidak mengerti arti kemanusiaan. Aku percaya
kekejaman sang Nabi pada kaum Yahudi di Arabia sudah menjelaskan sendiri
bahwa dia bukan Nabi dan setiap orang yang bisa berpikir jelas akan
mengakui hal ini. Sungguh tidak bisa dipercaya bahwa seorang utusan
Tuhan dapat membunuh 600 sampai 900 orang dan mengusir ribuan orang
lainnya tanpa perasaan atau belas kasihan.
Orang
yang kita panggil sebagai Nabi adalah orang yang penuh kebencian. Dia
tidak berpikir panjang untuk membunuh, tidak membawa apapun kecuali
kematian, tidak mengajar apapun selain balas dendam. Muhammad bukanlah
seorang “kasih Tuhan bagi umat manusia” tapi dia adalah kutukan setan
bagi kemanusiaan. Tidak hanya di hidupnya dia membunuhi dan mengusir
semua orang Yahudi yang dapat ditemuinya, tapi di tempat tidurnya
sebelum mati pun dia memerintahkan pengikutnya untuk terus melanjutkan
usaha pembersihan rasial yang telah dimulainya.
Bukhari
Volume 4, Buku 52, Nomer 288
Sang Nabi hampir mati di ranjangnya, dan dia memberi tiga perintah, salah satunya adalah mengenyahkan penyembah berhala dari Jazirah Arabia.Bukhari Volume 4, Buku 52, Nomer 176
Dikisahkan oleh ‘Abdullah bin ‘Umar:
Rasul Allah berkata, “Kalian (O kaum Muslim) akan berperang melawan orang2 Yahudi sampai beberapa dari mereka akan bersembunyi di balik bebatuan. Bebatuan itu akan (mengkhianati mereka dan) berkata, ‘O Abdullah (hamba Allah)! Ada seorang Yahudi bersembunyi di belakangku, maka bunuhlah dia.’ “
Sang Nabi hampir mati di ranjangnya, dan dia memberi tiga perintah, salah satunya adalah mengenyahkan penyembah berhala dari Jazirah Arabia.Bukhari Volume 4, Buku 52, Nomer 176
Dikisahkan oleh ‘Abdullah bin ‘Umar:
Rasul Allah berkata, “Kalian (O kaum Muslim) akan berperang melawan orang2 Yahudi sampai beberapa dari mereka akan bersembunyi di balik bebatuan. Bebatuan itu akan (mengkhianati mereka dan) berkata, ‘O Abdullah (hamba Allah)! Ada seorang Yahudi bersembunyi di belakangku, maka bunuhlah dia.’ “
Orang
ini (Muhammad) adalah penjahat dan bukan utusan Tuhan. Dia adalah
pencuri, gangster, dan perampok jalanan. Dia memperkaya dirinya sendiri
dengan harta benda korbannya. Bukhari Volume 4, Buku 52, Nomer
176
Dikisahkan oleh Anas bin Malik:
Orang2 biasa memberikan palem kurma untuk sang Nabi (sebagai hadiah), sampai dia menaklukkan Bani Quraiza dan Bani An-Nadir, sesudah mana dia mulai membalas kebaikan hati mereka.
Dikisahkan oleh Anas bin Malik:
Orang2 biasa memberikan palem kurma untuk sang Nabi (sebagai hadiah), sampai dia menaklukkan Bani Quraiza dan Bani An-Nadir, sesudah mana dia mulai membalas kebaikan hati mereka.
Jika
engkau masih percaya bahwa Muhammad adalah utusan Tuhan, pikirkan
sendiri apa yang terjadi dengan kemanusiaanmu.
Aku tidak akan membahas secara detail pembantaian atas Bani Quraiza karena banyak sekali hal yang terjadi dan aku persilakan engkau membacanya sendiri di link berikut ini.
Aku tidak akan membahas secara detail pembantaian atas Bani Quraiza karena banyak sekali hal yang terjadi dan aku persilakan engkau membacanya sendiri di link berikut ini.
What
really happened to the Banu Qurayza?
http://www.answering-islam.org.uk/Muham … /BQurayza/
http://www.answering-islam.org.uk/Muham … /BQurayza/
The
article in the above link describes the massacre of the Banu Quraiza
and the reason why the Prophet chose Sa’d bin Mu’adh as the arbitrator.
This is a must read to understand Muhammad and his true character. It
should be read is sequence.
Part 1: The siege, the surrender & the intercession of al-Aus
Part 2: Who is Sa`d bin Mu`adh?
Part 3: Appointment of Sa`d bin Mu`adh, his judgment, its execution and conclusions
Part 1: The siege, the surrender & the intercession of al-Aus
Part 2: Who is Sa`d bin Mu`adh?
Part 3: Appointment of Sa`d bin Mu`adh, his judgment, its execution and conclusions
_______________________________________
Safiyah
Pertanyaan
Nomer 3
Sang
Nabi menyerang Kheibar, memperbudak Safiyah dan memperkosanya di hari
yang sama dia membunuh suami, ayah, dan saudara2 Safiyah. Beginikah
seharusnya tingkah laku seorang utusan Tuhan?
Ayatollah
Montazeri:
Untuk
menjawab pertanyaan tentang Safiyah, kita perlu memperhatikan hal2 di
bawah ini.
Safiyah
adalah anak perempuan Huyah ibn Akhtab, yang merupakan ketua Bani
Nadir. Safiyah kehilangan ayahnya yang tewas di pertempuran Kheibar dan
suaminya dibunuh sebelum perjanjian perdamaian. Tawanan2 perang di
zaman itu hidup penuh kesulitan dan kesengsaraan. Karena alasan ini,
menurut usul sang Nabi, para wanita bangsa penyembah berhala yang
tertangkap di peperangan disuruh menikah pria2 Muslim yang sebelumnya
menikah dengan perempuan lain atau jadi budak2 untuk kelangsungan hidup
mereka. Poligami di saat itu adalah lumrah dan merupakan cara terbaik
untuk melindungi para wanita yang tidak punya suami, apalagi yang
dijadikan sandera2.
Sina
Wahai
Ayatollah Ozma Montazeri,
Memang benar Safiyah telah kehilangan ayah, suami, dan saudara2nya, tapi engkau lupa menyebut bahwa dia kehilangan semua orang2 itu karena sang Nabi membunuh mereka. Membunuh orang2 dan mencuri wanita2nya merupakan tradisi orang2 gua. Sewajarnya diharapkan bahwa seorang Nabi Tuhan tidak akan melanjutkan kelakuan barbar orang2 gua tapi seharusnya menetapkan standard etika dan petunjuk moral baru.
Memang benar Safiyah telah kehilangan ayah, suami, dan saudara2nya, tapi engkau lupa menyebut bahwa dia kehilangan semua orang2 itu karena sang Nabi membunuh mereka. Membunuh orang2 dan mencuri wanita2nya merupakan tradisi orang2 gua. Sewajarnya diharapkan bahwa seorang Nabi Tuhan tidak akan melanjutkan kelakuan barbar orang2 gua tapi seharusnya menetapkan standard etika dan petunjuk moral baru.
Engkau
membuat sang Nabi tampaknya menolong kaum wanita ini dengan
mengawinkan mereka dan menyelamatkan mereka dari penderitaan. Tapi
jangan lupa menyebutkan bahwa Nabi-lah yang membuat mereka sengsara pada
mulanya. Para wanita ini bukan sandera perang sebelum Muhammad
menyerang kota2 mereka, membunuh orang2 yang mereka kasihi, dan
menjadikan mereka budak.
Yang
dilakukan sang Nabi persis sama dengan biasa dilakukan penjahat dan
perampok di zaman dulu. Seorang mestinya kacaubalau dengan
pengertiannya akan nilai2 (kemanusiaan) sehingga sampai bisa melihat
adanya unsur kebaikan dari tindakan yang sama sekali memalukan dan
barbar oleh sang Nabi. Membunuh orang2 dan merampas para wanitanya
merupakan tindakan biadab. Tidak ada satupun kebaikan dari tindakan keji
ini.
Jikalau
seperti yang kau katakan bahwa sang Nabi mau menyelamatkan para wanita
malang ini dari kesengsaraan yang mereka hadapi, kenapa dia tidak
menikah wanita yang tua? Kenapa dia memilih wanita yang paling cantik?
Safiyah dipilih karena penampilannya. Ini hadisnya.
Dikisahkan
oleh ‘Abdul ‘Aziz:
Anas berkata, ‘Ketika Rasul Allah menyerang Khaibar, kami melakukan sembahyang subuh ketika hari masih gelap. Sang Nabi berjalan menunggang kuda dan Abu Talha berjalan menunggang kuda pula dan aku menunggang kuda di belakang Abu Talha. Sang Nabi melewati jalan ke Khaibar dengan cepat dan lututku menyentuh paha sang Nabi. Dia lalu menyingkapkan pahanya dan kulihat warna putih di pahanya. Ketika dia memasuki kota, dia berkata, ‘Allahu Akbar! Khaibar telah hancur. Ketika kita mendekati suatu negara maka kemalangan menjadi pagi hari bagi mereka yang telah diperingatkan.’ Dia mengulangi kalimat ini tiga kali. Orang2 ke luar untuk bekerja dan beberapa berkata, ‘Muhammad (telah datang)’ (Beberapa kawan kami berkata, “Dengan tentaranya.”) Kami menaklukkan Khaibar, menangkap para tawanan, dan hartabenda rampasan dikumpulkan. Dihya datang dan berkata, ‘O Nabi Allah! Berikan aku seorang budak wanita dari para tawanan.’ Sang Nabi berkata, ‘Pergilah dan ambil budak mana saja.’ Dia mengambil Safiya bint Huyai. Seorang datang pada sang Nabi dan berkata, ‘O Rasul Allah! Kauberikan Safiya bint Huyai pada Dihya dan dia adalah yang tercantik dari suku2 Quraiza dan An-Nadir dan dia layak bagimu seorang.’ Maka sang Nabi berkata,’Bawa dia (Dihya) beserta Safiya.’ Lalu Dihya datang bersama Safiya dan ketika sang Nabi melihatnya (Safiya), dia berkata pada Dihya,’Ambil budak wanita mana saja lainnya dari para tawanan.’ Anas menambahkan: sang Nabi lalu membebaskannya dan mengawininya.”
Anas berkata, ‘Ketika Rasul Allah menyerang Khaibar, kami melakukan sembahyang subuh ketika hari masih gelap. Sang Nabi berjalan menunggang kuda dan Abu Talha berjalan menunggang kuda pula dan aku menunggang kuda di belakang Abu Talha. Sang Nabi melewati jalan ke Khaibar dengan cepat dan lututku menyentuh paha sang Nabi. Dia lalu menyingkapkan pahanya dan kulihat warna putih di pahanya. Ketika dia memasuki kota, dia berkata, ‘Allahu Akbar! Khaibar telah hancur. Ketika kita mendekati suatu negara maka kemalangan menjadi pagi hari bagi mereka yang telah diperingatkan.’ Dia mengulangi kalimat ini tiga kali. Orang2 ke luar untuk bekerja dan beberapa berkata, ‘Muhammad (telah datang)’ (Beberapa kawan kami berkata, “Dengan tentaranya.”) Kami menaklukkan Khaibar, menangkap para tawanan, dan hartabenda rampasan dikumpulkan. Dihya datang dan berkata, ‘O Nabi Allah! Berikan aku seorang budak wanita dari para tawanan.’ Sang Nabi berkata, ‘Pergilah dan ambil budak mana saja.’ Dia mengambil Safiya bint Huyai. Seorang datang pada sang Nabi dan berkata, ‘O Rasul Allah! Kauberikan Safiya bint Huyai pada Dihya dan dia adalah yang tercantik dari suku2 Quraiza dan An-Nadir dan dia layak bagimu seorang.’ Maka sang Nabi berkata,’Bawa dia (Dihya) beserta Safiya.’ Lalu Dihya datang bersama Safiya dan ketika sang Nabi melihatnya (Safiya), dia berkata pada Dihya,’Ambil budak wanita mana saja lainnya dari para tawanan.’ Anas menambahkan: sang Nabi lalu membebaskannya dan mengawininya.”
Thabit
bertanya pada Anas,”O Abu Hamza! Apa yang dibayar sang Nabi sebagai
maharnya?” Dia menjawab, “Dirinya sendiri adalah maharnya karena dia
telah membebaskannya (dari status budak) dan lalu mengawininya.” Anas
menambahkan, “Di perjalanan, Um Sulaim mendandaninya untuk (upacara)
pernikahan dan malam ini Um Sulaim mengantar Safiya sebagai pengantin
sang Nabi. (Sahih Bukhari 1.367)
Dari
Hadis di atas kita mengetahui bahwa penyerangan terhadap Khaibar
merupakan serangan mendadak. Orang2 kota tidak diperingatkan lebih
dahulu dan mereka tidak siap menghadapi serangan ini. Ini memang
kebiasaan sang Nabi untuk tidak membiarkan korbannya membela diri. Dia
akan menyerang mereka tidak dengan cara ksatria dan tanpa peringatan.
Pada kenyataannya nama Quzvah berarti “serangan mendadak”. Khaibar tidak
melanggar perjanjian apapun dengan Nabi, dan tidak ada tanda2 apapun
bahwa mereka membahayakan kedudukan orang2 Muslim. Satu2nya alasan sang
Nabi menyerang kota ini, membunuh siapa saja yang berdiri di jalannya
dan merampas wanita yang tercantik sebagai budak pemuas seks-nya adalah
karena dia menginginkan kekayaan masyarakat kota ini.
Sang
Nabi suci tidak berhenti di sini, dia lalu memaksa lelaki dan wanita
tua yang tidak dibunuhnya dan tidak diambil sebagai budak seks untuk
membayar pajak tanah dan memberikan dia 50% dari hasil pendapatan.
Orang manapun dengan setitik rasa keadilan tahu bahwa ini bukanlah
keadilan. Yang dilakukan sang Nabi adalah jauh dari suci dan malah
perbuatan setan.
Ayatollah
Montazeri
Setelah
Safiyah jadi sandera, ada beberapa orang yang ingin mengawininya. Tapi
karena dia adalah putri ketua suku, sang Nabi menghargai status
sosialnya dan tidak memperbolehkan orang lain untuk menikahinya.
Safiyah sendiri ragu2 untuk menikah dengan orang awam. Karena itu, sang
Nabi untuk melindungi Safiyah, bersedia menikahinya. Sang Nabi
memberikan pilihan bagi Safiyah untuk kembali ke saudara2nya atau
tinggal di Medina dan memeluk Islam. Dia berkata padanya jika dia ingin
tetap menjadi seorang Yahudi, dia tidak akan memaksanya masuk Islam.
Safiyah memilih yang berikut (ikut Nabi dan memeluk Islam). Ahli2
sejarah setuju bahwa menjadi istri sang Nabi merupakan kehormatan besar
dan dipandang sebagai harga diri yang tinggi. Qur’an (Ahzab 6) menyebut
istri2 Nabi sebagai “Para Ibu Orang2 Beriman”.
Sina
Tentang
Safiyah, sudah jelas terbukti bahwa sang Nabi mengambilnya hanya untuk
satu alasan yaitu karena dia seorang wanita yang cantik. Muhammad
merampasnya dari Dahya setelah melihatnya. Ini tidak ada hubungannya
dengan posisi ayah Safiyah. Jika sang Nabi menaruh hormat pada ayahnya
dan posisinya, dia tentunya tidak memenggalnya. Kenyataan ini sudah
jelas bersinar bagaikan matahari. Engkau bebas untuk menutup matamu dan
menyangkalnya.
Engkau
mengatakan bahwa sang Nabi memberikan Safiyah pilihan untuk bergabung
pada masyarakatnya atau mengikut dia. Sang Nabi membunuh ayahnya,
suaminya, dan banyak saudara2nya. Yang tinggal adalah mereka yang harus
bekerja di ladangnya dan membayar 50% penghasilan mereka pada sang
Nabi sebagai Jazyeh. Bahkan lalu sang Nabi berubah pendapat dalam waktu
singkat dan mengasingkan orang2 Yahudi dari Khaibar. Karena itu
pilihan yang kau katakan sebenarnya tidak banyak berarti. Itu hanyalah
pilihan antara memuaskan nafsu seks seorang lelaki tua yang busuk yang
telah membunuh orang2 yang dicintainya atau bergabung dengan sekelompok
lelaki dan wanita tua yang bukan prajurit atau terlalu tua untuk
menjadi budak pemuas seks bagi orang2nya sang Nabi. Di kasus pertama,
Safiyah punya kesempatan untuk hidup tapi jika dia bergabung dengan
sisa orang2 Yahudi, maka nasibnya jadi tidak jelas, dia harus kerja di
ladang dan bayar separuh penghasilannya bagi sang Nabi. Tidak banyak
pilihan baginya.
Jadi
istri Nabi mungkin lebih menguntungkan. Akan tetapi, aku percaya bahwa
lebih baik hidup dengan orang2 yang kita cintai daripada dengan
pembunuhnya, meskipun pembunuh itu adalah Nabi Allah.
Ayatollah
Montazeri
Jika
Rasul Allah – amit2 nih – memang seorang yang penuh nafsu berahi, dia
tidak akan menikah seorang wanita tua berusia 40 tahun ketika dia masih
muda waktu dia punya kesempatan untuk menikah gadis2 tercantik dari
suku2 terkemuka orang2 Arab. Di pihak lain, orang yang penuh nafsu
berahi biasanya juga bernafsu pada tawaran kesenangan2 duniawi. Di
sejarah tercatat bahwa sang Nabi dan para istrinya hidup sederhana
sekali dibandingkan keadaan saat itu, sampai2 para istrinya ngomel dan
menuntut sang Nabi. Dalam masalah inilah Ahzab 28,29 dikeluarkan dan
dia memberi istri2nya pilihan untuk tetap tinggal dengan Nabi dan
bertahan dalam kemiskinan atau cerai dan pergi ke kehidupan duniawi
yang lebih nyaman.
Sina
Rasul
Allah itu MEMANG seorang yang penuh nafsu berahi. Tapi waktu dia muda,
dia itu miskin dan tidak ada yang menaruh perhatian padanya. Tidak ada
gadis muda dari suku terpandang yang mau menikah dengan seorang miskin
seperti Muhammad yang hanya mengurusi onta2 kepunyaan wanita lain.
Sang Nabi saat itu tidak punya kesempatan untuk menikahi seorang wanita
muda yang cantik. Khadijah dengan kekayaan dan kekuasaannya merupakan
suatu anugrah bagi sang Nabi yang lalu merubah hidupnya sama sekali.
Sifat asli Nabi jadi tampak nyata setelah Khadijah meninggal dunia dan
dia jadi orang yang berkuasa dari merampoki kafilah2 pedagang. Pada
saat itulah dia mulai mengumpulkan kekayaan dan wanita2.
Muhammad
bukan orang kaya ketika dia pergi ke Medina. Khadijah tentunya telah
kehilangan sebagian besar hartanya selama masa tiga tahun yang berat
ketika orang2 Mekah memboikot sang Nabi dan keluarganya sebagai balasan
bagi cemoohannya terhadap dewa2 mereka. Tahun pertamanya di Medina
sukar sekali. Dia hanya punya sedikit uang untuk hidup. Usahanya
merampoki beberapa kafilah pedagang gagal semua. Hanya ketika di
Nakhlah usaha perampokan kafilahnya berhasil dan dia memperkaya dirinya
dengan barang2 jarahan. Dibutuhkannya beberapa lagi usaha perampokan
dan pembasmian kaum Yahudi dan perampasan harta benda mereka untuk
menimbun banyak kekayaan.
Dan
Dia membuat kamu jadi ahli waris tanah2 mereka, rumah2 mereka, dan
barang2 mereka, dan sebuah tanah yang kamu tidak kunjungi (sebelumnya).
Dan Allah punya kekuasaan atas segala hal. (Q.33: 27)
Tapi
sang Nabi memandang rendah istri2nya dan tidak memberikan apa yang
mereka inginkan. Inilah alasannya mengapa saat mereka mengeluh dia
mengancam untuk menceraikan mereka. Dan memang betul ada satu waktu
istri2 Muhammad mengeluh karena dia tidak mau memberikan bagian cukup
dari kekayaan yang dicurinya dari kaum non-Muslim. Ayat berikut
merupakan lanjutan dari ayat sebelumnya yang dikatakan oleh Allah-nya:
O
Nabi! Katakan pada istri2mu: “Jika kamu sekalian memang ingin
menikmati kehidupan Duniawi dan pesonanya, silakan! Aku berikan kamu
mut’ah dan menceraikanmu dengan baik. (Q.33: 28 )Tapi jika kamu sekalian
mencari Allah dan RasulNya, dan tempat di akherat, maka Allah telah
mempersiapkan bagi siapa yang berbuat baik pahala yang besar. (Q.33: 29)
Sang
Nabi jago sekali bertipudaya dan tahu bagaimana menguasai istri2nya dan
membuat mereka taat padanya dan melayaninya.
O
isteri-isteri Nabi! Jika ada diantara kamu yang berbuat keji yang
nyata, maka hukuman akan berkali lipat dua baginya, dan hal ini mudah
dilakukan Allah.(Q.33: 30) Tapi barang siapa yang taat dalam melayani
Allah dan RasulNya, dan mengerjakan amal yang saleh, Kami berikan pahala
baginya dua kali lipat dan Kami sediakan baginya rejeki yang mulia.
Q.33: 31)
Sumber : www.indonesia.faithfreedom.org/forum