Itulah
ucapan parafrasa dari mulut Muhammad, yang mengatas-namakan mulut Allah
yang dipercaya sudah tercantum dalam Quran sejak sebelum ada apapun di
alam raya, termasuk Muhammad. Ayat itu tersimpan di Lauhul Mahfudz dalam
bagian Quran Surat 6:101. Dikatakan parafrasa karena ada kekaburan
tentang ke-verbatim-an asalinya dari mulut Allah secara langsung,
mengingat ayat tersebut memakai kata
ganti-orang ketiga (Dia) ketimbang
kata ganti-orang pertama (Aku). Seyogyanya, kalau ucapan langsung,
verbatimnya harus berbunyi “Bagaimana AKU mempunyai Anak padahal AKU
tidak mempunyai Isteri”.
Terlepas
dari keanehan tersebut, faktanya adalah bahwa ayat itu telah merupakan
teguran Allah yang mengutuk kesesatan kaum Nasrani yang dianggap paling
fatal. Bukan saja mereka mempersekutukan Allah dengan mahlukNya, namun
sekaligus memperzinahkan Allah dengan seorang Istri yang manusia
sehingga membuahkan sang Anak haram jadah! dan sekaligus pula disembah
sebagai Anak Allah!
Maka
kita mendengar lagi dan lagi – hingga sedikitnya 17 kali di Quran (!) –
betapa reaksi dan bantahan Allah bahwa Allah tidak beranak, mulai dari
menjelaskan hingga kepada pelaknatan langsung:
“Tidak layak bagi Aku-Allah mempunyai anak, Maha Suci Aku”.
“Mereka (orang-orang kafir) berkata: “Allah mempunyai anak”. Maha Suci Aku-Allah…”
“Maha Suci Aku-Allah dari mempunyai anak”.
“Aku-Allah tidak beristri dan beranak”.
(berturut-turut QS.19:35, 2:116, 4:171, 72:3).
(berturut-turut QS.19:35, 2:116, 4:171, 72:3).
Istilah
Arab “anak” yang dipakai disini adalah “walad” (child), bukan “ibnu”
(son). Padahal Yesus dalam Alkitab Arab tidak disebut sebagai “Walad
Allah” melainkan “Ibn Allah”, the Son of God, yang berarti Ia datang
dari Tuhan Elohim, bukan hasil hubungan suami-istri. Hal ini juga sempat
diakui oleh Allah/Muhammad dalam satu-satunya istilah “Ibnu” yang
dikenakan Quran kepada Yesus, namun berakhir dengan tetap disamaratakan
sekalian untuk dilaknatiNya!
“Orang-orang
Yahudi berkata: “Uzair itu putera Allah” dan orang-orang Nasrani
berkata: “Al Masih itu putera Allah.” Demikianlah itu ucapan mereka
dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang
terdahulu. Aku-Allah melaknati mereka , bagaimana mereka sampai
berpaling?” (QS.9:30).
TOTAL SALAH WAHYU
Tetapi disinilah kita melihat betapa sempit dan semrawutnya Muhammad memahami sosok kedua Anak Allah, Uzair dan Yesus!
Tetapi disinilah kita melihat betapa sempit dan semrawutnya Muhammad memahami sosok kedua Anak Allah, Uzair dan Yesus!
Pertama
soal Uzair. Dunia tahu apa yang Muhammad tidak tahu bahwa orang-orang
Yahudi monoteismenya tidak kalah ketat dengan Islam. Tak pernah ada
SOSOK apapun yang dipersekutukan dengan YAHWEH, sekalipun Musa. Tidak
tahu siapa Uzair yang dimaksud, apalagi pengakuan akan “Uzair Anak
Allah”? Tak ada Uzair-ilahiah yang muncul dari peribadatan Yudaisme. Itu
joke dan hujatan terbesar yang seharusnya tidak dipermainkan bagi
kesucian agama Yahudi maupun Islam sendiri! Inilah wahyu yang telak
salah-wahyu, bukan berasal dari Sorga, melainkan datang dari parafrasa
manusia belaka.
Kedua,
soal Yesus Anak Allah. Muhammad sebagai orang Arab dijamannya rupanya
hanya mengerti istilah ANAK (child) sebagai buah hubungan sex (walad).
Dan ini diteruskan sebagai hujatan besar seperti yang tampak dalam Hadis
shahih berikut ini, tak peduli lagi apakah itu “anak” fisik atau
rohani,
“Sesudah
itu (sesudah mendamprat orang Yahudi) orang-orang Kristen akan
dipanggil dan akan ditanyakan kepada mereka, ‘Siapa yang biasanya kalian
sembah?’ Mereka akan berkata, ‘Kami biasa menyembah Yesus, Anak Allah.’
Maka akan dikatakan kepada mereka, ‘Kalian penipu, sebab Allah tidak pernah mengambil siapapun sebagai istri ataupun anak.” (Shahih Bukhari 60, no.105).
Tetapi
sebenarnya Muhammad telah diberitahu oleh Allah dengan puluhan ayat
yang tidak memustahilkan Allah mempunyai Anak lewat hakekat dan kuasaNya
yang tidak terbatas. Tetapi kita melihat betapa Muhammad sembrono dan
lupa akan banyak hal yang telah Allah katakan, sehingga dia akhirnya
terjebak sendiri dengan kontradiksi ucapannya yang lain:
1. Muhammad lupa, bahwa kelahiran Isa sudah diluruskan oleh Jibril
kepada Maryam bahwa Isa bukanlah buah hasil hubungan sex! Surat Maryam
19:20, dimana Maryam berkata: “Bagaimana akan ada bagiku seorang anak
laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku
bukan (pula) seorang pezina!”.
Lha, kok Muhammad masih memakai istilah WALAD dimana-mana, anak hasil persetubuhan?
Lha, kok Muhammad masih memakai istilah WALAD dimana-mana, anak hasil persetubuhan?
2. Muhammad lupa bahwa ANAK ini adalah dari Kalimat dan Ruh Allah (QS.4:171), tak ada hubungannya dengan ayat konyol yang melibatkan “istri”:
“Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai isteri”!
Kata asli Arabik disini adalah‘sahiba’, yaitu teman wanita atau ‘girlfriend’, pasangan wanita untuk hubungan khusus. Nasrani mana yang percaya bahwa Tuhannya telah berhubungan dengan seorang girlfriendNya?
“Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai isteri”!
Kata asli Arabik disini adalah‘sahiba’, yaitu teman wanita atau ‘girlfriend’, pasangan wanita untuk hubungan khusus. Nasrani mana yang percaya bahwa Tuhannya telah berhubungan dengan seorang girlfriendNya?
3. Muhammad lupa bahwa ia telah mempertentangkan (kontradiksi) dua bagian dari ayat konyol 6:101 itu sendiri:
“Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai isteri” VERSUS terusannya, “Dia menciptakan segala sesuatu”.
Jikalau Allah bisa menciptakan segala sesuatu, tentu tidak masalah bagi Allah untuk menghadirkan Isa, sekalipun Allah tanpa ber-istri (girlfriend)
siapapun yang Muhammad maksudkan! Bahkan bukankah Jibril sudah
mengajarkan kepada Muhammad di ayat selanjutnya Surat Maryam 19:21,
dimana Jibril menegaskan lagi bahwa girlfriend Allah memang tidak diperlukan:
“Demikianlah.” Tuhanmu berfirman: “Hal itu (kehadiran Anak itu) adalah mudah bagiKu…”
“Demikianlah.” Tuhanmu berfirman: “Hal itu (kehadiran Anak itu) adalah mudah bagiKu…”
4.
Muhammad lupa samasekali akan kuasa Allah yang selalu diajarkan dan
dibanggakannya dimana-mana, suatu kuasa yang meliputi segala sesuatu,
termasuk penciptaan para malaikat, Adam dan Hawa, tujuh tingkat surga
dan tujuh tingkat dunia… Jadi kenapa sekarang Allah menjadi begitu tak berdaya
tatkala berurusan dengan penciptaan “anakNya sendiri”? Sedemikian
sehingga memaksaNya untuk membantah konyol, “Bagaimana AKU-ALLAH
mempunyai Anak padahal AKU tidak mempunyai Isteri” alias “No Wife–No Son” itu?
5. Pendalilan “no wife – no son” itu sungguh tak bisa diterima akal ketika dihadapkan pada kehendakNya yang tidak bisa tidak pasti terjadi:
“Kalau sekiranya Aku-Allah hendak mengambil anak, tentu Aku akan memilih apa yang Kukehendaki di antara ciptaan-ciptaan yang telah Kuciptakan” (QS.39:4). Bahkan bukan terbatas pada “memungut anak” dari apa yang telah ada, melainkan dari tiupan/ inkarnasi Ruh dan KalimatNya! (4:171,21:91,66:12)
“Kalau sekiranya Aku-Allah hendak mengambil anak, tentu Aku akan memilih apa yang Kukehendaki di antara ciptaan-ciptaan yang telah Kuciptakan” (QS.39:4). Bahkan bukan terbatas pada “memungut anak” dari apa yang telah ada, melainkan dari tiupan/ inkarnasi Ruh dan KalimatNya! (4:171,21:91,66:12)
6.
Jikalau Muhammad konsekwen percaya akan apa yang dikatakan Allah-nya
bahwa “Allah tidak mungkin mempunyai anak karena Dia tidak mempunyai
istri”, lalu kenapa Muhammad mengklaim bahwa Maryam bisa mempunyai anak
tanpa punya suami? Bukankah hal ini lebih menghujat Allah ketimbang kaum
Nasrani yang mempercayai “Tuhan mempunya Anak”? Dengan ayat-konyol
tersebut maka semua Muslim telah membatasi kemahakuasaan Allah dimana
Maryam dapat melakukan sesuatu yang Allahnya sendiri tidak mampu!
7.
Akhirnya Muhammad layak dianggap tidak layak menjadi Rasul Allah,
karena dengan pendalilan “no wife – no son” ini, ia telah mengalpakan
satu KLAIM-ILAHI yang paling dahsyat yang seharusnya selalu diingat,
disiarkan, dan diimani dalam hidup orang beriman, yaitu Kun Fayakun,
“Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Aku berkehendak (untuk
menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Aku hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah!” Lalu jadilah ia” (QS.2:117).
Klaim
ini bukan basa-basi atau cuma diulang satu kali, melainkan ditambah
enam kali lagi di Quran (3: 47, 3: 59, 16: 40, 19: 35, 36: 82 and 40:
68) ! menjadikan seseorang (apalagi rasulNya) akan otomatis tertolak
oleh Allah bilamana ia sampai melupakannya!
Semuanya
aneh dan kacau! Tapi bisa tidak aneh jikalau kita menyadari bahwa
rantai-narasi (isnad dan matan) ayat-ayat Quran telah kusut,
terpotong-potong, tersisip-sisip, acak-urutan, anti-kronologi,
terplintir makna dan tafsirnya, suara asli siapa sudah tidak ada yang
tahu. Apakah suara Allah, Jibril, Muhammad, atau para Sahabat pencatat
Quran (semisal Al-Fatihah khususnya ayat 6?). Tak ada saksi mata. Allah
swt telah menyampaikan seluruh “wahyuNya” sekaligus kepada Jibril, tapi
ia hanya meneruskannya kepada Muhammad dengan cicilan sepotong-sepotong
tanpa urutan dan sistematika, disusul dengan ayat sisipan, dan
“disempurnakan” dengan nasakh-pembatalan (2:106), tertukar suara narator
dan kata ganti orang pertama versus ketiga dst. tanpa validasi… yang
pada gilirannya suara verbatim terganti menjadi parafrasa (seperti yang
dicontohkan didepan):
“Bagaimana AKU mempunyai Anak padahal AKU tidak mempunyai Isteri”,
terparafrasa menjadi:
“Bagaimana DIA mempunyai Anak padahal DIA tidak mempunyai Isteri”!
KINI
BANDINGKAN dengan firman Tuhan Elohim sendiri (tanpa via-via) dan juga
semua lainnya (termasuk setan/iblis yang harusnya paling menyangkal),
mereka semua telah berkata secara lurus, mutawatir, dan verbatim,
menyaksikan YESUS ANAK ELOHIM:
Tuhan Elohim:
“Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah
Dia” (Mat 17:5). Disaksikan oleh roh nabi Musa, nabi Elia dan para murid
Yesus
Tuhan Elohim: “…lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan:
“Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan” (Mat 3:17).
Disaksikan Yohanes Pembaptis (Nabi Yahya) dan umum.
“Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan” (Mat 3:17).
Disaksikan Yohanes Pembaptis (Nabi Yahya) dan umum.
Malaikat Gabriel:
“Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Elohim Yang Mahatinggi”.
(Luk 1:32). “Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus,
Tuhan, di kota Daud” (Luk2:11). Dinyatakan kepada Maria dan para
gembala.
Para Murid Yesus: “Dan orang-orang yang ada di perahu menyembah Dia, katanya: “Sesungguhnya Engkau Anak Elohim” (Matius 14:33).
Nabi Yohanes: “Dan aku telah melihat-Nya dan memberi kesaksian:
Ia inilah Anak Elohim” (Yoh 1:34). Disaksikan kepada publik.
Ia inilah Anak Elohim” (Yoh 1:34). Disaksikan kepada publik.
Kepala pasukan Romawi penyalib Yesus (ketika para prajuritnya sangat takut
tatkala terjadi gempa bumi dll): “Sungguh, Ia ini adalah Anak Elohim” (Mat 27:54)
tatkala terjadi gempa bumi dll): “Sungguh, Ia ini adalah Anak Elohim” (Mat 27:54)
Yesus Sendiri: “…Aku telah berkata: Aku Anak Elohim” (Yoh 10:36). PernyataanNya itu ditujukan kepada lawan-lawanNya!
Setan-Iblis, musuh dan pembantah terbesar, namun harus mengakui kebenaran Yesus: “dengan keras roh jahat berteriak:
“Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus, Anak Elohim Yang Mahatinggi?
Demi Elohim, jangan siksa aku!” (Mar 5:7). Disaksikan oleh komunitas Gerasa.
Demi Elohim, jangan siksa aku!” (Mar 5:7). Disaksikan oleh komunitas Gerasa.