Pages

Senin, 17 Juni 2013

AYAT KONYOL dalam QURAN: “Bagaimana DIA mempunyai Anak, padahal DIA tidak mempunyai Isteri?” "quran merupakan kitab amburadul yang ayat satu dengan yang lain saling bertentangan"

trinitas
Itulah ucapan parafrasa dari mulut Muhammad, yang mengatas-namakan mulut Allah yang dipercaya sudah tercantum dalam Quran sejak sebelum ada apapun di alam raya, termasuk Muhammad. Ayat itu tersimpan di Lauhul Mahfudz dalam bagian Quran Surat 6:101. Dikatakan parafrasa karena ada kekaburan tentang ke-verbatim-an asalinya dari mulut Allah secara langsung, mengingat ayat tersebut memakai kata
ganti-orang ketiga (Dia) ketimbang kata ganti-orang pertama (Aku). Seyogyanya, kalau ucapan langsung, verbatimnya harus berbunyi “Bagaimana AKU mempunyai Anak padahal AKU tidak mempunyai Isteri”.
Terlepas dari keanehan tersebut, faktanya adalah bahwa ayat itu telah merupakan teguran Allah yang mengutuk kesesatan kaum Nasrani yang dianggap paling fatal. Bukan saja mereka mempersekutukan Allah dengan mahlukNya, namun sekaligus memperzinahkan Allah dengan seorang Istri yang manusia sehingga membuahkan sang Anak haram jadah! dan sekaligus pula disembah sebagai Anak Allah!
Maka kita mendengar lagi dan lagi – hingga sedikitnya 17 kali di Quran (!) – betapa reaksi dan bantahan Allah bahwa Allah tidak beranak, mulai dari menjelaskan hingga kepada pelaknatan langsung:
“Tidak layak bagi Aku-Allah mempunyai anak, Maha Suci Aku”.
“Mereka (orang-orang kafir) berkata: “Allah mempunyai anak”. Maha Suci Aku-Allah…”
“Maha Suci Aku-Allah dari mempunyai anak”.
“Aku-Allah tidak beristri dan beranak”.
(berturut-turut QS.19:35, 2:116, 4:171, 72:3).
Istilah Arab “anak” yang dipakai disini adalah “walad” (child), bukan “ibnu” (son). Padahal Yesus dalam Alkitab Arab tidak disebut sebagai “Walad Allah” melainkan “Ibn Allah”, the Son of God, yang berarti Ia datang dari Tuhan Elohim, bukan hasil hubungan suami-istri. Hal ini juga sempat diakui oleh Allah/Muhammad dalam satu-satunya istilah “Ibnu” yang dikenakan Quran kepada Yesus, namun berakhir dengan tetap disamaratakan sekalian untuk dilaknatiNya!
“Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair itu putera Allah” dan orang-orang Nasrani berkata: “Al Masih itu putera Allah.” Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Aku-Allah melaknati mereka , bagaimana mereka sampai berpaling?” (QS.9:30).
TOTAL SALAH WAHYU
Tetapi disinilah kita melihat betapa sempit dan semrawutnya Muhammad memahami sosok kedua Anak Allah, Uzair dan Yesus!
Pertama soal Uzair. Dunia tahu apa yang Muhammad tidak tahu bahwa orang-orang Yahudi monoteismenya tidak kalah ketat dengan Islam. Tak pernah ada SOSOK apapun yang dipersekutukan dengan YAHWEH, sekalipun Musa. Tidak tahu siapa Uzair yang dimaksud, apalagi pengakuan akan “Uzair Anak Allah”? Tak ada Uzair-ilahiah yang muncul dari peribadatan Yudaisme. Itu joke dan hujatan terbesar yang seharusnya tidak dipermainkan bagi kesucian agama Yahudi maupun Islam sendiri! Inilah wahyu yang telak salah-wahyu, bukan berasal dari Sorga, melainkan datang dari parafrasa manusia belaka.
Kedua, soal Yesus Anak Allah. Muhammad sebagai orang Arab dijamannya rupanya hanya mengerti istilah ANAK (child) sebagai buah hubungan sex (walad). Dan ini diteruskan sebagai hujatan besar seperti yang tampak dalam Hadis shahih berikut ini, tak peduli lagi apakah itu “anak” fisik atau rohani,
“Sesudah itu (sesudah mendamprat orang Yahudi) orang-orang Kristen akan dipanggil dan akan ditanyakan kepada mereka, ‘Siapa yang biasanya kalian sembah?’ Mereka akan berkata, ‘Kami biasa menyembah Yesus, Anak Allah.’ Maka akan dikatakan kepada mereka, ‘Kalian penipu, sebab Allah tidak pernah mengambil siapapun sebagai istri ataupun anak.” (Shahih Bukhari 60, no.105).
Tetapi sebenarnya Muhammad telah diberitahu oleh Allah dengan puluhan ayat yang tidak memustahilkan Allah mempunyai Anak lewat hakekat dan kuasaNya yang tidak terbatas. Tetapi kita melihat betapa Muhammad sembrono dan lupa akan banyak hal yang telah Allah katakan, sehingga dia akhirnya terjebak sendiri dengan kontradiksi ucapannya yang lain:
1. Muhammad lupa, bahwa kelahiran Isa sudah diluruskan oleh Jibril kepada Maryam bahwa Isa bukanlah buah hasil hubungan sex! Surat Maryam 19:20, dimana Maryam berkata: “Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!”.
Lha, kok Muhammad masih memakai istilah WALAD dimana-mana, anak hasil persetubuhan?
2. Muhammad lupa bahwa ANAK ini adalah dari Kalimat dan Ruh Allah (QS.4:171), tak ada hubungannya dengan ayat konyol yang melibatkan “istri”:
“Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai isteri”!
Kata asli Arabik disini adalah‘sahiba’, yaitu teman wanita atau ‘girlfriend’, pasangan wanita untuk hubungan khusus. Nasrani mana yang percaya bahwa Tuhannya telah berhubungan dengan seorang girlfriendNya?
3. Muhammad lupa bahwa ia telah mempertentangkan (kontradiksi) dua bagian dari ayat konyol 6:101 itu sendiri:
“Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai isteri” VERSUS terusannya, “Dia menciptakan segala sesuatu”.
Jikalau Allah bisa menciptakan segala sesuatu, tentu tidak masalah bagi Allah untuk menghadirkan Isa, sekalipun Allah tanpa ber-istri (girlfriend) siapapun yang Muhammad maksudkan! Bahkan bukankah Jibril sudah mengajarkan kepada Muhammad di ayat selanjutnya Surat Maryam 19:21, dimana Jibril menegaskan lagi bahwa girlfriend Allah memang tidak diperlukan:
“Demikianlah.” Tuhanmu berfirman: “Hal itu (kehadiran Anak itu) adalah mudah bagiKu…”
4. Muhammad lupa samasekali akan kuasa Allah yang selalu diajarkan dan dibanggakannya dimana-mana, suatu kuasa yang meliputi segala sesuatu, termasuk penciptaan para malaikat, Adam dan Hawa, tujuh tingkat surga dan tujuh tingkat dunia… Jadi kenapa sekarang Allah menjadi begitu tak berdaya tatkala berurusan dengan penciptaan “anakNya sendiri”? Sedemikian sehingga memaksaNya untuk membantah konyol, “Bagaimana AKU-ALLAH mempunyai Anak padahal AKU tidak mempunyai Isteri” alias “No Wife–No Son” itu?
5. Pendalilan “no wife – no son” itu sungguh tak bisa diterima akal ketika dihadapkan pada kehendakNya yang tidak bisa tidak pasti terjadi:
“Kalau sekiranya Aku-Allah hendak mengambil anak, tentu Aku akan memilih apa yang Kukehendaki di antara ciptaan-ciptaan yang telah Kuciptakan” (QS.39:4). Bahkan bukan terbatas pada “memungut anak” dari apa yang telah ada, melainkan dari tiupan/ inkarnasi Ruh dan KalimatNya! (4:171,21:91,66:12)
6. Jikalau Muhammad konsekwen percaya akan apa yang dikatakan Allah-nya bahwa “Allah tidak mungkin mempunyai anak karena Dia tidak mempunyai istri”, lalu kenapa Muhammad mengklaim bahwa Maryam bisa mempunyai anak tanpa punya suami? Bukankah hal ini lebih menghujat Allah ketimbang kaum Nasrani yang mempercayai “Tuhan mempunya Anak”? Dengan ayat-konyol tersebut maka semua Muslim telah membatasi kemahakuasaan Allah dimana Maryam dapat melakukan sesuatu yang Allahnya sendiri tidak mampu!
7. Akhirnya Muhammad layak dianggap tidak layak menjadi Rasul Allah, karena dengan pendalilan “no wife – no son” ini, ia telah mengalpakan satu KLAIM-ILAHI yang paling dahsyat yang seharusnya selalu diingat, disiarkan, dan diimani dalam hidup orang beriman, yaitu Kun Fayakun, “Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Aku berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Aku hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah!” Lalu jadilah ia” (QS.2:117).
Klaim ini bukan basa-basi atau cuma diulang satu kali, melainkan ditambah enam kali lagi di Quran (3: 47, 3: 59, 16: 40, 19: 35, 36: 82 and 40: 68) ! menjadikan seseorang (apalagi rasulNya) akan otomatis tertolak oleh Allah bilamana ia sampai melupakannya!
Semuanya aneh dan kacau! Tapi bisa tidak aneh jikalau kita menyadari bahwa rantai-narasi (isnad dan matan) ayat-ayat Quran telah kusut, terpotong-potong, tersisip-sisip, acak-urutan, anti-kronologi, terplintir makna dan tafsirnya, suara asli siapa sudah tidak ada yang tahu. Apakah suara Allah, Jibril, Muhammad, atau para Sahabat pencatat Quran (semisal Al-Fatihah khususnya ayat 6?). Tak ada saksi mata. Allah swt telah menyampaikan seluruh “wahyuNya” sekaligus kepada Jibril, tapi ia hanya meneruskannya kepada Muhammad dengan cicilan sepotong-sepotong tanpa urutan dan sistematika, disusul dengan ayat sisipan, dan “disempurnakan” dengan nasakh-pembatalan (2:106), tertukar suara narator dan kata ganti orang pertama versus ketiga dst. tanpa validasi… yang pada gilirannya suara verbatim terganti menjadi parafrasa (seperti yang dicontohkan didepan):
“Bagaimana AKU mempunyai Anak padahal AKU tidak mempunyai Isteri”,
terparafrasa menjadi:
“Bagaimana DIA mempunyai Anak padahal DIA tidak mempunyai Isteri”!
KINI BANDINGKAN dengan firman Tuhan Elohim sendiri (tanpa via-via) dan juga semua lainnya (termasuk setan/iblis yang harusnya paling menyangkal), mereka semua telah berkata secara lurus, mutawatir, dan verbatim, menyaksikan YESUS ANAK ELOHIM:
Tuhan Elohim: “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia” (Mat 17:5). Disaksikan oleh roh nabi Musa, nabi Elia dan para murid Yesus
Tuhan Elohim: “…lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan:
“Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan” (Mat 3:17).
Disaksikan Yohanes Pembaptis (Nabi Yahya) dan umum.
Malaikat Gabriel: “Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Elohim Yang Mahatinggi”. (Luk 1:32). “Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud” (Luk2:11). Dinyatakan kepada Maria dan para gembala.
Para Murid Yesus: “Dan orang-orang yang ada di perahu menyembah Dia, katanya: “Sesungguhnya Engkau Anak Elohim” (Matius 14:33).
Nabi Yohanes: “Dan aku telah melihat-Nya dan memberi kesaksian:
Ia inilah Anak Elohim” (Yoh 1:34). Disaksikan kepada publik.
Kepala pasukan Romawi penyalib Yesus (ketika para prajuritnya sangat takut
tatkala terjadi gempa bumi dll): “Sungguh, Ia ini adalah Anak Elohim” (Mat 27:54)
Yesus Sendiri: “…Aku telah berkata: Aku Anak Elohim” (Yoh 10:36). PernyataanNya itu ditujukan kepada lawan-lawanNya!
Setan-Iblis, musuh dan pembantah terbesar, namun harus mengakui kebenaran Yesus: “dengan keras roh jahat berteriak:
“Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus, Anak Elohim Yang Mahatinggi?
Demi Elohim, jangan siksa aku!” (Mar 5:7). Disaksikan oleh komunitas Gerasa.