Poin utama yang ia kemukakan adalah, sesungguhnya tak ada hubungan
antara Yerusalem dengan Islam kuno. Ia mengatakan, ketika Islam mulai
berdiri pada abad ke-7, Yerusalem adalah kota suci untuk orang Yahudi,
sementara Masjid Omar bahkan belum dibangun hingga 74 tahun setelah
kematian Muhammad. Alasan mengapa masjid itu dibangun, kata Ziedan,
adalah karena orang yang membangunnya bermaksud untuk mengurangi
sentralitas Mekah dalam Islam.
Dunia Arab sangat geram dengan riset terbaru yang dilakukan oleh sarjana ternama untuk studi Arab dan Islam, Youssef Ziedan.
Sarjana Mesir ternama Youssef Ziedan,
seorang spesialis dalam studi Arab dan Islam, telah
memberikan satu seri
wawancara kepada stasiun televisi Mesir, yang menyebabkan kemarahan
para kolega Muslim-nya.
Poin utama yang ia kemukakan adalah,
sesungguhnya tak ada hubungan antara Yerusalem dengan Islam kuno. Ia
mengatakan, ketika Islam mulai berdiri pada abad ke-7, Yerusalem adalah
kota suci untuk orang Yahudi, sementara Masjid Omar bahkan belum
dibangun hingga 74 tahun setelah kematian Muhammad. Alasan mengapa
masjid itu dibangun, kata Ziedan, adalah karena orang yang membangunnya
bermaksud untuk mengurangi sentralitas Mekah dalam Islam.
Prof. Ziedan adalah direktur Pusat
Manuskrip dan Museum di Perpustakaan Alexandria. Ia adalah seorang
pengajar publik, profesor universitas, kolumnis dan penulis lebih dari
50 buku. Ia memenangkan Penghargaan Internasional tahun 2009 untuk Fiksi
Arab atas karyanya Azazeel, yang juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Ibrani.
Yerusalem tidak dikenal sebagai Al-Quds (Kota Suci) pada masa Muhammad, kata Ziedan.
Ia menekankan, “Al Aqsa bukan
milik kita,” dan “meskipun kata itu berasal dari kata ‘ekstrem’, kata
itu tidak merujuk pada masjid yang jauh yang ada di Kuil Bukit, tetapi
pada sebuah masjid yang lebih jauh dari dua masjid yang ada di Mekah.
Menurut Ziedan, orang Muslim dengan
sengaja dan secara salah telah merubah sebuah pertikaian politik antara
Israel dan Arab menjadi sebuah pertikaian agama. “Aspek religius dari
konflik itu sama sekali tidak masuk akal … satu-satunya alasan mengapa
umat Muslim berkeras akan kesucian Yerusalem secara simpel karena alasan
politik.
Sheikh Hashem Abdul Rahman Mahajeina,
dari Pergerakan Islam di Israel adalah salah satu dari banyak orang yang
menyerang Prof. Ziedan. Sementara yang lain menyebut Ziedan sebagai
seorang “bidat”, Mahajeina mengatakan kepada Army Radio pada
hari Minggu bahwa Ziedan mengatakan hal yang “tidak masuk akal… Allah
mengatakan kepada para nabi untuk membangun sebuah masjid di Yerusalem.
Masjid ini dibangun pada masa Muhammad masih hidup, dan bahkan ia pernah
sholat di sini.” Kemudian ia menambahkan: “Ini bukan persoalan
bangunan, tetapi soal lokasi. Bisa saja bangsa-bangsa lain membangun
(masjid), bisa saja bahwa masjid itu telah hancur karena gempa bumi …
yang penting adalah lokasinya.”
Minggu lalu, Otoritas Benda Antik Israel
mengumumkan bahwa mereka memperoleh bukti lebih jauh akan sejarah Yahudi
di Yerusalem dari periode berabad-abad sebelum lahirnya Islam. Sebuah
meterai kerajaan yang menakjubkan dari Raja Hizkia, yang memerintah dari
tahun 727-689 BC,telah ditemukan di kaki tembok selatan Kuil Bukit.
Dalam sebuah studi terkait, almarhum
Rabbi Shlomo Goren, seorang ahli Kuil Bukit dan kepala Rabbi dari IDF
dan dikemudian hari dari Israel, telah menulis bahwa Omar membangun
masjid Dome of the Rock untuk dipakai bukan sebagai rumah doa untuk
orang Muslim, melainkan untuk orang Yahudi.
Klaim Prof. Ziedan mendukung pengetahuan
yang telah lama dipegang oleh para sejarawan Yahudi. Orang Muslim
berdasarkan sejarah mengkaitkan diri mereka kepada Yerusalem hanya
karena tujuan politik, dan itu dimulai oleh Muhammad sendiri. Dalam
usaha untuk memenangkan hati orang Yahudi yang hidup dekat dengannya,
sang pendiri Islam memutuskan untuk mengumumkan bahwa sholat Muslim
harus diarahkan ke kota Yerusalem – tetapi ketika orang Yahudi menolak
undangan Muhammad untuk masuk Islam, Muhammad membantai mereka,
menjadikan kaum wanita mereka menjadi budak seks; kemudian Muhammad
merubah arah sholat ke arah Mekah.
Tidak saja Muhammad tidak pernah menyebut
kota Yerusalem dalam Qurannya, tetapi di kemudian hari, ketika orang
Muslim berhasil menaklukkan Tanah Suci, mereka sama sekali mengabaikan
Yerusalem dan mendirikan ibukota mereka di Ramle.
Hari ini, sekali lagi, sebagaimana yang telah terjadi pada tahun 1964, Piagam asli PLO kembali tidak menyebut Yerusalem.